Suasana makan malam dirumah keluarga Winata nampaknya damai namun intens. Dibalik meja makan klasik yang memanjang, hanya tiga orang saja yang berada disana menikmati hidangan mewah yang disajikan chef yang diundang khusus untuk mempersiapkan jamuan makan malam mereka. sekitar lima pelayan berdiri sekitar semeter dibelakang mereka menunggu untuk perintah selanjutnya yang akan diberikan.
"Gimana kantormu?" Tanya Franco pada Karel untuk memecah keheningan.
"Baik-baik saja, selama saya pergi ada Andreas yang memegangnya dan dia sangat terampil." Jawab Karel seadanya. Franco hanya mengangguk paham,
"Dia sudah menikah bukan?" sambungnya.
"Ya, seminggu yang lalu dia melangsungkan pemberkatan di Bali, ia menikahi Kath"
"Kalau begitu mama akan kirim hadiah pernikahan buat Andreas dan Kath sebagai permohonan maaf tidak sempat menghadiri pernikahannya. Mereka anak yang baik" Timpal Novelia.
Suasana kemudian kembali hening. Masing-masing sibuk berkelut menikmati hidangannya sendiri. Sesekali Novelia meminta pelayan menambahkan minum ataupun membersihkan beberapa piring sisa dan mengganti dengan yang baru. Merasa kegiatan ini cukup membuat tekanan, Karel kembali berinisiatif membuka topik untuk memecah keheningan.
"Mama, papa sehat?"
"Ya, mama sama papa sehat kok. Tiap bulan papamu ini selalu melakukan jadwal checkup sama mama. Mama juga rajin mengikuti yoga untuk menenangkan pikiran." Karel hanya mengangguk paham mendengar cerita Novelia, setidaknya suasana hening ini sedikit lebih hangat karena Novelia berusaha mencairkan suasana membangun komunikasi antara ayah dan anak yang sudah lama renggang.
Setelah selesai menikmati jamuan makan malam Franco meminta salah satu pegawainya yang ada disitu untuk maju membawa sebuah dokumen berwarna hitam, melihat hal itu Novelia berusaha mencegah Franco yang tampak sudah tergesa-gesa ingin mengambil dokumen tersebut. "Pa, jangan sekarang." Pinta Novelia yang sudah tegang memegang tangan suaminya sedang Franco tidak peduli dan hanya meminta pegawainya membawakan dokumen tersebut ke hadapan Karel. " Apa ini?" Tanya Karel bingung melihat dokumen itu dibawa kepadanya. "Bukalah, dan kau akan mengerti." Ucap Franco. Novelia hanya bisa pasrah menghadapi ketegangan yang mungkin akan segera terjadi ketika Karel membuka isi dibalik dokumen tersebut. Karel perlahan membuka dan membaca dokumen tersebut dengan serius, alis mengernyit membaca dengan seksama isi dari dokumen tersebut. Novelia mulai tegang sedang Franco masih menatap Karel dengan intens, suasana menjadi penuh tekanan.
1,
2,
3,............
Karel sepersekian detik menatap kedua orang tuanya dan tanpa aba-aba ia memukul meja makan dengan keras hingga gelas keramik yang cukup mahal berada disebelahanya jatuh dan pecah akibat getaran keras yang ditimbulkan ditambah Karel tidak sengaja menyenggolnya. Novelia meminta pelayan yang disekitar untuk langsung membersihkan pecahan gelas tersebut akan tetapi Karel memberi tanda untuk tidak melakukannya. Mata Karel sangat intens dan penuh dendam menatap Franco yang bahkan tidak peduli malahan sibuk menyesap rokoknya yang sudah disediakan dihadapannya.
"Maksud papa apa?" Tanya Karel dengan datar namun penuh penekanan. "Kau paham maksudku kan?" Balas Franco dengan santai. Karel hanya menghela nafas, rasa frustasi menggerogoti dirinya. Dokumen itu berisi kesepakatan antara Franco dengan Karel bahwa dalam waktu 2 bulan Karel harus segera menemukan vendor pengganti untuk projek properti milik keluarganya dan dalam tenggat tersebut jika ia gagal, maka secara sepihak Franco akan mengambil alih semua perusahaan milik Karel. Ya selama ini Karel hanya mengelola perusahaan warisan kakeknya, Sebastian Winata dan ditangannya perusahaan kakeknya berkembang menjadi perusahaan yang menaungi banyak label. Namun otak licik sang ayah yang ternyata berhasil memanipulasi data sehingga warisan yang harus sepenuhnya milik Karel jatuh ke tangan Franco dengan dalih pada saat itu Karel belum bisa menjalankan usaha keluarga dengan baik meskipun pada saat ia menerima warisan, Karel sudah hampir menyelesaikan studi S1 nya di Singapura. Kejadian ini pun menandai awal ayah dan anak merenggang hubungannya meskipun Franco setelah mendaptkan surat tersebut ia malah menyerahkannya pada Karel untuk dikelola. Alasan-alasan yang pada awalnya sulit diterima oleh Karel nyatanya perlahan mendapat titik temu dimana sepertinya alasan Franco melakukan ini semua semata hanya untuk menekan dan memeras Karel......
"Saya sudah mengerahkan semua usaha, tenaga, dan pikiran saya untuk mengembangkan perusahaan. Saya bisa saja menerima papa menyuruh saya untuk mencari vendor atau investor baru, kalau perlu saya akan terbang ke luar mencari alumni atau teman seangkatan saya untuk mau bekerja sama. Saya tahu papa sudah tahu saya akan menyanggupinya bahkan jangankan dalam waktu dua bulan, sehari hingga sedetik pun apa yang papa minta saya sudah pasti akan jaminkan saya dapatkan. Tapi tentunya saya tahu maksud papa sebenarnya bukan itu-".
"Ya, carilah pengganti Febe dan menikahlah lagi!"
Karel mengacak rambutnya frustasi, ia sudah sangat jengah menghadapi ayahnya yang hanya menekannya untuk segera menikah lagi setelah perceraiannya dengan istri pertamanya. "Ayah bahkan tidak memberikan kesempatan kepada saya untuk menenangkan diri sejenak setelah perceraian saya dengan Febe."
"Bukankah sudah cukup 4 bulan kamu menghilang tanpa jejak hingga membuat mamamu sakit? kembali seolah tidak terjadi apa-apa berharap kau yang harus dimengerti? lagipula, bukankah pernikahan ini sedari awal hanyalah pernikahan untuk bisnis? kenapa kau sangat peduli? aku bahkan tidak kaget Febe seperti itu walaupun secara tidak terduga ia membuat dirinya berada dalam bahaya. Karel, apa jangan-jangan kau-"
"Tutup mulutmu Franco!" Novelia akhirnya membuka suara dibalik ruang makan yang sudah tegang antara ayah dan anak. "Ini sudah keterlaluan! kau bahkan tidak memberikan anakmu istirahat dan hanya meberikan tekanan hari demi hari, apa kau gila?" Sambungya.
"Tidak Novelia, aku tidak gila. Empat bulan sudah cukup baginya melepas perusahaan dan bahkan menyerahkan tanggung jawabnya pada Andreas, sangat beruntung anak itu tidak memanfaatkan kebodohan anak ini sehingga membiarkan perusahaan dikendalikan oleh orang asing. Karel, kau sungguh mencintai mantan istrimu bukan? Aku awalnya hanya menjodohkan kalian sebagai jembatan bisnis untuk keluarga kita dengan keluarga Febe, dan sepertinya kau mendaptkan hasil yang lebih dari pernikahanmu dengannya. Sekarang katakan padaku, kau sungguh mencintainya kan?"
Karel terdiam. Tangannya mengepal erat, wajahnya tertunduk penuh emosional. Novelia datang menghampirinya namun mendapat penolakan dari Karel. Ia mengambil dokumen hitam tadi dan membawanya kepada ayahnya tepat didepannya. "Saya tidak peduli dengan dokumen sialan ini, saya akan berusaha sendiri tanpa harus memakai cara jijikmu ayah." Kata Karel kemudian berlalu meninggalkan ayahnya.
"Karel."
Langkah Karel terhenti, ia menoleh ke arah sumber suara yang ada tepat dibelakangnya. "Pertimbangkanlah dengan baik, aku hanya memikirkan masa depan perusahaanmu. Ya cara seperti setidaknya sangat efektif untuk mengelola investasi perusahaan. Tapi aku menghormati keputusanmu, lakukan sesuai yang kau mau untuk mendapatkan investor baru asal tidak melewati dari tenggat yang kuberikan." Kata Franco sembari menghisap batang rokok terakhir miliknya diatas meja.
"Saya istirahat." Karel meninggalkan ruangan menuju kamar tidurnya. Novelia meminta pelayan untuk membersihkan ruangan tersebut termasuk kekacauan tak sengaja yang dilakukan Karel. Franco meminta kepada semua pelayan yang berada disana yang menjadi saksi kejadian beberapa menit sebelumnya untuk menutup mulut jika tidak ingin disiksa atau dipecat. "Kau sangat gila Franco!" Ucap Novelia merasa marah dengan tindakan Franco yang menekan putra semata wayangnya tersebut. "Jika menyebut namaku berarti kau sangat marah ya? tidak apa-apa kau tetap istriku." Jawab Franco terkekeh.
Jadwal peak season bagi seorang auditor memang sangatlah melelahkan dan hal itu juga yang dirasakan oleh Vio. Dia merasa bahwa peak season kali ini adalah yang terberat untuknya. Bayangkan saja selama seminggu berturut-turut Vio memilih untuk tinggal dikantor, memesan gofood hanya dimalam hari untuk stok makan malam dan cemilan, mandi dikantor, hingga baru bisa tidur di jam 3 pagi dan harus bangun lagi di jam 5 pagi. Sungguh waktu yang bisa dia pakai istirahat sangatlah terbatas tapi bukan berarti tidak ada kesempatan untuk istirahat. Seperti saat ini, di Selasa pagi yang ceria, Vio bisa beristirahat di ruang istirahat khusus pegawai dikantornya lantaran mengerjakan hasil audit selama seminggu membuat mental dan fisiknya lelah. Sebagai hadiah dari atasannya, Vio diberi kesempatan untuk beristirahat selama 3 hari berturut-turut untuk membantu mengurangi tekanan dan kelelahan yang dia hadapi. Hal tersebut membuatnya temannya iri."Ck, enak bener Vio disayang bu bos." Tutur Maya dengen
Dijodohin atau dicariin?"Hah? dijodohin?"Viona kaget bukan kepalang ketika orang tuanya berniat menjodohkan dia karena ia sudah lama menjomblo walaupun usianya sudah hampir menginjak 30 tahun. Ia tidak bisa dibebaskan menjalani hidup karena sudah ditodong orang tuanya untuk segera menikah."Iya Vio, mama sudah bosan menunggu kamu sampai sekarang belum ada pasangan, masa kamu mau jadi perawan tua?". Tukas sang mama dengan penuh penekanan pada kata perawan tua.Vio hanya berdecak sebal, lagi-lagi kalimat tersebut keluar dari mulut mamanya. Dia sebenarnya sudah terbiasa dengan celotehan mamanya tentang segera menikah karena kini usianya sudah menginjak 27 tahun, bisa dibilang waktu yang sudah sangat matang untuk segera membina rumah tangga. Konon katanya kalau menikah sudah diatas 30 tahun bakal susah dapat keturunan, dan pemikiran tersebutlah yang menghantui sang ibu yang takut putri semata wayangnya bakal susah memiliki keturunan atau ketakutan lain seperti....."Apa jangan-jangan ka
Seorang wanita tengah bercumbu mesra dan bermain panas dengan seorang pria di sebuah hotel. Mereka berdua saling meluapkan hasrat seksnya dibalik king bed yang megah. Suara nafsu menggema diruangan tersebut dan keduanya begitu menikmati percintaan mereka yang panas dan menggelora hingga keduanya tiba-tiba berhenti melakukan aktivitas panas tersebut ketika pintu kamar mereka dibuka paksa oleh beberapa orang dan alangkah terkejutnya wanita tersebut ketika melihat siapa yang mendobrak pintunya."Karel..."Karel terbangun dari tidurnya, lagi-lagi mimpi buruk itu datang kepadanya. Ia beranjak dari tempat tidurnya menuju dapur untuk mengambil segelas air. Karel merasa haus dan frustasi mengingat mimpi yang menyakitkan itu, tentang bagaimana sosok wanita didalam mimpinya yang tidak lain dan tidak bukan adalah mantan istrinya, Febe. Kejadian dimana Karel menangkap basah Febe berselingkuh dengan pria lain membuat rasa trauma yang mendalam hingga terbawa mimpi. Meskipun pada akhirnya ia memutus
Jadwal peak season bagi seorang auditor memang sangatlah melelahkan dan hal itu juga yang dirasakan oleh Vio. Dia merasa bahwa peak season kali ini adalah yang terberat untuknya. Bayangkan saja selama seminggu berturut-turut Vio memilih untuk tinggal dikantor, memesan gofood hanya dimalam hari untuk stok makan malam dan cemilan, mandi dikantor, hingga baru bisa tidur di jam 3 pagi dan harus bangun lagi di jam 5 pagi. Sungguh waktu yang bisa dia pakai istirahat sangatlah terbatas tapi bukan berarti tidak ada kesempatan untuk istirahat. Seperti saat ini, di Selasa pagi yang ceria, Vio bisa beristirahat di ruang istirahat khusus pegawai dikantornya lantaran mengerjakan hasil audit selama seminggu membuat mental dan fisiknya lelah. Sebagai hadiah dari atasannya, Vio diberi kesempatan untuk beristirahat selama 3 hari berturut-turut untuk membantu mengurangi tekanan dan kelelahan yang dia hadapi. Hal tersebut membuatnya temannya iri."Ck, enak bener Vio disayang bu bos." Tutur Maya dengen
Suasana makan malam dirumah keluarga Winata nampaknya damai namun intens. Dibalik meja makan klasik yang memanjang, hanya tiga orang saja yang berada disana menikmati hidangan mewah yang disajikan chef yang diundang khusus untuk mempersiapkan jamuan makan malam mereka. sekitar lima pelayan berdiri sekitar semeter dibelakang mereka menunggu untuk perintah selanjutnya yang akan diberikan."Gimana kantormu?" Tanya Franco pada Karel untuk memecah keheningan."Baik-baik saja, selama saya pergi ada Andreas yang memegangnya dan dia sangat terampil." Jawab Karel seadanya. Franco hanya mengangguk paham,"Dia sudah menikah bukan?" sambungnya."Ya, seminggu yang lalu dia melangsungkan pemberkatan di Bali, ia menikahi Kath""Kalau begitu mama akan kirim hadiah pernikahan buat Andreas dan Kath sebagai permohonan maaf tidak sempat menghadiri pernikahannya. Mereka anak yang baik" Timpal Novelia.Suasana kemudian kembali hening. Masing-masing sibuk berkelut menikmati hidangannya sendiri. Sesekali Nov
Seorang wanita tengah bercumbu mesra dan bermain panas dengan seorang pria di sebuah hotel. Mereka berdua saling meluapkan hasrat seksnya dibalik king bed yang megah. Suara nafsu menggema diruangan tersebut dan keduanya begitu menikmati percintaan mereka yang panas dan menggelora hingga keduanya tiba-tiba berhenti melakukan aktivitas panas tersebut ketika pintu kamar mereka dibuka paksa oleh beberapa orang dan alangkah terkejutnya wanita tersebut ketika melihat siapa yang mendobrak pintunya."Karel..."Karel terbangun dari tidurnya, lagi-lagi mimpi buruk itu datang kepadanya. Ia beranjak dari tempat tidurnya menuju dapur untuk mengambil segelas air. Karel merasa haus dan frustasi mengingat mimpi yang menyakitkan itu, tentang bagaimana sosok wanita didalam mimpinya yang tidak lain dan tidak bukan adalah mantan istrinya, Febe. Kejadian dimana Karel menangkap basah Febe berselingkuh dengan pria lain membuat rasa trauma yang mendalam hingga terbawa mimpi. Meskipun pada akhirnya ia memutus
Dijodohin atau dicariin?"Hah? dijodohin?"Viona kaget bukan kepalang ketika orang tuanya berniat menjodohkan dia karena ia sudah lama menjomblo walaupun usianya sudah hampir menginjak 30 tahun. Ia tidak bisa dibebaskan menjalani hidup karena sudah ditodong orang tuanya untuk segera menikah."Iya Vio, mama sudah bosan menunggu kamu sampai sekarang belum ada pasangan, masa kamu mau jadi perawan tua?". Tukas sang mama dengan penuh penekanan pada kata perawan tua.Vio hanya berdecak sebal, lagi-lagi kalimat tersebut keluar dari mulut mamanya. Dia sebenarnya sudah terbiasa dengan celotehan mamanya tentang segera menikah karena kini usianya sudah menginjak 27 tahun, bisa dibilang waktu yang sudah sangat matang untuk segera membina rumah tangga. Konon katanya kalau menikah sudah diatas 30 tahun bakal susah dapat keturunan, dan pemikiran tersebutlah yang menghantui sang ibu yang takut putri semata wayangnya bakal susah memiliki keturunan atau ketakutan lain seperti....."Apa jangan-jangan ka