Share

Dapat Petunjuk

last update Last Updated: 2024-07-18 06:00:24

“Seharusnya kamu tidak usah pulang,” ucap Emily saat Alaric menyajikan makan siang untuknya.

Alaric hanya tersenyum mendengar ucapan Emily. Dia kemudian meletakkan piring berisi steak ayam di hadapan Emily.

“Kamu bilang kalau akan bosan sendirian di rumah. Jadi aku berpikir jika harus sesekali pulang untuk memastikan kamu tidak bosan, dan tidak keluar tanpa izin,” ujar Alaric lalu menarik kursi yang berhadapan dengan Emily.

Emily tertawa mendengar ucapan suaminya. Alaric dan yang lainnya sangat posesif karena mencemaskan dirinya.

“Aku sekarang tidak bandel kok. Aku nurut semua ucapan kalian,” ucap Emily lantas mengambil sendok yang sudah disediakan Alaric dan bersiap makan.

“Kamu bilang tidak bandel, tapi berapa kali kamu melanggar laranganku dan terjadi hal buruk kepadamu, hm?”

Alaric mengingatkan bagaimana Emily melanggar peringatannya lalu berakhir dengan tragedi tak terduga.

Emily me

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (7)
goodnovel comment avatar
Voni Oktavia93
Billy kamu keren langsung gercep
goodnovel comment avatar
Titin Susiyana
ayok babang billy gerak cepat ya... biae anyir cepet dapet azabnya.
goodnovel comment avatar
eva nindia
itu siapa yg. dhub anya yaa... kalo lena kan masih d penjara ?? seengga.a usaha mama mia udh ad hasil.a
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Mertua Tahu

    Alaric pulang ke rumah setelah berhasil mendapatkan petunjuk. Dia bertemu dengan Ansel yang baru saja keluar dari ruang kerja.“Kebetulan ketemu Papi, ada yang mau aku bahas,” ucap Alaric.“Tentu, masuklah!” Ansel mempersilakan Alaric masuk ruang kerjanya.Mereka berdua masuk ke ruang kerja Ansel. Di sana Alaric mengeluarkan salinan chat yang dilakukan Anya.“Mama berhasil menyelidiki ponsel Anya, meski tak banyak yang didapat, aku rasa ada sesuatu yang bisa dijadikan petunjuk,” ujar Alaric kemudian memberikan kertas yang dibawa ke Ansel.Ansel menerima kertas pemberian Alaric, melihat beberapa percakapan yang dilakukan Anya dan seseorang.“Aku menduga jika nomor itu yang memberikan informasi soal Emi. Aku sudah menyelidikinya dan cukup terkejut mengetahui kalau pria itu adalah selingkuhan bibiku,” ucap Alaric menjelaskan.“Apa ini ada sangkutpautnya dengan bibimu lagi? Apa dia mas

    Last Updated : 2024-07-18
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Ketahuan Dalangnya

    Ansel memperlihatkan nama yang didapat Alaric ke kakek Emily.“Kenapa kamu memperlihatkan nama ini? Mau apa?” tanya kakek Emily sambil menatap Ansel.“Anaknya ternyata melakukan tes DNA ‘ku dan Emi tanpa sepengetahuan kami. Beberapa hari lalu, informasi soal Emi bukan anak kandungku tersebar dan itu membuat Emi sedih,” jawab Ansel menjelaskan.Alaric diam mendengarkan percakapan antara mertua dan kakek mertuanya itu. Dia melihat kakek Emily yang terkejut mendengar cerita Ansel.“Emi tahu kalau dia bukan anak kandungmu?” tanya Kakek lalu menghela napas kasar.Alaric melihat mertuanya mengangguk menjawab pertanyaan kakek.“Aku hanya mau memastikan, apa benar nama itu kakeknya Emi? Jika benar, berarti pria itu dan maminya Emi saudara?” tanya Ansel memastikan.Alaric masih bingung dengan silsilah keluarga Ansel, apalagi Emily memiliki keluarga yang berbeda.Kakek Emily menghela napas kasar, dia berpikir sambil memegang ujung tongkat dengan erat.Alaric dan Ansel menunggu pria tua itu bicar

    Last Updated : 2024-07-18
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Mulai Memancing

    “Jangan membahas soal bagaimana silsilah dan kelakuan buruk kakek kandung Emi kepadanya.”Alaric mengingat ucapan sang mertua sebelum mereka turun dari mobil. Dia kini sudah berdiri di depan pintu kamar, menarik napas panjang lalu mengembuskan pelan sebelum akhirnya masuk kamar.“Kamu sudah pulang? Dari mana saja? Mobilmu sudah terparkir di garasi sejak tadi, tapi kamu tidak ada, aku telepon juga ponselmu mati!”Baru saja masuk kamar, Alaric sudah mendapat berondongan pertanyaan dari istrinya.Alaric melihat wajah cemberut istrinya. Dia mendekat untuk menjelaskan.“Tadi Papi ngajak keluar untuk mencari tahu soal nomor yang menghubungi Anya dan disinyalir sebagai orang yang membocorkan statusmu,” ujar Alaric saat sudah berdiri di depan Emily.Emily menurunkan kedua tangan yang tadinya berkacak pinggang ketika mendengar ucapan Alaric.“Sudah dapat pelakunya?” tanya Emily penasaran.Alaric mengangguk-angguk, kemudian mengajak istrinya untuk duduk bersamanya.“Siapa pelakunya?” tanya Emil

    Last Updated : 2024-07-18
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Antisipasi

    Lena sangat terkejut mendengar ucapan Mia, tapi dia berusaha tenang meski agak panik.“Punya bukti apa kamu sampai menuduhku? Kamu pikir dengan hanya berkata kalau aku terlibat lalu benar aku terlibat? Munafik sekali.”Lena langsung mencibir ucapan Mia.Mia tentu saja tetap bersikap tenang mendengar ucapan Lena. Bukankah apa yang dikatakan Lena, sebenarnya bukti kepanikan dari wanita itu.“Bukti, aku memang tidak punya tapi insting seorang ibu takkan pernah salah. Dan satu lagi, mungkin kamu tidak tahu kalau ada saksi di malam kejadian itu.”Setelah mengatakan itu, Mia berdiri untuk pergi. Dia sengaja mengatakan itu untuk memancing reaksi Lena.Benar saja, Lena sangat terkejut saat mendengar Mia mengatakan soal saksi. Meski dia terlihat tenang, tapi gerakan tubuhnya memperlihatkan sebuah kegelisahan.“Coba saja cari bukti dan tunjukkan saksinya kalau kamu memang punya. Yang jelas, kamu takkan pernah mendapatkan bukti kalau aku pelakunya,” tantang Lena.

    Last Updated : 2024-07-19
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Pesta Jebakan

    Di salah satu restoran bintang lima. Mia sudah menyiapkan tempat khusus untuk merayakan ulang tahun Alaric. Mia sengaja memilih outdor agar memberi celah orang yang bersekongkol dengan Anya agar menunjukkan batang hidungnya.Pesta itu hanya dihadiri oleh keluarga ditambah Anya. Keluarga Emily juga ikut serta, tentu saja untuk melindungi Emily.Alaric sampai di restoran itu bersama Emily. Dia menoleh Emily yang menarik napas panjang lalu mengembuskan kasar beberapa kali.“Tidak apa-apa, kan?” tanya Alaric memastikan. Dia bahkan sampai menggenggam telapak tangan Emily.Emily menoleh ke Alaric, lalu menganggukkan kepala.Mereka turun dari mobil. Ansel dan Aruna sudah menunggu keduanya untuk masuk bersama.“Jangan jauh-jauh dari mami,” bisik Aruna karena mencemaskan Emily.Emily mengangguk kecil sambil tersenyum. Mereka tidak tahu apakah ada yang memantau atau tidak, sehingga mulai dari turun mobil sampai masuk, mereka harus berpura biasa saja.Saat sampai di tempat pesta. Emily melihat M

    Last Updated : 2024-07-19
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Ketahuan Beracun

    Billy dan yang lain berjaga di restoran itu, tapi tentu saja mereka tak berpakaian biasa atau memantau secara terang-terangan karena tak tahu apakah benar ada atau tidak yang memanfaatkan pesta itu untuk menyerang Emily dan Alaric. Bukan hanya Billy dan anak buahnya, bahkan Susi dan Ira juga ambil bagian dari rencana Alaric untuk membantu. Mereka disiapkan untuk jadi pelayan yang khusus membawakan makanan dan minuman Emily. “Bentar.” Susi meminta Ira untuk berhenti saat mereka baru mau masuk dapur untuk mengambil makanan yang siap disajikan. Ira bingung karena Susi menghentikan langkah, hingga melihat isyarat yang diberikan Susi. Mereka melihat pria berseragam restoran tampak memasukkan sesuatu ke makanan yang ada di piring. “Hm ... bener, ternyata memang ada yang jahat,” bisik Susi. “Tapi itu jatah makanan siapa?” tanya Ira. “Coba nanti kita dengar instruksi, kalau itu buat Emi, maka kita tinggal menukar dengan makanan lain yang sudah disiapkan dan aman,” jawab Susi. I

    Last Updated : 2024-07-19
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Kabur

    Semua orang berdiri mendengar ucapan Alaric, untung saja yang datang hanya anggota keluarga, sehingga tak harus melihat kepanikan banyak orang.“Kenapa wajahmu pucat? Apa benar kalau makanan ini ada racunnya?” tanya Alaric dengan tatapan mengintimidasi.Anya begitu panik sampai-sampai ketakutannya bisa terlihat jelas oleh semua orang.“Bagaimana aku tahu itu ada racunnya? Aku hanya tak suka kalau harus memakan sesuatu yang bukan jatahku,” elak Anya.“Benarkah?” Alaric tersenyum miring.Emily memandang Anya yang ketakutan, benar kalau pesta itu digunakan untuk mencelakainya. Dia berdiri merapat ke orang tuanya agar aman.“Kalau memang tak beracun, kenapa tidak kamu coba untuk memakannya?” tanya Alaric masih menyodorkan piring itu.“Benar Anya, kalau makanan itu baik-baik saja, kenapa kamu harus takut?” Mia ikut memprovokasi.Anya semakin panik, bahkan sampai mundur karena takut. Dia tak mungkin makan makanan yang sudah terkontaminasi racun.Semua orang menatap ke Anya, tentunya mereka

    Last Updated : 2024-07-19
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Mengejar Sampai Tertangkap

    “Kalian pulang. Kalian baik-baik saja, kan?” tanya Vano saat melihat sang kakak dan orang tuanya pulang. Vano memang tidak diajak karena takut jika menjadi sasaran. Dia sekarang menatap cemas ke Emily yang berjalan bersama sang mami. “Kami baik-baik saja, kamu jangan cemas,” jawab Emily. Vano bernapas lega mendengar jawaban Emily. Dia mengangguk sopan ke Mia dan Bobby, bahkan dengan sigap mempersilakan semua orang masuk. “Di mana Kak Alaric?” tanya Vano karena tak melihat kakak iparnya itu. “Dia dan yang lain mengejar pelaku yang ingin mencelakai. Berdoa saja semoga pelakunya tertangkap agar bisa diadili,” jawab Aruna. Vano mengangguk mendengar ucapan sang mama, sedangkan Emily terlihat sangat cemas. “Kakak jangan cemas, Kak Alaric pasti baik-baik saja. Sekarang duduk dan minumlah dulu,” ucap Vano penuh perhatian. Emily mengangguk kemudian duduk bersama yang lain sambil menunggu kabar dari Alaric. ** Alaric dan Billy masih mengejar Anya. Mereka takkan menyerah sampai mendapat

    Last Updated : 2024-07-20

Latest chapter

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Ekstra Part 2

    Vano baru saja selesai rapat saat membaca pesan dari Sabrina. Dia sangat terkejut membaca pesan dari Sabrina hingga terburu-buru meninggalkan tempat rapat begitu selesai, membuat semua orang sampai keheranan.Vano pergi ke rumah sakit. Dia mencari Sabrina di poliklinik, hingga bertemu dengan sang bibi.“Bi, Sabrina dan Mami ke sini?” tanya Vano.“Dia di ruang inap, tadi sudah diperiksa dan karena tekanan darahnya rendah serta dia pusing dan mual, jadi aku menyarankan untuk rawat inap,” jawab sang bibi.Vano sangat panik mendengar jawaban sang bibi.“Dia dirawat di ruang mana?” tanya Vano dengan wajah panik.Sang bibi tersenyum melihat kepanikan Vano, lalu memberitahu di mana Sabrina sekarang.Vano pergi ke ruang inap dengan terburu-buru, hingga akhirnya bertemu Sabrina yang berbaring lemas dengan selang infus terpasang di tangan.“Bagaimana kondisinya, Mi?” tanya Vano saat menghampiri Sabrina.“Dia baik, kamu jangan cemas,” jawab Oma Aruna.“Baik apanya, dia sampai dirawat seperti ini,

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Ekstra Part 1

    Sabrina duduk sambil menikmati cokelat hangat pagi itu, hingga satu tangannya yang bebas dari cangkir, digenggam sampai jemarinya bertautan dengan tangan lain. Sabrina menoleh Vano, melihat suaminya itu tersenyum sambil menggenggam erat tangannya. Vano duduk di samping Sabrina yang duduk di bangku panjang. Mereka berlibur di pantai, menikmati kebersamaan mereka setelah sah menjadi suami-istri. “Kamu tidak pesan kopi?” tanya Sabrina sambil menyandarkan kepala di pundak Vano. “Sudah, tinggal menunggu datang saja,” jawab Vano lalu memiringkan kepala hingga menyentuh kepala Sabrina. Keduanya saling bersandar satu sama lain, menatap hamparan pasir putih bersamaan dengan deburan ombak yang menghantam pantai. “Kamu yakin tidak masalah tinggal sama mami?” tanya Vano memastikan. Sabrina mengerutkan alis mendengar pertanyaan Vano. “Kenapa masih tanya lagi?” tanya Sabrina keheranan. Dia mengangkat kepala dari pundak Vano, lalu memandang suaminya itu. “Ya, aku hanya memastikan saja, takut

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Akhir

    “Nggak mau pulang. Mau bobok sama Om Vano!” Athalia merengek menolak pulang saat kedua orang tuanya mengajak selepas pulang setelah pesta. Vano hanya mengusap tengkuk melihat kelakuan absurd keponakan satunya itu. Alaric sampai pusing, kenapa anaknya sampai bandelnya seperti itu. “Pulang beli es krim, ya.” Emily membujuk agar Athalia mau pulang. “Nggak mau!” Athalia menolak sampai memeluk kaki Vano. Sabrina menahan tawa dengan kelakuan Athalia, lalu dia ikut membujuk. “Papa mau beli bunga sama balon, Thalia nggak mau ikut?” tanya Sabrina ke Athalia. Athalia langsung menoleh ke sang papa, hingga melihat ayah dan ibunya terkejut mendengar ucapan Sabrina. “Ah, benar. Papa dan mama mau beli bunga, kamu nggak mau ikut?” tanya Emily mengiakan ucapan Sabrina. Athalia tiba-tiba bangun dan melepas kaki Vano, kemudian menggandeng tangan ibunya. “Ayo! Nanti kamarku harus dikasih bunga-bunga,” celoteh Athalia. Alaric dan Emily lega karena Athalia mau dibujuk, akhirnya mereka mengajak p

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Hari Pernikahan

    Mereka masih menautkan bibir, sampai terlena hingga sejenak lupa akan status mereka sekarang.Sabrina melepas pagutan bibir mereka, lalu sedikit mendorong dada Vano agar menjauh darinya.“Airnya sudah panas,” ucap Sabrina sambil masih menunduk karena malu.Vano mematikan mesin pemanas air, lantas kembali memandang Sabrina.Sabrina menatap Vano, melihat wajah pria itu yang merah mungkin dia juga.“Sekadar ciuman boleh, tapi jangan melebihi batas,” ujar Sabrina mengingatkan.Vano langsung mengulum bibir sambil memulas senyum.“Aku tidak mau kita berhubungan sebelum menikah. Kamu paham maksudku, kan?” tanya Sabrina kemudian agar Vano tak salah paham dengan ucapannya.“Hm … ya, tentu,” balas Vano sedikit canggung karena dia terlalu impulsif. Dia tentunya takkan marah dengan keinginan Sabrina yang mencoba menjaga diri sampai mereka benar-benar sah menjadi suami istri.Van

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Jangan Khilaf

    Setelah bertunangan, Vano dan Sabrina sering menghabiskan waktu bersama di akhir pekan. Mereka jarang jalan di tempat umum karena Raditya melarang, pria tua itu takut kalau terjadi sesuatu lagi dengan Sabrina, padahal ada Vano yang menjaganya. Seperti hari ini, mereka berada di apartemen menonton film seolah berada di bioskop. Vano duduk sambil melingkarkan tangan di belakang pundak Sabrina, sehingga gadis itu bisa bersandar di dadanya. “Besok Mami mengajak fitting gaun untuk pernikahan kita,” ucap Vano sambil melihat ke film yang sedang mereka tonton. Sabrina sedang mengunyah snack, lalu menoleh ke kalender yang ada di meja hias. Tak terasa sudah dua bulan semenjak mereka bertunangan, pantas saja Oma Aruna sudah ingin melakukan fitting baju. “Iya,” balas Sabrina menoleh sekilas ke Vano. Mereka kembali fokus ke film, hingga ponsel Sabrina yang ada di meja berdering. Sabrina menegakkan badan, lalu mengambil benda pipih itu dan melihat sang papa yang menghubungi. “Papa telepon, aku

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Hari Pertunangan

    Hari pertunangan Sabrina dan Vano pun tiba. Pertunangan mereka diadakan di rumah Vano sesuai dengan kesepakatan Raditya dan Opa Ansel.Malam itu halaman samping rumah disulap menjadi tempat pesta untuk pertunangan yang terlihat romantis. Acara itu didatangi keluarga terdekat dan rekan kerja Sabrina di divisinya.“Rumah Pak Vano ternyata sangat besar,” celetuk salah satu staff yang datang.“Pastilah, perusahaannya saja besar. Lupa kalau dia anak pemilik perusahaan,” timpal yang lain.“Iya, lupa,” balas staff itu sampai membuat yang lain tertawa.Sabrina keluar bersama ayahnya memakai gaun elegan hingga membuatnya tampak begitu cantik.Vano sudah menatap tanpa berkedip saat melihat Sabrina. Dia tak menyangka kalau hari ini tiba lalu tinggal menunggu hari lain yang luar biasa tiba.Sabrina tersenyum saat melihat Vano menatapnya, hingga akhirnya mereka berdiri berhadapan untuk melakukan prosesi pertunan

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Mau Jadi Istri Kedua?

    Hari berikutnya, Vano masih menemani Sabrina di apartemen. Pagi itu bersama Sabrina di sofa untuk mengganti perban gadis itu.“Tahan bentar,” ucap Vano saat membersihkan luka Sabrina sebelum diperban lagi.Sabrina melirik ke lengannya. Dia agak meringis karena terasa sedikit perih.Vano membungkus luka itu lagi dengan perlahan setelah selesai dibersihkan.Sabrina menatap Vano yang serius mengganti perban, hingga dia bertanya, “Apa kamu yakin kalau keputusanmu ingin menikah tidak terburu-buru?”Sabrina merasa Vano mengatakan itu hanya spontan saja.Vano melirik Sabrina, lalu menjawab, “Kamu juga setuju, kan? Lalu kenapa sekarang tanya?”“Ya, aku hanya syok saja. Tidak menyangka kamu akan semudah itu bilang mau menikahiku,” balas Sabrina.“Aku serius mengatakan itu,” ucap Vano sambil merapikan perban yang baru saja selesai dipasang.Vano kini menatap Sabrina, memb

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Mau Diajak Pulang

    Sabrina mengajak Raditya duduk agar bisa mengobrol dengan nyaman. Vano juga ikut bersama keduanya tapi hanya menjadi pendengar saja.“Bagaimana kejadiannya sampai kamu diserang seperti itu?” tanya Raditya penasaran.Sabrina menceritakan dari awal dan akhir apa yang terjadi sampai membuatnya terluka.“Aku hanya masih nggak nyangka kalau dia masih dendam karena dulu aku kabur, Pa. Dia bilang dihajar habis-habisan dan ganti rugi, makanya begitu melihatku dia mau membawaku,” ujar Sabrina menjelaskan.“Dia sudah salah karena menjualmu, lalu dengan enaknya bilang dendam. Dia benar-benar harus diberi pelajaran!” geram Raditya karena pria itu sangat jahat.“Tapi Papa tidak usah terlalu cemas, sekarang pelakunya juga sudah ditangkap,” kata Sabrina menenangkan sang papa.Saat mereka masih mengobrol, terdengar suara bel yang membuat mereka menoleh ke pintu.“Biar aku lihat siapa yang datang,” kata Vano.Vano berdiri menuju pintu, lalu mel

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Perhatiannya Vano

    Sabrina terbangun karena lapar. Dia melihat Vano yang baru saja masuk kamar. “Kamu sudah bangun.” Vano langsung mendekat ke ranjang. Sabrina hendak bangun tapi kesusahan karena lengannya sakit. Vano dengan sigap membantu, lalu memastikan Sabrina duduk dengan nyaman. “Aku lapar,” ucap Sabrina karena siang tadi belum makan dan sudah ada tragedi yang membuatnya terluka. “Untung saja aku pesan makanan. Baru saja sampai dan kamu bangun. Biar aku ambilkan ke sini,” kata Vano hendak berdiri. “Aku makan di luar saja, tidak nyaman makan di sini,” kata Sabrina bersiap turun dari ranjang. Vano langsung membantu Sabrina turun dari ranjang karena lengan Sabrina yang terluka tidak bisa dibuat banyak gerak. Vano benar-benar perhatian ke Sabrina. Dia berjalan sambil memperhatikan Sabrina agar tak jatuh, padahal Sabrina bisa berjalan dengan baik karena lengannya saja yang sakit bukan seluruh tubuh. Sabrina sudah duduk di kursi meja makan. Vano membuka pembungkus makanan, lalu mengambil

DMCA.com Protection Status