Home / Romansa / De Crepusculum / 4. Bibi Maise

Share

4. Bibi Maise

Author: deaarmaya
last update Last Updated: 2021-09-06 21:21:48

"Apa aku terlihat begitu mencolok?"

Atha menatap Kanzo meminta jawaban, di negaranya dahulu ia selalu direndahkan, tak punya teman dan selalu sendirian. Alasan kenapa ia lebih suka tempat ini, hangat dan penuh kasih sayang serta kepedulian. Maise terharu ketika Atha bercerita tentang perasaannya. 

"Ya.. Kulitmu yang putih itu terutama, apalagi aku yang punya darah Jepang saja kalah putih. Padahal disekolah aku juga mencolok." Kanzo terkekeh menjaabatkan fakta. Ia tak bisa membayangkan jika Atha sekolah di tempat yang sama dengannya, ia berpikir bagaimana tatapan semua murid kepada Atha yang tampak begitu unik dan cantik.

"Sama dong, di sekolahku dulu, aku juga gitu. Malah lebih parah lagi. Karena dapat sanjungan dari guru yang terkenal killer, aku dijauhi teman sekelas, bahkan jadi bahan bully-an," curhat Atha, ia tersenyum ketika mengingat itu semua. 

"Mereka cuma iri," ujar Kanzo terbahak.

"Aku faham kok," sahut Atha tertawa. 

Mereka terus berbincang tanpa sadar Maise mengamati mereka sedari tadi.

###

Suara lenguh pelan membuat lamunan Maise kembali buyar, ia menatap Atha yang meringkuk lemah di atas ranjangnya. Maise menyibak selimut yang membalut tubuh Atha perlahan. Dan meringis kecil melihat kaki kanan Atha diperban. 

"Atha, bangun, Nak! Sudah jam delapan," bisik Maise pelan 

Atha melotot kaget, "Hah? Sudah pagi?!" 

Atha langsung berusaha bangkit, yang akibat ketergesaannya kakinya menyandung ujung tiang kasur. "Aduh! Astaghfirullah!" jerit Atha meringis.

"Masih malam nak, kamu duduk dulu. Sedari sore kamu belum makan." Maise membantu Atha duduk, kemudian menumpuk beberapa bantal di kepala ranjang agar Atha bisa bersandar nyaman. 

"Makasih, Bi, bisa Bibi keluar dulu? Aku akan sholat." Atha tersenyum sopan. Terdengar tidak sopan memang, mengusir orang yang telah menunggu ia siuman, tapi ia benar-benar tak ingin telat melakukan ibadahnya.

"Boleh, Bibi keluar dulu. Nanti kalo sudah selesai, panggil Bibi ya." Maise mengelus puncak kepala Atha lalu bangkit untuk keluar kamar. Tapi tarikan ditangan kanannya membuat laju tubuhnya berhenti.

"Maaf sudah merepotkan, Bibi," lirih Atha menunduk sungkan.

"Hey, kamu mengatakan demikian seolah aku orang lain bagimu. Ingat, aku ini keluargamu, Nak. Tak ada istilah merepotkan dalam kekeluargaan. Jika kamu merasa merepotkanku, bukankah setiap hari aku selalu merepotkanmu?"

Atha mengernyit, tak faham. 

Maise kembali duduk.

"Aku berniat mengambil sendiri cat kayu yang ada di gudang, kamu kasihan dan berniat mengambilkannya untukku. Kamu memang selamat sampai sekembalimu, tapi kamu tak selamat dari ceramah Kanzo, dan membuatmu harus bersabar sekuat mungkin karena kamu sedang puasa. Bukankah itu termasuk merepotkan?" ungkap Maise dan kembali duduk dan menggenggam tangan Atha penuh kehangatan. 

"Tapi aku ikhlas melakukannya, Bibi," sanggah Atha 

"Begitu pun aku yang ikhlas melakukan ini Atha," sahut Maise tersenyum. Ia selalu nyaman ketika berbicara dengan Atha yang selalu bersikap sopan pada siapa pun.

"Tapi Bibi tak seharusnya merepotkan diri Bibi dengan seperti ini." Atha tersenyum tak enak, apalagi setelah mendapati mangkuk berisi sup yang selalu ia sukai terletak manis di atas meja. Atha tahu, Maise pasti merepotkan dirinya untuk membuat seporsi sup hanya untuknya, padahal Atha akan memakan apa pun yang divawakan Maise untuknya.

"Aku tak merasa repot Atha." Maise mengibaskan tangannya di udara, berusaha membuat Atha santai. "Oh iya, Kanzo menitipkan salam padamu, dia bilang jangan manja."

Wajah Atha memuram seketika, ia tak tahu kenapa amarahnya selalu mudah terpancing jika berurusan dengan Kanzo. "Apakah menurut bibi aku manja?" tanya Atha tak terima.

"Tidak, sama sekali tidak. Aku hanya menyampaikan amanah, itu saja," sangkal Maise tergelak, ia jadi mengingat raut wajah Kanzo yang tampak jahil ketika mengatakannya.

"Dia selalu menjengkelkan," gerutu Atha.

"Dia menyukaimu Atha, sudah kubilang dari dulu," ungkit Maise.

Ucapan Maise membuat pipinya bersemu. Tadi tidak lama, "Aku tidak peduli, Bibi, bagiku dia sangat menjengkelkan. Titik. Dia keras kepala, sok heroik, dan usil. Dia selalu suka membuat darahku naik," serbu Atha yang membuat Maise semakin tergelak.

"Dia keras kepala untuk menjagamu Atha, dan tentang sok heroik.. Bukankah dia memang selalu menyelamatkanmu dari berbagai musibah yang menimpamu? Lalu, tentang usil.. Dia suka melihat wajah cemberutmu. Katanya kamu lucu.." 

"Lucu? Aku juga akan menganggapnya lucu jika memakai topeng barongsai dan terperosok di lubang penuh lumpur," balas Atha, ia jelas merasakan kepalanya memanas. 

"Hargai dia Atha, asal kau tahu saja.. dia selalu mengikutimu, terang-terangan maupun diam-diam hanya untuk menjagamu dari segala bahaya. Kau ingat dulu, saat kau bertengkar dengannya lalu lari ke belakang gedung putih dan entah kenapa lensamu hilang sebelah? Bukan Amaira yang menemukannya, melainkan Kanzo. Dia mencarinya hingga malam dan menemukannya tergeletak di atas daun yang gugur, yang syukurnya tak terlalu kotor." 

"Aku akan menyebutkannya satu per satu, kalau kamu merasa sudah cukup, hentikan ucapanku. Kanzo pernah menarik tubuhmu agar merapat ke sisinya agar tidak kejatuhan tangga besi yang kebetulan tersenggol Zayn, kamu marah pada Kanzo karena kamu mengiranya seenak jidat memelukmu. Kamu bahkan tidak mengacuhkan suara keras dari tangga yang ambruk, dan lebih memilih mengomel habis-habisan pada Kanzo. Kanzo pernah menarik pasminamu agar tidak tersangkut kawat berkarat yang ada pada gerbang, dan kamu malah mengaktifkan mode silent selama tiga hari padanya. Kamu juga pernah marah pada Kanzo karena dia melarangmu membantu Arabella merapikan perpustakaan, tanpa kamu tahu, kamu dahulu pernah hampir tertimpa puluhan buku jika saja Kanzo tak mejadikan tubuhnya tameng untuk melindungimu. Kanzo pernah berlari ke arahmu yang sedang berdiri di atas kursi untuk menempelkan balon-balon di dinding ketika acara ulang tahun Khodijah yang ke-lima, kamu akan jatuh jika saja saat itu Kanzo tidak memegangi kursi yang kamu naiki. Kamu pernah salah menaiki tangga yang rapuh ketika di gudang, kamu memarahi Kanzo karena kamu menganggapnya menggodamu dengan menggenggam tanganmu erat. Kamu tahu bahwa menyentuh sosok yang bukan mahram menimbulkan dosa, tapi dia tetap melakukannya untuk melindungimu. Kamu pernah mengambil makanan merpati dan berniat memberi makan merpati-merpati milik Kanzo, dan kamu marah karena Kanzo melarangmu. Tanpa sepengetahuanmu, yang kamu ambil bukan makanan merpati tapi ikan koi. Kanzo-"

"Cukup Bi, berhenti sampai di sini," potong Atha sembari memegangi kepalanya, ia malu, ia merasa kalah. Detik itu juga, pening melanda kepala Atha.

"Kamu tak apa-apa, Nak?" Maise langsung cemas ketika Atha terpejam sembari memegangi kepalanya erat-erat.

Atha diam, tak mengangguk, juga tak menggeleng. 

"Atha, aku akan memanggil dokter," putus Maise berdiri. 

"Tidak, Bibi, aku baik-baik saja. Anggaplah otakku yang kurang beres," tolak Atha memaksakan tawanya.

"Aku akan panggil dokter, setelah itu aku baru bisa tenang," kekeuh Maise 

"Bibi, kubilang aku baik-baik saja. Aku akan sholat dan memakan sup yang Bibi bawa. Terimakasih, Bibi boleh kembali, sekarang sudah jam sembilan kurang lima menit," usir Atha secara halus.

"Atha.. Aku tak yakin dengan ekspresimu itu," tolak Maise, ia jelas khawatir dengan Atha.

Atha berkeras, "Bibi, memanggil dokter hanya membuang waktu. Lagi pula aku sudah baik-baik saja.." 

"Untuk malam ini aku mengalah padamu, Nak. Panggil Sheryl dikamar sebelah jika kamu butuh sesuatu. Assalamu Alaikum.." 

Maise menutup pintu kamar setelah Atha membalas salamnya dengan suara pelan.

Related chapters

  • De Crepusculum   5. Dunia malam Kenzo

    Atha kembali sendirian lagi. Menatap bulan yang menggantung di langit malam malah membuat dadanya semakin berdenyut perih, perih untuk alasan yang tidak jelas. Sesak yang terlalu abstrak untuk dijabarkan. Di telinganya, bergema suara-suara yang berasal dari ingatannya. Semua berputar dan terulang secara acak, membuat Atha merasa lelah. "Kamu sukanya marah-marah terus sih kalo sama aku. Coba sama Kahlil pasti cuma disenyumin terus pergi," protes Kanzo ketika ia mendelik menatap Kanzo yang menarik ujung pasminanya. Di lain waktu, Kanzo malah berkelakar ketika ia memarahinya di gudang. "Marah aja, aku malah senang kalo kamu marah. Itu artinya aku berhasil melindungimu, dan yang aku lindungi adalah Atha yang asli, bukan samaran jin atau siluman." "Aku cuma mau bantu, ini tugas lelaki. Kamu kenapa sih semarah ini?" tanya Kanzo tersenyum masam, ketika dirinya melotot pada Kanzo yang menarik meja ka

    Last Updated : 2021-09-07
  • De Crepusculum   6. Buku diary

    Atha menghela nafas pelan, dengan gerak pelan, ia melipat mukenanya dan meletakkannya di atas nakas samping kasur. Tangan kirinya merogoh bawah bantal dan menarik sebuah buku catatan dari sana. "Aku tahu segala tentangmu, dan kamu.. ga akan pernah bisa mengelaknya." Ucapan Kanzo di suatu hari terputar di ingatannya, membuat senyum kecil di wajah Atha timbul. Sejenak kemudian, ia menggeleng pelan, dan menatap buku catatannya dengan penuh arti. 'Kamu salah, Kak.. Kamu mungkin tahu segalanya tentangku, tapi itu hanya beberapa yang sengaja aku biarkan kamu tahu. Sampai kapan pun, kamu tidak akan tahu dengan apa yang tidak kuizinkan kamu mengetahuinya.' Wajah Kanzo yang memasang tampang songong terbayang. Setelah beberapa saat memandang buku catatannya dengan penuh arti, Atha mengusap cover buku tersebut dengan lembut. Lalu membuka halaman pertama dengan pe

    Last Updated : 2021-09-09
  • De Crepusculum   7. Firasat buruk

    Kanzo berlarian kearah tangga ketika melihat Maise membawa nampan berisi semangkuk bubur dan segelas teh hangat. Ini adalah kesempatan emasnya untuk menemui Atha, dan kesempatan ini seolah hanya ada satu, ia harus mendapatkannya atau malah kehilangan. "Bibi Maise!" teriak Kanzo sekeras mungkin. Di aula yang kosong dan hampa ini, sudah jelas kalau suara Kanzo menggema, menyebabkan Maise kaget, yang untungnya tidak sampai menjatuhkan nampan yang dibawanya. Maise menoleh kearah Kanzo yang membungkuk, mengatur nafasnya yang tak beraturan. Maise tersenyum kecil, ia tahu apa yang diinginkan Kanzo kali ini. "Ada apa?" Kanzo menatap Maise dengan pandangan memelas semaksimal mungkin, "Biar aku aja yang bawa ya, ke kamar Atha kan?" pinta Kanzo. Maise menatap Kanzo jahil, "Bagaimana kalau aku menolak?" goda Maise. Kanzo mulai merengek

    Last Updated : 2021-10-10
  • De Crepusculum   8. Not okay

    "Aku kira para kakak kesini, tadi pagi aku dengar sayup-sayup suaranya. Ke mana mereka?" Kenzo menatap Aumy heran ketika melihat meja makan kosong melompong. Sama seperti pagi-pagi lainnya, hanya saja yang Kenzo herankan kenapa tidak ada saudaranya disana. "Tadi pada ke panti asuhan, abimu tiba-tiba pengen ketemu sama anak-anaknya," jawab Aumy tenang. "Dan aku ga diajak?" lirih Kenzo kecewa. Ia merasakan perih di hatinya. Apa ia bukan bagian dari keluarga ini? "Negative thinking kan kamu," cetus Aumy sembari meletakkan apel yang telah ia potong-potong didepan Kenzo. "Tadi kakakmu, Akihiro sama Akihiko kesini pagi-pagi sekali. Dan kamu masih tidur, mereka minta izin pada Okaasan, dan tentu saja Okaasan menyetujuinya. Saat mereka menanyakan tentangmu, Okaasan jawab kalau kamu masih tidur. Lalu mereka batal mengajakmu pergi bersama," jelas Aumy pada anaknya yang ia kenal gampang emos

    Last Updated : 2021-11-15
  • De Crepusculum   Opening

    Aku hanya Atha Jeremia Stasya, seorang gadis yang teramat biasa. Tak punya kelebihan selain seorang hafidzah dan penghafal hadist, tak ada yang bisa dibilang mengagumkan. Tapi aku menjalani kehidupan dengan penuh kekaguman, kekaguman pada islam yang tak bisa aku jelaskan. Mualaf, dan tinggal di panti asuhan adalah yang kupilih. Dan Allah menjagaku, memberikan ku kebebasan dan keamanan. Syair adalah kehidupanku, rangkaian aksara yang tersusun melambangkan perjalanan kehidupanku. Lagu adalah nafasku, kehidupan dan kebahagiaan dibingkai kesempurnaan nada yang mengalun. ~Atha Jeremia Stasya Pepatah 'buah jatuh tak jauh dari pohonnya' atau 'air tak akan pernah mengalir keatas' hanya membuatku semakin muak dengan semua ini. Aku anak seorang kyai yang disegani dan dihormati, mereka kira anaknya akan menjadi seperti ayahnya yang kemana-mana memakai sarung dan berpeci, tapi tidak. Aku memilih jalanku sendiri. Islam terlalu mengekang ku, dan tak pernah sejalan dengan pikiranku. Aku pa

    Last Updated : 2022-06-28
  • De Crepusculum   1. Ketenangan

    Atha berdiri dalam diam, ia masih betah menatap perbukitan hijau dibelakang panti. Harum udara setelah hujan membuatnya mampu meresap kedamaian yang dibalut keheningan penuh ketentraman, kesempatan langka yang tak akan ia dapatkan jika ia tidak berada di tempat ini. Panti asuhan, meskipun dipenuhi anak-anak kecil bermata jernih dan menyenangkan, tak akan pernah bisa menawarkan kedamaian semacam ini. Atha memejamkan matanya, berusaha menghirup udara disekitarnya sebanyak-banyaknya. Hari Jum'at selalu menyenangkan baginya, karena hanya pada hari itulah ia bisa menyisihkan waktu untuk dirinya sendiri, menikmati indahnya alam bebas, meski tak seluas yang dipandang banyak orang. Mau bagaimana lagi, ia telah berjanji akan mengabdikan hidupnya untuk panti asuhan yang baru ia tempati 2 tahun terakhir ini. Panti asuhan yang langsung ia cintai ketika ia pertama kali melihatnya, panti asuhan yang terletak di pinggir kota kecil yang damai, Naj

    Last Updated : 2021-09-03
  • De Crepusculum   2. Rasa yang tersembunyi

    "Oh ya, kalo misalnya kamu ketemu kak Kanzo, lebih baik jangan disapa ya," peringat Kahlil. Atha merasa aneh, lalu memutuskan untuk bertanya, "Kenapa?" "Barangkali yang kamu temui itu sebenarnya adalah kak Kenzo. Mereka berdua mirip banget soalnya," terang Kahlil. "Kembar, ya?" tebak Atha. "Iya.. Kembar yang terlalu identik. Ga ada perbedaan sama sekali di tubuhnya. Kan biasanya pada anak kembar terdapat perbedaan, entah itu tahi lalat atau tanda lahir, tapi kak Kenzo dan kak Kanzo ga ada. Cuma sifatnya aja yang beda seratus delapan puluh derajat." "Maksudnya?" Atha berusaha meraba maksud ucapan Kahlil. "Kak Kanzo itu orangnya lemah lembut, penyayang dan care. Kalo kak Kenzo itu temperamen, keras dan mudah terpancing emosi. Kamu udah lihat mata kak Kanzo kan tadi?" "Eh?" Pertanyaan Kahlil membuat pipi

    Last Updated : 2021-09-04
  • De Crepusculum   3. Jatuh

    Atha menghentikan langkahnya ketika seekor merpati yang amat familiar dengannya terbang rendah menghampirinya, Atha menyodorkan tangannya dan mengundang merpati itu untuk bertengger di tangannya. "Mari kembali, kupikir kak Kanzo pasti sudah menaburkan makananmu di lapangan sana!" Atha mendekap merpati itu dan melanjutkan langkahnya yang tertunda. Di tengah desau angin yang menenangkan jiwa, terdengar lantunan ayat Al-Qur'an, begitu merdu, merasuki sanubari. Atha menghirup nafas sedalam mungkin, mendadak udara disekitarnya lebih segar dari pada sebelumnya, Atha melangkahkan kakinya dengan riang, menikmati suasana menyenangkan sore ini. Langkah kakinya melambat ketika di antara desau angin terdengar lantunan Al-Qur'an dengan suara merdu dari jarak dekat. Atha tahu surat ini, surat yang sangat ia sukai setelah Al-Ikhlas dan Al-Mulk. "رب المشرقين و رب المغربين. فباي الاء رب

    Last Updated : 2021-09-05

Latest chapter

  • De Crepusculum   Opening

    Aku hanya Atha Jeremia Stasya, seorang gadis yang teramat biasa. Tak punya kelebihan selain seorang hafidzah dan penghafal hadist, tak ada yang bisa dibilang mengagumkan. Tapi aku menjalani kehidupan dengan penuh kekaguman, kekaguman pada islam yang tak bisa aku jelaskan. Mualaf, dan tinggal di panti asuhan adalah yang kupilih. Dan Allah menjagaku, memberikan ku kebebasan dan keamanan. Syair adalah kehidupanku, rangkaian aksara yang tersusun melambangkan perjalanan kehidupanku. Lagu adalah nafasku, kehidupan dan kebahagiaan dibingkai kesempurnaan nada yang mengalun. ~Atha Jeremia Stasya Pepatah 'buah jatuh tak jauh dari pohonnya' atau 'air tak akan pernah mengalir keatas' hanya membuatku semakin muak dengan semua ini. Aku anak seorang kyai yang disegani dan dihormati, mereka kira anaknya akan menjadi seperti ayahnya yang kemana-mana memakai sarung dan berpeci, tapi tidak. Aku memilih jalanku sendiri. Islam terlalu mengekang ku, dan tak pernah sejalan dengan pikiranku. Aku pa

  • De Crepusculum   8. Not okay

    "Aku kira para kakak kesini, tadi pagi aku dengar sayup-sayup suaranya. Ke mana mereka?" Kenzo menatap Aumy heran ketika melihat meja makan kosong melompong. Sama seperti pagi-pagi lainnya, hanya saja yang Kenzo herankan kenapa tidak ada saudaranya disana. "Tadi pada ke panti asuhan, abimu tiba-tiba pengen ketemu sama anak-anaknya," jawab Aumy tenang. "Dan aku ga diajak?" lirih Kenzo kecewa. Ia merasakan perih di hatinya. Apa ia bukan bagian dari keluarga ini? "Negative thinking kan kamu," cetus Aumy sembari meletakkan apel yang telah ia potong-potong didepan Kenzo. "Tadi kakakmu, Akihiro sama Akihiko kesini pagi-pagi sekali. Dan kamu masih tidur, mereka minta izin pada Okaasan, dan tentu saja Okaasan menyetujuinya. Saat mereka menanyakan tentangmu, Okaasan jawab kalau kamu masih tidur. Lalu mereka batal mengajakmu pergi bersama," jelas Aumy pada anaknya yang ia kenal gampang emos

  • De Crepusculum   7. Firasat buruk

    Kanzo berlarian kearah tangga ketika melihat Maise membawa nampan berisi semangkuk bubur dan segelas teh hangat. Ini adalah kesempatan emasnya untuk menemui Atha, dan kesempatan ini seolah hanya ada satu, ia harus mendapatkannya atau malah kehilangan. "Bibi Maise!" teriak Kanzo sekeras mungkin. Di aula yang kosong dan hampa ini, sudah jelas kalau suara Kanzo menggema, menyebabkan Maise kaget, yang untungnya tidak sampai menjatuhkan nampan yang dibawanya. Maise menoleh kearah Kanzo yang membungkuk, mengatur nafasnya yang tak beraturan. Maise tersenyum kecil, ia tahu apa yang diinginkan Kanzo kali ini. "Ada apa?" Kanzo menatap Maise dengan pandangan memelas semaksimal mungkin, "Biar aku aja yang bawa ya, ke kamar Atha kan?" pinta Kanzo. Maise menatap Kanzo jahil, "Bagaimana kalau aku menolak?" goda Maise. Kanzo mulai merengek

  • De Crepusculum   6. Buku diary

    Atha menghela nafas pelan, dengan gerak pelan, ia melipat mukenanya dan meletakkannya di atas nakas samping kasur. Tangan kirinya merogoh bawah bantal dan menarik sebuah buku catatan dari sana. "Aku tahu segala tentangmu, dan kamu.. ga akan pernah bisa mengelaknya." Ucapan Kanzo di suatu hari terputar di ingatannya, membuat senyum kecil di wajah Atha timbul. Sejenak kemudian, ia menggeleng pelan, dan menatap buku catatannya dengan penuh arti. 'Kamu salah, Kak.. Kamu mungkin tahu segalanya tentangku, tapi itu hanya beberapa yang sengaja aku biarkan kamu tahu. Sampai kapan pun, kamu tidak akan tahu dengan apa yang tidak kuizinkan kamu mengetahuinya.' Wajah Kanzo yang memasang tampang songong terbayang. Setelah beberapa saat memandang buku catatannya dengan penuh arti, Atha mengusap cover buku tersebut dengan lembut. Lalu membuka halaman pertama dengan pe

  • De Crepusculum   5. Dunia malam Kenzo

    Atha kembali sendirian lagi. Menatap bulan yang menggantung di langit malam malah membuat dadanya semakin berdenyut perih, perih untuk alasan yang tidak jelas. Sesak yang terlalu abstrak untuk dijabarkan. Di telinganya, bergema suara-suara yang berasal dari ingatannya. Semua berputar dan terulang secara acak, membuat Atha merasa lelah. "Kamu sukanya marah-marah terus sih kalo sama aku. Coba sama Kahlil pasti cuma disenyumin terus pergi," protes Kanzo ketika ia mendelik menatap Kanzo yang menarik ujung pasminanya. Di lain waktu, Kanzo malah berkelakar ketika ia memarahinya di gudang. "Marah aja, aku malah senang kalo kamu marah. Itu artinya aku berhasil melindungimu, dan yang aku lindungi adalah Atha yang asli, bukan samaran jin atau siluman." "Aku cuma mau bantu, ini tugas lelaki. Kamu kenapa sih semarah ini?" tanya Kanzo tersenyum masam, ketika dirinya melotot pada Kanzo yang menarik meja ka

  • De Crepusculum   4. Bibi Maise

    "Apa aku terlihat begitu mencolok?" Atha menatap Kanzo meminta jawaban, di negaranya dahulu ia selalu direndahkan, tak punya teman dan selalu sendirian. Alasan kenapa ia lebih suka tempat ini, hangat dan penuh kasih sayang serta kepedulian. Maise terharu ketika Atha bercerita tentang perasaannya. "Ya.. Kulitmu yang putih itu terutama, apalagi aku yang punya darah Jepang saja kalah putih. Padahal disekolah aku juga mencolok." Kanzo terkekeh menjaabatkan fakta. Ia tak bisa membayangkan jika Atha sekolah di tempat yang sama dengannya, ia berpikir bagaimana tatapan semua murid kepada Atha yang tampak begitu unik dan cantik. "Sama dong, di sekolahku dulu, aku juga gitu. Malah lebih parah lagi. Karena dapat sanjungan dari guru yang terkenal killer, aku dijauhi teman sekelas, bahkan jadi bahan bully-an," curhat Atha, ia tersenyum ketika mengingat itu semua. "Mereka cuma iri," ujar Kanzo

  • De Crepusculum   3. Jatuh

    Atha menghentikan langkahnya ketika seekor merpati yang amat familiar dengannya terbang rendah menghampirinya, Atha menyodorkan tangannya dan mengundang merpati itu untuk bertengger di tangannya. "Mari kembali, kupikir kak Kanzo pasti sudah menaburkan makananmu di lapangan sana!" Atha mendekap merpati itu dan melanjutkan langkahnya yang tertunda. Di tengah desau angin yang menenangkan jiwa, terdengar lantunan ayat Al-Qur'an, begitu merdu, merasuki sanubari. Atha menghirup nafas sedalam mungkin, mendadak udara disekitarnya lebih segar dari pada sebelumnya, Atha melangkahkan kakinya dengan riang, menikmati suasana menyenangkan sore ini. Langkah kakinya melambat ketika di antara desau angin terdengar lantunan Al-Qur'an dengan suara merdu dari jarak dekat. Atha tahu surat ini, surat yang sangat ia sukai setelah Al-Ikhlas dan Al-Mulk. "رب المشرقين و رب المغربين. فباي الاء رب

  • De Crepusculum   2. Rasa yang tersembunyi

    "Oh ya, kalo misalnya kamu ketemu kak Kanzo, lebih baik jangan disapa ya," peringat Kahlil. Atha merasa aneh, lalu memutuskan untuk bertanya, "Kenapa?" "Barangkali yang kamu temui itu sebenarnya adalah kak Kenzo. Mereka berdua mirip banget soalnya," terang Kahlil. "Kembar, ya?" tebak Atha. "Iya.. Kembar yang terlalu identik. Ga ada perbedaan sama sekali di tubuhnya. Kan biasanya pada anak kembar terdapat perbedaan, entah itu tahi lalat atau tanda lahir, tapi kak Kenzo dan kak Kanzo ga ada. Cuma sifatnya aja yang beda seratus delapan puluh derajat." "Maksudnya?" Atha berusaha meraba maksud ucapan Kahlil. "Kak Kanzo itu orangnya lemah lembut, penyayang dan care. Kalo kak Kenzo itu temperamen, keras dan mudah terpancing emosi. Kamu udah lihat mata kak Kanzo kan tadi?" "Eh?" Pertanyaan Kahlil membuat pipi

  • De Crepusculum   1. Ketenangan

    Atha berdiri dalam diam, ia masih betah menatap perbukitan hijau dibelakang panti. Harum udara setelah hujan membuatnya mampu meresap kedamaian yang dibalut keheningan penuh ketentraman, kesempatan langka yang tak akan ia dapatkan jika ia tidak berada di tempat ini. Panti asuhan, meskipun dipenuhi anak-anak kecil bermata jernih dan menyenangkan, tak akan pernah bisa menawarkan kedamaian semacam ini. Atha memejamkan matanya, berusaha menghirup udara disekitarnya sebanyak-banyaknya. Hari Jum'at selalu menyenangkan baginya, karena hanya pada hari itulah ia bisa menyisihkan waktu untuk dirinya sendiri, menikmati indahnya alam bebas, meski tak seluas yang dipandang banyak orang. Mau bagaimana lagi, ia telah berjanji akan mengabdikan hidupnya untuk panti asuhan yang baru ia tempati 2 tahun terakhir ini. Panti asuhan yang langsung ia cintai ketika ia pertama kali melihatnya, panti asuhan yang terletak di pinggir kota kecil yang damai, Naj

DMCA.com Protection Status