Beranda / Romansa / Dekapan Panas Ceo Arrogant / 3. Tiba-tiba Menikah?

Share

3. Tiba-tiba Menikah?

Penulis: Amy_Asya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-30 12:15:12

“Jangan berbohong, Harry,” protes ibunya cepat.

“Aku tidak berbohong, Ma. Dia benar-benar kekasihku ... dan kami akan menikah bulan depan. Iya, kan, Sayang?” Harry menoleh, menatap Laura yang saat ini sedang melotot.

Menikah?

Mendadak kaki Laura lemas seperti tak bertulang, tetapi untung saja Harry dengan cepat memegang pinggangnya dengan kencang.

Ibu Harry bahkan terkejut setengah mati, tetapi Harry tampak santai memindahkan tangannya ke bahu Laura. “Jadi, kalian batalkan saja perjodohan ini.”

“Harry, tidak bisa. Perjodohan ini … semua teman-temanku sudah tahu.” Wanita berambut pirang, Eva yang memakai gaun merah tak terima. Dia berdiri dengan wajah menahan marah.

“Itu bukan urusanku,” jawab Harry acuh tak acuh. “Dari awal aku memang tidak menyukai ini. Jadi, itu kesalahanmu sendiri.”

“Harry, duduk! Kita bicarakan ini dengan baik.” Sekarang pria paruh baya yang tak lain adalah ayah Harry menatap putranya dengan wajah tak percaya.

“Sorry, Pa. Kami hanya mampir sebentar. Kami masih punya urusan lain. Benar, kan, Sayang?”

Saat ini, Laura hanya bisa mengangguk pasrah saat merasakan Harry mencengkeram bahunya dengan erat.

Dia sudah terlanjur masuk ke dalam permainan pria gila itu. Jadi, mana mungkin dia bisa membantah semua perkataan Harry?

“Ayo kita pergi dari sini, Sayang.” Lagi-lagi Harry memeluk pinggang Laura yang ramping saat mengajak wanita itu keluar.

Pria itu tak ingin terlalu lama berada di dalam dan menerima banyak pertanyaan.

Harry tampak tidak peduli apakah keluarganya akan percaya atau tidak.

Yang penting untuk malam ini dia selamat dari perjodohan sialan itu!

****

“Singkirkan tanganmu!” Laura langsung menghempaskan tangan Harry begitu mereka sampai di luar.

Dada wanita itu tampak naik turun dengan tangannya menunjuk wajah Harry. “Kau ini gila atau apa? Menikah bulan depan? Sungguh, aku tidak mau ikut-ikutan lagi mulai sekarang.”

Harry menaikkan sudut alisnya. “Berikan kontak teleponmu," perintahnya.

“Untuk apa?”

“Kita akan bertemu lagi bulan depan untuk membahas tentang masalah tadi. Mereka … maksudku orang tuaku pasti akan bertanya tentangmu entah besok atau minggu depan.”

Laura tertawa terbahak mendengar ucapan Harry yang terkesan percaya diri. Pria itu baru saja mengatakan seolah Laura tertarik dengan omong kosongnya di dalam tadi.

Oh, tidak mungkin!

Laura baru saja melepaskan diri dari pria bajingan seperti Sam. Jadi, dia tidak akan terjerat dalam pria bajingan lain dalam wujud yang berbeda.

“Jangan bawa-bawa aku lagi.”

“Apa maksudmu?” tanya Harry dengan wajah terkejut. “Aku sudah mengatakan jika kita akan menikah bulan depan. Lagi pula kau sendiri yang bilang akan membalasku dengan apa pun.”

“Itu urusanmu, bukan urusanku!” Laura menjambak rambutnya sendiri dengan kesal. Kenapa dia harus bertemu dengan pria semaunya sendiri seperti Harry?

“Urusanku?” tanya Harry sinis. “Kau lupa ya, aku baru saja menyelamatkan nyawamu dari para pria itu. Kalau bukan karena aku kau pasti akan ditangkap lagi oleh mereka.”

Laura mendesah kasar. Dia memang berhutang budi pada pria itu, tetapi bukan berarti dia setuju dengan ide konyol tentang pernikahan tadi.

Laura bergeming, mencoba berpikir tentang cara apa agar dia bisa melarikan diri dari Harry.

Ya, dia harus bisa melarikan diri dari pria gila ini.

Toh, mereka juga tidak akan bertemu lagi.

“Kau coba cari wanita lain saja. Sekarang banyak kok wanita yang menyediakan jasa sebagai pacar atau istri bayaran.”

“Dasar sinting!” maki Harry. “Kau lupa jika kau sudah aku kenalkan pada mereka semua tadi. Kalau aku menyewa wanita lain, sudah pasti mereka tidak akan percaya.” Harry terdiam sejenak. Dia tampak berpikir, lalu tersenyum saat sebuah ide muncul di kepalanya.

“Kalau begitu bagaimana jika kau saja. Aku akan membayarmu berapapun. Kita bisa melakukan semacam kontrak kerja.”

Pernikahan? Kontrak kerja?

Laura melotot tak percaya dengan ide Harry. Itu semua tidak masuk akal.

“Bagaimana?” tanya Harry sekali lagi.

Tak ada jawaban yang keluar dari mulut Laura. Gadis itu hanya mendesah kasar, lalu berjongkok sembari menggaruk kepalanya yang tiba-tiba terasa gatal.

Dia menggigit ibu jarinya saat memikirkan tentang ide konyol yang Harry tawarkan.

“Begini—” Wanita itu kembali berdiri dan menatap Harry dengan serius. “A-aku … lihat ada polisi di sana!” teriak Laura dengan menunjuk ke arah belakang Harry.

Pria itu terkejut, dan sontak menoleh ke belakang. Dia mencari-cari polisi yang dimaksud Laura. “Nona, kau jangan—” Mata Harry terbelalak saat mengetahui jika Laura sudah tidak ada di depannya.

Wanita itu bahkan lari dengan membawa kedua sepatu heelsnya di tangan!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   4. Dasar Wanita Licik!

    Laura turun dari taksi dengan napas terengah-engah. Dia bersyukur karena berhasil melarikan diri dari Harry. Meskipun ia merasa lucu juga karena bisa-bisanya pria sedingin Harry bisa dikelabui dengan cara seperti itu. Akan tetapi, bagaimana jika pria itu bisa menemukannya? “Ah, aku tidak peduli. Lagi pula mana mungkin kami bertemu lagi,” lirih Laura lalu berjalan memasuki gedung apartemen. Dia kemudian masuk ke dalam lift dan menekan angka yang ada di sana. Walau bukan penghuni gedung apartemen ini, tetapi Laura memiliki akses karena temannya yang tinggal di sini. “Sialan! Kalau dipikir-pikir aku jadi bertemu dengan pria gila itu karena mengira jika dia Jackson.” Ting! Di saat yang sama, pintu lift terbuka. Laura bergegas menuju salah satu pintu yang sudah dia hapal nomornya. Dalam satu kali pencetan bel, pintu itu langsung terbuka, dan muncul pria berambut hitam dengan wajah bingung saat melihat laura. “Kau? Apa yang kau lakukan di sini saat hampir te

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   5. Takdir Laura

    Harry membenarkan dasinya sebelum keluar dari mobil. Di luar sudah ada Ethan—asisten pribadinya yang menunggu sejak tadi. Pria itu memang sangat disiplin. Dia selalu datang lebih dulu daripada Harry. “Hari ini ada wawancara terakhir untuk calon sekretaris. Anda yang akan melakukan wawancaranya langsung, kan?” tanya Ethan sembari berjalan. Dia sudah sibuk dengan tablet yang ada di tangannya. Harry hanya mengangguk. Dia sempat menoleh ke arah jam tangannya. Masih ada waktu untuk melakukan sesi wawancara terakhir. Sekretaris pria itu tiba-tiba saja berhenti tiga bulan lalu, itulah sebabnya Harry membutuhkan seseorang yang hampir mirip dengan pria yang pernah menjadi sekretarisnya itu. “Ada satu orang wanita yang berhasil sampai di tahap ini,” ucap Ethan dengan hati-hati. Langkah kaki Harry langsung terhenti. Dia menoleh, menatap Ethan dengan kening berkerut. “Bukankah aku sudah bilang, aku tidak mau sekretaris wanita. Merepotkan!” “Tapi dia punya potensi yang bagus,

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   6. Salah Masuk Kandang

    “Kalau seperti itu, mari saya antarkan Anda untuk bertemu dengan Tuan Thompson.” Mendengar nama itu, Laura mengangguk dengan semangat. Ah, dia tidak peduli dengan kata Jackson tentang Tuan Thompson yang selalu menginginkan kesempurnaan itu. Dia pasti bisa menghadapinya! Apalagi setelah ini, Laura akan mendapatkan kebebasannya dari Keluarga Green… Hanya saja, Laura justru berdiri mematung begitu sampai di dalam ruangan atasannya. Jujur, dia membayangkan Tuan Thompson adalah pria tua dengan perut buncit. Namun, apa yang dilihatnya ini? Atasan barunya itu adalah pria dengan punggung yang lebar tampak tenang melihat ke arah luar, di dekat jendela kaca besar di sudut ruangan! “Apa ini artinya aku akan melihat dua pria tampan sekaligus?” bisik Laura sangat pelan. “Tuan, ini Nona Green. Mulai sekarang dia akan bekerja sebagai sekretaris Anda.” “Baiklah. Bisa tinggalkan kami berdua?” tanya Harry yang masih belum menoleh. Deg! Mendengar suara berat pria itu,

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   7. Calon Istri

    Laura menganga tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. Pria itu memintanya untuk mengundurkan diri sekarang dan harus membayar pinalty? “Anda mau memeras saya, ya?” tanya Laura dengan wajah memerah. “Ini namanya tidak professional, Tuan Thompson. Saya tidak akan mengundurkan diri, kalau mau Anda saja yang memecat saya sekarang.” Mendengar tantangan yang Laura katakan, Harry menaikkan sudut alisnya. Setelah itu, dia tersenyum kecil. “Apa jaminannya kau tidak akan menjelekkan nama perusahaanku jika aku memecatmu sekarang? Kau ingin mendapat uang denda … jangan mimpi, Nona Green! Di kontrak tidak ada perjanjian aku harus membayar ganti rugi jika memecatmu sekarang. Siapa yang akan dirugikan?” Laura bergeming. Wanita itu meremas pakaiannya sendiri, menahan amarahnya yang ingin meledak saat ini juga. Di perjanjian kontrak mereka memang tidak ada peraturan bahwa Sky Hotel’s harus membayar ganti rugi jika memecatnya sebelum kontrak berakhir. Di sini jelas Laura yang akan dir

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   8. Bos Tidak Profesional

    “I-ini semua yang harus aku kerjakan?” tanya Laura dengan suara terbata-bata ketika melihat tiga tumpukan berkas yang menjulang tinggi yang dibawa oleh Ethan. Ethan mengangguk, setelah meletakkan tumpukkan berkas terakhir. “Sebenarnya Tuan Harry meminta untuk yang satu tahun terakhir, tapi yang kubawa ini hanya yang tiga bulan terakhir saja.” Mulut Laura menganga tak percaya. "Tiga bulan terakhir? Sebanyak ini?" “Iya. Aku rasa kau bisa cepat belajar dari semua ini. Nanti setelah itu baru arsipkan semua.” Laura mengangguk pasrah. "Baiklah." “Kalau begitu aku pergi dulu. Maaf, karena tidak bisa membantu, ya. Aku juga masih punya banyak kerjaan, Laura.” “Tidak masalah.” Setelah Ethan pergi, Laura duduk dan menghempaskan punggungnya di sandaran kursi. Dia harus mengerjakan semua ini secepat mungkin, sebelum malam tiba. Namun, belum ada lima belas menit sejak Ethan pergi, pria itu kembali lagi. Raut wajahnya tampak sungkan saat mendengar pertanyaan dari Laura. “Ada yang ketinggala

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   9. Jangan Berharap Pada Manusia

    Tepat jam dua belas malam, Laura berhasil menyelesaikan pekerjaan yang diberikan Harry. Wanita itu akhirnya menyandarkan tubuhnya yang terasa lelah dan pinggangnya yang terasa sakit. Mata birunya menatap langit-langit kantor yang masih terang. Seharusnya dia bisa segera pulang dan berbaring di atas kasur sekarang, tetapi gara-gara Harry, Laura masih belum mendapatkan flat yang bisa dia sewa. “Apa aku harus menginap lagi di apartemen Jackson?” Laura menggeleng dengan ucapannya sendiri. “Kalau aku bilang aku lembur di hari pertama kerja, dia pasti akan mengomel dan memintaku berhenti.” Merasa putus asa, Laura kembali menghentakkan kakinya hingga berkali-kali. Dia benar-benar lelah hingga tidak bisa berpikir jernih sekarang. Cukup lama, sampai pada akhirnya, dia berdiri, lalu mengemasi barang-barang dan memasukkannya ke dalam tas. Entah bagaimana pun caranya, Laura harus mendapatkan tempat menginap sekarang. Mungkin dia akan menginap di motel, mengingat masih ada sedikit uang d

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   10. Bukan Bagian Keluarga Green

    Suara pintu yang berderit, membuat Laura membuka matanya. Samar-samar, dia melihat siluet dari sosok laki-laki yang berdiri dengan tenang di depan pintu. “Antonio,” panggil Laura lirih pada pria berpakaian rapi itu. Dia adalah kakak laki-laki Laura. Putra sulung Keluarga Green. Antonio membuka pintu dengan lebar. Lalu, dia melangkah masuk—membuka tirai-tirai yang menutupi jendela, membuat cahaya matahari masuk ke dalam kamar. Tak ada suara lain yang terdengar, selain derap langkah kaki dari pria berkulit putih itu. “Cepat pergi dari rumah ini.” Suara Antonio terdengar tenang. Tanpa menoleh sama sekali, dia masih menatap ke arah luar di tepi jendela kaca. “A-aku memang ingin pergi, tapi papa yang mengurungku di sini.” Antonio berbalik, menatap Laura yang tampak berantakan. “Kalau begitu, pergilah sekarang!” “Kau kembali untuk membebaskan aku?” tanya Laura. Dia berharap

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-09
  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   11. Tuan Putri yang Malang

    Laura berlari-lari saat hendak masuk ke dalam lift. Dia sudah terlambat tiga puluh menit, dari jam masuk kerja yang seharusnya. Dia harus bersyukur karena pagi tadi Antonio datang. Jika tidak, Laura sama sekali tidak tahu bagaimana nasibnya, atau mungkin pekerjaannya bisa saja hilang. Napas wanita itu naik turun di dalam lift. Sekarang Laura hanya berharap jika Harry belum datang, atau dia bisa minta kompensasi karena sudah lembur malam tadi. “Kau terlambat tiga puluh lima menit.” Bariton tegas itu membuat Laura tersentak, saat pintu lift terbuka. Jantung Laura hampir lepas saat dia melihat tatapan Harry yang dingin, dan tampak mengancam. Sorot mata Harry jelas menyiratkan jika dia sangat kesal sekarang. “Maaf, Tuan. Malam tadi saya lembur. Jadi, saya—“ “Tutup mulutmu! Aku tidak mau mendengar alasan apa pun lagi! Hari ini aku masih memaklumi, tapi tidak dengan di lain waktu. Paham!" bentak Harry yang langsung membuat Laura terdiam. Setelah itu, pria yang memaka

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-09

Bab terbaru

  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   61. Berikan Cucu Untuk Keluarga Thompson

    “Apa masih sakit?” “Ah, i-itu tidak lagi,” jawab Laura sedikit gagap. Wanita itu kembali tersentak begitu merasakan jarinya yang kembali basah karena Harry yang kembali menghisap darahnya. Lutut Laura lemas seketika. Rasanya dia hampir terjatuh. Bukan karena darah yang keluar, tetapi karena tindakan Harry yang lagi-lagi tidak terduga. Padahal sebelumnya pria itu yang memperingatkan Laura untuk tidak bertindak sesuka hati, dan menyebabkan kesalahpahaman antara mereka. Namun, sekarang kenapa justru Harry yang selalu membuat jantungnya berdegup tidak karuan? “Kalau seperti ini, bisa-bisa aku kena serangan jantung," gumam Laura. “Apa?” tanya Harry yang tidak sengaja mendengar gumaman Laura. Pria itu langsung mendongak, menunggu jawaban yang akan keluar dari mulut istrinya. “Ah, bukan apa-apa." Laura segera menarik tangannya. "Sudah selesai, kan? Aku harus memoto

  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   60. Kedatangan yang Tiba-tiba

    “Kalian sudah pulang?” Laura menggigit bibirnya sendiri dengan perasaan khawatir. Sementara itu, Harry segera berjalan masuk menghampiri ibunya, dan berusaha membuang semua perasaan gugupnya. “Kapan Mama sampai?” “Belum lama. Kira-kira lima belas menit yang lalu. Kalian dari mana?” Harry merangkul bahu ibunya. Dengan mengajak berbicara, pria itu juga membawa wanita paruh baya itu keluar dari dalam kamar tanpa disadari. “Aku ke kafe Dominic. Setelah itu, kami ke taman wisata mengajak Leo bermain.” “Ah, Leo. Mama jadi ingin bertemu lagi dengan anak itu.” “Kapan-kapan aku akan membawanya pulang,” ujar Harry. Pria itu menoleh ke belakang—menatap Laura dengan kode yang hanya bisa dimengerti oleh keduanya. “Kita turun ke bawah, oke?” “Ya, lagi pula Mama tadi berpikir jika kalian masih tidur di dalam sana.” Harry menggeleng

  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   59. Tamu Tak di Undang

    Melihat bagaimana cara Harry menatapnya, Laura terpaksa tertawa terbahak-bahak agar pria itu lupa dengan apa yang Anna katakan tadi. “Kau seperti tidak tau wanita saja,” ujar Laura sembari menepuk bahu suaminya. “Semua orang pasti akan bicara seperti itu pada pasangan yang baru menikah, kan?” Harry menjauhkan tubuhnya lalu mengangguk pelan. “Kau benar juga.” “Iya. Abaikan saja omong kosong Anna tadi.” Laura masih tertawa seraya menutup mulutnya. Harry hanya menganggukkan kepalanya. Pria itu segera menginjak pedal gas, dan meninggalkan area parkir kafe milik Anna. Sementara itu, Laura menghela napas lega melihat Harry kembali terdiam—dan tidak bertanya apa pun lagi. Dia benar-benar tidak ingin pria itu marah padanya dan menjadi salah paham. *** “Aku lelah sekali.” “Kau ingin makan malam di luar?” Harry menoleh, dia menatap Laura yang sedang menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi mobil. Mereka menghabiskan banyak waktu bermain dengan Leo di taman hiburan tadi. Sampai

  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   58. Punya Anak?

    "Kau pernah sekolah memasak?” tanya Laura seraya melihat gerakan tangan Anna yang gesit. Dia benar-benar kagum dengan kelihaian yang Anna miliki. “Aku hanya kursus sebentar. Selebihnya, aku bisa karena aku memang suka memasak.” “Wah, mungkin itu yang dinamakan bakat alami.” Anna tertawa pelan mendengar ucapan Laura. “Kau bisa datang ke sini kalau mau belajar juga.” “Sungguh?” “Iya. Anggap saja supaya kita bisa kenal lebih dekat. Kemarin itu kita belum sempat berkenalan lebih jauh lagi.” Anna menghela napas dengan panjang. “Leo benar-benar rewel kemarin, maka dari itu kami langsung pulang.” “Tidak masalah. Kalau begitu kapan-kapan aku akan datang ke sini.” “Kalau aku tidak ada, kau bisa langsung menemui para karyawan di sini. Aku sudah memberitahu mereka.” Laura mengangguk, sangat antusias. Sesaat, dia lupa dengan apa yang terjadi sebelum datang ke tempat ini.

  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   57. Percaya Padaku, Laura

    “Ini gila, Harry.” Laura sudah tak punya wajah lagi di hadapan suaminya. Bagaimana bisa ayahnya meminta tolong, sembari memberikan ancaman seperti itu? “Ayo, kita pergi saja dari sini,” ujar Laura lagi. Dia menarik tangan Harry, tetapi pria itu sama sekali tidak bergerak. Harry bergeming. Pria itu tetap berdiri dengan wajah tenang, yang justru bisa membuat semua orang yang ada di sana bergetar ketakutan. Melihat bagaimana cara Harry menatapnya, Tuan Green segera berdiri. Pria paruh baya itu membersihkan tangannya dengan senyum kaku. “Maafkan kami, Nak. Aku—“ “Apa yang akan kudapatkan jika aku bisa menolong kalian?” tanya Harry memotong ucapan ayah mertuanya. Pertanyaan yang dilontarkan Harry langsung membuat perhatian keluarga Green, dan Laura beralih padanya. “Ka-kau serius, Nak? Kau sungguh-sungguh akan membantu kami?” “Harry, jangan berbuat gila!” Harry menoleh ke arah Laura. Pria itu berdiri dengan sikap santai—memasukkan kedua tangannya di dalam saku celana, yang e

  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   56. Bertemu Keluarga Green

    Laura dan Harry kompak berbalik. Tatapan mata berwarna biru itu berhenti setelah dia melihat siapa yang ada di hadapannya sekarang. Semua anggota keluarga Green ada di depannya. Ayah, ibu, dan Caroline yang sedang tersenyum ke arah mereka berdua. Melihat itu, Laura berdiri mematung dengan perasaan tak menentu. Sebelumnya, Laura sudah memperkirakan hal seperti ini akan terjadi, tetapi dia tidak menduga jika waktunya akan secepat ini. "Laura, dia suamimu?" tanya Tuan Green sembari melihat ke arah Harry yang berdiri di samping putri bungsunya itu. "Halo, Nak. Akhirnya kita bertemu juga," sapa Tuan Green tanpa menunggu jawaban dari Laura. *** “Kami tidak tahu kapan kalian menikah.” Tuan Green mulai membuka percakapan di antara mereka. Setelah bertemu di depan kantor polisi tadi, Harry memutuskan untuk mengajak semua anggota keluarga istrinya ke restoran. Meskipun L

  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   55. Aku Hanya Peduli Pada Bayinya

    “Aku hanya ingin memberinya pelajaran,” jawab Laura dengan mengalihkan tatapan matanya. Dia tidak ingin Harry tahu apa alasannya datang ke sana, dan yang terjadi di dalam keluarganya. Itu sangat memalukan. “Keluargamu ada masalah?” “Aku tidak tau.” Laura menjawab dengan cepat. Wajahnya sedikit panik. “Mereka bukan urusanku lagi. Lagi pula untuk apa aku masih menganggap mereka keluarga? Ayahku sendiri yang memutuskan hubungan itu.” “Itu benar. Jadi, kau menemui laki-laki itu bukan karena kakakmu, kan?” Laura terdiam, dan menatap Harry dengan sedikit bingung. Dari mana Harry bisa tahu jika dia menemui Sam karena Caroline? Laura langsung bangkit dengan cepat, dan terduduk. Dia menyandarkan tubuhnya ke belakang, dengan mata yang menatap langit-langit kamar mereka. Seharusnya, Laura memang tidak memedulikan Caroline lagi. Namun, ketika dia tahu bahwa

  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   54. Beri Aku Penjelasan!

    Harry mendekat begitu mendengar ucapan Laura dengan perasaan yang tidak bisa dia artikan. Kemudian, dia menyentuh pipi Laura yang terasa sangat panas. Tidak hanya itu, keringat wanita itu juga bercucuran. Wajah Harry tampak sangat panik. Seharusnya demam Laura sudah turun karena dia baru saja meminum obat, tetapi kenapa suhu tubuh wanita itu justru semakin tinggi?Ketika Harry hendak pergi untuk mengambil ponselnya, lagi-lagi Laura menarik tangannya dengan erat. “Mama, temani aku malam ini,” ucap Laura lirih. Mendengar permintaan Laura, mau tak mau Harry akhirnya memilih untuk duduk. Pria itu terdiam dengan sorot mata yang penuh arti. Laura menggenggam tangannya dengan kuat, seolah dia tidak mau kehilangan lagi. Harry tidak pernah tahu seperti apa hidup yang dialami wanita ini. Seperti apa hubungannya dengan semua anggota keluarganya. Namun, satu h

  • Dekapan Panas Ceo Arrogant   53. Wanita Keras Kepala

    Laura membuang wajah. Wanita itu tampak gugup seketika. “A-aku hanya terbiasa hidup dalam kekerasan.” “Mantan kekasihmu sering melakukan hal seperti ini?” “Ti-tidak. Ini yang pertama kali. Dulu dia tidak seperti ini.” “Dari dulu dia memang seperti itu. Kau hanya baru tahu sekarang.” Harry membuang kapas yang dia gunakan untuk membersihkan luka Laura. Kemudian, dia mengambil salep dan mulai mengoleskannya dengan pelan. “Kau boleh mengeluh kalau ini terasa sakit.” Laura menggeleng kuat. “Ini tidak sakit sama sekali.” Ya, Laura benar. Dia tidak berbohong. Semua luka-luka yang dia rasakan sekarang belum ada apa-apanya dibandingkan luka-luka yang biasa dia dapatkan dari ayahnya. Harry terdiam. Pria itu memilih untuk tidak menanyakan sesuatu lagi. Dia hanya sesekali melihat kening Laura yang tampak berkerut, menahan sakit. “Sudah selesai.”

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status