Su Chen berdiri di atas arena dengan raut wajah tenang. Taun Kota Dong Sheng yang mengamati itu dari jauh bahkan memuji ketenangan pemuda ini.Sementara Kong Jinhai di sisi lainnya, menatap Su Chen dengan wajah sangarnya. Sayangnya, provokasi yang terus ia lakukan sejak awal sama sekali tidak mempengaruhi mental Su Chen. Pria tua di atas panggung tinggi mulai mengangkat tangannya. Setelah mendapat jawaban kesiapan dari dua peserta, dia pun mempersilahkan Su Chen dan Kong Jinghai untuk memulai pertarungan.Su Chen tidak begeming dari tempatnya. Dia seperti menunggu Kong Jinhai melakukan serangan terlebih dahulu. Kong Jinhai tidak ingin lengah sedikit pun. Melihat Su Chen hanya diam, dia mengernyit dan tidak tergesa-gesa langsung melakukan serangan.Dia sudah memperhatikan Su Chen di dua pertarungan sebelumnya. Kini dia dibuat bingung, karena saat berhadapan dengan Bao Ye dan tiga peserta dari Klan Song, Su Chen begitu ganas dengan langsung melakukan serangan."Apa kamu memiliki rencan
"Ah... wajahku," teriakan Kong Jinhai kembali memecah keheningan. Dia melepaskan tingkat spiritualnya dan berusaha mengusap wajahnya dengan tangan kirinya. Tangan kanannya sendiri sudah tidak dapat difungsikan.Kong Jinhai merasa wajahnya terbakar setelah ditiup oleh Su Chen. Orang-orang yang melihat itu juga ikut tercengang. Mereka tidak mengerti sebenarnya apa yang terjadi dengan Kong Jinhai.Bahkan pria tua yang memimpin pertarungan juga penasaran dengan teknik yang Su Chen gunakan sehingga membuat Kong Jinhai teriak kesakitan dengan terus menerus mengusap wajahnya. Dia hanya melihat Su Chen meniup ke arah Kong Jinhai. Dia juga memastikan jika tiupan Su Chen itu adalah teknik bela diri, sehingga tidak menghentikan pertarungan ini.Di atas panggung utama, Patariak Song berdiri dan memprotes aksi Su Chen yang membuat Kong Jinhai menderita seperti saat ini. Sayangnya protes yang ia layangkan ke Tuan Kota Dong Sheng tidak diterima.Dong Sheng juga melihat dengan jelas, Su Chen hanya me
Siapapun yang memulai menyerang akan didiskualifikasi dari turnamen ini. Su Chen hanya tersenyum mencibir kemudian duduk dalam kondisi lotus seperti yang dia lakukan sebelum-sebelumnya. Tadi, dia memang sengaja memancing emosi Song Quon. Aksinya ternyata berhasil sebelum digagalkan oleh Patriark Song.Su Chen kemudian menoleh ke Song Quon dan kembali memancing amarah Song Quon. "Kamu beruntung karena masih terus dibawah pengawasan kakekmu. Aku bahkan curiga, tidurpun kamu masih ditemani kakekmu," kata Su Chen kemudian menutup matanya.Song Quon hanya bisa meraung mendengar setiap provokasi dari Su Chen. Dia tidak menyangka, anak angkat Klan Lian ini ternyata memiliki lidah yang tajam."Lihat saja nanti, aku akan mematahkan setiap inci dari tubuhmu. Lidahmu akan kuiris dan kujadikan liontin untuk kalung binatang spiritualku," kata Song Quon dengan wajah bergetar saking marahnya.Sayangnya, Su Chen sama sekali tidak terpengaruh dengan perkataannya. Dia terlihat sangat tenang dengan pos
Di bawah pohon yang menjulang tanpa batas, Su Chen, Kaisar Agung Langit Ketujuh, dalam posisi duduk lotus memusatkan jiwa dan energinya untuk digabungkan dengan biji emas yang melayang di keningnya. Biji berwarna emas itu adalah Biji Keabadian. Setelah berhasil mendapatkan Benih Keabadian, Su Chen yakin bisa menembus batas langit menuju nirwana.Angin berhembus menerbangkan rambut Su Chen. Di bawah pohon langit, matanya masih tertutup rapat menjalankan teknik kultivasi yang dia sempurnakan, Teknik Kultivasi Pelahap Naga Qilin. Seratus meter dari tempatnya, sesosok pria dengan tubuh besar mengamatinya dengan niat membunuh. Dia adalah Panglima Yu Huang. Panglima Istana Langit Ketujuah, orang kepercayaan Kaisar Langit Ketujuh. Panglima Yu Huang menatap Su Chen dengan sorot mata serakah. Dia menunggu. Menunggu waktu yang tepat.Butiran keringat mulai muncul di dahi Su Chen. Biji Keabadian memancarkan cahaya keemasan yang lebih menyilaukan mata. Biji itu berdesir seperti akan meledak dan
Di sebuah hutan di dunia yang berbeda. Sekelompok manusia sedang menyeret seorang remaja. Remaja itu nampak menyedihkan. Tubuhnya penuh luka. “Tinggalkan saja dia disini. Sesuai perintah tuan dan tuan muda. Walaupun kita tidak membunuhnya langsung, sampah ini juga akan mati saat bertemu binatang iblis.”Mereka meninggalkan remaja dengan tubuh kurus penuh luka di kedalaman Hutan Naga. Darahnya tak berhenti mengalir dari hidung dan mulutnya.Tak berselang lama, matanya mulai terbuka. “Aku di mana? Apakah mereka benar-benar membuangku di hutan kematian,” gumamnya.Dia menggerakkan tubuhnya dengan berat. Pemuda itu menopang badannya dengan kedua tangannya untuk berdiri.Matanya mengeluarkan air mata. “Apakah aku benar-benar bukan anak ayah. Kenapa mereka tega membuangku,” lirihnya sambil berusaha menggerakkan kakinya melangkah menyusuri hutan.Remaja ini adalah Jian Su Chen. Dia adalah anak dari Patriark Keluarga Jian di Kota Parigi, Kerajaan Kaili. Jian Su Chen dibuang oleh klan
Su Chen memaksa menggerakkan tubuhnya untuk duduk. Dia tahu, pemilik tubuh ini baru saja melompat dari atas. Tulang-tulangnya pasti mengalami retakan dimana.-mana. Secara perlahan, Su Chen melipat kakinya dan duduk bersila. Walaupun tahu, tubuhnya tidak dapat memadatkan energi di dantiannya, namun Su Chen tidak mau menyerah. “Aku tahu nirwana punya maksud lain memasukkan jiwaku ke tubuh ini. Dia ingin aku memulai dari awal,” pikir Su Chen. Saat menjadi penguasa langit, Su Chen telah menyempurnakan satu teknik kultivasi. Namanya teknik Pelahap Naga Qilin. Teknik itu dia ciptakan setelah berhasil menyerap setetes esensi darah Naga Qilin. Bermodalkan ingatan jiwanya, Su Chen mulai menjalankan teknik kultivasi Pelahap Naga Qilin. “Sayangnya tubuh ini sama sekali tidak mengandung esensi darah naga qilin,” gumamnya. Su Chen tidak ingin larut dengan kondisi tubuh barunya. Dia mengambil posisi duduk lotus di batu datar itu. Berkultivasi di alam terbuka seperti ini sebenarnya sangat ber
Di dinding jurang, sebuah lubang dengan diameter besar terpampang jelas di mata Su Chen. Dia melangkahkan kakinya dengan pelan.Saat ini, Su Chen berdiri dua meter dari gua itu. Dia merasakan energi pekat disertai aura kematian yang begitu kental menyeruak keluar dari gua.Su Chen terpaku di tempatnya. Dia seperti familiar dengan aura yang menyembur keluar dari gua itu."Aura ini benar-benar terasa sangat kuno," batinnya sambil menggerakkan kakinya dua langkah ke mulut gua. Dia sudah berdiri pas di mulut gua. Selain energi yang lebih kaya dan aura kematian yang familiar, Su Chen tidak merasakan apapun lagi.Su Chen melepaskan indera spiritualnya. Dia tidak ingin menjadi mangsa mahluk penghuni gua ini. Di kehidupannya yang baru ini, Su Chen sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak sesembrono di kehidupan pertamanya.Setelah memastikan tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalam gua, ia pun kembali melangkahkan kakinya. Semakin ke dalam, Su Chen merasakan aura kematian yang makin p
Kejadian puluhan ribu tahun lalu terus terbayang jelas di benak Su Chen. Saat ini, dia seperti ikut terlibat dalam perang besar itu.Su Chen melihat tiap adegan yang membunuh ratusan bahkan ribuan orang di masing-masing kelompok. Pertarungan itu, mengakibatkan kerusakan di mana-mana. Gunung yang terbelah, kerusakan alam yang dahsyat, hingga kemunculan binatang kuno yang belum pernah dia lihat di kehidupan sebelumnya. Ada dua kelompok yang bertarung hebat. Sementara satu kelompok lainnya terlihat hanya diam dan menjaga satu tempat. Di seluruh dunia, hanya tempat yang dijaga sekelompok orang itu yang utuh, tanpa kerusakan.Setelah pertarungan berbulan-bulan, dunia ini benar-benar hancur dan kehabisan energi. Orang-orang itu kemudian terbagi dalam lima kelompok yang masing-masing dipimpin oleh lima orang tua yang sebelumnya Su Chen lihat di puncak gunung tertinggi.Su Chen kesulitan mencerna setiap informasi yang terus menerus terbayang di benaknya. Setelah satu malam, Su Chen akhirn
Siapapun yang memulai menyerang akan didiskualifikasi dari turnamen ini. Su Chen hanya tersenyum mencibir kemudian duduk dalam kondisi lotus seperti yang dia lakukan sebelum-sebelumnya. Tadi, dia memang sengaja memancing emosi Song Quon. Aksinya ternyata berhasil sebelum digagalkan oleh Patriark Song.Su Chen kemudian menoleh ke Song Quon dan kembali memancing amarah Song Quon. "Kamu beruntung karena masih terus dibawah pengawasan kakekmu. Aku bahkan curiga, tidurpun kamu masih ditemani kakekmu," kata Su Chen kemudian menutup matanya.Song Quon hanya bisa meraung mendengar setiap provokasi dari Su Chen. Dia tidak menyangka, anak angkat Klan Lian ini ternyata memiliki lidah yang tajam."Lihat saja nanti, aku akan mematahkan setiap inci dari tubuhmu. Lidahmu akan kuiris dan kujadikan liontin untuk kalung binatang spiritualku," kata Song Quon dengan wajah bergetar saking marahnya.Sayangnya, Su Chen sama sekali tidak terpengaruh dengan perkataannya. Dia terlihat sangat tenang dengan pos
"Ah... wajahku," teriakan Kong Jinhai kembali memecah keheningan. Dia melepaskan tingkat spiritualnya dan berusaha mengusap wajahnya dengan tangan kirinya. Tangan kanannya sendiri sudah tidak dapat difungsikan.Kong Jinhai merasa wajahnya terbakar setelah ditiup oleh Su Chen. Orang-orang yang melihat itu juga ikut tercengang. Mereka tidak mengerti sebenarnya apa yang terjadi dengan Kong Jinhai.Bahkan pria tua yang memimpin pertarungan juga penasaran dengan teknik yang Su Chen gunakan sehingga membuat Kong Jinhai teriak kesakitan dengan terus menerus mengusap wajahnya. Dia hanya melihat Su Chen meniup ke arah Kong Jinhai. Dia juga memastikan jika tiupan Su Chen itu adalah teknik bela diri, sehingga tidak menghentikan pertarungan ini.Di atas panggung utama, Patariak Song berdiri dan memprotes aksi Su Chen yang membuat Kong Jinhai menderita seperti saat ini. Sayangnya protes yang ia layangkan ke Tuan Kota Dong Sheng tidak diterima.Dong Sheng juga melihat dengan jelas, Su Chen hanya me
Su Chen berdiri di atas arena dengan raut wajah tenang. Taun Kota Dong Sheng yang mengamati itu dari jauh bahkan memuji ketenangan pemuda ini.Sementara Kong Jinhai di sisi lainnya, menatap Su Chen dengan wajah sangarnya. Sayangnya, provokasi yang terus ia lakukan sejak awal sama sekali tidak mempengaruhi mental Su Chen. Pria tua di atas panggung tinggi mulai mengangkat tangannya. Setelah mendapat jawaban kesiapan dari dua peserta, dia pun mempersilahkan Su Chen dan Kong Jinghai untuk memulai pertarungan.Su Chen tidak begeming dari tempatnya. Dia seperti menunggu Kong Jinhai melakukan serangan terlebih dahulu. Kong Jinhai tidak ingin lengah sedikit pun. Melihat Su Chen hanya diam, dia mengernyit dan tidak tergesa-gesa langsung melakukan serangan.Dia sudah memperhatikan Su Chen di dua pertarungan sebelumnya. Kini dia dibuat bingung, karena saat berhadapan dengan Bao Ye dan tiga peserta dari Klan Song, Su Chen begitu ganas dengan langsung melakukan serangan."Apa kamu memiliki rencan
Pertarungan sengit terus diperlihatkan oleh Song Quon dan Qing Lao di atas arena. Pertarungan ini sekaligus menunjukkan jika bakat yang dimiliki cucu Patriark Qing itu sama sekali tidak kalah oleh Song Quon.Selama ini, nama Song Quon begitu populer di Kota Naga Biru. Dia diangggap sebagai pemuda Kota Naga Biru yang paling jenius. Namun anggapan itu kini mulai berubah setelah ribuan penonton melihat Qing Lao bahkan bisa bertahan selama ini.Hampir semua penonton tahu, jika Song Quon memiliki basis kultivasi yang lebih tinggi dari Qing Lao. Namun yang terjadi terjadi di atas arena memperlihatkan Qing Lao yang bisa mengimbangi kekuatan dari Song Quon."Ternyata selama ini, kita terlalu menganggap tinggi Tuan Muda Song. Dia tidak sekuat yang aku perkirakan.""Benar. Bahkan Tuan Muda Qing yang memiliki basis kultivasi lebih rendah satu tingkat bisa mengimbanginya," orang-orang kembali berdiskusi saat melihat pertarungan yang terjadi.Meskipun demikian, orang-orang ini tidak tahu, jika Qin
Dua kali perputaran tabung pasir pengukur waktu sudah selesai. Empat peserta yang melaju ke babak berikutnya kembali diminta untuk bersiap-siap.Meskipun di alun-alun kota ini ada dua arena yang awalnya disiapkan oleh kediaman Tuan Kota Naga Biru, saat ini tersisa satu arena yang sudah diperluas dibanding saat digunakan di babak-babak sebelumnya.Antusiasme penonton juga sama sekali tidak menurun. Jumlah orang bahkan bertambah banyak. Hari memang suda pagi, sehingga beberapa orang yang awalnya memilih pulang, kini kembali lagi untuk menyaksikan pertarungan yang menentukan.Pria tua yang memimpin pertarungan di babak sebelumnya, kembali berjalan menuruni panggung utama. Dia menuju panggung tinggi yang ada di sekitar arena."Pertarungan pertama untuk babak ini, yakni Song Quon dari Klan Song menghadapi Qing Lao dari Klan Qing. Nama yang saya sebutkan supaya menaiki arena," suara pria tua itu menggelegar hingga didengar oleh semua orang yang ada di tempat itu.Mata ribuan orang kini tert
Saat Patriark Klan Song meledakkan aura Prajurit Surgawi tingkat enam dari tubuhnya, di kursi lainnya, Pariark Lian juga berdiri dengan melepaskan aura dari basis kultivasi yang sama dengan Patriark Song."Kamu berani, hadapi dulu aku," kata Patriark Lian yang saat ini langsung bergerak menghalau gerakan Patriark Song."Berhenti! Siapapun yang mengganggu jalannnya kompetisi akan berhadapan denganku. Kalau tidak percaya, coba saja," suara Tuan Kota Dong Seng, terdengar menggelegar.Aura Prajurit Surgawi tingkat 7 juga meledak dari tubuhnya. Aura Patriak Song dan Patriark Lian yang awalnya mendominasi di tempat itu, tenggelam setelah Dong Sheng melepaskan auranya.Para penonton mengalihkan pandangan mereka dari arena pertarungan ke panggung utama. Su Chen yang memperhatikan reaksi Patriark Song sejak tadi, menyipitkan matanya."Tunggu saja, saat aku bisa menanganimu, aku akan menghancurkan klanmu," batin Su Chen.Sementara itu, Patriark Lian yang mendengar Tuan Kota Dong Sheng sudah tur
Su Chen bergerak seperti tidak tahu siapa yang akan jadi target serangannya. Tiga peserta dari Klan Song yang saat ini berlari ke arahnya bahkan terlihat bingung. Hal yang sama juga terjadi pada Bao Ye.Saat musuhnya kebingungan melihatnya, Su Chen tiba-tiba berlari lurus dengan cepat dan berdiri di depan salah satu peserta dari Klan Song.Tangan kanannya yang awalnya terkepal tiba-tiba terbuka. "Teknik Jari Penghancur Langit," gumamnya dalam hati sambil menjulurkan jari telunjuknya ke dada pemuda dari Klan Song itu.Pemuda itu bahkan tidak lagi sempat menghindar ataupun menghalangi serangan Su Chen. Telunjuk Su Chen seperti menancap di dadanya. Pemuda Klan Song itu terjatuh dengan dada berlubang. Matanya melotot, sementara tubuhnya tidak lagi bergerak. Su Chen menghancurkan jantungnya, yang membuat pemuda dari Klan Song itu tidak memiliki kesempatan untuk hidup.Dua pemuda Klan Song lainnya menatap rekan mereka dengan rasa takut. Penonton yang menyaksikan teknik serangan Su Chen jug
Di panggung tempat para peserta yang lolos di babak ini berkumpul, Bao Ye, perwakilan dari gabungan klan dan kelompok kecil Kota Naga Biru mulai berdiri dari tempat duduknya.Sebelum melangkah ke arena pertarungan, dia berbalik dan melirik Song Quon yang sedang duduk tidak jauh dari tempatnya. Song Quon yang merasakan lirikan Bao Ye hanya mengangguk ringan.Tiga peserta dari Klan Song ikut berdiri. Bao Ye dan tiga peserta dari Klan Song kemudian berjalan dengan jarak yang tidak terlalu jauh. Su Chen juga mulai berdiri dari tempat duduknya.Saat akan melangkahkan kakinya, suara Song Quon mulai terdengar memprovokasi Su Chen. "Aku ingin lihat, apakah kakimu itu masih bisa kamu gunakan besok," kata Song Quon seperti memiliki keyakinan, Su Chen akan menjadi bulan-bulanan pada pertarungan kali ini.Su Chen hanya menoleh kemudian menyunggingkan senyum mengejek ke arah Song Quon, setelah itu dia melangkah menuju arena.Di tempat para anggota Klan Lian berkumpul, Lian Minghao dan Lian Xinxin
Lian Minghao yang ditemani Lian Xinxin terus berjalan ke arah arena yang digunakan. Saat jaraknya sisa sepelemparan, Lian Minghao berhenti dan mendongak ke pria tua dari kediaman Tuan Kota Naga Biru, yang memimpin pertarungan di babak ini."Ijinkan aku, Lian Minghao dari Klan Lian menyatakan diri mundur dari kompetisi tahun ini. Aku hanya berharap kompetisi ini tidak melahikan pemenang yang menggunakan cara-cara tercelah untuk mecapai keinginannya," suara Lian Minghao menggelegar di tempat itu.Su Chen yang mendengarnya menghembuskan nafas lega. Awalnya dia mengira Lian Minghao akan melanggar janjinya. Dia juga memuji dalam hati sikap Lian Minghao yang mengumumkan sendiri pengunduran dirinya dari kompetisi ini.Sementara pria tua yang ada di panggung tinggi dekat arena menatap Lian Minghao dengan sorot mata simpati sekaligus kagum. Dia tahu, Lian Minghao adalah generasi muda Kota Naga Biru yang memiliki potensi. Sayangnya harus menjadi korban perbuatan tercelah Klan Song.Meskipun ham