Semilir angin memaksa masuk pada jendela kamar tidur yang masih terbuka. Ini bukan villa, tapi hotel yang sengaja dipesan oleh Icha, wanita malam yang menculik pria mabuk. "Tidurkan dia disana," perintah wanita itu kepada pria yang lebih tua darinya, lengkap dengan jas hitam yang melekat ketat pada tubuhnya. "Apa yang akan Anda lakukan padanya?" tanya pria berotot itu dengan dingin. Sambil dua jari tangan kirinya menurunkan topi agar hanya setengah wajah yang tampak saat ini. BUGH! Icha menendang lutut pria itu. Sontak, pria tersebut hanya bisa meringis kesakitan, tanpa berkutip apapun setelahnya. Telinganya sudah bersiaga mendengar ocehan. Hatinya sudah siap menggelar karpet terluas. Karena setelah ini dia tau, akibat dari pertanyaan bodohnya. "Dasar bajingan gila! Bodoh! Tidak tahu diri! Miskin! Bagaimana orang rendahan sepertimu bertanya kepadaku tentang hal itu? Kamu tidak lebih dari sampah bagiku! Ingat! Kamu tidak berhak bertanya. Setelah kamu mendapatkan bayarannya, kamu h
Pagi menghampiri mereka lebih awal. Pasangan tak disengaja itu malah ditemukan dengan tak sengaja oleh Camilla. Setelah dia mendapatkan informasi dari seorang kenalannya subuh ini. Tentu saja bukan dari April. Tapi April adalah perantaranya. BRAK! “Apa yang sedang kalian lakukan disini?! Dasar wanita murahan! Bangun!” teriaknya kepada mereka yang lelap tertidur, bahkan mimpi indah sudah berjalan cukup panjang. Camilla berteriak seperti orang gila. Dia melempar banyak benda di hotel tersebut tanpa ampun pada lantai. Darahnya mendidih. Keinginannya sangat tinggi untuk membunuh Icha saat itu juga. Tapi dia masih memiliki perasaan yang luas untuk Leo. Walaupun kejadian hari ini membuat Camilla kecewa, tapi Camilla tidak berani melukai Leo. Rasa kecewa yang lebih besar bahkan masih membuat Camilla buta. Cinta yang begitu besar membuatnya seperti orang gila. Seberapa besarpun kesalahan Leo padanya, dia selalu memaafkan Leo. Tulus, mungkin orang akan menilainya seperti itu. Tapi sebagian
Teman bisa menjadi musuh, tapi musuh tidak tentu akan menjadi teman. Apalagi musuh tersebut memiliki dendam, seperti yang April sekarang. Perasaan dendam yang menyuntik pembuluh darahnya, mampu melebar kemana-mana. Dendam April tidak hanya untuk Tomi saja, tapi orang-orang di belakangnya juga. Seperti sekarang, yang dilakukan April sekarang, di tempat misi rahasia, ruang bawah tanah mewah. “Dokumen yang sudah di print. File dan backup an nya juga ada. Kamu tidak perlu khawatir.” Angga memberikan dokumen baru yang membuat April mengerutkan keningnya. “Sejak kapan aku meminta dokumen padamu? Memangnya penting banget, ya?” kata April sambil membaca lembar pertama dokumen tersebut. Sontak, April mengeluarkan bola matanya lebih lebar. Dia terkejut, pada isi dokumen tersebut. Sementara Angga tersenyum puas melihat ekspresi April. “Aku tahu bagaimana cara membuatmu senang,” kata pria itu sambil mengecup pi April tiba-tiba. Ya, bahkan kecupan manis dari CEO yang dicintai semua wanita i
PRANG!Suara guci yang baru dibeli terdengar nyaring saat dipecahkan dengan penuh amarah. Kondisi rumah yang selalu tertata rapi di pagi-pagi, dan akan berantakan di malam hari. Rumah yang hanya ditinggali oleh Icha dan satu pembantunya itu sangat berantakan, melebihi anak-anak yang mengacak mainnanya. Hal ini karena Icha yang kerap mengacak-acak rumahnya setiap meluangkan waktu dengan para sponsornya. Menukar tubuh indahnya hanya demi mendapatkan sponsor. Siapa yang ingin ini terjadi? Selain sponsor hidung belang itu. “Nona, a-apakah ada sesuatu yang ingin Anda makan?” tanya seorang pembantu di luar kamar Icha itu. Berusaha mengetuk beberapa kali agar mendapat jawaban. Selebihnya, pembantu tersebut takut jika Icha dalam bahaya disana. Sudah lama sang Ibu tidak pernah menjenguknya. Icha menganggap Bibi, yang merupakan pembantu di rumahnya adalah orang tuanya. Tapi tetap saja, sikap dia selalu merepotkan. Icha membuka pintu kamarnya … “Ck! Tidak mau! Bersihkan saja tempat ini da
“Hah, ternyata dia hidup dengan sangat menyedihkan juga,” kata April dengan suara yang kecil. Di sebuah tempat mereka menjalankan misinya, April dan Angga sedang melihat rekaman secara langsung dari psikolog yang menangani Icha itu. April yang dulu memiliki rasa empati yang tinggi dan terkadang mengalah pada nasib dan takdir, juga kepada orang lain, kini dia juga tidak sepenuhnya bisa sangat jahat sampai tak menyisakan rasa iba pada penjahat itu. PUK!“Jangan ragu. Lakukan saja. Ingat, disini kamu adalah korban dan kamu menegakan keadilan dengan cara seperti yang kamu katakan,” ungkap Angga berusaha mengingatkan gadis itu yang hampir lengah karena rasa empatinya yang tidak bisa hilang sepenuhnya itu. ***Tiga hari telah sudah berlalu. kondisi Icha semakin buruk. Drama yang diperankan juga memiliki rating yang rendah. Lawan main Icha juga mulai membencinya karena kasus Mahira yang menyeret dirinya.Terlebih di media sosia sudah cukup banyak orang yang menyebar ulang catatan yang per
“April, sepertinya pertemuan kita sampai sini saja. Aku punya pertemuan mendadak dengan klienku. Kamu bisa pulang sendiri, ‘kan? Atau mau aku bayar saja biaya kendaraannya? Maaf, ya. Aku akan mengirimimu pesan setelah ini, ya. Ya, pulanglah.” April hanya bisa pura-pura terkejut dengan reaksi Camilla. April sampai ingin menahan tawa karena Camilla begitu antusiasnya ketika mendapatkan kabar yang dapat menjatuhkan temannya. April berusaha menebak nebak dari tadi dengan kepalanya. Tidak sabar. “Haha! Apa yang dia lakukan dengan video itu, ya? Secara hubungan mereka bertiga sudah sangat retak sekarang. Ya, tapi mereka dari dulu mereka memang tidak pernah saling mempercayai satu sama lain,” batin April. Seperti yang diharapkan, April diusir karena Camilla sedang bersemangat dengan hal lain. Tentu saja April juga bersemangat menunggu mereka terjalin dalam konflik yang berat. Dulu juga seperti itu. Hubungan persahabatan April saat sekolah juga hancur karena mereka. Terlebih yang baru-baru
"Dasar wanita sombong! Dengar! Kamu tidak akan menjadi apa-apa tanpa bantuan orang tuamu yang penuh itu! Sejak dulu kamu bodoh, tidak bisa diandalkan, suka berteriak dan menyuruh!" PLAK!Camilla menamparnya dengan keras sampai membuat pipi kering Icha perih. Suaranya terdengar ngilu oleh Icha sendiri. Sedangkan Camilla terus tersenyum lebar, tertawa renyah karena memenangkan pertarungan ini beberapa kali. Tidak, tapi sampai mati pun, Camilla selalu menjadi pemenang dari manusia yang dianggap hama ini. "Oho! Jadi kamu selama ini iri padaku, hah?! Kamu iri karena dari Mahira maupun aku, kamu memiliki keluarga yang buruk? Miskin, tidak suportif, menekan anaknya yang malang ini. Ah, dasar wanita tidak tahu diri! Memangnya kamu tidak sadar kenapa aku dan Mahira masih menerimamu?! Itu karena kamu menyedihkan, bodoh!" teriaknya. Perasaan Icha campur aduk sekarang. Antara harus mundur untuk mengalah, atau terus maju sambil terluka. Icha berpikir jernih dan penuh kesadaran, bahwa yang dia l
Camilla yang berusaha mendorong tubuh Icha dengan keras, malah berbalik keadaan. Icha yang memiliki stamina yang lebih kala itu berhasil memutar tubuhnya sendiri sambil berpegangan pada pundak Camilla. “I-cha …” Tangan kanan Camilla berusaha meraih Icha agar tubuhnya tidak membentur anak tangga yang banyak itu. Walaupun Icha mengulurkan tangannya, tapi Icha hanya mengambil ponsel milik Camilla saja, untuk menghapus aibnya. “Maaf, Camilla. Kau yang membuatku jahat seperti ini,” katanya dengan suara yang kecil. Tatapan mata yang hancur bercampur kepuasan. Menakutkan, namun begitulah Icha mengeluarkan apa yang telah dipendam sejak lama. BRUK! Tubuh Camilla terguling beberapa kali dari anak tangga, dan mendarat dengan cairan merah yang keluar dari kepalanya. Tapi tawa Iblis itu tiba-tiba redup. Icha, sadar kembali. “Ukh! A-aku yang telah mendorong wanita sialan itu.”Icha menuruni anak tangga sambil berlari. Keringat dingin terlihat membanjiri tubuhnya. Jantungnya berdetak lebih cep
“Jacob! Tunggu aku!” teriak seorang anak perempuan yang cantik dan imut. “Tidak mau! Pergi, kamu!” Jacob mendorong tubuh anak perempuan seusianya di sekolah.Tapi anak perempuan tersebut tidak menangis walaupun Jacob mendorongnya keras. Dia berusaha untuk bangkit dengan coklat yang terbungkus rapi di sebuah tupperware. “Aku tahu dia akan melemparnya. Jadi aku yang cantik ini memiliki ide untuk membungkus dengan rapat agar tak jatuh,” gumam anak perempuan itu. “Jacob!” panggilnya lagi. Jacob terus berlari ke arah Ibunya—April. “Mama!” rengeknya. Dua memeluk tubuh April yang sedang menggendong Hailey Endaru—Adik Jacob.“Kenapa, sayang? Itu temanmu, kan? Kenapa sikapmu seperti itu kepada teman?” tanya April. Jacob malah menggerakkan pundaknya enggan dengan mulut yang cemberut. “Hai, kamu menyukai anakku?” tanya Angga kepada anak perempuan itu. Anak perempuan itu mengangguk dengan semangat. “Aku menyukai Jacob, Om. Aku mau memberikan cokelat ini tapi Jacob malah berlari. Ini cokla
“April!” lirihnya. Bahkan seorang Angga yang tidak takut apapun memiliki ketakutan akan istrinya yang meninggalkannya selama ini. Bahkan Angga yang pernah menjadi relawan di suatu Negara yang terdapat genosida itu tidak bisa dipungkiri, jika matanya enggan terbuka untuk melihat mata istri yang tertutup. Dengan keberanian yang tersisa, Angga menandatangani dokumen itu. Dia tidak tahu harus berbuat apa setelah ini. Di tidak bisa berpikir jernih. Dia hancur, melebihi apapun. “Wanita yang kudapatkan dengan penuh perjuangan agar tidak pergi, tapi kenapa dia malah tetap pergi dengan cara yang lain?” batin Angga. April sudah merasakan firasatnya dari awal. Sejak April memaksa untuk mengantarnya ke makam orang tuanya ternyata saat itulah April tahu dirinya akan menyusul pergi orang tuanya. “Sabar, Nak. Jangan seperti ini. Kasihan anakmu,” ucap Haira. Haira tak bisa menahan air matanya. Pasalnya, dia tahu seberapa besar cinta Angga kepada April.Dia juga terkejut, jika April yang dikenal
Kandungan April sudah menginjak sembilan bulan. Mungkin hanya menghitung hari April melahirkan. April memiliki permintaan sebelum dia melahirkan. Dia ingin pergi ke makam orang tuanya. Angga sudah meminta April untuk pergi saat sudah melahirkan beberapa bulan saja, tapi April bersikeras untuk pergi ke makam orang tuanya hari ini. Tak mau tahu, Angga pun menuruti keinginan April itu. Sekarang, April sudah berada di depan makam mereka. April cukup kuat melangkah dengan perut besarnya. Sementara Angga memayungi tubuh April yang terkena sengatan matahari. “Ayah, Ibu … Maaf karena telat datang kemari. Terakhir kali sebelum aku menikah, ya. Aku datang kemari bersama suamiku lagi. Lihatlah, dia rela memberikan payungnya padahal dia juga kepanasan seperti itu. Mirip sekali dengan Ayah. Aku tidak akan berlama-lama, Ayah. Aku hanya ingin memberikan bunga ini untuk kalian.”April menyimpan buket yang memiliki warna yang sama dengan buket di makam Ibunya. “Aku ingin mengatakan secara langsun
Momen romantis setelah pernikahan. Angga dan April memiliki hari libur, jadi mereka fokus untuk menghabiskan waktu di rumah April. Mereka masih tinggal di kawasan yang masih memiliki hawa penuh dendam itu.“Angga, temani aku ke ruang bawah tanah, yu,” pintanya. “Dengan senang hati, Tuan Putri,” balas Angga sambil mengecup punggung tangan April. April dan Angga akhirnya masuk ke tempat yang buat itu. Tempat dimana hawa dendam lebih kuat. Tempat yang menyimpan memori kenangan yang buruk. “Apa yang ingin kau lakukan di tempat ini?” tanya Angga. “Aku merasa sesak dengan ruangan ini. Informasi penting tentang orang yang kubalas, lalu foto-foto yang tidak ingin aku lihat juga masih ada. Aku ingin mencabut semua foto tu dan membakarnya. Lalu aku tidak mau melihat satu barang ini di rumahku lagi. Bagaimana jika kita menyingkirkan semuanya?” tanya April. Angga mengerti karena sejak awal, April tidak menyukai tempat ini. Tempat ini memang sangat mendukung untuk misi April, tapi tempat ini
Air susu dibalas dengan air tuba. Perilaku tak terpuji Toni itu akhirnya mendapatkan balasan yang setimpal walau tak perlu merenggut nyawa. Tapi hukuman ini angkah pantas bagi Tomi. Perusahaan bangkurut seecpat mengedipkan magta. Meski begitu, perusahaan ini diambil alih oleh April. Meski dia harus memulainya lagi dari nol, tapi April tidak ragu untuk menarik banyak saham, karena sejak awal, perusahaan ini memanglah milik Ayahnya. “Bersama dokumen rahasia ini, akan membangun kembali perusahaan yang Ayah bangun dengan susah payah sampai meninggalkan nyawa pada Pria tua bengis sepryi dia,” gummanya smabik emlikhta Tomi yang sednag diseret oleh Petugas Kepolisian. Di luar Perusahaan yang bangkrut ini, terdapat banyak media TV Swasta maupun Negeri yang mengolok-olok Tomi dengan senjaya miliknya. Entah itu ponsel, mic, atau mulut para wartawan yang pedas. “Pak Tomi, apakah Anda menyesal telah membunuh banyak orang?”“Pak Tomi, apakah Anda tidak memiliki niatan untuk minta maaf?”“Untu
Setelah mengadakan pernikahan, pasangan pengantin baru biasanya akan melakukan malam pertama. Walaupun ini bukan pertama kalinya, tapi ini akan menjadi waktu mereka menghabiskan malam pertama dengan keadaan sadar.April memakai pakaian yang menampilkan lekuk tubuh langsingnya. Paha yang mulus sangat terekspos. Dadanya yang terbelah menjadi bagian yang indah juga pasti tidak akan berhenti ditatap oleh Angga. “Hah, tenanglah. Aku tidak boleh gugup seperti ini. Aku yakin bisa melakukannya dengan baik dan cepat,” gumamnya sambil menganggukan kepalanya dengan percaya diri. “Eh, cepat? T-tapi dia selalu melakukan pemanasan dengan lama sekali. Tidak tidak! Jangan takut. Setidaknya, dia hanya akan melakukannya satu sekali.”KLEK!Angga membuka pintu kamar itu tanpa mengetuk dulu. Dia datang dengan handuk kimononya. Belahan dadanya sangat terekspos di tempat yang memiliki cahaya yang terang ini.“Pakaian itu sangat cocok untukmu,” kata Angga dengan tengil. Dia bahkan memberikan satu kedipan m
Langit yang membiru berubah menjadi gelap. Dia menunjukan kemeriah bintang yang mati jutaan tahun yang lalu dan bersinar di waktu yang tepat. Sinar bulan menerangi alam semesta ini. Alam pun mendukung kemeriahan pernikahan April dan Angga. Sorak sorai suara ratusan manusia yang berbahagia di pernikahan dua insan ini. Mereka bernyanyi di atas alunan piano yang menyejukan. Siang tadi, mereka sudah melakukan akad nikahnya dan sekarang sudah sah menjadi suami istri. Sedangkan malam ini merupakan acara jamuan penting bersama keluarga, kerabat dan sahabat terdekat. April dan Angga beberapa kali melangkah pada tamu yang menghadiri acaranya. “Se-selamat atas pernikahan kalian, ya. Aku turun bersukacita,” kata Sekretaris Zayn kepada dua insan itu. “Terima kasih. Kau carilah jodoh supaya hidupmu tidak melulu monokrom seperti itu,” balas Angga dengan candaanya.Orang yang mendengarnya antara harus tertawa atau terkejut. Pasalnya, Angga bukanlah orang yang bisa bercanda seperti itu di depan
Pernikahannya semakin dekat dan April ingin memberitahu orang-orang terdekatnya mengenai hari bahagianya. Termasuk Leo. Dia pergi sendirian untuk menemui leo di daerah pegunungan yang terdapat panti asuhan. Akses menuju ke tempat itu cukup mudah. Suasananya yang masih asri dan hawa dingin di pagi hari. Ya, April sengaja datang lebih pagi untuk menemui Leo. Setidaknya, dia ingin berlama-lama bersama orang yang cukup berjasa untuk hidupnya. Saat kaki menapak tanah yang lembab. April menemukan pria dengan bentuk tubuh yang dikenainya. Pria itu mengenakan pakaian yang tipis dengan wara yang sudah pudar. “Leo!” panggilnya dengan suara yang lantang. Semnetara Leon yang sedang mengaikan paaian anak-anak itu tampak mengenali suara yang tidak bisa dia lupakan. “Suara itu …” Leo membalikan badannya dengan wajah yang pucat dan lingkar hitam di bawah matanya. “Leo!” April berlari ke arahnya. Dia memeluk tubuh yang kehilangan banyak otot itu. Pelukan yang erat, dan inilah yang paling Leo rin
“Sayang, apakah kamu siap?” tanya Angga yang dibalas dengan anggukan gadis cantik ini. Mereka sudah berada di depan rumah orang tua Angga. Walaupun Angga sering tampil rapi dengan jas hitamnya, tapi kini dia ingin tampil lebih bebas untuk menyesuaikan pakaian April. Sedangkan April terlihat anggun dengan gaun merah mudanya. Riasan tipis yang memuat wajahnya fresh juga membuat Apri lebih cantik. Angga memberikan tangannya agar tanga April dapat menggandengnya. “Aku siap,” jawabnya sambil melempar senyum yang lebih lebar. Inilah, senyum yang tidak pernah April tunjukan pada siapapun setelah kematian orang tuanya. Akhirnya, pria pembernai ini dapat membangunka senyumyang sudah lama tidur itu. “Ayah, Ibu. Kami datang,” ucap mereka dengan kompak. Mereka memeluk satu sama lain. Apalagi kehadiran April sudah sangat ditunggu-tunggu. “Ibu rindu sekali kepada kalian. Apakah kalian sangat sibuk sampai sudah lama tidak menemui Ibu? Bercanda hahaha. Meski begitu, Ibu sudah membuatkan masak