“Apa kamu tidak tidur?” tanya April. “Aku sudah tidur tadi siang, bukan? Di rumahmu?!” balas Angga. “Ah, kau benar. Aku masih punya rekamannya saat kamu tertidur.” April mulai menggodanya. Rekaman Angga yang sedang tertidur seperti peri. April punya senjata untuk membuat Angga merasa malu. Padahal, Angga selalu tidur dengan wajah yang tampan. Hanya saja, Angga tidak merasa percaya diri. “Baiklah, aku ingin berbicara dengan serius. Ada yang ingin kukatakan kepadamu, Angga. Dan ada yang ingin aku pinta darimu,” kata April. Kini, Angga sedang mendengarkannya dengan serius. “Saat aku menunggu Leo yang pergi ke kamar mandi, aku menemukan ponsel lain milik Leo,” ujarnya. Angga menyipitkan matanya sambil berpikir. “Maksudmu dia memiliki ponsel yang lain?” tanya Angga untuk memastikan. April mengangguk sebagai jawaban dari Angga yang benar. “Kau tahu? Siapa yang menghubunginya?” tanya April. “Tomi.”“Binggo!” jawabnya dengan satu jentikan jarinya itu. “Dia memberikan pesan tentang
Angga membantu April untuk berdiri. Laki-laki tetap sama pikirannya ketika melihat hal itu. Angga langsung membuang muka setelah melihat apa yang sedang April pakai itu. April menutupi dadanya, lalu berkata, “Dia yang memberikan aku pakai ini,” ungkapnya sambil mendesah. Angga menoleh pada pakaian seksi itu. “Harusnya aku membeli baju yang pantas untukmu. Aku kesal, pria itu sepertinya sengaja membelikan kamu baju dengan model yang seperti itu. Untuk sementara, pakailah dulu. Besok pagi akan ada baju kerja untukmu. Setelah itu, aku akan membakar pakaian murahan itu,” ungkapanya. Jujur, bukan berarti Angga juga tidak pernah membelikan pakaian seksi itu. Tapi karena yang memberikannya adalah Leo, Angga merasa marah. Dia tidak mau tubuh April terekspos bebas di depan Leo. “Kita akan bekerja besok, ya?” tanya April sambil melihat jendela yang setengah tertutup oleh gorden putih itu. “Kenapa? Kau tidak ingin bekerja?” tanya Angga. “Kamu bisa tinggal di rumah selama beberapa hari terle
BUGH! “Jangan! Pergi ke kamarmu, sekarang! Aku tahu kamu punya kamar sendiri, jadi kenapa kamu malah tidur di sampingku?!” jerit April. Setelah gadis itu menendang milik Angga yang akan menjadi masa depan cerahnya, April juga memegang kanvas bunga. Dia hampir mengayunkan kanvas bunga itu dan berniat menakuti Angga dengan berpura-pura akan melemparnya. “Ugh, b-baiklah. Jangan menendangku seperti itu. Ini adalah teman yang akan membuat kita memiliki anak, April—” “Cukup! Jangan katakan itu lagi! Pergi ke kamarmu, sekarang!” teriak April dengan wajah yang ngeri. Ya, April jika sudah benar-benar marah maka manusia tidak bisa membedakannya bahwa April ini manusia atau Iblis. Dia sangat menakutkan, dan Angga menyadari itu. “B-baiklah. Tolong simpan kanvas bunga itu, ya. Aku akan pergi ke kamarmu sekarang. Ah! Ya, seperti itu. Tolong simpan itu,” ucap Angga. Angga menahan rasa sakitnya setelah di tendang April. Angga lupa, bahwa April pernah belajar bela diri, jadi April sangat ku
Keesokan harinya, Angga mengetuk pintu kamar April. Ini masih pagi, dan untuk mereka pergi bekerja hanya membutuhkan waktu selama empat jam lagi. Tapi Angga adalah orang yang terbiasa bangun pagi, bahkan jika dia memiliki waktu dua jam untuk tidur kemarin. TOK! TOK! “Aku Angga. Aku mengantarkan baju kerja untukmu,” ujar Angga kepada April yang sedang membuka pintunya. April terbangun karena suara ketukan pintu. Rambut gadis itu seperti singa, tapi April tetap cantik dengan wajah tanpa make up nya. CEKREK!April mengambil wajah April dengan kameranya. Angga puas tertawa, karena dia akhirnya memiliki koleksi foto April yang baru. Lebih unik dan lucu karena wajah April ini tanpa make up dan dengan rambut yang naik. “Hey, kenapa kamu malah bercanda pagi-pagi seperti ini? Ugh, harusnya aku menendangmu lebih keras kemarin. Milikmu, tidak apa-apa?” tanya April yang sedang mengambil pakaiannya itu. “Maksudmu ini?” Angga menunjukan benda yang tertutup celananya itu. BUGH! April melempa
Beberapa ajam terlewat dengan sempurna. Rencana April yang meminta Angga untuk membuat April pergi dari rumahnya berhasil. Itu karena April tahu, bahwa Leo akan datang ke hotel. Dan akan bahaya jika dia melihat APril dan Angga di satu hotel. Di tempat kerja … “April, kau tidak apa-apa kemarin?” tanya Leo kepada gadis itu. Tapi April seolah-olah wanita tuli pemilih, yang tidak bisa mendengarkan ucapan yang tidak ingin dia dengar. April hanya fokus pada keyboard nya ngetik banyak tugasnya itu. “Ekhem! Apa pekerjaanmu sudah selesai?”Tiba-tiba, Angga lewat di ruang divisi April dengan sengaja hanya karena sedang ingin melihat wajah April. Tapi Angga tidak mengira jika April sedang diganggu oleh pria yang mereka berdua benci. “Eh? Be-belum, Pak,” jawabnya. Leo tidak mengira bahwa Bos nya itu akan datang ke ruang divisi ini setelah sekian lama. Selain itu, dia dan rekan lainnya bingung untuk apa Angga datang ke tempat kerja mereka. Biasanya, Angga cukup sibuk dengan pekerjaanya, jadi
Beberapa jam sudah berlalu. Kini, semua karyawan yang sudah selesai dengan pekerjaannya pulah ke rumah masing-masing. termasuk Hanum dan yang lainnya. “April, apa pekerjaanmu masih banyak?” tanya Sarah kepada gadis itu. Sarah sudah membantunya sedikit, tapi karena Sarah memiliki urusan di luar, jadi dia harus pulang lebih cepat. “Aih, lihatlah. Tentu saja sangat banyak. Dokumen itu belum menipis sejak pertama kali CEO Angga kita ini memberikannya pada gadis yang malang.” Hanum mengusap kepala April dengan lembut. “April, maaf, ya. Aku harus pergi lebih dulu. Kau tahu, anak-anakku sudah menunggu di rumah,” ujar Hanum kepada April. April mengangguk dengan kesedihan yang dicampur dengan bercanda. Ya, April tidak mungkin mengganggunya karena ini adalah pekerjaannya. Selain itu, mereka sama-sama sibuk karena ada yang sudah memiliki keluarga, dan ada yang sudah memiliki tunangan. “Hah!” Setelah mereka benar-benar pergi dan hanya tersisa April saja, April membenturkan kepalanya pada
Serangan tiba-tiba. Dari pria yang sering menyerang, dan wanita yang sering diserang. Tidak mengejutkan untuk Angga, tapi April selalu terkejut. “Hey! Aku tidak mengizinkanmu menciumku, ya!” April menunjuk wajah bibir Angga yang tidak bisa diam ketika April bersantai dengan bibirnya. Angga mengangguk setuju. Dia tidak mau membuat April marah kali ini. Jadi, dia memposisikan diri sebagai seorang pria yang menyukai seorang wanita. Angga ingin menunjukan kelebihan yang dia miliki, agar Leo tidak dapat mengalahkannya. “Aku akan mengerjakan bagian ini.” Angga mengambil dokumen yang lebih tebal dari yang April miliki. April bahkan tidak bisa mengedipkan matanya ketika Angga mengambil dokumen itu. Dia ternyata sudah mengambil laptopnya saat kemari. “Baiklah. Aku hanya akan memberikan sisanya kepadamu,” ujar Angga. Dia mulai memposisikan kacamata kotaknya itu. April menatapnya dari samping. “Sejak kapan dia sangat tampan? Kacamata itu cocok untuknya. Dia sangat menawan. Lebih sant
“April? Kau—” April juga membungkam mulut Angga yang tadinya ingin berbicara. Ini adalah keberanian April yang pertama. Dia dengan sukarela mencium bibir pria itu dengan bibirnya. April bergerak sendiri. Sebentar, April mengambil nafasnya. “Sebaiknya kamu diam saja. Aku ingin memimpin,” kata Angga. Angga pergi untuk menarik pinggang April. Sekarang tubuh April condong ke depan. Benda milik April lebih menonjol jika Angga menarik tubuh itu dengan cepat. Tentu saja, wanita ini tersentak kaget. “Tunggu, dadaku! Itu hampir mengenai kepalanya. Sial!” Angga kembali mencium bibir April dengan cepat. Dia mengecup dan melumat bibir April dengan brutal. Cukup kasar daripada tadi. April hampir tidak bisa menarik nafasnya walaupun satu kali. “Aku tidak membiarkan kesempatan ini melewatiku. Dia juga terlihat menginginkannya. Aku tidak memaksa dia jika begini,” batin Angga. Angga membuat April merasakan panas di sekujur tubuhnya. Suhu dingin malam ini dikalahkan oleh mereka yang saling