Hiyaaa!!!
🔥 Markus Update
🔥Playlist :
Prisoner - Raphael Lake, Aaron Levy, Daniel Ryan Murphy
•••••
"Kau menantang ku? Dengar! Aku bersumpah! Akan ku masuki milik mu berulang-ulang hingga longgar malam ini, Megan,"ancam Markus membuat Megan menelan ludah, mendengar ngeri kalimat sarkas yang dikatakan Markus.
"Fuck!"umpat Megan mencoba melawan.
"Katakan itu di ranjang nanti! Aku lebih suka,"balas Markus seraya mengecup puncak kepala gadis itu dan memukul punggung Megan sangat kuat hingga gadis itu langsung pingsan.
__________________
Megan memijat keningnya pelan, Menelan ludahnya kuat lantas mencium aroma coklat yang begitu pekat. Ia bergerak, meneliti tubuhnya yang terbalut jubah tidur tipis 'hollow' berwarna putih lekat.
"Markus!"ucap Megan berat. Sungguh, kepalanya pusing bukan main.
"Apa yang dilakukannya?"gumam Megan, seraya mengedarkan pandangan di ruang kamar yang tampak asing. Megan mencoba bergerak, menjatuhkan dua ujung kakinya ke lantai, Ia harus mencari tahu.
Tappp!!!
Mendadak Megan menghentikan gerakannya, mendengar suara pintu di buka lebar oleh dua pengawal berbadan tegap. Ia menoleh cepat, mengencangkan ikatan pakaian yang menonjolkan bentuk tubuh kecilnya.
Beberapa detik kemudian, Taylor memasuki ruangan dengan tray berisi makanan, ia melempar senyuman tipis dan berjalan mendekat tanpa ragu. "Stop!"pekik Megan lantang.
"Tidak ada alasan mu untuk memerintah ku, nona. Sebentar lagi—"
"Diam! Panggilkan bedebah tua itu! Aku harus bicara dengannya!"potong Megan membuat Taylor melempar senyuman tipis.
"Aku sudah mengatasi teman-teman mu, Axel Damiano dan mungkin—"
"Apa yang kau katakan pada Axel?"tanya Megan lantang, ia beranjak, melangkah cepat hingga jarak antara nya dengan Taylor sangat dekat.
"Jangan khawatir! Ini makanan mu, kau bisa—"
Praankkkk!!!
Megan menepis tray yang di bawa Taylor, hingga seluruh makanan yang ada di dalamnya berserakan. Taylor menelan ludah, tampak tetap tenang. "Sayang sekali, tapi tidak masalah. Akan ku ambilkan yang baru!"
"Aku tidak butuh makanan. Aku mau pulang!"sentak Megan membuat Taylor memicingkan sedikit matanya.
"Bersikap baiklah, kau akan menyesal jika tahu siapa Markus,"jelas Taylor penuh ancaman.
"I don't care! Asal kau tahu, dia hanya kera tua yang sebentar lagi uzur. Ingin memasuki ku? Hah! Aku takut pinggang nya encok sebelum melakukan hal itu,"hina Megan membuat Taylor melempar senyuman tipis.
"Usianya baru 32 tahun dan Tuan Markus rutin berolahraga. Aku bahkan takut, kau yang tidak kuat menangani nya,"balas Taylor penuh pembelaan pada Markus. Ia mengedarkan mata pada pakaian Megan lekat, lantas, memiringkan sudut bibirnya.
"Pakaian itu cocok untuk mu,"puji Taylor, memerhatikan Megan mengepal tangannya kuat.
"Kau dan bos mu itu sama saja. Kalian berasal dari hutan Amazon, dasar sialan!"pekik Megan saat melihat Taylor memutar tubuhnya. Bergerak menjauh menuju pintu kamar.
Tanpa membuang waktu, Megan ikut melangkah mencoba meloloskan diri tanpa peduli dengan keadaannya sekarang. Sungguh, tubuhnya sangat terekspos.
Tap!!
Namun langkah Megan terhenti saat sosok yang sangat ingin ia pukul muncul, berdiri tegas di hadapannya. Topless.
Megan menahan napas, menatap tubuh kekar Markus. Sepertinya, Taylor benar. Pria tersebut menjaga kebugaran tubuhnya. Megan mulai menelan ludah, mendadak melangkah mundur."Kenapa kau tidak makan?"tanya Markus datar.
"Aku tidak butuh makanan mu!"balas Megan berani.
"Tidak masalah. Kau baik-baik saja?"
"Apa katamu? Kau menahan ku di sini dan kau menanyakan kabar ku? Are you crazy?"tanya Megan bertubi-tubi.
"Megan aku—"
"Dasar berengsek!"umpat Megan, ia melangkah cepat, menaikkan salah satu tangannya dan berhasil meninju wajah Markus hingga pria itu langsung mundur. Pandangan Markus gelap sekian detik.
"Fuck!"umpat Markus pelan. Megan menelan ludah, lantas berlari ke arah pintu kamar yang langsung di tutup atas perintah Markus.
"Buka pintunya!"pinta Megan menendang kuat benda tersebut. Menekan lock screen yang tidak mungkin bisa ia buka dengan mudah.
"Markus!"Megan meringis saat Markus menariknya, menjauhkan posisinya dari pintu. Megan berusaha berontak, memukul Markus sebisanya. Hingga ia merasakan tubuhnya terhempas di atas ranjang.
"Buka mulutmu, Megan!"ucap Markus parau. Ia menekan kedua sudut pipi gadis itu dengan satu tangan. Markus ingin memasukkan dua butir pil ke dalam mulut Megan. Gadis itu bergerak, masih memukuli Markus sebisanya dan menggelengkan kepala.
"Megan!"sentak Markus, tidak berhasil memaksa Megan menelan pil ekstasi tersebut. Geram, Markus memasukkan pil itu ke dalam mulutnya sendiri, lantas mendekatkan diri pada Megan dan menciumi bibir gadis itu rapat.
Megan mendongak, merasakan ciuman Markus semakin kasar. Pria itu meremas dadanya kuat hingga tanpa sengaja ia membuka mulut. Dengan cepat, pil yang tadinya ada di dalam mulut Markus berpindah. Megan meremas lengan Markus, merasakan lidah pria itu bergelut di dalam mulutnya hingga ekstasi tersebut terpaksa ia telan.
"Apa yang kau berikan padaku? Hah?"tanya Megan lantang, saat Markus melepaskan ciumannya.
"Kau pasti suka jika obat itu sudah bereaksi,"balas Markus sambil memiringkan bibirnya.
"Berengsek! Kau....."
Lagi, Markus mencium bibirnya kasar. Meremas dadanya kuat hingga Megan merasa begitu tersudutkan. Ia sulit bernapas selama ciuman itu berlangsung. "Markus...."bisik Megan pelan. Merasakan sentuhan pria tersebut semakin berani. Ia perlahan di telanjangi.
"Are you virgin, Apple?"tanya Markus, ia mengusap sudut wajah Megan. Memerhatikan sudut mata gadis itu mulai sayu. Ia menelan ludah, bersama napasnya yang terasa cepat. Ekstasi tersebut mulai bekerja dalam waktu sekitar 15 menit.
"Jawab aku, Megan!"tanya Markus melihat tubuh gadis itu berkeringat. Megan membasahi bibirnya. Namun, entahlah, gadis itu tidak mau bicara sepatah katapun.
"Akan ku coba langsung jika kau tidak ingin menjawab!"ucap Markus pelan.
"Markus...."ucap Megan pelan. Ia mulai merasa lemas, pasrah menerima sentuhan Markus yang semakin berani. Sekali lagi, bibir mereka menempel, Markus melakukan lumatan-lumatan kecil di sekitar nya.
"Sial! Balas aku Megan!"pinta Markus seraya menelan ludahnya. Megan memalingkan pandangan, ia takut.
"Megan!"bisik Markus, ia mengecup sudut leher gadis itu. Memberikan tanda kissmark cukup banyak.
"Ahh Markus!"
Tap!!
Pria itu berhenti, ia menaikkan pandangannya. Megan fly, membuat Markus merasa di atas angin. Ia juga sama, otaknya tidak bisa bekerja banyak.
"Apa yang kau lakukan?"tanya Megan lemah. Markus mengeluh, ia menelan ludah dan menyentuh sudut bagian intim milik Megan.
"Aku ingin menghukum mu, memasuki mu dan mendengarkan suara mu mendesah malam ini, Megan!"bisik Markus. Memerhatikan gadis itu mendongak, menikmati permainan jarinya yang ada di dalam sana.
"Ahh Markus!"ucap Megan, ia membuka kedua pahanya. Memberi akses lebih pada pria itu. Secepat kilat, Markus menurunkan ciumannya, bergerak menuju bagian intim untuk memberikan sensasi awal untuk Megan.
Reaksi Megan berubah, Ia meremas sudut seprai kuat-kuat dan menutup mulutnya rapat. Ia mendesah menikmati. "Ahh! Sial aku tidak tahan lagi,"ucap Markus. Ia beranjak bangun, menurunkan bawahannya dan menyamakan diri dengan Megan yang lebih dulu naked.
Megan hanya diam, memerhatikan tingkah pria itu hingga Markus kembali menindihnya dan melumat bibirnya. Baiklah, Megan juga sama, ia terhanyut dan membalas ciuman Markus. Well— ini yang di tunggu-tunggu.
Diam-diam Markus memegang miliknya, menuntun untuk menenggelamkan utuh bersama Megan. Ia sudah tidak sabar dan mendadak panas saat miliknya menyentuh bibir bagian intim gadis itu. Beberapa saat ia masih memainkannya, merasakan kulit luar bagian terindah dari Megan.
"Ahh.. Markus sakit!"pekik Megan lantang, saat pria itu menekan miliknya. Markus berhenti, mengerutkan kening saat melihat respon Megan.
"Sakit?"tanya Markus hingga gadis itu mengangguk dan memegang bahu Markus. Pria itu menarik miliknya kembali, mencoba memainkan di kulit luar sejenak. Menunggu wajah Megan mulai tampak membaik.
"Markus! Ah.. Markus!..."
Tap!!
Megan mencengkeram lengan pria itu dengan kuku tajam nya, saat merasakan Markus kembali memasuki nya sangat dalam. "Ah shit!"umpat Markus merasakan milik gadis itu membungkusnya sempit. Megan virgin.
Markus meremas setiap titik sensitif Megan, membuat gadis itu lupa dengan rasa sakit yang tengah menyerangnya saat ini. Megan memang tidak di beri ampun, Markus mulai bergerak meski pelan. "Akan ku dapatkan kau, Megan!"ucap Markus mulai bergerak bebas. Membiarkan Megan terbiasa dengan miliknya, hingga rasa sakit mulai berganti dengan kenikmatan.
Megan mendesah berat, ia mendongak tinggi dan merasakan kedua tangan Markus memeluk pinggulnya hingga posisi tubuh Megan sedikit terangkat. Sungguh, ia tidak pernah merasa begitu di telanjangi seperti saat ini.
"Ahhh!!"erang Megan semakin menjadi, ia lupa akan segalanya. Fokus menikmati semua kenikmatan yang di berikan Markus, pria itu memegang pinggulnya, menatap jelas cara Megan menikmati sentuhannya, Markus memasukinya, membuat ia benar-benar jatuh ke dalam sebuah perangkap yang sangat dalam entah sampai kapan.
Baiklah, kali ini, Markus akan bermain santai. Ia tidak ingin melukai Megan dan meninggalkan semua miliknya di dalam tubuh Gadis itu, tanpa sisa. Namun, tidak hanya itu, Markus tidak akan menyia-nyiakan kesempatan. Ia belum selesai dan kembali menekan miliknya dalam-dalam sampai puas.
______________
Bagaimana untuk part panas-panas ini?
Follow IG shineamanda9

Megan Axtar
Hay !!! Masker Update!Happy Reading...Playlist : P!nk - Try••••Napas Megan terdengar memburu, ia mendesah hebat menerima serangan Markus yang semakin cepat di tiap detiknya. Pria itu memunggungi nya, membuat kepalanya tunduk ke ranjang. Sial! Akibat ekstasi, Megan tidak terkontrol. Ia melupakan semua hal, merasakan Markus berkali-kali membanjiri tubuh nya. "Fuck!"umpat Markus menekan kedua pinggul Megan sangat kuat. Milik gadis itu membungkus rapat dirinya, sempurna. Sungguh, kepala Markus panas.
Hayy!! Markus Update !•••••••Playlist : London Grammar - Truth Is a Beautiful Thing••••••"Megan katakan apa yang terjadi dengan mu? Hahh?"pekik Milla saat gadis itu tidak menjawab pertanyaannya. "Nothing!"balas Megan, menelan ludahnya kasar. "Jika tidak ada kenapa kau— Megan!!!! Megan!!"suara Milla terdengar lantang, saat gadis itu berupaya pergi. Ia berlari, sekejap mata hilang dari pandangan Milla, melangkah masuk dan mengunci rapat kamarnya. ___________________Megan be
Hay!! Markus UpdatePlaylist : Finish Line ••••"Berengsek!"Brakkkkkk!!! "Axel! What are you doing?"pekik Megan. Markus baru saja memukul Axel hingga pria itu terpental cukup jauh, bahkan pelipis Axel tampak robek."Ax!"ucap Megan sambil menekan luka milik pria tersebut.
Halooooo...MasKer Update!!Playlist: Avril Lavigne - Head above water•••"Megan hentikan!"pinta Markus dengan suaranya yang masih merintih keras. Ia ingin mati, merasakan kesakitan yang semakin bertambah. "Berani nya kau mengaturku! Kau pikir kau tampan? Hah!! Dengar! Kau itu hanya menang bulu! Tidak lebih!"pekik Megan sangat keras, menarik underwear Markus lebih keras. Hingga terpaksa pria itu mendorong nya kuat, hingga cengkeraman Megan terlepas. Gadis itu mundur, membuat Markus menarik napas sebanyak mungkin. Ia berkeringat.
Playlist : Alec Benjamin - Let Me Down Slowly••••Axel berdiri, dengan tangan terkepal, ia menatap satu persatu wajah kedua orang tuanya bergantian. Lantas, melempar senyuman picik. "Jangan berharap! Aku tidak mau di jodohkan dengan siapapun!"tandas Axel lantang."Axel kau tidak bisa egois. Ini demi keluarga kita, dengan menikahi Clarys Field saham daddy mu selamat!"ucap Maureen, seorang wanita paruh baya yang duduk di sisi Deran Frey Damiano, Founder Fireoval Company."Kenapa harus aku? Bagaimana jika kalian tawarkan Zander?""Clarys Field lebih memilihmu,"potong Zander seraya melangkah pelan untuk mendekatkan diri."Saham Fireoval anjlok, hampir setengah investor mundur. Aku harap kau memahaminya Axel,"ucap Deran selaku daddy dari Axel dan Zander Damiano."Aku akan menyelematkan perusahaan tanpa harus menikah dengan—""Axel please. Ambil cara yang paling mudah, lagipula kekasih mu itu sangat tidak berkelas.""Apa maksudmu mom?"tanya Axel mengepal tangannya kuat."Kau tidak perlu me
Playlist:Zayn Malik - Obsession••••
Playlist:Martin Garrix & David Guetta - So Far Away&bu
Playlist:DjSnake feat Justin Bieber -LetMe love you
"Sudah aku katakan padamu, Alther. Anak ini penuh masalah!"tuding Jenifer lantang, menatap marah pada Leon."Jaga ucapan mu Mrs. Smith,"bela George."Apa kau mencoba mengancam ku?"tanya Jenifer, tanpa mengalihkan tatapannya. Leon menunduk, meremas tangan Alicia yang bergetar. Wanita itu menelan ludah, mengamati wajah putranya yang terluka cukup parah."Kau merasa terancam?""Jelas. Bukankah kau gembong narkoba? Berapa banyak yang sudah kau bunuh demi bisnis kotor itu? Hmm?""Hentikan Jenifer!"peringat Alther."Kau ingin membela mereka? Kau tidak lihat bagaimana keadaan Jayler karena anak sialan ini?"
Mississipi, Biloxi, Amerika serikat. 2 minggu pernikahan Taylor dan Andrea. "Allison,"Markus memanggil, mengusik permainan Allison yang tampak seru. Ia menghabiskan berjam-jam waktu hanya untuk kubus rubik. Lagi dan lagi, meski terlihat membosankan, permainan itu adalah hal terbaik yang selalu ingin ia kuasai."Hmm,"gumamnya pelan, tidak melirik ke sumber suara sedikitpun. Markus mendekat, memerhatikan jari-jari mungil putrinya. Sekolah terbaik dunia, The Rosey, memastikan Allison lulus tes. Nilai akademis nya sempurna.
"Bagaimana keadaan mu?"tanya Taylor pada Andrea sambil menyatukan kedua tangan mereka."Aku masih tidak percaya kalau kau sekarang sudah menjadi istriku,"ungkap Andrea senang."Aku tidak tanya itu,"Taylor mengalihkan wajah, mengusap pipinya yang terasa panas. Malu. Andrea diam, mengulum bibir tanpa mengalihkan pandangannya dari Taylor. Wanita itu salah tingkah."Siapa namanya?"tanya Andrea mendadak. Sengaja, agar Taylor menoleh ke arahnya. Sungguh, Andrea selalu jatuh cinta jika melihat rona merah di wajah wanita itu."Maksudmu?""Kau punya ide nama yang bagus untuk anak kita?"Andrea sialan. Pertanyaannya membuat Taylor berdebar. Ia menelan ludah nya sekuat mungkin, memompa napas seb
Andrea memutar tubuhnya, ketika pintu gereja terbuka. Ia membulatkan mata, menatap dengan jantung berdebar. Tercengang kaku. Taylor berdiri, memasang senyuman tipis lewat bibir nya yang mungil. Wanita itu menarik napas, meremas lengan Markus yang mendampinginya menuju altar."Kau siap?"tanya Markus, ketika langkah Taylor terasa berat. Ia menahan tangis, sambil menggigit bibir.Bahu Andrea yang tadinya tegap, kini tertunduk, menarik napas nya panjang ketika menyadari air mata lebih dulu membasahi pelupuk mata."Ya,"jawab Taylor, menahan napasnya dalam. Kembali melanjutkan langkah yang mulai begitu ringan. Andrea menatapnya, bersama tangisan kecil yang begitu penuh arti.Megan dan Allison menunggu di barisan depan, tersenyum dan bertepu
"Kau mau pulang hari ini?"tanya Milla sambil mengaduk adonan cake nya. Megan mengangguk, memotong apel hijau dan mengunyahnya tanpa henti."Jam berapa?""Entahlah. Markus masih rapat di Ferrero tower,"jawab Megan memaksakan diri untuk bicara sebisanya."Hmm.. Aku dengar, Markus mempercayakan bisnis itu pada mantan kekasih mu yang berengsek itu,"sindir Milla."Mom... Axel hanya masa lalu.""Bagiku tidak. Keluarganya pernah menghina kita. Aku pernah menjambak rambut mommy nya, kau ingat?"sergah Milla. Terdengar tidak ingin kalah."I know mom, tapi aku tidak ingin ikut campur dalam bisnis Markus."
"Markus..!"sentak Megan, menahan salah satu pergelangan tangan pria itu. Markus menolak, menatap Megan tanpa suara."Aku hanya ingin melindungi Allison,"ucap Megan. ."Kau pikir aku tidak ingin melindungi keluargaku?"Markus bicara serak, mengedarkan pandangan di kedua kornea mata Megan."Dia hanya anak gembong narkoba,"tuduh Megan.Kali ini Markus diam, memikirkan kalimat yang baru saja di deklarasikan egois dari mulut Megan yang pedas. Tanpa mengalihkan pandangannya, Markus menyunggingkan bibir, menertawakan wanita yang berdiri tegap dengan tatapan nanar. "Anak gembong narkoba, katamu?"tanya Markus, dibalas anggukan cepat."Lalu apa yang pantas di sematkan pada Allison? Anak mantan
Hari ini Markus terbangun dengan secercah kegelapan yang tersisa di dalam hidupnya, berdiri tegap menghadap matahari seakan melawan rasa khawatir. Allison tumbuh besar, kuat dan cerdas layaknya penguasa yang sulit dihentikan. Queen Savage."Kau bangun pagi sekali,"Megan memeluk tubuh topless Markus dari belakang. Menyangga kepalanya di bahu tegap pria itu dan mengusap bulu halus yang tersebar mulai perut hingga dada. Tubuh kekar yang membuat Megan tidak berhenti memuji, mengumpat kasar ketika mereka bercinta."Everything,"balas Markus meraih kedua tangan Megan dan meremasnya erat."Ingin jujur padaku?"tanya Megan mengecup pundak berotot pria itu. Markus mengangguk, membuang napasnya kasar."Anak lak
"Aku sangat tidak suka melihat mu seperti ini,"protes Megan, mengusap luka di wajah Markus dengan salep."Ini perbuatan daddy-mu,"celetuk Markus, membuat Billy dan Milla menoleh bersamaan ke arahnya."What?"tandas Markus, melempar senyuman picik. Billy menatapnya tajam, lalu tiba-tiba bangkit dari tempat duduk nya dan bergerak mendekat."Shit,"umpat Megan pelan. Memangku kepalanya dengan tangan dan bersandar di sofa."Kau tahu apa yang ada di dalam otakku?"tanya Billy. Markus diam, menaikkan salah satu alisnya dan melipat kedua tangannya di dada."Billy tolonglah. Kita....""Aku sangat ingin membunuh mu,"u
"Allison, kau ingat Leon?"tanya Markus, membuat sorot mata gadis nya bergerak cepat."My horse?"Bukan. Tapi anak laki-laki yang pernah datang ke mansion bersama paman George,"ujar Markus, membuat kedua bola mata Allison bergerak memutar."Oh. Anak aneh itu,"ucap Allison singkat, lalu memasukkan sisa potongan Pizza kedalam mulutnya. Markus diam, menyatukan kedua tangannya tanpa mengalihkan pandangan, pria itu menunggu reaksi Allison."Dad aku pikir kau mati,"celetuk Allison."Aku?"tanya Markus tidak yakin dengan apa yang ia dengar."Hmm. Mommy menangis, jadi aku pikir kau mati,"ujar Allison enteng. Markus