Share

Kabur

last update Last Updated: 2024-07-19 11:18:10

Semua orang berdiri mendengar ucapan Alaric, untung saja yang datang hanya anggota keluarga, sehingga tak harus melihat kepanikan banyak orang.

“Kenapa wajahmu pucat? Apa benar kalau makanan ini ada racunnya?” tanya Alaric dengan tatapan mengintimidasi.

Anya begitu panik sampai-sampai ketakutannya bisa terlihat jelas oleh semua orang.

“Bagaimana aku tahu itu ada racunnya? Aku hanya tak suka kalau harus memakan sesuatu yang bukan jatahku,” elak Anya.

“Benarkah?” Alaric tersenyum miring.

Emily memandang Anya yang ketakutan, benar kalau pesta itu digunakan untuk mencelakainya. Dia berdiri merapat ke orang tuanya agar aman.

“Kalau memang tak beracun, kenapa tidak kamu coba untuk memakannya?” tanya Alaric masih menyodorkan piring itu.

“Benar Anya, kalau makanan itu baik-baik saja, kenapa kamu harus takut?” Mia ikut memprovokasi.

Anya semakin panik, bahkan sampai mundur karena takut. Dia tak mungkin makan makanan yang sudah terkontaminasi racun.

Semua orang menatap ke Anya, tentunya mereka
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (8)
goodnovel comment avatar
Voni Oktavia93
huuuu untung emi GK kenapa-kenapa
goodnovel comment avatar
Titin Susiyana
ayok babang billy semangat terus jangan kasih mereka kabur.
goodnovel comment avatar
Wida
di bkin senam jntung sma Mak othor
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Mengejar Sampai Tertangkap

    “Kalian pulang. Kalian baik-baik saja, kan?” tanya Vano saat melihat sang kakak dan orang tuanya pulang. Vano memang tidak diajak karena takut jika menjadi sasaran. Dia sekarang menatap cemas ke Emily yang berjalan bersama sang mami. “Kami baik-baik saja, kamu jangan cemas,” jawab Emily. Vano bernapas lega mendengar jawaban Emily. Dia mengangguk sopan ke Mia dan Bobby, bahkan dengan sigap mempersilakan semua orang masuk. “Di mana Kak Alaric?” tanya Vano karena tak melihat kakak iparnya itu. “Dia dan yang lain mengejar pelaku yang ingin mencelakai. Berdoa saja semoga pelakunya tertangkap agar bisa diadili,” jawab Aruna. Vano mengangguk mendengar ucapan sang mama, sedangkan Emily terlihat sangat cemas. “Kakak jangan cemas, Kak Alaric pasti baik-baik saja. Sekarang duduk dan minumlah dulu,” ucap Vano penuh perhatian. Emily mengangguk kemudian duduk bersama yang lain sambil menunggu kabar dari Alaric. ** Alaric dan Billy masih mengejar Anya. Mereka takkan menyerah sampai mendapat

    Last Updated : 2024-07-20
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Tetap Suka Berdebat

    Anya melihat siapa yang baru saja turun dari mobil. Dia terkejut karena Gio yang muncul di sana, sebelum akhirnya mobil Alaric dan Billy sampai.Alaric terkejut melihat Gio di sana, belum lagi mobil sepupunya itu rusak di bagian depan karena tadi menghantam mobil Robi.“Kamu harus mengganti mobilku yang rusak,” ucap Gio ke Alaric yang baru saja sampai.“Bukan aku yang minta kamu menabrak mereka, urus mobilmu sendiri,” balas Alaric dengan ekspresi wajah datar.Gio terkejut mendengar balasan Alaric, tapi bukankah sudah biasa kalau sepupunya itu bersikap dingin.Alaric berjalan menghampiri Robi yang terkapar tapi masih bisa bergerak, hingga langkah terhenti saat melihat Robi mengarahkan senjata api.“Lebih baik kamu menyerah, itu akan lebih mudah karena aku bisa meminta keringanan untukmu jika kamu mau bersaksi,” ucap Alaric bernegosiasi karena dirinya harus mendapat saksi untuk menuntaskan kasus itu.Robi tersenyum miring mendengar ucapan Alaric. Meski darah melumuri wajah dan tubuh, ba

    Last Updated : 2024-07-20
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Akhirnya Lega

    Gio terkejut mendengar ucapan Alaric, hingga tersenyum getir karena merasa ucapan sang kakak sepupu hanya untuk menghiburnya. “Tidak usah menghiburku karena aku terluka. Kalian pasti senang aku pergi, bahkan mungkin berharap agar aku tak pernah kembali,” ucap Gio sambil memegang lukanya yang terasa nyeri. “Pikiranmu selalu didominasi dengan hal buruk. Padahal andai kamu seperti saat usiamu 5 tahun, semua akan lebih mudah karena hanya bermain yang dipikirkan bukan persaingan,” balas Alaric tanpa menoleh Gio. Gio terkejut mendengar Alaric membahas soal masa kecil mereka. Mungkin benar apa yang dikatakan Alaric, saat usia itu mereka masih memikirkan bermain bersama, tapi setelah Gio umur 7 tahun, Lena menjauhkannya dari Alaric. Gio mendapatkan penanganan di rumah sakit, hanya mendapat satu jahitan karena goresan peluru yang lumayan dalam, beruntung peluru tak bersarang di lengannya. Setelah selesai diobati, Alaric mengajak Gio ke rumah sang mertua. “Kenapa kamu mengajakku ke sini?”

    Last Updated : 2024-07-20
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Dapat Kesempatan Kedua

    “Ke mana saja kamu selama ini?” tanya Bobby saat duduk berdua dengan Gio.“Pergi ke tempat yang bisa membuatku tenang. Lagi pula, di sini pun tak ada yang mengharapkanku,” jawab Gio.Bobby menghela napas mendengar jawaban Gio. Setelah kepergian Gio, Bobby memang baru menyadari jika tak pernah adil ke Gio sehingga sifat dan perilaku cucunya itu berubah.“Meski kamu tidak mewarisi darah keluarga Byantara, tapi bagaimanapun kamu tumbuh dan besar di keluarga ini. Jika kamu ingin, tetaplah tinggal di sini,” ujar Bobby.Gio malah tersenyum getir mendengar ucapan Bobby, kemudian membalas, “Apa aku masih diharapkan? Apa yang dilakukan Mama sudah keterlaluan, apa aku masih bisa tinggal dengan menyandang nama yang malah membuatku menunduk.”“Asal kamu diam soal siapa ayah kandungmu sebenarnya, semua orang akan tetap menganggapmu cucu keluarga Byantara, juga kakek yakin setiap orang bisa berubah, termasuk kamu. Kamu hanya korban doktrin mamamu saja.” Bobby kembali menjelaskan.Gio menarik napas

    Last Updated : 2024-07-20
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Kakak Sepupu

    “Kamu sangat yakin membawa Gio ke sini. Apa dia benar-benar sudah berubah?” tanya Emily yang ternyata belum seratus persen percaya.Alaric baru saja mengganti pakaian saat mendengar pertanyaan Emily. Dia tahu bagaimana kecemasan sang istri, sehingga tak mempermasalahkan jika Emily masih curiga.“Soal sudah benar-benar berubah atau belum, aku juga tak percaya begitu saja,” balas Alaric, “tapi, cara dia membantuku bahkan tak memedulikan nyawanya, sudah cukup membuktikan jika dia bukan Gio yang dulu.”Emily mengerutkan alis mendengar ucapan suaminya, hingga kembali mendengar Alaric bicara.“Jika Gio salah posisi sedikit saja, mungkin bukan lengannya yang terkena tembakan, tapi dada atau bagian tubuh lainnya. Aku mungkin pernah membencinya, tapi tak pernah melupakan juga kalau kami dulu pernah bermain bersama,” ujar Alaric.Emily diam mendengar ucapan Alaric.“Kakek masih mengharapkannya kemb

    Last Updated : 2024-07-21
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Mengerjai Emily

    Bobby, Alaric, Mia, dan orang tua Emily mendengarkan isi percakapan yang ada di flashdisk. Mereka terkejut mendengar pengakuan Damar soal semua rencana membantu Lena.Gio terus memancing dengan berkata jika tahu semuanya karena melihat sendiri kalau Lena mengatakan itu semua, membuat Damar akhirnya mau jujur karena Gio anak kandungnya dan berkata akan mengikuti jejak Damar.“Pantas Lena tak cemas dengan kepergian Gio, jadi dia merasa kalau Gio berpihak kepadanya dan menyembunyikan diri di tempat Damar karena akan membelanya. Sayang sekali, ternyata Gio balik menyerangnya,” gumam Mia tak habis pikir karena Gio benar-benar bisa memberikan bukti pengakuan Damar.“Apa dia benar-benar dipihak kita?” tanya Ansel cemas karena bagaimanapun nyawa putrinya yang dipertaruhkan.“Dia cukup berani untuk merekam dan memberikan bukti ini. Aku yakin dia berada di pihak kita,” jawab Alaric sangat percaya.Yang lain mengangguk mend

    Last Updated : 2024-07-21
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Meminta Anya Jujur

    Alaric pergi ke kantor polisi bersama Billy untuk memberikan bukti yang dimiliki. Di sana dia membuat laporan agar Damar ditangkap dan Lena mendapat tambahan hukuman atas perbuatan yang pernah dilakukan.“Bisa saya bertemu dengan Anya?” tanya Alaric ke polisi.Polisi itu memberi izin, lantas mengantar Alaric dan Billy ke ruang khusus untuk menjenguk tahanan. Di sana mereka menunggu, hingga akhirnya Anya masuk ruangan itu, penampilannya berantakan, ada luka di kening dan wajahnya karena kecelakaan kemarin.“Al, aku hanya dijebak. Aku dimanfaatkan dan tak benar-benar bermaksuk melakukan semua ini.”Anya langsung menjelaskan sambil menatap sedih ke Alaric, mencoba membujuk agar Alaric mau mencabut berkas perkara kasus atas nama dirinya.“Dimanfaatkan? Tapi kamu senang bisa membuat perselisihan di antara aku dan istriku.”Ucapan Alaric cukup menohok, sampai membuat Anya terdiam.“Jika kamu menyesal, maka bersaksilah sesuai dengan yang kamu ketahui. Jika kamu mau jujur, aku akan meminta ke

    Last Updated : 2024-07-21
  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Kalian Sepupu

    “Aku memang kakak sepupumu karena jadi istrinya Al, jadi berhenti menyebutku dengan nada penekanan seperti itu!” protes Emily kemudian memasukkan mangga lagi ke mulut karena sangat segar.Gio ingin membalas ucapan Emily, tapi Alaric sudah datang lebih dulu.“Bagaimana tadi?” tanya Emily dengan mulut penuh.“Lancar, polisi akan segera memanggil Damar untuk dimintai keterangan lebih dulu, jika memang terbukti bersalah karena keterlibatannya dengan Bibi, maka dia akan jadi tersangka. Hanya saja, kemungkinan itu kecil mengingat tak ada bukti kuat,” jawab Alaric yang sudah duduk di samping Emily.Emily mengangguk-angguk tapi sambil memasukan potongan mangga ke mulut lagi.Alaric menoleh Gio, melihat sepupunya itu diam.“Kalau Damar tidak jadi tersangka, lalu dia mengincarmu karena sudah membeberkan perbuatannya, kami pasti akan melindungimu,” ucap Alaric ke Gio.Gio menoleh Alaric, lalu tersenyum kecil.“Tenang saja, aku bisa melindungi diriku sendiri. Aku bisa masuk rumahnya, aku juga past

    Last Updated : 2024-07-21

Latest chapter

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Ekstra Part 2

    Vano baru saja selesai rapat saat membaca pesan dari Sabrina. Dia sangat terkejut membaca pesan dari Sabrina hingga terburu-buru meninggalkan tempat rapat begitu selesai, membuat semua orang sampai keheranan.Vano pergi ke rumah sakit. Dia mencari Sabrina di poliklinik, hingga bertemu dengan sang bibi.“Bi, Sabrina dan Mami ke sini?” tanya Vano.“Dia di ruang inap, tadi sudah diperiksa dan karena tekanan darahnya rendah serta dia pusing dan mual, jadi aku menyarankan untuk rawat inap,” jawab sang bibi.Vano sangat panik mendengar jawaban sang bibi.“Dia dirawat di ruang mana?” tanya Vano dengan wajah panik.Sang bibi tersenyum melihat kepanikan Vano, lalu memberitahu di mana Sabrina sekarang.Vano pergi ke ruang inap dengan terburu-buru, hingga akhirnya bertemu Sabrina yang berbaring lemas dengan selang infus terpasang di tangan.“Bagaimana kondisinya, Mi?” tanya Vano saat menghampiri Sabrina.“Dia baik, kamu jangan cemas,” jawab Oma Aruna.“Baik apanya, dia sampai dirawat seperti ini,

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   Ekstra Part 1

    Sabrina duduk sambil menikmati cokelat hangat pagi itu, hingga satu tangannya yang bebas dari cangkir, digenggam sampai jemarinya bertautan dengan tangan lain. Sabrina menoleh Vano, melihat suaminya itu tersenyum sambil menggenggam erat tangannya. Vano duduk di samping Sabrina yang duduk di bangku panjang. Mereka berlibur di pantai, menikmati kebersamaan mereka setelah sah menjadi suami-istri. “Kamu tidak pesan kopi?” tanya Sabrina sambil menyandarkan kepala di pundak Vano. “Sudah, tinggal menunggu datang saja,” jawab Vano lalu memiringkan kepala hingga menyentuh kepala Sabrina. Keduanya saling bersandar satu sama lain, menatap hamparan pasir putih bersamaan dengan deburan ombak yang menghantam pantai. “Kamu yakin tidak masalah tinggal sama mami?” tanya Vano memastikan. Sabrina mengerutkan alis mendengar pertanyaan Vano. “Kenapa masih tanya lagi?” tanya Sabrina keheranan. Dia mengangkat kepala dari pundak Vano, lalu memandang suaminya itu. “Ya, aku hanya memastikan saja, takut

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Akhir

    “Nggak mau pulang. Mau bobok sama Om Vano!” Athalia merengek menolak pulang saat kedua orang tuanya mengajak selepas pulang setelah pesta. Vano hanya mengusap tengkuk melihat kelakuan absurd keponakan satunya itu. Alaric sampai pusing, kenapa anaknya sampai bandelnya seperti itu. “Pulang beli es krim, ya.” Emily membujuk agar Athalia mau pulang. “Nggak mau!” Athalia menolak sampai memeluk kaki Vano. Sabrina menahan tawa dengan kelakuan Athalia, lalu dia ikut membujuk. “Papa mau beli bunga sama balon, Thalia nggak mau ikut?” tanya Sabrina ke Athalia. Athalia langsung menoleh ke sang papa, hingga melihat ayah dan ibunya terkejut mendengar ucapan Sabrina. “Ah, benar. Papa dan mama mau beli bunga, kamu nggak mau ikut?” tanya Emily mengiakan ucapan Sabrina. Athalia tiba-tiba bangun dan melepas kaki Vano, kemudian menggandeng tangan ibunya. “Ayo! Nanti kamarku harus dikasih bunga-bunga,” celoteh Athalia. Alaric dan Emily lega karena Athalia mau dibujuk, akhirnya mereka mengajak p

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Hari Pernikahan

    Mereka masih menautkan bibir, sampai terlena hingga sejenak lupa akan status mereka sekarang.Sabrina melepas pagutan bibir mereka, lalu sedikit mendorong dada Vano agar menjauh darinya.“Airnya sudah panas,” ucap Sabrina sambil masih menunduk karena malu.Vano mematikan mesin pemanas air, lantas kembali memandang Sabrina.Sabrina menatap Vano, melihat wajah pria itu yang merah mungkin dia juga.“Sekadar ciuman boleh, tapi jangan melebihi batas,” ujar Sabrina mengingatkan.Vano langsung mengulum bibir sambil memulas senyum.“Aku tidak mau kita berhubungan sebelum menikah. Kamu paham maksudku, kan?” tanya Sabrina kemudian agar Vano tak salah paham dengan ucapannya.“Hm … ya, tentu,” balas Vano sedikit canggung karena dia terlalu impulsif. Dia tentunya takkan marah dengan keinginan Sabrina yang mencoba menjaga diri sampai mereka benar-benar sah menjadi suami istri.Van

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Jangan Khilaf

    Setelah bertunangan, Vano dan Sabrina sering menghabiskan waktu bersama di akhir pekan. Mereka jarang jalan di tempat umum karena Raditya melarang, pria tua itu takut kalau terjadi sesuatu lagi dengan Sabrina, padahal ada Vano yang menjaganya. Seperti hari ini, mereka berada di apartemen menonton film seolah berada di bioskop. Vano duduk sambil melingkarkan tangan di belakang pundak Sabrina, sehingga gadis itu bisa bersandar di dadanya. “Besok Mami mengajak fitting gaun untuk pernikahan kita,” ucap Vano sambil melihat ke film yang sedang mereka tonton. Sabrina sedang mengunyah snack, lalu menoleh ke kalender yang ada di meja hias. Tak terasa sudah dua bulan semenjak mereka bertunangan, pantas saja Oma Aruna sudah ingin melakukan fitting baju. “Iya,” balas Sabrina menoleh sekilas ke Vano. Mereka kembali fokus ke film, hingga ponsel Sabrina yang ada di meja berdering. Sabrina menegakkan badan, lalu mengambil benda pipih itu dan melihat sang papa yang menghubungi. “Papa telepon, aku

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Hari Pertunangan

    Hari pertunangan Sabrina dan Vano pun tiba. Pertunangan mereka diadakan di rumah Vano sesuai dengan kesepakatan Raditya dan Opa Ansel.Malam itu halaman samping rumah disulap menjadi tempat pesta untuk pertunangan yang terlihat romantis. Acara itu didatangi keluarga terdekat dan rekan kerja Sabrina di divisinya.“Rumah Pak Vano ternyata sangat besar,” celetuk salah satu staff yang datang.“Pastilah, perusahaannya saja besar. Lupa kalau dia anak pemilik perusahaan,” timpal yang lain.“Iya, lupa,” balas staff itu sampai membuat yang lain tertawa.Sabrina keluar bersama ayahnya memakai gaun elegan hingga membuatnya tampak begitu cantik.Vano sudah menatap tanpa berkedip saat melihat Sabrina. Dia tak menyangka kalau hari ini tiba lalu tinggal menunggu hari lain yang luar biasa tiba.Sabrina tersenyum saat melihat Vano menatapnya, hingga akhirnya mereka berdiri berhadapan untuk melakukan prosesi pertunan

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Mau Jadi Istri Kedua?

    Hari berikutnya, Vano masih menemani Sabrina di apartemen. Pagi itu bersama Sabrina di sofa untuk mengganti perban gadis itu.“Tahan bentar,” ucap Vano saat membersihkan luka Sabrina sebelum diperban lagi.Sabrina melirik ke lengannya. Dia agak meringis karena terasa sedikit perih.Vano membungkus luka itu lagi dengan perlahan setelah selesai dibersihkan.Sabrina menatap Vano yang serius mengganti perban, hingga dia bertanya, “Apa kamu yakin kalau keputusanmu ingin menikah tidak terburu-buru?”Sabrina merasa Vano mengatakan itu hanya spontan saja.Vano melirik Sabrina, lalu menjawab, “Kamu juga setuju, kan? Lalu kenapa sekarang tanya?”“Ya, aku hanya syok saja. Tidak menyangka kamu akan semudah itu bilang mau menikahiku,” balas Sabrina.“Aku serius mengatakan itu,” ucap Vano sambil merapikan perban yang baru saja selesai dipasang.Vano kini menatap Sabrina, memb

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Mau Diajak Pulang

    Sabrina mengajak Raditya duduk agar bisa mengobrol dengan nyaman. Vano juga ikut bersama keduanya tapi hanya menjadi pendengar saja.“Bagaimana kejadiannya sampai kamu diserang seperti itu?” tanya Raditya penasaran.Sabrina menceritakan dari awal dan akhir apa yang terjadi sampai membuatnya terluka.“Aku hanya masih nggak nyangka kalau dia masih dendam karena dulu aku kabur, Pa. Dia bilang dihajar habis-habisan dan ganti rugi, makanya begitu melihatku dia mau membawaku,” ujar Sabrina menjelaskan.“Dia sudah salah karena menjualmu, lalu dengan enaknya bilang dendam. Dia benar-benar harus diberi pelajaran!” geram Raditya karena pria itu sangat jahat.“Tapi Papa tidak usah terlalu cemas, sekarang pelakunya juga sudah ditangkap,” kata Sabrina menenangkan sang papa.Saat mereka masih mengobrol, terdengar suara bel yang membuat mereka menoleh ke pintu.“Biar aku lihat siapa yang datang,” kata Vano.Vano berdiri menuju pintu, lalu mel

  • Dari Pengkhianatan jadi Nikah Dadakan   S2 : Perhatiannya Vano

    Sabrina terbangun karena lapar. Dia melihat Vano yang baru saja masuk kamar. “Kamu sudah bangun.” Vano langsung mendekat ke ranjang. Sabrina hendak bangun tapi kesusahan karena lengannya sakit. Vano dengan sigap membantu, lalu memastikan Sabrina duduk dengan nyaman. “Aku lapar,” ucap Sabrina karena siang tadi belum makan dan sudah ada tragedi yang membuatnya terluka. “Untung saja aku pesan makanan. Baru saja sampai dan kamu bangun. Biar aku ambilkan ke sini,” kata Vano hendak berdiri. “Aku makan di luar saja, tidak nyaman makan di sini,” kata Sabrina bersiap turun dari ranjang. Vano langsung membantu Sabrina turun dari ranjang karena lengan Sabrina yang terluka tidak bisa dibuat banyak gerak. Vano benar-benar perhatian ke Sabrina. Dia berjalan sambil memperhatikan Sabrina agar tak jatuh, padahal Sabrina bisa berjalan dengan baik karena lengannya saja yang sakit bukan seluruh tubuh. Sabrina sudah duduk di kursi meja makan. Vano membuka pembungkus makanan, lalu mengambil

DMCA.com Protection Status