“Berapa yang kau inginkan?” Kia memberanikan diri bertanya.“Bukan berapa, tapi apa?” Alex menyeringai lebar yang membuat mata Kia melotot sempurna dengan jantung yang berdebar kencang.“Maksudnya ... ““Menurutmu, apa pertukaran yang pas untuk melindungi nyawamu?” Alex balik bertanya. Pertanyaan ambigunya membuat Kiara tertegun sejenak. Seringaian yang tersungging di bibir Alex membuatnya bergidik ngeri.“Dasar mesum!” pekik Kiara, “apa di otak orang-orang kaya seperti kalian hanya ada selangkangan?” Kiara merenggut kesal.Alex tertawa, ekspresi cemberutnya membuat gadis di depannya terlihat sangat lucu dan menggemaskan.“Kenapa tertawa? Itu nggak lucu! Lagi pula aku masih perawan dan tersegel, aku nggak akan menyerahkan keperawananku pada orang lain selain suamiku nanti!” bebernya tanpa jeda dalam sekali tarikan nafas.Melihat Alex yang mengerutkan keningnya, Kiara baru menyadari ucapannya yang selalu kebablasan menutup mulutnya karena malu.Bisa-bisanya membeberkan fakta keperawana
Arshaka menatap Alana yang tengah terlelap dengan mulut sedikit terbuka dengan perasaan bahagia. Bagaimana tidak, sekarang Alana sudah tahu kenyataan yang sebenarnya. Meskipun Alana sangat terkejut dengan fakta yang terjadi, ditambah Adrian yang memalsukan kematiannya dan kembali hadir dengan niat yang sama yaitu balas dendam.Setelah penuh drama, akhirnya mereka mencoba berbaikan. Belajar menerima satu sama lain dengan pandangan berbeda. Meskipun pada awalnya mereka berdua sama-sama merasa kikuk karena selama ini hanya pertikaian dan adu mulut dengan kata kasar yang kerap sekali melingkupi kebersamaan mereka.Sedangkan Alana, dihadapkan dengan kenyataan bahwa ia telah ditipu dan diperdaya oleh Adrian, bahkan dengan mudahnya ia percaya semua perkataannya merasa sangat sedih. Ia menyesal karena telah dibutakan oleh cinta hingga segala macam peringatan dari orang tuanya tak pernah ia indahkan. Alana bersikukuh menerima lamaran dari Adrian hingga insiden di Dermaga menjadi awal mula kesa
Alex mengedarkan pandangannya ke sekeliling arah. Bangunan tua itu terlihat sangat bobrok dengan cat dindingnya yang mengelupas sebagian. Alex membawa serta belasan anak buahnya yang sudah terlatih. Berbekal persenjataan yang lengkap dan alat komunikasi yang canggih, ia memindai struktur bangunan berlantai dua. Dengan menggunakan alat ciptaannya ia bisa mengidentifikasi seseorang dari jarak jauh melalui suhu tubuhnya.Dari layar laptopnya terlihat beberapa orang yang berjaga di dalam bangunan itu tubuhnya menguar hawa panas berwarna merah, bersenjata dengan siaga.Seakan mereka sudah tahu, sewaktu-waktu pasti akan datang seorang penyusup maupun bahaya yang mengintai mereka.Melalui alat radio bloethooth nirkabel jarak pendek yang sudah ia modifikasi di perusahaan IT di bawah naungan Arshaka group, ia berhasil membuat alat tersebut lebih fleksibel dan canggih, hingga mampu berkomunikasi dengan banyak orang sekaligus tanpa terputus karena mempunyai penguat signal terbaru.Alex menyuruh
“Siram keparat itu!” perintah Alex pada bawahannya.Air yang sebelumnya di beri es batu disiram dengan sekuat tenaga ke arah Jimmy, membuatnya seketika terbangun dan menggigil kedinginan.Arshaka tertawa keras. “Apakah rasanya begitu menyegarkan Jimmy? Oh, salah! Jeremy? Apakah kau mengira setelah berganti nama membuatku akan mudah terkecoh?” ejeknya dengan smirk menghiasi bibirnya.Arshaka lalu mengeluarkan sebuah belati dari balik tubuhnya dan mengacungkannya pada wajah Jimmy. Mengelus pipinya dengan belati itu seakan-akan tengah bermain-main.“Kau sudah membuat Alanaku sengsara, bukankah kau juga sudah menyiramnya seperti yang kulakukan barusan?” Mata tajam Arshaka berubah menjadi kelam seakan menyimpan sebuah jiwa psikopat.“Katakan padaku, apa yang harus aku lakukan pada orang yang telah mengusik bahkan menyakiti milikku?” tanyanya dingin kemudian belati yang mengelus pipinya semakin ditekannya hingga goresan lebar dan dalam merobek pipi Jimmy. Rasa sakit membuatnya menjerit ker
Arshaka setelah mandi dan berganti baju yang terkena noda darah Jimmy masuk ke Mansionnya dengan tergesa-gesa. Sekarang sudah ada alasan baginya untuk kembali dengan cepat dan bersemangat.Dengan pelan Arshaka membuka pintu kamarnya yang sekarang Alana tengah berbaring sambil membaca sebuah buku di tangannya.Mendengar pintu berderit, Alana menoleh ke arahnya. Ia menyunggingkan senyum akan kedatangan Arshaka.Jika hal itu terjadi sebelum semuanya terbongkar, pastilah bukan sebuah senyum manis yang akan Alana lontarkan. Melainkan tatapan sinis dan hinaan untuknya.Namun, sekarang berbeda. Siapa sangka hubungan mereka akan berubah manis, apalagi adanya janin di kandungan Alana membuat Arshaka jadi lebih protektif lagi.Arshaka melangkah ke arah ranjang kemudian merebahkan tubuhnya di atas Alana, sedikit miring agar bobot tubuhnya tak membuat perut Alana tertekan.“Apa kau lelah?” tanya Alana dengan senyum manisnya sambil menyugar rambut Arshaka.“Tidak, aku hanya merindukanmu,” jawab Ar
“Shaka ... Alana ....” ucap Alex terkejut bukan main melihat kedatangan mereka secara tiba-tiba. Ekspresi shock di wajah keduanya membuat Alex menyadari kalau ia sudah kepergok berbuat hal di luar dugaan mereka.Bagaimana Arshaka dan Alana tidak terkejut melihat Alex yang sedang duduk di sofa ruang tamunya sedang bercumbu mesra dengan seorang perempuan cantik.Posisi perempuan itu duduk di atas paha Alex membelakangi Mereka dengan rambut tergerai sebatas punggung atas membuat keduanya begitu penasaran.Perempuan itu beringsut turun dari pangkuan Alex dan duduk di sebelahnya menunduk malu. Perasaan canggung melingkupi atmosfer di sekitar mereka, tak ada satu pun yang mau membuka suaranya sekedar basa basi Maupun menyapa.“Ah, iya, Alex .... maaf kami datang tanpa memberitahu dulu, kami hanya ingin mengunjungimu,” cicit Alana pelan berusaha memecah keheningan.“Em, ini ... aku yang memaksa suamiku untuk menemaniku datang kemari, dan ini untukmu!” ucap Alana lagi, mengambil totebag di ta
Alana berjalan cepat menuju kamarnya setelah masuk ke dalam Mansion dengan mengabaikan Arshaka yang memanggilnya sejak tadi.Ia bersikap acuh tak acuh sejak meninggalkan Apartemen Alex, Alana masih merasa kesal setelah mendengarkan pembicaraan suaminya dengan asistennya itu. Berawal dari ingin menawarkan makanan untuk mereka, namun, malah mendengarkan sesuatu yang tak seharusnya ia dengar.“Alana, stop! Dengarkan aku dulu!” seru Arshaka putus asa. Entah bagaimana caranya membuat Alana berhenti sekedar mendengarkan penjelasan darinya terlebih dahulu.Pintu kamar di buka lalu ditutup dengan keras hingga menimbulkan suara berdebum keras tepat di mana Arshaka berdiri di depan kamarnya saat hendak masuk.Alana yang sekarang tentu saja tidak akan pernah merasa takut apalagi terintimidasi dengan sikap Arshaka, malah ia lebih bersikap berani dan garang dengannya.Bagaimana tidak, istri mana yang tidak akan cemas dan kawatir berlebihan ketika mendengar suaminya akan pergi berperang, menggempur
“Alfa 1, lewat jalur belakang. Alfa 2 dan 3 masing-masing dari samping, sedangkan Alfa 4 serang dari depan,” titah Arshaka yang langsung di laksanakan dengan gerakan terorganisir.“Para Roger bersiaga untuk penyerangan babak ke dua, tunggu komando dariku untuk memulai penyerangan!” titahnya lagi.Alfa 1 yang beranggotakan 20 orang dengan sigap memakai alat untuk melontarkan beberapa tali yang mempunyai pengait diujungnya. Dan naik dengan seutas tali itu dengan terampil. Kemudian mulai menembaki para penjaga di atas benteng dengan tembakan yang sudah dilengkapi dengan peredam suara.Begitu juga dengan para Alfa yang lain juga melakukan trik yang sama, mereka mulai memanjat dinding dengan bantuan seutas tali. Persiapan yang begitu matang meskipun dalam waktu yang terbatas tak menjadi halangan. Apalagi mereka dibantu dengan alat yang menunjang aksi mereka membuat mereka dengan mudah menyelinap.Mereka pun mulai menembaki para penjaga dari empat arah, apalagi tangan terampil mereka dalam