MeganMarkus
UpdatePlaylist:
Pink - Just Like Fire••••
Megan melepas atasannya, membuang pakaian nya begitu saja dan mengeluh kasar saat tidak mendapati satu balasan pun dari Axel. Ia melempar ponselnya ke atas ranjang, dan mendadak mengerutkan kening, mencium aroma chocolate yang masih begitu kuat.
Dengan langkah kaki yang cukup cepat, Megan menarik handgun dari bawah bantal nya dan mengarahkan benda tersebut ke tiap ruangan. Sudut matanya berkerut, tampak sedang mencari sesuatu yang ganjil, Hingga ia mendapati sudut nakas nya tampak di acak. Letak flower pot nya bergeser.
"Siapa yang masuk ke kamarku?"pikir Megan, seraya kembali mengarahkan ujung handgun. Megan menuju kolam yang ada di depan kamarnya, meneliti tiap jejak yang mungkin tertinggal.
"Ah mungkin mommy?"gumam Megan mencoba berpikir rasional. "Tapi, mommy tidak suka aroma chocolate, lagipula, Mommy jarang pulang ke Penthouse,"elak Megan saat mengingat sesuatu hal yang tengah melawan pikirannya. Seketika, tangannya mencengkeram kuat handgun yang sejak tadi ada ditangan nya, mengintai hati-hati tiap pergerakan yang mungkin mencurigakan. Nihil! Tempat itu kosong, hanya ada dirinya sendiri dengan pikiran penasarannya.
"Ah aku terlalu sensitif,"gumam Megan kembali, seraya menurunkan dan menyimpan senjata api yang ia gunakan untuk berjaga-jaga selama ini.
Megan memijat keningnya, melepas sisa pakaiannya dan merebahkan diri di ranjang, naked hanya dengan balutan red underwear-nya. Warna favorit Megan.
"Kenapa Ax menunda pernikahan begitu lama, apa dia benar-benar serius dengan hubungan ini?"pikir Megan sambil menarik ponselnya kembali. Meneliti foto yang pernah mereka ambil satu tahun lalu.
"Kau bilang tahun ini, tapi kenapa harus menunggu satu tahun lagi? Apa aku penting, Ax?"tanya Megan, tanpa melepaskan pandangannya dari foto tersebut.

Mendadak ponsel Megan berbunyi, ia tersenyum simpul saat Axel menghubungi nya, mengirim kalimat yang selalu ia butuhkan.
"I love you, aku mengirimkan roses ke Penthouse mu, kurirnya akan sampai 10 menit lagi."
"Thanks, I love you too,"balas Megan, sembari mengirim emoticon love yang banyak.
Megan beranjak dari ranjangnya, melangkah menuju rak pakaian dan meraih bathrobe, sebelum kurir sampai, ia ingin mandi, agar aroma tubuhnya tidak terkalahkan dengan mawar pemberian Axel.
____________________
"Menjijikkan!"umpat Markus muak.
"Sir, apa aku bisa bertanya sesuatu hal denganmu?"tanya Taylor membuat sudut mata pria itu bergerak bebas, seakan mengiyakan.
"Selama enam tahun bekerja denganmu, aku tidak pernah mendapatkan tugas untuk melakukan pengejaran terhadap seorang gadis. Bahkan, aku nyaris tidak pernah melihatmu bersama wanita atau membayar wanita malam, Tapi Megan, kau memperlakukannya sangat berbeda. Setahuku, kau baru saja mengenalnya,"ungkap Taylor heran. Ia tidak tahan, ingin menanyakan hal tersebut pada Markus. Rasa penasarannya mengalahkan tingkat 'profesionalitas' nya selama ini. Taylor juga sama, ia bukan wanita sembarang, ia hanya bekerja, tidak pernah menjual tubuhnya demi uang.
"Sir, apa kau punya tujuan khusus?"sambung Taylor, saat Markus tidak menjawab pertanyaannya. Pria itu diam dan menarik iPad nya kembali.
"Beautiful,"ucap Markus sambil tersenyum tipis, menatap interaksi Megan lewat camera pengintai. Mungkin, ada manusia yang tidak percaya dengan adanya "jatuh cinta pada pandangan pertama", Namun, hal tersebut sangat tidak berlaku oleh Markus. Ia benar-benar merasakan sesuatu yang sulit untuk dipahami. Megan mampu menarik perhatiannya.
"Beautiful?"tanya Taylor sambil menaikkan salah satu alisnya.
"Kau ada ide agar aku bisa lebih mengenalnya, Taylor?"tanya Markus membuat wanita itu terdiam sejenak.
"Tergantung keinginan mu, sir. Tema apa yang kau suka? Ingin memberinya mawar seperti itu atau-"
"Aku ingin sesuatu yang tidak bisa ia lupakan seumur hidupnya,"potong Markus seraya memberikan iPad tersebut pada Taylor.
"Baik, sir. Aku akan mengusahakan segalanya!"
"Ingat, aku tidak ingin penolakan sedikitpun, jika itu terjadi, maka akan ku gunakan cara terlicik yang akan membuatnya jatuh ke dalam pelukanku, selamanya!"ucap Markus penuh ancaman. Ia meremas sudut sofa, mengingat bagaimana Megan memutar bola matanya saat ia berusaha mendekat, dan Markus benci hal itu. Akan ia ingat sampai mati.
Taylor diam, ia tidak berkutik dan memerhatikan Markus menarik koin plat emas dengan Logo huruf B bergaris dua. Itu klan paling berbahaya di dunia, tertutup, terorganisir, penuh rahasia menakutkan dan Markus menjadi salah satu bagian utama sekaligus terkuat di dalamnya. Kelompok Elit Global yang penuh konspirasi, Blindberg.
________________
Miami, Florida.
Empat hari kemudian.
"Bill, please!"ucap Megan tegas. Membuat seorang pelayan segera mendekat dengan senyuman ramah.
"Sorry, nona tagihan mu sudah dibayar,"ucap pelayan tersebut, membuat kening Megan mengerut.
"Dibayar? Siapa?"
"Mr. Markus Gringer Grint,"jawab pelayan itu kembali, menunjuk ke arah sudut meja yang tidak jauh darinya. Megan menoleh, menatap sosok yang tidak terlalu asing untuknya. Markus sibuk dengan ponsel yang ada ditangannya. Entah apa yang sedang ia lakukan dengan benda kecil tersebut. Markus sendiri.
"Dia?"tanya Megan memastikan, membuat sang pelayan mengangguk ramah.
"Okay,"balas Megan pelan, gadis itu mengeluh kasar, lantas beranjak dari tempatnya dan menuju ke sisi meja Markus.
"Excuse me, benarkah kau yang membayar tagihan minumanku?"
Markus meletakkan ponselnya ke atas meja, lalu menyatukan keduanya dan menaikkan pandangan yang cukup tajam, saat mendengar suara Megan yang begitu dekat. Oh my godness, aroma Apple dari tubuh Megan membuat Markus tidak bisa lupa. Benar-benar menggiurkan.
"Yah! Kau benar,"balas Markus membuat Megan kembali memutar bola matanya malas. Ia menarik tas kecil yang menggantung di sudut bahu nya, mengeluarkan uang dari dalam dompetnya.
"Aku kembalikan, sorry, aku tidak bisa menerima traktiran orang asing!"jelas Megan sambil meletakkan uang senilai 100 dollar, dan tanpa menunggu ucapan dari Markus, Megan langsung berputar dan mencoba menjauhi pria itu secepatnya.
Tap!!!
Markus menangkap pergelangan tangan Megan begitu erat, mencengkeram nya kuat hingga tubuh gadis itu berbalik. "Ambil uangmu!"perintah Markus.
"Lepas! Kau tidak dengar, aku tidak bisa-"suara Megan terhenti, saat Markus berdiri dan menariknya paksa hingga menuju pintu restauran, pria itu bahkan tidak memperdulikan setiap pandangan menohok untuknya. Syukurlah! Markus menjalani kehidupan tertutup, hingga tidak banyak orang yang tahu wajahnya.
"Lepas berengsek! Who are you?"teriak Megan sangat keras. Ia mencoba meloloskan diri dari cengkeraman Markus yang sangat kuat. Hingga pegangan pria tersebut lepas dan tubuh Megan menghantam sudut mobil milik Markus yang ada di belakangnya.
"Ah! Fuck!"ringis Megan, mencoba menjangkau bahu nya yang terasa tegang.
"Lepas! Don't touch me!"teriak Megan seraya menelan ludah, saat Markus mencoba menyentuh untuk membantunya.
"Megan!"sentak Markus tegas, membuat gadis itu diam dan menatap tajam sudut wajah pria tersebut.
"Wait, kau tahu namaku?"tanya Megan membuat Markus mengangkat kepalanya. Seakan ingin dikenal, hingga sudut mata Megan memicing tegap sejenak.
"Ah whatever, tidak penting sama sekali untukku!"celetuk Megan, ia berpaling dan dengan cepat mengambil langkah lebar untuk meninggalkan lokasi restauran, tanpa menunggu sepatah katapun dari Markus dan memberhentikan Uber.
"Sir,"tegur Taylor membuat Markus langsung menoleh ke arahnya.
"Berengsek!"umpat Markus, ia mengepal tangannya kuat dan meninju kaca mobil dengan sangat kuat hingga benda tersebut langsung retak. Markus geram, menerima penolakan yang tidak pernah ia perhitungkan sebelumnya.
"No! Gadis itu harus menjadi milikku, tidak boleh tidak! Tunggu saja Megan, aku akan merobek-robek 'leher rahim' mu dengan milikku,"batin Markus mempertegas sambil mengendurkan tali dasi yang bergantung di lehernya.
______________________
Bagaimana untuk part ini?
Berikan Rate & Komentar yang membangun yah. Terimakasih.
Follow shineamanda9

Hay !!! Markus Update••••Playlist : Michele Morrone - Feel It•••••••"Berengsek!"umpat Markus, ia mengepal tangannya kuat dan meninju kaca mobil dengan sangat kuat hingga benda tersebut langsung retak. Markus geram, menerima penolakan yang tidak pernah ia perhitungkan sebelumnya. Megan melakukannya kembali, menolaknya mentah-mentah. "No! Gadis itu harus menjadi milikku, tidak boleh tidak! Tunggu saja Megan, aku akan merobek-robek 'leher rahim' mu dengan milikku,"batin Markus mempertegas sambil mengendurkan tali dasi yang berga
Kera tua Update !Happy ReadingJangan lupa rating & Komentar yang membangun.••••Playlist: In The End - (feat. Fleurie) [Mellen Gi Remix] Produced by Tommee Profitt •••••"Aku harap tidak akan ada pengkhianatan di antara kita,"ucap Axel, menyentuh wajah Megan dengan kedua tangannya. Menatap tanpa lepas sedikitpun.
Hay!!Si Om Update !! Happy Reading, semoga suka. •••"Aku ingin melamar putrimu, Megan Axtar Hodgue.""Kau serius?"tanya Billy pasti. Markus mengangkat pandangannya, memicingkan tajam dan mempertontonkan keseriusan pada dua manusia yang ada di depannya saat ini."Ya! Aku sangat yakin,"ucap Markus, seraya menelan ludahnya kuat-kuat. Lantas, melempar senyuman penuh keseriusan. ______________Mobil mewah milik Markus melaju cepat, menembus tiap-tiap keramaian kota Florida
Hiyaaa!!! ? Markus Update?Playlist : Prisoner - Raphael Lake, Aaron Levy, Daniel Ryan Murphy•••••"Markus! Apa yang—""Kau menantang ku? Dengar! Aku bersumpah! Akan ku masuki milik mu berulang-ulang hingga longgar malam ini, Megan,"ancam Markus membuat Megan menelan ludah, mendengar ngeri kalimat sarkas yang dikatakan Markus. "Fuck!"umpat Megan mencoba melawan. "Katakan itu di ranjang nanti! Aku lebih suka,"balas Markus seraya mengecup puncak kepala gadis itu dan memukul punggung
Hay !!! Masker Update!Happy Reading...Playlist : P!nk - Try••••Napas Megan terdengar memburu, ia mendesah hebat menerima serangan Markus yang semakin cepat di tiap detiknya. Pria itu memunggungi nya, membuat kepalanya tunduk ke ranjang. Sial! Akibat ekstasi, Megan tidak terkontrol. Ia melupakan semua hal, merasakan Markus berkali-kali membanjiri tubuh nya. "Fuck!"umpat Markus menekan kedua pinggul Megan sangat kuat. Milik gadis itu membungkus rapat dirinya, sempurna. Sungguh, kepala Markus panas.
Hayy!! Markus Update !•••••••Playlist : London Grammar - Truth Is a Beautiful Thing••••••"Megan katakan apa yang terjadi dengan mu? Hahh?"pekik Milla saat gadis itu tidak menjawab pertanyaannya. "Nothing!"balas Megan, menelan ludahnya kasar. "Jika tidak ada kenapa kau— Megan!!!! Megan!!"suara Milla terdengar lantang, saat gadis itu berupaya pergi. Ia berlari, sekejap mata hilang dari pandangan Milla, melangkah masuk dan mengunci rapat kamarnya. ___________________Megan be
Hay!! Markus UpdatePlaylist : Finish Line ••••"Berengsek!"Brakkkkkk!!! "Axel! What are you doing?"pekik Megan. Markus baru saja memukul Axel hingga pria itu terpental cukup jauh, bahkan pelipis Axel tampak robek."Ax!"ucap Megan sambil menekan luka milik pria tersebut.
Halooooo...MasKer Update!!Playlist: Avril Lavigne - Head above water•••"Megan hentikan!"pinta Markus dengan suaranya yang masih merintih keras. Ia ingin mati, merasakan kesakitan yang semakin bertambah. "Berani nya kau mengaturku! Kau pikir kau tampan? Hah!! Dengar! Kau itu hanya menang bulu! Tidak lebih!"pekik Megan sangat keras, menarik underwear Markus lebih keras. Hingga terpaksa pria itu mendorong nya kuat, hingga cengkeraman Megan terlepas. Gadis itu mundur, membuat Markus menarik napas sebanyak mungkin. Ia berkeringat.
"Sudah aku katakan padamu, Alther. Anak ini penuh masalah!"tuding Jenifer lantang, menatap marah pada Leon."Jaga ucapan mu Mrs. Smith,"bela George."Apa kau mencoba mengancam ku?"tanya Jenifer, tanpa mengalihkan tatapannya. Leon menunduk, meremas tangan Alicia yang bergetar. Wanita itu menelan ludah, mengamati wajah putranya yang terluka cukup parah."Kau merasa terancam?""Jelas. Bukankah kau gembong narkoba? Berapa banyak yang sudah kau bunuh demi bisnis kotor itu? Hmm?""Hentikan Jenifer!"peringat Alther."Kau ingin membela mereka? Kau tidak lihat bagaimana keadaan Jayler karena anak sialan ini?"
Mississipi, Biloxi, Amerika serikat. 2 minggu pernikahan Taylor dan Andrea. "Allison,"Markus memanggil, mengusik permainan Allison yang tampak seru. Ia menghabiskan berjam-jam waktu hanya untuk kubus rubik. Lagi dan lagi, meski terlihat membosankan, permainan itu adalah hal terbaik yang selalu ingin ia kuasai."Hmm,"gumamnya pelan, tidak melirik ke sumber suara sedikitpun. Markus mendekat, memerhatikan jari-jari mungil putrinya. Sekolah terbaik dunia, The Rosey, memastikan Allison lulus tes. Nilai akademis nya sempurna.
"Bagaimana keadaan mu?"tanya Taylor pada Andrea sambil menyatukan kedua tangan mereka."Aku masih tidak percaya kalau kau sekarang sudah menjadi istriku,"ungkap Andrea senang."Aku tidak tanya itu,"Taylor mengalihkan wajah, mengusap pipinya yang terasa panas. Malu. Andrea diam, mengulum bibir tanpa mengalihkan pandangannya dari Taylor. Wanita itu salah tingkah."Siapa namanya?"tanya Andrea mendadak. Sengaja, agar Taylor menoleh ke arahnya. Sungguh, Andrea selalu jatuh cinta jika melihat rona merah di wajah wanita itu."Maksudmu?""Kau punya ide nama yang bagus untuk anak kita?"Andrea sialan. Pertanyaannya membuat Taylor berdebar. Ia menelan ludah nya sekuat mungkin, memompa napas seb
Andrea memutar tubuhnya, ketika pintu gereja terbuka. Ia membulatkan mata, menatap dengan jantung berdebar. Tercengang kaku. Taylor berdiri, memasang senyuman tipis lewat bibir nya yang mungil. Wanita itu menarik napas, meremas lengan Markus yang mendampinginya menuju altar."Kau siap?"tanya Markus, ketika langkah Taylor terasa berat. Ia menahan tangis, sambil menggigit bibir.Bahu Andrea yang tadinya tegap, kini tertunduk, menarik napas nya panjang ketika menyadari air mata lebih dulu membasahi pelupuk mata."Ya,"jawab Taylor, menahan napasnya dalam. Kembali melanjutkan langkah yang mulai begitu ringan. Andrea menatapnya, bersama tangisan kecil yang begitu penuh arti.Megan dan Allison menunggu di barisan depan, tersenyum dan bertepu
"Kau mau pulang hari ini?"tanya Milla sambil mengaduk adonan cake nya. Megan mengangguk, memotong apel hijau dan mengunyahnya tanpa henti."Jam berapa?""Entahlah. Markus masih rapat di Ferrero tower,"jawab Megan memaksakan diri untuk bicara sebisanya."Hmm.. Aku dengar, Markus mempercayakan bisnis itu pada mantan kekasih mu yang berengsek itu,"sindir Milla."Mom... Axel hanya masa lalu.""Bagiku tidak. Keluarganya pernah menghina kita. Aku pernah menjambak rambut mommy nya, kau ingat?"sergah Milla. Terdengar tidak ingin kalah."I know mom, tapi aku tidak ingin ikut campur dalam bisnis Markus."
"Markus..!"sentak Megan, menahan salah satu pergelangan tangan pria itu. Markus menolak, menatap Megan tanpa suara."Aku hanya ingin melindungi Allison,"ucap Megan. ."Kau pikir aku tidak ingin melindungi keluargaku?"Markus bicara serak, mengedarkan pandangan di kedua kornea mata Megan."Dia hanya anak gembong narkoba,"tuduh Megan.Kali ini Markus diam, memikirkan kalimat yang baru saja di deklarasikan egois dari mulut Megan yang pedas. Tanpa mengalihkan pandangannya, Markus menyunggingkan bibir, menertawakan wanita yang berdiri tegap dengan tatapan nanar. "Anak gembong narkoba, katamu?"tanya Markus, dibalas anggukan cepat."Lalu apa yang pantas di sematkan pada Allison? Anak mantan
Hari ini Markus terbangun dengan secercah kegelapan yang tersisa di dalam hidupnya, berdiri tegap menghadap matahari seakan melawan rasa khawatir. Allison tumbuh besar, kuat dan cerdas layaknya penguasa yang sulit dihentikan. Queen Savage."Kau bangun pagi sekali,"Megan memeluk tubuh topless Markus dari belakang. Menyangga kepalanya di bahu tegap pria itu dan mengusap bulu halus yang tersebar mulai perut hingga dada. Tubuh kekar yang membuat Megan tidak berhenti memuji, mengumpat kasar ketika mereka bercinta."Everything,"balas Markus meraih kedua tangan Megan dan meremasnya erat."Ingin jujur padaku?"tanya Megan mengecup pundak berotot pria itu. Markus mengangguk, membuang napasnya kasar."Anak lak
"Aku sangat tidak suka melihat mu seperti ini,"protes Megan, mengusap luka di wajah Markus dengan salep."Ini perbuatan daddy-mu,"celetuk Markus, membuat Billy dan Milla menoleh bersamaan ke arahnya."What?"tandas Markus, melempar senyuman picik. Billy menatapnya tajam, lalu tiba-tiba bangkit dari tempat duduk nya dan bergerak mendekat."Shit,"umpat Megan pelan. Memangku kepalanya dengan tangan dan bersandar di sofa."Kau tahu apa yang ada di dalam otakku?"tanya Billy. Markus diam, menaikkan salah satu alisnya dan melipat kedua tangannya di dada."Billy tolonglah. Kita....""Aku sangat ingin membunuh mu,"u
"Allison, kau ingat Leon?"tanya Markus, membuat sorot mata gadis nya bergerak cepat."My horse?"Bukan. Tapi anak laki-laki yang pernah datang ke mansion bersama paman George,"ujar Markus, membuat kedua bola mata Allison bergerak memutar."Oh. Anak aneh itu,"ucap Allison singkat, lalu memasukkan sisa potongan Pizza kedalam mulutnya. Markus diam, menyatukan kedua tangannya tanpa mengalihkan pandangan, pria itu menunggu reaksi Allison."Dad aku pikir kau mati,"celetuk Allison."Aku?"tanya Markus tidak yakin dengan apa yang ia dengar."Hmm. Mommy menangis, jadi aku pikir kau mati,"ujar Allison enteng. Markus