Hay!!
Si Om Update !!
Happy Reading, semoga suka.
•••
"Aku ingin melamar putrimu, Megan Axtar Hodgue."
"Kau serius?"tanya Billy pasti. Markus mengangkat pandangannya, memicingkan tajam dan mempertontonkan keseriusan pada dua manusia yang ada di depannya saat ini.
"Ya! Aku sangat yakin,"ucap Markus, seraya menelan ludahnya kuat-kuat. Lantas, melempar senyuman penuh keseriusan. 
______________
"Tiga bulan! Kau baru bisa menikahi putriku setelah itu!"
"Billy apa yang kau—"
"No problem. Sebagai gantinya aku ingin merahasiakan kedatanganku dan rencana pernikahan ini dari Megan. Aku ingin memberinya kejutan."
"Sir, aku ingin menyampaikan kabar buruk untukmu!"ucap Taylor, mengusik lamunan Markus tentang pertemuannya dengan keluarga Hodgue yang cukup alot tadi siang.
Taylor melirik, menatap Markus yang tampak memasang wajah datar. Ia menunggu. "Megan menolak undangan makan malam mu lagi, katanya, kau makan saja dengan kera-kera yang ada di hutan. Dia tidak punya waktu untuk meladeni mu,"jelas Taylor membuat sopir yang ada di samping nya menelan ludah. Ia menahan tawa mendengar kalimat sarkas Megan. Berani sekali.
Markus memalingkan pandangan, ia mengendurkan dasi yang bergantung di lehernya kuat. Sial! Ia merasa tercekik karena penolakan Megan.
"Dia semakin angkuh! Sepertinya aku harus menghukumnya agar dia tahu tempat,"gumam Markus pelan, nyaris tidak terdengar. Namun, tetap di tangkap baik Taylor.
"Ah! Menurut sumber ku, nanti malam Megan akan menghadiri birthday party di Nineteen Club, pukul 11 malam,"ucap Taylor tanpa mengalihkan pandangannya dari iPad yang sedang ia pegang.
"Club ini milik salah satu anggota Froshbyte Squad, Ovia Zingler. Karena itulah, Megan dan teman-temannya bebas keluar masuk tanpa perlu identitas card,"sambung Taylor sebelum menunggu pertanyaan Markus. Sudah di katakan, dia asisten paling paham. Tanpa Markus bertanya, ia mampu mendapatkan semua informasi dengan cepat.
"Jadi apa rencana mu, sir?"tanya Taylor menatap Markus dengan tajam. Pria itu diam, tidak menunjukan satu ekspresi pun, lantas, memalingkan kembali pandangannya ke jalan. Mereka mulai masuk ke dalam pekarangan Mansion.

___________________
"Axel hentikan!"pinta Megan seraya mendorong tubuh Axel agar pria itu menjauh.
Tap!!
Axel berhenti. Ia meletakkan kedua tangan di sudut kepala Megan, menatap wajah gadis itu lekat hingga wajah Megan tampak merah. Ia menggigit bibirnya, mencoba menggoda pria tersebut.
"Kau tidak lapar?"tanya Axel memerhatikan Megan menggelengkan kepalanya cepat. Ia tersenyum, melingkarkan kedua tangan di leher Axel.
"Same, bagaimana jika aku memakan mu saja?"tanya Axel tegas.
"Memakan Ku? Contoh nya?"tanya Megan sembari memicingkan mata. Hingga sudut bibir Axel melengkung totalitas.
"Hm— misalnya seperti ini,"gumam Axel lantas, menyatukan kedua bibir mereka. Melumatnya cukup kasar hingga Megan segera membalas.
Tap!!
"Megan?"tanya Axel saat gadis itu melepaskan ciuman mereka. Ia menelan ludah, menatap wajah Axel sangat tegas dan mendadak memasang wajah pucat. Sial! Megan mengingat moment nya bersama Markus di saat yang tidak tepat. Ia takut, jika Axel mengetahuinya.
"Aku mau pulang, Ah aku lupa. Nanti malam Ovia ulang tahun. Aku harus membelikannya hadiah!"ucap Megan menarik tas kecil yang ada di sudut sofa. Axel mengerutkan kening, tidak bisa menahan keinginan mendadak Megan.
"Perlu ku temani?"tawar Axel.
"Tidak! Aku bisa sendiri,"balas Megan sambil membenarkan pakaiannya. Ia tersenyum kecil, berharap Axel tidak akan mencurigai nya sedikitpun. Ia bangkit dan tanpa sepatah katapun lagi, gadis itu segera menjauh.
Megan mengusap bibirnya kasar, menatap dirinya lewat spion mobil miliknya. God! Ia tidak pernah menyangka bahwa Markus berhasil membuatnya takut. Sekarang, Megan seakan-akan memiliki selingkuhan.
"Jika Ax mengetahui semua ini, makan habislah aku!"pikir Megan mendongakkan kepalanya di setir mobil. Frustasi.
"Calm down, kera tua itu tidak mungkin tahu Axel. Kenapa aku harus takut?"pikir Megan mencoba memotivasi diri. Ia menarik napas. Menanamkan sugesti baik untuk dirinya, lantas, membuang napas kasar.
"Aku harus membeli kado untuk Ovia,"batin Megan seraya memutar haluan mobilnya untuk keluar dari pekarangan mansion Axel.
__________________

Malam harinya....
Nineteen Club, Naples, Florida.Megan menaikkan kedua tangannya ke atas, menutup mata cukup rapat, merasakan hentakan musik yang seakan menyatu dalam jiwanya. Ia berada di dance floor, menari bersama teman-temannya— Frosbyte Squad.
Sungguh, suasana Club semakin panas. Music yang diputar dalam ruangan tersebut membuat Megan rileks. "Wohooo.. Megannn!"teriak Ovia memegang pinggulnya rapat, lantas memberikan segelas minuman yang tidak dapat ia tolak.
"God!!"pekik Ovia melihat Megan menenggak habis segelas alkohol sekaligus. Megan tertawa, ia bergerak dan berdiri di sekitar Caroline dan Avril lantas menari bersama seperti orang gila. Mereka benar-benar lepas, tanpa beban sedikitpun.
"Tambah?"tanya Ovia.
"No! aku tidak ingin mabuk, daddy bisa memenggal kepalaku!"ucap Megan sadar.
"Okay. Aku ke toilet dulu, kalian bersenang-senanglah!"ucap Ovia segera memutar tubuhnya untuk menjauh.
"Kau mau kemana?"tegur Caroline saat Megan tampak ikut beranjak keluar dari dance floor.
"Aku letih,"balas Megan seraya mengelap keringatnya.
"Okay! Bye!"ucap Caroline tetap menari bersama Avril. Ia tidak ingin istirahat cepat-cepat. Megan tersenyum tipis, ia melangkah menuju meja VVIP khusus perayaan ulang tahun Ovia. Lantas, merebahkan dirinya di sofa untuk mengatur napas nya yang terasa berat.
"Ah dimana ponselku?"pikir Megan, mengacak-acak isi tas nya. Ia berbaring telungkup, mencoba memastikan letak benda penting tersebut. Ia belum mengabari Axel sejak sampai di Club.
"Fuck, tinggal di mobil,"umpat Megan. "Aku harus mengambilnya,"Megan bergerak, mengalungkan tali tas di sudut bahu nya dan melangkah keluar ruangan.
_____________
"Kenapa kau tidak menari lagi, Apple?"
Tap!!
Jari Megan terhenti, Mendengar suara tidak asing yang ada di belakang nya. Ia berputar, mencoba memastikan. Seketika bola mata Megan bergerak malas saat mendapati Markus berdiri tegap di hadapannya.
"Jadi kau menolak ku—"
"Minggir! Aku sibuk!"potong Megan, melangkah melewati Markus. Namun, dengan cepat tangan pria itu menangkap lengannya. Menahan agar ia tidak bisa bergerak sedikitpun.
"Lepas!!! Aku akan teriak jika kau—"
"Teriak? Silakan. Siapa tahu pacarmu bisa tahu diri!"ucap Markus asal.
"What? Harusnya kau yang tahu diri. Lepas berengsek!"umpat Megan lebih lantang, mencoba menarik lengannya begitu kuat. Lalu berhenti bergerak saat melihat sebuah mobil canggih milik Markus berhenti tepat di belakangnya.
"Masuk ke mobil ku!"perintah Markus sarkas.
"Kau gila? Untuk apa aku masuk ke mobil mu?"tanya Megan penuh emosional.
"Markus!!!!
Plaakkk!!!
Markus diam, ia melepaskan Megan, merapatkan gigi dan mengepal kuat tangannya. Berengsek! Ia marah, merasakan panasnya tangan Megan yang barus saja menamparnya.
"Kau membuatku hilang kesabaran, Megan!"erang Markus parau, seraya mengangkat kembali pandangannya.
"I don't .. Ahh! Markus!"Megan meringis saat Markus memutar tubuhnya dan melipat kedua tangan gadis itu kebelakang. Megan mendongak tinggi, Markus menarik rambutnya kasar.
"Markus! Apa yang—"
"Kau menantang ku? Dengar! Aku bersumpah! Akan ku masuki milik mu berulang-ulang hingga longgar malam ini, Megan,"ancam Markus membuat Megan menelan ludah, mendengar ngeri kalimat sarkas yang dikatakan Markus.
"Fuck!"umpat Megan mencoba melawan.
"Katakan itu di ranjang nanti! Aku lebih suka,"balas Markus seraya mengecup puncak kepala gadis itu dan memukul punggung Megan sangat kuat hingga gadis itu langsung pingsan.
_______________
Bagaimana untuk part ini? Follow IG shineamanda9
••••

Hiyaaa!!! ? Markus Update?Playlist : Prisoner - Raphael Lake, Aaron Levy, Daniel Ryan Murphy•••••"Markus! Apa yang—""Kau menantang ku? Dengar! Aku bersumpah! Akan ku masuki milik mu berulang-ulang hingga longgar malam ini, Megan,"ancam Markus membuat Megan menelan ludah, mendengar ngeri kalimat sarkas yang dikatakan Markus. "Fuck!"umpat Megan mencoba melawan. "Katakan itu di ranjang nanti! Aku lebih suka,"balas Markus seraya mengecup puncak kepala gadis itu dan memukul punggung
Hay !!! Masker Update!Happy Reading...Playlist : P!nk - Try••••Napas Megan terdengar memburu, ia mendesah hebat menerima serangan Markus yang semakin cepat di tiap detiknya. Pria itu memunggungi nya, membuat kepalanya tunduk ke ranjang. Sial! Akibat ekstasi, Megan tidak terkontrol. Ia melupakan semua hal, merasakan Markus berkali-kali membanjiri tubuh nya. "Fuck!"umpat Markus menekan kedua pinggul Megan sangat kuat. Milik gadis itu membungkus rapat dirinya, sempurna. Sungguh, kepala Markus panas.
Hayy!! Markus Update !•••••••Playlist : London Grammar - Truth Is a Beautiful Thing••••••"Megan katakan apa yang terjadi dengan mu? Hahh?"pekik Milla saat gadis itu tidak menjawab pertanyaannya. "Nothing!"balas Megan, menelan ludahnya kasar. "Jika tidak ada kenapa kau— Megan!!!! Megan!!"suara Milla terdengar lantang, saat gadis itu berupaya pergi. Ia berlari, sekejap mata hilang dari pandangan Milla, melangkah masuk dan mengunci rapat kamarnya. ___________________Megan be
Hay!! Markus UpdatePlaylist : Finish Line ••••"Berengsek!"Brakkkkkk!!! "Axel! What are you doing?"pekik Megan. Markus baru saja memukul Axel hingga pria itu terpental cukup jauh, bahkan pelipis Axel tampak robek."Ax!"ucap Megan sambil menekan luka milik pria tersebut.
Halooooo...MasKer Update!!Playlist: Avril Lavigne - Head above water•••"Megan hentikan!"pinta Markus dengan suaranya yang masih merintih keras. Ia ingin mati, merasakan kesakitan yang semakin bertambah. "Berani nya kau mengaturku! Kau pikir kau tampan? Hah!! Dengar! Kau itu hanya menang bulu! Tidak lebih!"pekik Megan sangat keras, menarik underwear Markus lebih keras. Hingga terpaksa pria itu mendorong nya kuat, hingga cengkeraman Megan terlepas. Gadis itu mundur, membuat Markus menarik napas sebanyak mungkin. Ia berkeringat.
Playlist : Alec Benjamin - Let Me Down Slowly••••Axel berdiri, dengan tangan terkepal, ia menatap satu persatu wajah kedua orang tuanya bergantian. Lantas, melempar senyuman picik. "Jangan berharap! Aku tidak mau di jodohkan dengan siapapun!"tandas Axel lantang."Axel kau tidak bisa egois. Ini demi keluarga kita, dengan menikahi Clarys Field saham daddy mu selamat!"ucap Maureen, seorang wanita paruh baya yang duduk di sisi Deran Frey Damiano, Founder Fireoval Company."Kenapa harus aku? Bagaimana jika kalian tawarkan Zander?""Clarys Field lebih memilihmu,"potong Zander seraya melangkah pelan untuk mendekatkan diri."Saham Fireoval anjlok, hampir setengah investor mundur. Aku harap kau memahaminya Axel,"ucap Deran selaku daddy dari Axel dan Zander Damiano."Aku akan menyelematkan perusahaan tanpa harus menikah dengan—""Axel please. Ambil cara yang paling mudah, lagipula kekasih mu itu sangat tidak berkelas.""Apa maksudmu mom?"tanya Axel mengepal tangannya kuat."Kau tidak perlu me
Playlist:Zayn Malik - Obsession••••
Playlist:Martin Garrix & David Guetta - So Far Away&bu
"Sudah aku katakan padamu, Alther. Anak ini penuh masalah!"tuding Jenifer lantang, menatap marah pada Leon."Jaga ucapan mu Mrs. Smith,"bela George."Apa kau mencoba mengancam ku?"tanya Jenifer, tanpa mengalihkan tatapannya. Leon menunduk, meremas tangan Alicia yang bergetar. Wanita itu menelan ludah, mengamati wajah putranya yang terluka cukup parah."Kau merasa terancam?""Jelas. Bukankah kau gembong narkoba? Berapa banyak yang sudah kau bunuh demi bisnis kotor itu? Hmm?""Hentikan Jenifer!"peringat Alther."Kau ingin membela mereka? Kau tidak lihat bagaimana keadaan Jayler karena anak sialan ini?"
Mississipi, Biloxi, Amerika serikat. 2 minggu pernikahan Taylor dan Andrea. "Allison,"Markus memanggil, mengusik permainan Allison yang tampak seru. Ia menghabiskan berjam-jam waktu hanya untuk kubus rubik. Lagi dan lagi, meski terlihat membosankan, permainan itu adalah hal terbaik yang selalu ingin ia kuasai."Hmm,"gumamnya pelan, tidak melirik ke sumber suara sedikitpun. Markus mendekat, memerhatikan jari-jari mungil putrinya. Sekolah terbaik dunia, The Rosey, memastikan Allison lulus tes. Nilai akademis nya sempurna.
"Bagaimana keadaan mu?"tanya Taylor pada Andrea sambil menyatukan kedua tangan mereka."Aku masih tidak percaya kalau kau sekarang sudah menjadi istriku,"ungkap Andrea senang."Aku tidak tanya itu,"Taylor mengalihkan wajah, mengusap pipinya yang terasa panas. Malu. Andrea diam, mengulum bibir tanpa mengalihkan pandangannya dari Taylor. Wanita itu salah tingkah."Siapa namanya?"tanya Andrea mendadak. Sengaja, agar Taylor menoleh ke arahnya. Sungguh, Andrea selalu jatuh cinta jika melihat rona merah di wajah wanita itu."Maksudmu?""Kau punya ide nama yang bagus untuk anak kita?"Andrea sialan. Pertanyaannya membuat Taylor berdebar. Ia menelan ludah nya sekuat mungkin, memompa napas seb
Andrea memutar tubuhnya, ketika pintu gereja terbuka. Ia membulatkan mata, menatap dengan jantung berdebar. Tercengang kaku. Taylor berdiri, memasang senyuman tipis lewat bibir nya yang mungil. Wanita itu menarik napas, meremas lengan Markus yang mendampinginya menuju altar."Kau siap?"tanya Markus, ketika langkah Taylor terasa berat. Ia menahan tangis, sambil menggigit bibir.Bahu Andrea yang tadinya tegap, kini tertunduk, menarik napas nya panjang ketika menyadari air mata lebih dulu membasahi pelupuk mata."Ya,"jawab Taylor, menahan napasnya dalam. Kembali melanjutkan langkah yang mulai begitu ringan. Andrea menatapnya, bersama tangisan kecil yang begitu penuh arti.Megan dan Allison menunggu di barisan depan, tersenyum dan bertepu
"Kau mau pulang hari ini?"tanya Milla sambil mengaduk adonan cake nya. Megan mengangguk, memotong apel hijau dan mengunyahnya tanpa henti."Jam berapa?""Entahlah. Markus masih rapat di Ferrero tower,"jawab Megan memaksakan diri untuk bicara sebisanya."Hmm.. Aku dengar, Markus mempercayakan bisnis itu pada mantan kekasih mu yang berengsek itu,"sindir Milla."Mom... Axel hanya masa lalu.""Bagiku tidak. Keluarganya pernah menghina kita. Aku pernah menjambak rambut mommy nya, kau ingat?"sergah Milla. Terdengar tidak ingin kalah."I know mom, tapi aku tidak ingin ikut campur dalam bisnis Markus."
"Markus..!"sentak Megan, menahan salah satu pergelangan tangan pria itu. Markus menolak, menatap Megan tanpa suara."Aku hanya ingin melindungi Allison,"ucap Megan. ."Kau pikir aku tidak ingin melindungi keluargaku?"Markus bicara serak, mengedarkan pandangan di kedua kornea mata Megan."Dia hanya anak gembong narkoba,"tuduh Megan.Kali ini Markus diam, memikirkan kalimat yang baru saja di deklarasikan egois dari mulut Megan yang pedas. Tanpa mengalihkan pandangannya, Markus menyunggingkan bibir, menertawakan wanita yang berdiri tegap dengan tatapan nanar. "Anak gembong narkoba, katamu?"tanya Markus, dibalas anggukan cepat."Lalu apa yang pantas di sematkan pada Allison? Anak mantan
Hari ini Markus terbangun dengan secercah kegelapan yang tersisa di dalam hidupnya, berdiri tegap menghadap matahari seakan melawan rasa khawatir. Allison tumbuh besar, kuat dan cerdas layaknya penguasa yang sulit dihentikan. Queen Savage."Kau bangun pagi sekali,"Megan memeluk tubuh topless Markus dari belakang. Menyangga kepalanya di bahu tegap pria itu dan mengusap bulu halus yang tersebar mulai perut hingga dada. Tubuh kekar yang membuat Megan tidak berhenti memuji, mengumpat kasar ketika mereka bercinta."Everything,"balas Markus meraih kedua tangan Megan dan meremasnya erat."Ingin jujur padaku?"tanya Megan mengecup pundak berotot pria itu. Markus mengangguk, membuang napasnya kasar."Anak lak
"Aku sangat tidak suka melihat mu seperti ini,"protes Megan, mengusap luka di wajah Markus dengan salep."Ini perbuatan daddy-mu,"celetuk Markus, membuat Billy dan Milla menoleh bersamaan ke arahnya."What?"tandas Markus, melempar senyuman picik. Billy menatapnya tajam, lalu tiba-tiba bangkit dari tempat duduk nya dan bergerak mendekat."Shit,"umpat Megan pelan. Memangku kepalanya dengan tangan dan bersandar di sofa."Kau tahu apa yang ada di dalam otakku?"tanya Billy. Markus diam, menaikkan salah satu alisnya dan melipat kedua tangannya di dada."Billy tolonglah. Kita....""Aku sangat ingin membunuh mu,"u
"Allison, kau ingat Leon?"tanya Markus, membuat sorot mata gadis nya bergerak cepat."My horse?"Bukan. Tapi anak laki-laki yang pernah datang ke mansion bersama paman George,"ujar Markus, membuat kedua bola mata Allison bergerak memutar."Oh. Anak aneh itu,"ucap Allison singkat, lalu memasukkan sisa potongan Pizza kedalam mulutnya. Markus diam, menyatukan kedua tangannya tanpa mengalihkan pandangan, pria itu menunggu reaksi Allison."Dad aku pikir kau mati,"celetuk Allison."Aku?"tanya Markus tidak yakin dengan apa yang ia dengar."Hmm. Mommy menangis, jadi aku pikir kau mati,"ujar Allison enteng. Markus