Teman-teman, maaf karena kondisi kurang fit, sepertinya hari ini aku akan terlambat update. Tapi sebisa mungkin aku akan up 4 bab hari ini, terima kasih.
Anya melihat siapa yang baru saja turun dari mobil. Dia terkejut karena Gio yang muncul di sana, sebelum akhirnya mobil Alaric dan Billy sampai.Alaric terkejut melihat Gio di sana, belum lagi mobil sepupunya itu rusak di bagian depan karena tadi menghantam mobil Robi.“Kamu harus mengganti mobilku yang rusak,” ucap Gio ke Alaric yang baru saja sampai.“Bukan aku yang minta kamu menabrak mereka, urus mobilmu sendiri,” balas Alaric dengan ekspresi wajah datar.Gio terkejut mendengar balasan Alaric, tapi bukankah sudah biasa kalau sepupunya itu bersikap dingin.Alaric berjalan menghampiri Robi yang terkapar tapi masih bisa bergerak, hingga langkah terhenti saat melihat Robi mengarahkan senjata api.“Lebih baik kamu menyerah, itu akan lebih mudah karena aku bisa meminta keringanan untukmu jika kamu mau bersaksi,” ucap Alaric bernegosiasi karena dirinya harus mendapat saksi untuk menuntaskan kasus itu.Robi tersenyum miring mendengar ucapan Alaric. Meski darah melumuri wajah dan tubuh, ba
Gio terkejut mendengar ucapan Alaric, hingga tersenyum getir karena merasa ucapan sang kakak sepupu hanya untuk menghiburnya. “Tidak usah menghiburku karena aku terluka. Kalian pasti senang aku pergi, bahkan mungkin berharap agar aku tak pernah kembali,” ucap Gio sambil memegang lukanya yang terasa nyeri. “Pikiranmu selalu didominasi dengan hal buruk. Padahal andai kamu seperti saat usiamu 5 tahun, semua akan lebih mudah karena hanya bermain yang dipikirkan bukan persaingan,” balas Alaric tanpa menoleh Gio. Gio terkejut mendengar Alaric membahas soal masa kecil mereka. Mungkin benar apa yang dikatakan Alaric, saat usia itu mereka masih memikirkan bermain bersama, tapi setelah Gio umur 7 tahun, Lena menjauhkannya dari Alaric. Gio mendapatkan penanganan di rumah sakit, hanya mendapat satu jahitan karena goresan peluru yang lumayan dalam, beruntung peluru tak bersarang di lengannya. Setelah selesai diobati, Alaric mengajak Gio ke rumah sang mertua. “Kenapa kamu mengajakku ke sini?”
“Ke mana saja kamu selama ini?” tanya Bobby saat duduk berdua dengan Gio.“Pergi ke tempat yang bisa membuatku tenang. Lagi pula, di sini pun tak ada yang mengharapkanku,” jawab Gio.Bobby menghela napas mendengar jawaban Gio. Setelah kepergian Gio, Bobby memang baru menyadari jika tak pernah adil ke Gio sehingga sifat dan perilaku cucunya itu berubah.“Meski kamu tidak mewarisi darah keluarga Byantara, tapi bagaimanapun kamu tumbuh dan besar di keluarga ini. Jika kamu ingin, tetaplah tinggal di sini,” ujar Bobby.Gio malah tersenyum getir mendengar ucapan Bobby, kemudian membalas, “Apa aku masih diharapkan? Apa yang dilakukan Mama sudah keterlaluan, apa aku masih bisa tinggal dengan menyandang nama yang malah membuatku menunduk.”“Asal kamu diam soal siapa ayah kandungmu sebenarnya, semua orang akan tetap menganggapmu cucu keluarga Byantara, juga kakek yakin setiap orang bisa berubah, termasuk kamu. Kamu hanya korban doktrin mamamu saja.” Bobby kembali menjelaskan.Gio menarik napas
“Kamu sangat yakin membawa Gio ke sini. Apa dia benar-benar sudah berubah?” tanya Emily yang ternyata belum seratus persen percaya.Alaric baru saja mengganti pakaian saat mendengar pertanyaan Emily. Dia tahu bagaimana kecemasan sang istri, sehingga tak mempermasalahkan jika Emily masih curiga.“Soal sudah benar-benar berubah atau belum, aku juga tak percaya begitu saja,” balas Alaric, “tapi, cara dia membantuku bahkan tak memedulikan nyawanya, sudah cukup membuktikan jika dia bukan Gio yang dulu.”Emily mengerutkan alis mendengar ucapan suaminya, hingga kembali mendengar Alaric bicara.“Jika Gio salah posisi sedikit saja, mungkin bukan lengannya yang terkena tembakan, tapi dada atau bagian tubuh lainnya. Aku mungkin pernah membencinya, tapi tak pernah melupakan juga kalau kami dulu pernah bermain bersama,” ujar Alaric.Emily diam mendengar ucapan Alaric.“Kakek masih mengharapkannya kemb
Bobby, Alaric, Mia, dan orang tua Emily mendengarkan isi percakapan yang ada di flashdisk. Mereka terkejut mendengar pengakuan Damar soal semua rencana membantu Lena.Gio terus memancing dengan berkata jika tahu semuanya karena melihat sendiri kalau Lena mengatakan itu semua, membuat Damar akhirnya mau jujur karena Gio anak kandungnya dan berkata akan mengikuti jejak Damar.“Pantas Lena tak cemas dengan kepergian Gio, jadi dia merasa kalau Gio berpihak kepadanya dan menyembunyikan diri di tempat Damar karena akan membelanya. Sayang sekali, ternyata Gio balik menyerangnya,” gumam Mia tak habis pikir karena Gio benar-benar bisa memberikan bukti pengakuan Damar.“Apa dia benar-benar dipihak kita?” tanya Ansel cemas karena bagaimanapun nyawa putrinya yang dipertaruhkan.“Dia cukup berani untuk merekam dan memberikan bukti ini. Aku yakin dia berada di pihak kita,” jawab Alaric sangat percaya.Yang lain mengangguk mend
Alaric pergi ke kantor polisi bersama Billy untuk memberikan bukti yang dimiliki. Di sana dia membuat laporan agar Damar ditangkap dan Lena mendapat tambahan hukuman atas perbuatan yang pernah dilakukan.“Bisa saya bertemu dengan Anya?” tanya Alaric ke polisi.Polisi itu memberi izin, lantas mengantar Alaric dan Billy ke ruang khusus untuk menjenguk tahanan. Di sana mereka menunggu, hingga akhirnya Anya masuk ruangan itu, penampilannya berantakan, ada luka di kening dan wajahnya karena kecelakaan kemarin.“Al, aku hanya dijebak. Aku dimanfaatkan dan tak benar-benar bermaksuk melakukan semua ini.”Anya langsung menjelaskan sambil menatap sedih ke Alaric, mencoba membujuk agar Alaric mau mencabut berkas perkara kasus atas nama dirinya.“Dimanfaatkan? Tapi kamu senang bisa membuat perselisihan di antara aku dan istriku.”Ucapan Alaric cukup menohok, sampai membuat Anya terdiam.“Jika kamu menyesal, maka bersaksilah sesuai dengan yang kamu ketahui. Jika kamu mau jujur, aku akan meminta ke
“Aku memang kakak sepupumu karena jadi istrinya Al, jadi berhenti menyebutku dengan nada penekanan seperti itu!” protes Emily kemudian memasukkan mangga lagi ke mulut karena sangat segar.Gio ingin membalas ucapan Emily, tapi Alaric sudah datang lebih dulu.“Bagaimana tadi?” tanya Emily dengan mulut penuh.“Lancar, polisi akan segera memanggil Damar untuk dimintai keterangan lebih dulu, jika memang terbukti bersalah karena keterlibatannya dengan Bibi, maka dia akan jadi tersangka. Hanya saja, kemungkinan itu kecil mengingat tak ada bukti kuat,” jawab Alaric yang sudah duduk di samping Emily.Emily mengangguk-angguk tapi sambil memasukan potongan mangga ke mulut lagi.Alaric menoleh Gio, melihat sepupunya itu diam.“Kalau Damar tidak jadi tersangka, lalu dia mengincarmu karena sudah membeberkan perbuatannya, kami pasti akan melindungimu,” ucap Alaric ke Gio.Gio menoleh Alaric, lalu tersenyum kecil.“Tenang saja, aku bisa melindungi diriku sendiri. Aku bisa masuk rumahnya, aku juga past
Emily, Alaric, Gio, dan kedua orang tua Emily terlihat duduk di depan televisi, mereka sedang melihat siaran berita dari salah satu stasiun televisi.Alaric menoleh Gio yang hanya diam, hingga ponselnya berdering membuatnya memilih lebih dulu menjawab panggilan itu.“Halo, Ma.” Alaric menjawab panggilan dari Mia.Emily langsung menoleh Alaric saat mendengar sebutan mama.“Kamu sudah melihat beritanya?” tanya Mia dari seberang panggilan.“Sudah, aku melihatnya bersama yang lain,” jawab Alaric.Alaric mendengar suara helaan napas dari seberang panggilan, lalu sang mama kembali bicara.“Mama lega karena akhirnya Damar ditangkap karena terbukti melakukan tindak kejahatan, meski tidak secara langsung,” ucap Mia dari seberang panggilan.Setelah diselidiki dan dimintai keterangan, ternyata Damar terlibat dalam rangkaian rencana yang melibatkan Lena, termasuk penusukan yang terjadi dengan