Hay !!!
Markus Update
••••
Playlist :
Michele Morrone - Feel It•••••••
"Berengsek!"umpat Markus, ia mengepal tangannya kuat dan meninju kaca mobil dengan sangat kuat hingga benda tersebut langsung retak. Markus geram, menerima penolakan yang tidak pernah ia perhitungkan sebelumnya. Megan melakukannya kembali, menolaknya mentah-mentah.
"No! Gadis itu harus menjadi milikku, tidak boleh tidak! Tunggu saja Megan, aku akan merobek-robek 'leher rahim' mu dengan milikku,"batin Markus mempertegas sambil mengendurkan tali dasi yang bergantung di lehernya.
••••

"Aku rugi, harusnya harga segelas Juice tidak semahal itu!"ucap Megan seraya memijat kening nya yang terasa sakit. Lalu mengedarkan mata pada keseluruhan ruangan kamar hotelnya yang begitu dominan dengan warna cream. Cukup mewah, meski harganya dibawah rata-rata.
"Sial! Kenapa aku harus bertemu dengan kera itu!"ucap Megan dengan emosinya yang meluap. Ia nyaris meledak, mencoba mengingat perlakuan kurang ajar Markus.
Megan berpikir sejenak, mencoba mengingat sesuatu yang mendadak muncul di otaknya. "Markus?"ucapnya lambat.
"Oh my God, dia tidak mungkin— aku harus memastikannya!"Megan menarik ponselnya, menekannya cepat seakan mencari kontak seseorang yang ada di sana segera.
"Caroline, aku ingin menanyakan satu hal. Siapa nama pria yang di jodohkan daddy Alexander padamu akhir-akhir ini? Aku lupa namanya,"tanya Megan tidak sabar saat panggilannya tersambung.
"Kukus? Hm sorry! Mar—"
"Markus?"sambung Megan tegas.
"Yap! 'Om-Om' itu kan?"tanya Caroline kembali. Megan diam, tidak menjawab pertanyaan dari Caroline sedikitpun.
"Kenapa kau bertanya? Dia—"
"Caroline nanti aku telpon lagi,"ucap Megan cepat, lalu memutuskan sambungan telepon tersebut. Ia menelan ludah, melempar ponselnya kembali ke atas ranjang.
Tok tok tok!
"Excuse me, Room service!"teriak seseorang yang ada di luar pintu kamar Megan. Heran, gadis itu tidak memerlukan room service atau apapun itu, namun tetap saja, untuk menghargai karyawan Megan melangkah dan membukakan pintu kamarnya.
"Sorry nona, hotel kami mengalami gangguan dan sebentar lagi seluruh sistem dan lampu akan mati dalam dua jam—"
"What! Are you crazy?"pekik Megan kuat.
"Sebagai gantinya, tamu akan di pindahkan ke "Four Seasons Hotel at The Surf Club", anda bisa menginap di sana gratis!"
"Four Seasons?"tanya Megan memperjelas.
"Yes Ms. Hodgue. Kami akan membantu mu untuk pindah ke sana!"seorang Pelayan segera menyusup masuk, mengemasi barang-barang yang ada begitu ringkas.
Megan mendiamkan dirinya sejenak, kembali berpikir pasti. Ini gila, bagaimana bisa hotel di bawah standar berani memindahkan tamu-tamunya ke hotel mewah berbintang lima seperti Four Season. Ia pernah pergi ke hotel tersebut dengan keluarga Caroline dan hotel tersebut benar-benar hebat. Good choice.
"Wait! Sepertinya tidak masalah jika hanya mati dua jam, aku akan tetap di sini. Sementara aku akan keluar—"
"Sorry Miss, kami tutup sementara,"potong pelayan tersebut dengan suara yang cukup jelas, hingga Megan langsung menarik napasnya dalam. Ia menaikkan satu alisnya, dan terpaksa mengalah meski merasakan sesuatu yang tidak beres.
Megan mengulum bibirnya, mendongak malas dan mengikuti langkah pelayan-pelayan tersebut. Rasanya, ia seperti di kawal. Oh God, sangat tidak menyenangkan dan sesak.
"Sir, nona Megan sudah di pindahkan ke Four Seasons!"ucap seseorang yang berdiri di sudut ruangan, memerhatikan semua tindakan yang di dapatkan Megan.
__________________

Megan menatap dirinya di hadapan cermin besar yang ada di kamar mandi, sambil membalut tubuh ramping nya dengan helai handuk putih.
Sayang, ia harus kembali ke Naples hari ini. Jika tidak, Megan mungkin akan menguras tabungannya untuk mengambil penginapan satu malam lagi."
Tap!!
"Morning Apple!"tegur Markus.
"What the fuck!"Pekik Megan lantang, saat melihat pria tersebut berdiri sekitar satu meter dihadapannya. Seketika itu juga, kedua mata Megan membulat. Ia mundur dan sialnya malah terbentur karena pintu kamar mandi lebih dulu tertutup.
"Tenanglah, aku hanya—"
"Apa yang kau lakukan di kamarku, berengsek!"umpat Megan tajam, mencengkeram handuk yang masih melingkar kuat, melindungi tubuh telanjang nya.
"Aku ingin mengajakmu sarapan."
"Aku tidak mau, keluar dari kamarku sekarang!"ucap Megan tegas. Markus tersenyum mengedarkan matanya ke tubuh Megan yang langsung membuatnya panas.
"Apa kau tidak dengar?"Megan melangkah mendekat, ia menaikkan salah satu tangannya untuk meninju pria tersebut.
Tap!!
Pria itu menahan nya, hingga Megan tidak mampu menarik kembali tangannya. Ia berusaha keras, namun tubuh Markus bahkan tidak bergerak sedikitpun.
"Lepas berengsek!"umpat Megan sarkas. Menatap marah ke arah pria tersebut tanpa lepas.
Mendadak, Markus melemparnya ke ranjang dan dengan cepat kedua tangan Megan di cengkeram kuat ke dasar ranjang. "Apa yang kau lakukan, minggir! Berengsek! Markus!" suara Megan bergetar hebat. Ia ketakutan saat tubuh Markus benar-benar mendominasi nya. Tuhan, Megan tidak bisa bergerak banyak, perlawanan nya tidak seimbang sama sekali.
"You know me?"bisik Markus pelan sambil mencium sudut leher Megan. Gadis itu terdiam, meneliti tatto tengkorak Phoenix yang ada di punggung tangan kiri Markus.
"Please! Don't touch me!"erang Megan mencoba menaikkan tubuhnya agar Markus segera enyah dari sisinya.
"Call my name! Megan!"bisik Markus kembali. Ia bisa mendengar jelas suara deru napas ketakutan gadis itu.
"No!"balas Megan pelan, seraya merasakan Markus menciumi sudut dadanya. Pria itu menyelipkan diri di antara kedua paha Megan.
"Please don't!"pinta Megan mulai merasakan salah satu tangan Markus menyusup di celah area inti nya. Ia benar-benar naked. Ketakutan setengah mati.
"Call my name! atau aku akan—"perintah Markus kembali, mulai menekan puncak milik gadis itu.
"Markus!"ucap Megan terpaksa. Hingga gerakan tangan pria itu berhenti. Ia tersenyum tipis, mencoba mencium aroma wangi gadis itu sebanyak mungkin. Markus nekat, ia mempertemukan kedua bibir mereka rapat, memutarnya kuat dan menjelajahi mulut Megan dengan lidahnya. Gadis itu sesak, kekurangan oksigen dalam waktu cukup panjang.
"Ingat namaku, just me!"ujar Markus, mulai mengangkat kepalanya, menatap gadis itu sangat dekat. Megan diam, mulai melihat satu cahaya harapan untuk melawan Markus.
"Yah sure! Aku akan....."
Brakk!!
Megan mengangkat kepalanya, menghantam hidung Markus dengan keningnya kuat hingga pautan pria itu lepas. Markus meringis, ia mengepal tangannya begitu kuat. Menahan rasa sakit yang menjalar hingga kepalanya.
"Aku akan mengingatmu berengsek! Dasar pria mesum sialan! "umpat Megan seraya mendorong tubuh Markus, Ia berhasil lolos dan dengan segera menarik bathrobe yang ada di sudut pintu dan segera membungkus tubuhnya.
"Akan aku laporkan kau ke polisi jika melakukan ini lagi, penguntit!"Megan mengecam, ia menunjuk tegas lantas membuka pintu kamar hotel tersebut.
"Sir,"ucap Taylor, melihat Markus mencoba menghentikan pendarahan yang ada di hidung nya. Ia mendahului Megan, untuk membantu boss nya tersebut.
"Apa yang kalian lihat? Bawa barang-barang ku keluar!"perintah Megan pada sisa bodyguard Markus yang berdiri di depan kamar. Megan memutar tubuhnya, memeriksa keadaan Markus dan memerhatikan seorang bodyguard mulai mengemasi barang nya.
"Harusnya ku patahkan tanganmu, dasar Kera tua!"hina Megan membuat Markus terkekeh pelan, sambil merasakan Taylor mengelap hidung nya.
"Apa yang kau—"
"Tunggu saja waktunya, Megan!"balas Markus pelan. Membuat Taylor berhenti bicara.
"Barang-barang mu, nona!"ucap bodyguard Markus seraya memberikan tas yang tidak terlalu banyak tersebut. Megan mengangkat dagunya, menarik tas tersebut dan melirik kembali ke arah Markus.
"Thanks. Bye!!!"Megan tersenyum kecil dan segera melangkah untuk menjauhi komplotan gila itu. Megan merasa menang, dan sisanya ia tinggal mencari toilet untuk memasang pakaian dengan benar. Lantas kembali ke Naples.
"Dia sangat berani,"protes Taylor melihat Markus mulai bangkit dari tempatnya dan mengusap pelan sudut hidungnya.
"Ini hebat,"puji Markus.
"Okay. Aku jadi berpikir boss ku memiliki obsessi terhadap gadis itu dan aku punya berita penting untukmu, sir. Kedua orang tua Megan bisa kau temui besok!"jelas Taylor membuat sudut mata Markus kembali tegas.
"Good. Berikan hadiah terbaik untuk mereka,"balas Markus tegas.
___________________
"Ax kau dimana? Aku sudah di Naples!"tanya Megan saat ia baru saja memarkirkan mobilnya di pekarangan mansion kediaman Morgan.
"Syukurlah, maaf karena aku membatalkan janji dan—"
"Ya! karena kau, aku harus mengalami kejadian gila!"
"Maksud mu?"tanya Axel penasaran sambil melekatkan ponselnya.
"Akan ku telpon kau nanti, mommy mendekat, bye!"
"Honey, siapa? Kenapa kau langsung memutuskan panggilan telpon mu?"tanya Milla seraya mengusap rambut hitam pekat milik Megan. Ah— putrinya ini sangat mirip dengannya, hanya saja karakter wajah Megan lebih tajam. Kuat.
"Ah tidak penting. Mereka hanya teman-temanku,"balas Megan berbohong.
"Aha! Mommy pikir itu kekasihmu,"ucap Milla membuat jantung Megan berdetak cepat.
"Hm! Aku belum punya—"
"Hay Megan, akhirnya kau kembali, Caroline bilang kau terdengar panik di telpon semalam. Ada apa?"tanya Lorna membuat Milla langsung mengerutkan kening.
"Panik?"
"Tidak! Caroline salah paham. Aku harus segera menutup panggilan karena perutku sakit. Yah! Aku sudah tidak tahan lagi ingin ke toilet,"ucap Megan. Oh God, ia benar-benar merasa berdosa karena menjadi penipu ulung. Semua yang ia lakukan agar bisa melindungi Axel Damiano. Andai, hubungan mereka bisa terbuka, mungkin tidak akan sesulit ini.
"Baiklah, jangan simpan apapun jika kau punya masalah. Okay!"ucap Lorna membuat Megan langsung mengangguk pelan.
"Aku akan ke kamar Caroline,"ucap Megan mencoba menghindar.
"Sayang sekali, Caroline pergi bersama teman-temannya yang lain. Telpon dan susul mereka,"ucap Milla mengusap sudut rambut Megan lembut. Ia mengangguk dan menerima kecupan lembut dari Milla.
"Bye mom,"megan segera berputar. Melangkah menjauh setelah mengedarkan mata pada kedua wanita hebat tersebut. Lantas, kembali menghilang dari Mansion tersebut.
___________________

"Hey,"tegur Axel saat melihat Megan berdiri di kolam yang ada di taman belakang nya. Megan tersenyum, melingkarkan kedua tangannya di leher Axel.
"Bagaimana? Kau suka mansion ini?"tanya Axel memerhatikan gadis itu mengangguk pelan.
"Setelah menikah, aku ingin mengajakmu tinggal di sini,"sambung Axel sambil mengecup bibir Megan berkali-kali.
"Jangan bicarakan itu, aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Selesaikan pekerjaan mu cepat,"pinta Megan.
"Yah! Aku akan berusaha untukmu, dan mendapatkan posisi CEO untuk Fireoval,"tukas Axel.
"Ax, kau tidak harus menjadi CEO."
"No! Aku tidak ingin membuatmu susah!"jelas Axel mantap. Megan menunduk, melepaskan pelukannya.
"Megan! Kita sudah sepakat untuk—"
"Aku tidak memikirkan pernikahannya. Tapi risikonya. Aku—"megan menelan ludah, menatap Axel kembali. Hingga pria itu menaikkan kedua alisnya heran.
"Sudahlah!"Megan ragu, ia tidak mungkin menceritakan kejadian yang terjadi antaranya dan Markus. Sungguh, Megan tidak ingin Axel salah paham. Ia di sentuh, bahkan—
"Megan,"panggil Axel membuat gadis itu mengangkat kembali pandangannya.
"Aku harap tidak akan ada pengkhianatan di antara kita,"ucap Axel, menyentuh wajah Megan dengan kedua tangannya. Menatap tanpa lepas sedikitpun.
"Yah! I know,"balas Megan, menelan ludahnya cukup kuat.
"I love you,"bisik Axel, seraya mengecup kening Megan begitu lembut. Hingga Megan memeluknya erat.
"Oh God, I'm sorry!"batin Megan, mengusap bibirnya pada sudut pakaian Axel.
____________________
Bagaimana untuk part ini?
Follow Instagram shineamanda9
Kera tua Update !Happy ReadingJangan lupa rating & Komentar yang membangun.••••Playlist: In The End - (feat. Fleurie) [Mellen Gi Remix] Produced by Tommee Profitt •••••"Aku harap tidak akan ada pengkhianatan di antara kita,"ucap Axel, menyentuh wajah Megan dengan kedua tangannya. Menatap tanpa lepas sedikitpun.
Hay!!Si Om Update !! Happy Reading, semoga suka. •••"Aku ingin melamar putrimu, Megan Axtar Hodgue.""Kau serius?"tanya Billy pasti. Markus mengangkat pandangannya, memicingkan tajam dan mempertontonkan keseriusan pada dua manusia yang ada di depannya saat ini."Ya! Aku sangat yakin,"ucap Markus, seraya menelan ludahnya kuat-kuat. Lantas, melempar senyuman penuh keseriusan. ______________Mobil mewah milik Markus melaju cepat, menembus tiap-tiap keramaian kota Florida
Hiyaaa!!! ? Markus Update?Playlist : Prisoner - Raphael Lake, Aaron Levy, Daniel Ryan Murphy•••••"Markus! Apa yang—""Kau menantang ku? Dengar! Aku bersumpah! Akan ku masuki milik mu berulang-ulang hingga longgar malam ini, Megan,"ancam Markus membuat Megan menelan ludah, mendengar ngeri kalimat sarkas yang dikatakan Markus. "Fuck!"umpat Megan mencoba melawan. "Katakan itu di ranjang nanti! Aku lebih suka,"balas Markus seraya mengecup puncak kepala gadis itu dan memukul punggung
Hay !!! Masker Update!Happy Reading...Playlist : P!nk - Try••••Napas Megan terdengar memburu, ia mendesah hebat menerima serangan Markus yang semakin cepat di tiap detiknya. Pria itu memunggungi nya, membuat kepalanya tunduk ke ranjang. Sial! Akibat ekstasi, Megan tidak terkontrol. Ia melupakan semua hal, merasakan Markus berkali-kali membanjiri tubuh nya. "Fuck!"umpat Markus menekan kedua pinggul Megan sangat kuat. Milik gadis itu membungkus rapat dirinya, sempurna. Sungguh, kepala Markus panas.
Hayy!! Markus Update !•••••••Playlist : London Grammar - Truth Is a Beautiful Thing••••••"Megan katakan apa yang terjadi dengan mu? Hahh?"pekik Milla saat gadis itu tidak menjawab pertanyaannya. "Nothing!"balas Megan, menelan ludahnya kasar. "Jika tidak ada kenapa kau— Megan!!!! Megan!!"suara Milla terdengar lantang, saat gadis itu berupaya pergi. Ia berlari, sekejap mata hilang dari pandangan Milla, melangkah masuk dan mengunci rapat kamarnya. ___________________Megan be
Hay!! Markus UpdatePlaylist : Finish Line ••••"Berengsek!"Brakkkkkk!!! "Axel! What are you doing?"pekik Megan. Markus baru saja memukul Axel hingga pria itu terpental cukup jauh, bahkan pelipis Axel tampak robek."Ax!"ucap Megan sambil menekan luka milik pria tersebut.
Halooooo...MasKer Update!!Playlist: Avril Lavigne - Head above water•••"Megan hentikan!"pinta Markus dengan suaranya yang masih merintih keras. Ia ingin mati, merasakan kesakitan yang semakin bertambah. "Berani nya kau mengaturku! Kau pikir kau tampan? Hah!! Dengar! Kau itu hanya menang bulu! Tidak lebih!"pekik Megan sangat keras, menarik underwear Markus lebih keras. Hingga terpaksa pria itu mendorong nya kuat, hingga cengkeraman Megan terlepas. Gadis itu mundur, membuat Markus menarik napas sebanyak mungkin. Ia berkeringat.
Playlist : Alec Benjamin - Let Me Down Slowly••••Axel berdiri, dengan tangan terkepal, ia menatap satu persatu wajah kedua orang tuanya bergantian. Lantas, melempar senyuman picik. "Jangan berharap! Aku tidak mau di jodohkan dengan siapapun!"tandas Axel lantang."Axel kau tidak bisa egois. Ini demi keluarga kita, dengan menikahi Clarys Field saham daddy mu selamat!"ucap Maureen, seorang wanita paruh baya yang duduk di sisi Deran Frey Damiano, Founder Fireoval Company."Kenapa harus aku? Bagaimana jika kalian tawarkan Zander?""Clarys Field lebih memilihmu,"potong Zander seraya melangkah pelan untuk mendekatkan diri."Saham Fireoval anjlok, hampir setengah investor mundur. Aku harap kau memahaminya Axel,"ucap Deran selaku daddy dari Axel dan Zander Damiano."Aku akan menyelematkan perusahaan tanpa harus menikah dengan—""Axel please. Ambil cara yang paling mudah, lagipula kekasih mu itu sangat tidak berkelas.""Apa maksudmu mom?"tanya Axel mengepal tangannya kuat."Kau tidak perlu me
"Sudah aku katakan padamu, Alther. Anak ini penuh masalah!"tuding Jenifer lantang, menatap marah pada Leon."Jaga ucapan mu Mrs. Smith,"bela George."Apa kau mencoba mengancam ku?"tanya Jenifer, tanpa mengalihkan tatapannya. Leon menunduk, meremas tangan Alicia yang bergetar. Wanita itu menelan ludah, mengamati wajah putranya yang terluka cukup parah."Kau merasa terancam?""Jelas. Bukankah kau gembong narkoba? Berapa banyak yang sudah kau bunuh demi bisnis kotor itu? Hmm?""Hentikan Jenifer!"peringat Alther."Kau ingin membela mereka? Kau tidak lihat bagaimana keadaan Jayler karena anak sialan ini?"
Mississipi, Biloxi, Amerika serikat. 2 minggu pernikahan Taylor dan Andrea. "Allison,"Markus memanggil, mengusik permainan Allison yang tampak seru. Ia menghabiskan berjam-jam waktu hanya untuk kubus rubik. Lagi dan lagi, meski terlihat membosankan, permainan itu adalah hal terbaik yang selalu ingin ia kuasai."Hmm,"gumamnya pelan, tidak melirik ke sumber suara sedikitpun. Markus mendekat, memerhatikan jari-jari mungil putrinya. Sekolah terbaik dunia, The Rosey, memastikan Allison lulus tes. Nilai akademis nya sempurna.
"Bagaimana keadaan mu?"tanya Taylor pada Andrea sambil menyatukan kedua tangan mereka."Aku masih tidak percaya kalau kau sekarang sudah menjadi istriku,"ungkap Andrea senang."Aku tidak tanya itu,"Taylor mengalihkan wajah, mengusap pipinya yang terasa panas. Malu. Andrea diam, mengulum bibir tanpa mengalihkan pandangannya dari Taylor. Wanita itu salah tingkah."Siapa namanya?"tanya Andrea mendadak. Sengaja, agar Taylor menoleh ke arahnya. Sungguh, Andrea selalu jatuh cinta jika melihat rona merah di wajah wanita itu."Maksudmu?""Kau punya ide nama yang bagus untuk anak kita?"Andrea sialan. Pertanyaannya membuat Taylor berdebar. Ia menelan ludah nya sekuat mungkin, memompa napas seb
Andrea memutar tubuhnya, ketika pintu gereja terbuka. Ia membulatkan mata, menatap dengan jantung berdebar. Tercengang kaku. Taylor berdiri, memasang senyuman tipis lewat bibir nya yang mungil. Wanita itu menarik napas, meremas lengan Markus yang mendampinginya menuju altar."Kau siap?"tanya Markus, ketika langkah Taylor terasa berat. Ia menahan tangis, sambil menggigit bibir.Bahu Andrea yang tadinya tegap, kini tertunduk, menarik napas nya panjang ketika menyadari air mata lebih dulu membasahi pelupuk mata."Ya,"jawab Taylor, menahan napasnya dalam. Kembali melanjutkan langkah yang mulai begitu ringan. Andrea menatapnya, bersama tangisan kecil yang begitu penuh arti.Megan dan Allison menunggu di barisan depan, tersenyum dan bertepu
"Kau mau pulang hari ini?"tanya Milla sambil mengaduk adonan cake nya. Megan mengangguk, memotong apel hijau dan mengunyahnya tanpa henti."Jam berapa?""Entahlah. Markus masih rapat di Ferrero tower,"jawab Megan memaksakan diri untuk bicara sebisanya."Hmm.. Aku dengar, Markus mempercayakan bisnis itu pada mantan kekasih mu yang berengsek itu,"sindir Milla."Mom... Axel hanya masa lalu.""Bagiku tidak. Keluarganya pernah menghina kita. Aku pernah menjambak rambut mommy nya, kau ingat?"sergah Milla. Terdengar tidak ingin kalah."I know mom, tapi aku tidak ingin ikut campur dalam bisnis Markus."
"Markus..!"sentak Megan, menahan salah satu pergelangan tangan pria itu. Markus menolak, menatap Megan tanpa suara."Aku hanya ingin melindungi Allison,"ucap Megan. ."Kau pikir aku tidak ingin melindungi keluargaku?"Markus bicara serak, mengedarkan pandangan di kedua kornea mata Megan."Dia hanya anak gembong narkoba,"tuduh Megan.Kali ini Markus diam, memikirkan kalimat yang baru saja di deklarasikan egois dari mulut Megan yang pedas. Tanpa mengalihkan pandangannya, Markus menyunggingkan bibir, menertawakan wanita yang berdiri tegap dengan tatapan nanar. "Anak gembong narkoba, katamu?"tanya Markus, dibalas anggukan cepat."Lalu apa yang pantas di sematkan pada Allison? Anak mantan
Hari ini Markus terbangun dengan secercah kegelapan yang tersisa di dalam hidupnya, berdiri tegap menghadap matahari seakan melawan rasa khawatir. Allison tumbuh besar, kuat dan cerdas layaknya penguasa yang sulit dihentikan. Queen Savage."Kau bangun pagi sekali,"Megan memeluk tubuh topless Markus dari belakang. Menyangga kepalanya di bahu tegap pria itu dan mengusap bulu halus yang tersebar mulai perut hingga dada. Tubuh kekar yang membuat Megan tidak berhenti memuji, mengumpat kasar ketika mereka bercinta."Everything,"balas Markus meraih kedua tangan Megan dan meremasnya erat."Ingin jujur padaku?"tanya Megan mengecup pundak berotot pria itu. Markus mengangguk, membuang napasnya kasar."Anak lak
"Aku sangat tidak suka melihat mu seperti ini,"protes Megan, mengusap luka di wajah Markus dengan salep."Ini perbuatan daddy-mu,"celetuk Markus, membuat Billy dan Milla menoleh bersamaan ke arahnya."What?"tandas Markus, melempar senyuman picik. Billy menatapnya tajam, lalu tiba-tiba bangkit dari tempat duduk nya dan bergerak mendekat."Shit,"umpat Megan pelan. Memangku kepalanya dengan tangan dan bersandar di sofa."Kau tahu apa yang ada di dalam otakku?"tanya Billy. Markus diam, menaikkan salah satu alisnya dan melipat kedua tangannya di dada."Billy tolonglah. Kita....""Aku sangat ingin membunuh mu,"u
"Allison, kau ingat Leon?"tanya Markus, membuat sorot mata gadis nya bergerak cepat."My horse?"Bukan. Tapi anak laki-laki yang pernah datang ke mansion bersama paman George,"ujar Markus, membuat kedua bola mata Allison bergerak memutar."Oh. Anak aneh itu,"ucap Allison singkat, lalu memasukkan sisa potongan Pizza kedalam mulutnya. Markus diam, menyatukan kedua tangannya tanpa mengalihkan pandangan, pria itu menunggu reaksi Allison."Dad aku pikir kau mati,"celetuk Allison."Aku?"tanya Markus tidak yakin dengan apa yang ia dengar."Hmm. Mommy menangis, jadi aku pikir kau mati,"ujar Allison enteng. Markus