Share

Dari dating app turun ke hati
Dari dating app turun ke hati
Author: Zeezoeys

Dijodohin atau dicariin?

Dijodohin atau dicariin?

"Hah? dijodohin?"

Viona kaget bukan kepalang ketika orang tuanya berniat menjodohkan dia karena ia sudah lama menjomblo walaupun usianya sudah hampir menginjak 30 tahun. Ia tidak bisa dibebaskan menjalani hidup karena sudah ditodong orang tuanya untuk segera menikah.

"Iya Vio, mama sudah bosan menunggu kamu sampai sekarang belum ada pasangan, masa kamu mau jadi perawan tua?". Tukas sang mama dengan penuh penekanan pada kata perawan tua.

Vio hanya berdecak sebal, lagi-lagi kalimat tersebut keluar dari mulut mamanya. Dia sebenarnya sudah terbiasa dengan celotehan mamanya tentang segera menikah karena kini usianya sudah menginjak 27 tahun, bisa dibilang waktu yang sudah sangat matang untuk segera membina rumah tangga. Konon katanya kalau menikah sudah diatas 30 tahun bakal susah dapat keturunan, dan pemikiran tersebutlah yang menghantui sang ibu yang takut putri semata wayangnya bakal susah memiliki keturunan atau ketakutan lain seperti.....

"Apa jangan-jangan kamu ini lesbian ya?".

"Mama!".

Vio nampak agak sedikit tersinggung dan kesal ketika kata lesbian keluar dari mulut sang mama. Yah jika ia belum mendapat pasangan bukan berarti dia belok dong.

"Ma, plis deh! aku tuh sampai sekarang belum dapat pasangan bukan karena belok yah, tapi aku tuh banyak yang mau dipikirin. Kerjaan, investasi diri, pendidikan, usaha, karir dan lain-lain bahkan aku juga mikirin mama tahu. Lagian dikira nikah gampang kali yah, kita kan harus ada persiapan dulu, riset".

"Ya kalau kamu pikirkan mama, kamu harusnya tahu apa yang mama ingin dari dulu kan Vio?".

Vio hanya termenung dengan ekspresi cemberutnya. Jujur ia sudah bosan mendengar celotehan sang mama, sudah hampir 3 jam ia disidak perkara belum mendapat pasangan. Mamanya hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah Vio yang menurutnya sudah tua tapi masih bertingkah seperti bocah.

"Lihat itu teman kamu si Kirana, karir sukses dan dia nikah muda, suaminya bule lagi. Dia ikut suaminya menetap di luar negeri tapi meskipun nikah muda dia tetap lancar aja karirnya apalagi rezekinya. Lah kamu sebelas dua belas sama dia tapi kamu banyak alasan bilang lebih pentingkan karir dan investasi apalah itu".

"Tapi mah,"

"Viona, dengerin mama, kamu udah 27 tahun, usia matang buat menikah. Mama tahu kamu sangat sayang sama mama jadi kamu menghabiskan semua hidup kamu hanya untuk urus mama, tapi apakah pernah kamu pikirkan diri kamu sendiri hah? nggak kan? mama gak butuh uang kamu Vio, mama hanya ingin lihat kamu bahagia dan bukan hanya sekedar sukses di karir atau pendidikan ataupun investasi. Tapi mama ingin kamu membangun keluarga kecil, mama paling bahagia banget kalau kamu akhirnya punya anak dan mama menimang cucu. Orang tua sekarang perlunya bahagia melihat anaknya bahagia dan punya keluarga kecil, bukan sebaliknya".

Perkataan tadi agak sedikit menusuk Vio. Jika dipikirkan lagi apa yang mamanya katakan benar. Bukan hanya mamanya saja yang menanyakan perihal kapan ia melepas masa lajangnya, tapi teman kantornya pun juga sering menerornya dengan pertanyaan yang sama bahkan tetangga hingga keluarga besarnya pun sama bikin jengkelnya. Pertanyaan kapan nikah pun menjadi momok menyeramkan bagi dirinya dan ia menyadari hal tersebut bahwasannya ia tidak boleh terlalu lama berdiam di zona nyaman.

"Mah, plis kasih aku kesempatan oke? aku bakal cari pasangan, oke aku akan fokus untuk membangun hubungan, tapi aku mohon banget mama jangan jodoh-jodohkan aku yah. Biar aku cari sendiri".

"Yakin?".

"Suer deh, demi Tuhan".

"Kalau nggak?".

"Kalau nggak...."

"Mama bakal jodohin kamu sama anak kenalannya mama titik!".

"Iya deh iya".

"Oke waktu kamu cari dalam 2 bulan yah".

"Hah? gak nego mah".

"Deal?".

Viona hanya menghela nafas panjang dengan sedikit kekecewaan. Mau tidak mau ia harus berjanji untuk bisa segera mencari pasangan dari pada nantinya makin hari mamanya makin ngereog perihal pasangan. Viona dan sang mama pun sepakat bahwa mulai sekarang ia akan fokus mencari pasangan dan jika tidak membuahkan hasil dalam kurun waktu dua bulan, mau tidak mau ia harus siap dijodohkan dengan pilihan sang mama tercintanya.

*********

Di sebuah hotel megah dikawasan Bali, diadakan sebuah acara pemberkatan pernikahan yang sakral antara Katarina Belinda Hadisuryono dengan Andreas Maleakhi Pradjowirya. Keduanya melangsungkan pemberkatan dan menggelar pesta yang intim dan megah, mereka juga hanya mengundang kerabat, keluarga dekat, serta kolega-kolega penting keduanya termasuk yang saat ini hadir dalam acara tersebut yaitu Karel Alexander Winata.

Karel berjalan menghampiri panggung kedua mempelai berada untuk memberikan ucapan selamat. Bagi Katarina dan Andreas sosok Karel bukan hanya sebagai kolega bisnis, tetapi ia juga merupakan saudara yang selalu ada membantu disaat suka maupun duka terlebih disaat masa-masa Katarina dan Andreas merintis perusahaan dari bawah, hanya Karel yang mendukung memberikan modal juga membantu disaat perusahaan dalam kondisi krisis. Pada akhirnya keduanya bekerja sama dengan perusahaan Karel mengakuisisi perusahaan mereka dan mendirikan label bersama. Oh iya perusahaan keduanya sama-sama berada dalam bidang fashion.

"Selamat ya Kath, Andre. Semoga Tuhan selalu memberkati pernikahan kalian". Ucap Karel memberi salam dan cipika cipiki kepada kedua insan tersebut.

"Makasih Rel udah datang diacara pernikahan gue sama Kath, lo udah jadi saksi perjalanan kehidupan kami dan terimakasih mau menyempatkan hadir di hari bahagia kami".

"Ck, buat kalian gue akan bisa sempatkan hadir. Kalian teman gue yang udah gue anggap sebagai saudara sendiri."

Percakapan diantara ketiganya tidak bisa dilanjutkan lantaran masih banyak antrian dibelakang yang ingin menyalami pengantin jadi Karel turun dari panggung setelah menyelami seluruh keluarga besar kemudian menuju bagian stan makanan untuk mengisi perutnya yang sudah mulai keroncongan. "Febe mana Rel?" Seorang pria berkacamata dengan surai rambut hitam memesona ditambah setelan kemeja hitam yang ia gulung lengannya sampai siku datang menghampiri Karel di stan tersebut. Karel yang menoleh kearahnya sedetik kemudian membuang bola matanya malas dengan ekspresi sedikit kesal. Pria itu bernama Alfa, teman dekat Karel sekaligus mantan sekretaris Karel diperusahaan.

"Ck, kenapa cari dia?" Tanya Karel ketus yang membuat Alfa terkekeh melihatnya. "Ya enggak gue nanya aja, kan biasanya juga lo kondangan istri lu ada, eh-". Karel menatap Alfa penuh emosi sedangkan Alfa hanya bisa cengengesan melihat ekspresi Karel. Tampaknya Alfa cukup sukses menggoda sahabat sekaligus mantan atasannya.

"Gak usah bawa-bawa dia lagi."

"Udah resmi?"

"Ya, seminggu yang lalu gue sama Febe resmi pisah."

"Orang tua lo?"

Karel menarik nafas panjang. Ia tidak berniat menjawab pertanyaan Alfa barusan dan hanya memilih untuk menyesap wine yang ada di meja makan. Alfa yang tampak mengerti hanya menganggukkan kepalanya kemudian ikut mengambil segelas wine diatas meja makan tersebut. "Ribet banget ya kehidupan konglo haha." Ucapnya memandang Karel.

"Ya begitulah."

"Asal media jangan sampai tahu aja, kalaupun iya ada uang jadi tameng."

"Bokap gue urus soal itu."

"Andreas sama Kath tahu?"

"Iya, mereka kelihatan lebih hati-hati mengajak gue ngobrol."

Baik Karel maupun Alfa keduanya larut dalam pikiran masing-masing menikmati wine yang mereka pegang. Atas inisiatif Alfa sendiri agar tidak membuat Karel larut dalam pikiran dan masalahnya saat ini ia kemudian mengajak Karel untuk membahas soal ekspansi bisnis. Untungnya Karel tampak lebih semangat membahas hal tersebut dan tidak lama kemudian Andre dan Kath menghampiri mereka dan mengobrol banyak hal dipesta itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status