Share

Menyayangiku Segenap Jiwa Raga

Penulis: Juniarth
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Mengapa beliau justru tertawa lirih setelah mendapat pukulan yang pastinya lumayan keras dari Papa?

Mendengar tawanya itu, aku pun merasa takut. Karena beliau benar-benar seperti bukan Pak Akhtara.

Beliau tertawa lirih tanpa menatapku atau Mama, dengan tangan menyeka darah dari sudut bibirnya yang masih menetes.

Lalu aku dan Mama saling menatap dengan ekspresi yang sama bingungnya. Kemudian kembali menatap Pak Akhtara yang sudah tidak lagi tertawa lirih, namun senyuman di bibirnya tetap saja … menakutkan bagiku.

Andai ragaku sudah kuat untuk berdiri, mungkin aku tidak akan pikir panjang untuk segera melarikan diri dari hadapan beliau.

Jujur … aku takut dan … trauma hanya dengan melihatnya.

“Kamu luar biasa, Jihan.”

Itu kalimat pertama beliau yang memiliki makna ambigu.

Beliau mendesis sakit dengan tangan mengusap-usap pipinya yang baru saja ditinju oleh Papa.

“Dulu, kamu bilang mencintai saya. Tapi nyatanya kamu main gila sama Hadza. Lalu kamu datang lagi dalam kehidupan saya. Tapi … k
Juniarth

:-o maaf baru up tengah malam. Author hari ini sibuk bget.

| 23
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (26)
goodnovel comment avatar
Lili Fitri
dasar bajingan akhtara ini,,,udah tau jihan bunting gara² dia masih aja ragu,,,dasar setan
goodnovel comment avatar
Yan Ika Dewi
lanjut.......
goodnovel comment avatar
Rahma Wati
apapun itu up.lagi hari ini.tor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Single Parent Kuat

    Pak Akhtara menciumku untuk pertama kalinya setelah kami terpisah setengah tahun lebih lamanya.Dan bodohnya, aku tidak menolak atau menjauhkan dirinya dari hadapanku. Aku seperti tersihir oleh perasaanku yang masih memujanya, mencintainya.Mana mungkin aku yang tengah hamil keturunannya, tidak menyimpan cinta setitik pun meski mati-matian aku telah melupakannya?Justru aku begitu menginginkannya dan ada perasaan tidak rela jika Pak Akhtara menyudahi ini.Setelah membuatku terlena beberapa detik, beliau sedikit menarik wajahnya lalu menatap kedua mataku dengan sorot terluka. Tidak ada ekspresi bengis yang tergambar di wajahnya.Dan itu mengingatkanku kembali pada beliau yang dulu. Beliau yang kurindukan dan yang begitu kucintai.Akhtara-ku yang dulu.Bukan Akhtara yang sekarang.Kupikir beliau akan menyudahi kecupan beberapa detik itu ketika menarik wajahnya. Tapi dugaanku salah ketika beliau justru menggunakan kedua tangannya untuk melepas pasmina yang kukenakan lalu merapikan anak ra

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Dimana Suami Pasien?

    Ketika perawat melakukan pengecekan, ternyata aku masih pembukaan dua. Dan rasa sakit di perut serta punggung makin lama makin intens hingga aku meringis kesakitan.Di kamar rawat inap yang begitu bagus ini, aku berkali-kali mendesis kesakitan menahan kontraksi yang ternyata masih tetap saja bertahan di pembukaan kedua.Makin lama, aku makin tidak kuat hingga gelombang rasa sakit kontraksi itu hingga membuatku menangis.“Ma … aku nggak kuat,” ucapku dengan menangis kesakitan.“Sabar ya, Han. Dibuat tiduran aja ya?” ucap Mama dengan menggosok-gosok pinggangku.Kepalaku menggeleng sembari menyeka air mata.“Sakit banget, Ma.”“Sayang-sayang kalau harus operasi, Han. Bayinya udah di posisi yang seharusnya kata dokter tadi. Sabar ya?”Jam demi jam berlalu. Sore telah berganti malam dan rasa sakitnya benar-benar luar biasa.Aku masih menangis kesakitan. Bahkan tidak bernafsu untuk makan. Sedang Shifa, Mama, dan Papa tidak karu-karuan menenangkan dan membujukku untuk makan meski sesuap demi

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Wajahnya Mirip Wajahmu

    Aku masih tidak percaya dengan kedatangan beliau yang diluar prediksi.Aku sempat berharap andai saja beliau menemaniku melahirkan keturunannya. Namun ketika beliau masih menegaskan penolakannya bahwa yang akan kulahirkan ini bukanlah keturunannya, aku tidak berharap banyak.Namun, secuil harapanku yang tidak kujadikan doa itu ternyata diijabah oleh Tuhan.Tuhan membawanya kemari, ke ruang operasi, dimana aku tengah melakukan operasi sesar untuk melahirkan keturunannya.Entah apa yang membuat beliau datang di saat yang tepat. Dan aku merasa senang sekaligus sedih mendapati kehadiran beliau.Senang karena beliau menemaniku melahirkan hingga kegugupan yang tadi kurasakan saat dokter akan memulai operasi tergantikan dengan kerinduanku padanya. Tapi aku sedih karena beliau datang pasti karena desakan Papanya, bukan karena keinginannya sendiri.“Bapak kapan datang?” Tanyaku seraya menatapnya dari bawah.Beliau kemudian menurunkan maskernya hingga terpampang wajah yang kurindukan. Dengan ked

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Akhtira Badsah Ubaid

    “Akhtira Badsah Ubaid.”Dengan menggendong putraku, aku menatap Papanya Pak Akhtara lekat usai beliau mengatakan saran nama untuk putraku.Mengapa … beliau memberikan saran nama untuk putraku dengan nama yang tidak jauh berbeda dari nama Pak Akhtara?“Kamu pasti bingung, kenapa Papa punya ide nama kayak gitu.”Kepalaku mengangguk pelan dengan menatap beliau.“Jihan, tanpa nunggu tes DNA itu keluar, cuma lihat bayi ini aja, Papa udah yakin dia anaknya Akhtara. Wajah mereka hampir sama. Papa tentu masih ingat gimana wajah Akhtara waktu masih bayi.”“Kedua, mana ada perempuan rela melarikan diri dari lelaki yang menghamilinya kalau bukan karena ingin menyelamatkan anaknya?”"Putraku Akhtara, benar-benar kayak monster. Dendamnya ke kamu nggak kunjung habis. Persis sama kayak Mamanya."Kemudian aku menatap wajah putraku yang tertidur damai dalam gendongan.“Papa sengaja kasih nama itu … biar Akhtara tahu kalau dia punya duplikat. Keturunannya. Biar dia merasa bersalah sepanjang hidupnya kar

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Aku Akan Membawa Pak Akhtara Kemari

    Meski Akhtira belum tidur dengan nyenyak, aku terpaksa melepas ASI dari bibirnya yang mungil itu. Dia sedikit merengek lalu aku memberikannya pada Mbak Santi.“Titip Akhtira bentar ya, Mbak.”Kemudian aku berganti gamis dan mengenakan hijab lalu keluar dari kamar.Sungguh aku sangat penasaran dengan kedatangan Faris, asisten pribadi Pak Akhtara. Dia datang tanpa memberi kabar.Apakah dia datang dengan membawa akta perceraian keduaku dengan Pak Akhtara?Entahlah.Kalau pun iya, aku benar-benar tidak masalah. Toh, di dalam pernikahan kami sudah tidak ada lagi keharmonisan. Beliau juga sudah mendeklarasikan kebahagiaannya hanya bersama Merissa. Bukan bersama denganku juga.Beliau lebih memilih hidup hanya bersama istri keduanya dari pada mempertahankanku sebagai istri pertamanya juga.“Selamat siang, Bu Jihan.”Faris berdiri seketika begitu melihatku dan sedikit menunduk hormat.Dia begitu rapi dengan pakaian batik dan rambut yang begitu klemis. Juga dengan sebuah map di atas meja.Apa is

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Akhtira Sakit, Tolong Dia

    Penerbangan menuju Jakarta akan dijadwalkan pukul enam malam. Hanya itu penerbangan yang paling mendekati dari waktu sekarang.“Han, ngapain kamu ke Jakarta nemuin Akhtara?” Mama bertanya penuh nada keberatan.“Ma, Akhtira itu putranya. Salah kah aku mengajak ayah putraku untuk memikirkan kesembuhan putra kami?”“Tapi Papanya Akhtara udah ngasih Akhtira kartu khusus. Semua pelayanan terbaik dari rumah sakit ini akan diberikan untuk anakmu.”“Tapi aku nggak bisa mikir ini sendirian, Ma,” ucapku dengan air mata mengalir dari sudut mata.Kemudian aku mengusapnya kasar kemudian menatap Mama.“Gimana kalau Akhtira perlu donor jantung? Gimana kalau … “Aku tidak bisa meneruskan ucapan lalu kembali menatap Mama.“Kalau yang Mama khawatirin aku bakal jatuh hati lagi ke Pak Akhtara,” Lalu kepalaku menggeleng tegas, “Cintaku udah habis di Akhtira, putraku! Aku ngelakuin ini cuma demi kesembuhan dia. Bukan untuk yang lain!”“Gimana kalau Akhtara nolak kemari? Kamu buang-buang waktu, Jihan!” Mama

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Kamu Harus Kuat Demi Akhtira

    Ekspresi wajah Pak Akhtara sedikit terkejut mendengar Akhtira sakit.“Dia sakit keras, Pak. Tolong … bantu saya mencari kesembuhan buat dia.”Beliau hanya memandangku lekat dengan memasang pendengaran baik-baik.“Kalau Bapak nggak mencintai dia, seenggaknya … tolong lakukan satu kebaikan besar ini untuk dia. Setelah itu … semuanya terserah Bapak.”“Kalau bukan demi kesembuhan Akhtira … “ Aku mengusap air mata yang mendadak membasahi pipi, “Saya nggak akan mengemis perhatian kayak gini.”Pak Akhtara kemudian menundukkan wajah sembari berperang dengan pikiran dan hatinya. Aku tahu jika beliau sedang berusaha melawan ego dan nafsunya. Sisi buruknya yang selalu memandang buruk diriku dan Akhtira, buah hati kami.“Heh, Jihan! Mending lo pergi dari sini! Lo nggak lihat apa, kalau Mas Tara diem tuh artinya nggak perduli!” Merissa langsung mengambil bagian untuk bicara.Kemudian aku meliriknya tajam dengan emosi yang tidak bisa kubendung.“Jaga mulut lo, Mer! Ini bukan urusan lo!”“Lo yang har

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Aku Tidak Bisa Jauh Darimu

    “Mas Tara!”Aku menoleh ke sumber suara yang memanggil nama Pak Akhtara. Dan dalam sekejap dia berlari ke arah Pak Akhtara lalu duduk di samping beliau dan …… memeluknya.Merissa memeluk suaminya. Sekaligus masih suamiku juga.Pak Akhtara nampak kelincutan ketika Merissa memeluknya erat sembari ia duduk di antara kami.Seakan-akan seperti dia adalah pemisah antara aku dan Pak Akhtara.“Aku nyariin kamu dari lantai satu kayak orang gila, Mas. Lagian, kenapa telfon sama pesanku nggak kamu balas sih?”Suara manja Merissa benar-benar membuatku ingin muntah.Aku tidak mempedulikan ulah Merissa dan tampaknya memandangi lantai rumah sakit itu jauh lebih mengasyikkan.“Lain kali pokoknya aku nggak mau ditinggal lagi! Aku nggak bisa tidur sendirian, Mas. Aku takut.”“Semalam aku nggak berani tidur kamar. Aku mondar mandir terus. Kamu tahu kan kalau aku nggak bisa jauh dari kamu.”Aku langsung merasa mual dan menghirup udara sebanyak mungkin lalu menghelanya. Sikap lintah darat dan bermuka dua M

Bab terbaru

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Kesempatan Terakhir

    POV AKHTARA Sepasang tiket VIP dari biro perjalanan ke tanah suci sudah siap di tangan. "Apa kamu yakin ini adalah cara terbaik bikin kedua orang tua Jihan mau merestui hubungan saya sama Jihan, Ris?" Tanyaku."Kita coba saja dulu, Pak. Kalau Bapak ngasih harta atau rumah baru, belum tentu orang tua Bu Jihan luluh. Justru marah yang iya. Tapi kalau hadiah sepaket perjalanan ke tanah suci, saya rasa itu adalah hadiah terbaik sepanjang masa."Apa yang dikatakan Faris ada benarnya. "Oke. Saya akan hubungi Jihan kalau nanti malam mau bertamu ke rumahnya.""Semoga semuanya lancar, Pak."Hampir satu minggu ini aku dan Faris berpikir tentang hadiah terbaik untuk kedua orang tua Jihan agar sudi menerimaku lagi. Dan pilihan kami jatuh pada tanah suci. Dan selama satu minggu itu pula, aku selalu memikirkan Jihan dan Akhtira. Apakah Jihan mendapat omongan yang tidak mengenakkan dari kedua orang tuanya karena memilihku?Ataukah semuanya baik-baik saja tidak seperti dugaanku?Sebab, satu minggu

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Beri Saya Maaf

    POV AKHTARA“Maaf katamu?” Tanya Farhan dengan suara sinis.“Waktu Jihan merawat Akhtira sendirian, dihina orang lain perempuan nggak benar karena melahirkan tanpa suami, lalu Akhtira dihina anak haram, siapa yang jadi tameng untuk mereka heh?!”Aku tidak menjawab dan hanya menatap Farhan. Membiarkan dia menyelesaikan ucapannya. “Aku!” Dia menepuk dadanya dengan wajah benar-benar kesal.“Bukan kamu! Yang tiba-tiba datang ngambil semua yang aku usahakan!” ucapnya dengan menunjuk dadaku.“Kamu memang ayah kandung Akhtira, tapi aku yang lebih banyak berjasa ke mereka! Aku menyayangi mereka itu tulus!”“Dan Jihan nggak mungkin berpaling kalau bukan karena kamu pakai acara pura-pura mau mati! Biar apa, heh?! Dapat simpati Jihan dengan cara pintas? Iya?!”Kepalaku menggeleng dengan menatap Farhan yang begitu kecewa dan sakit hati.“Munafik!”“Saya nggak perlu menjelaskannya ke kamu karena saya tahu kamu nggak butuh itu, Far.”Tanpa berkata lagi, Farhan kemudian menaiki motornya dengan ekspr

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Lebih Baik Selesai

    POV AKHTARA [Pesan dariku : Han, saya mau ke rumahmu malam ini. Apa boleh?]Aku menunggu jawaban Jihan dengan sangat tidak sabaran. Menit demi menit itu terasa sangat lama sekali. Kemana dia? Mengapa sedang tidak online?Setelah lima menit dan mondar-mandir sendiri di dalam apartemen, aku kembali melihat ponsel yang masih saja belum menunjukkan ada notifikasi dari Jihan.Baru kemarin Jihan bertamu ke apartemenku, dan hari ini aku langsung bergerak cepat. Memangnya mau menunggu apa?Ting …Aku segera meraih ponsel yang ada di meja dengan harap-harap cemas semoga saja itu dari Jihan.Dan ...[Pesan dari Jihan : Maaf, Pak. Mau apa memangnya?]Kemudian aku langsung menekan gambar telfon dan terhubung ke nomer Jihan. Aku merasa berbicara langsung itu lebih jelas dan gamblang dari pada mengatakannya melalui pesan singkat.“Halo?”“Saya mencintai kamu, Han.”Ini mungkin terlihat sangat frontal dan tidak sabaran. Karena aku langsung mengatakan isi hatiku kepada Jihan tanpa ada basa basi sama

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Sisa Cinta

    POV AKHTARAJihan kemudian menoleh dengan mata berkaca-kaca kemudian dia berdiri tanpa membawa paper bag. Lalu dia berjalan ke arahku hingga terlihat jelas ekspresi wajahnya.Kecewa, sedih, dan marah bercampur menjadi satu.“Ketika Bapak mau pergi meninggalkan saya dan Akhtira, setelah nyuruh Faris datang ke rumah dengan memberikan deretan surat berharga beserta rekening berisi uang yang nggak main-main banyaknya, kenapa Bapak nggak angkat telfon saya?”“Kenapa Bapak main pergi aja waktu itu?”Lalu air matanya kembali jatuh setetes membasahi pipi.“Bapak ngasih saya dan Akhtira harta sebanyak itu lalu pergi gitu aja, saya kayak merasa semuanya bisa Bapak hargai pakai uang!”Kemudian air mata Jihan makin deras membasahi pipinya. Bahkan bibirnya ikut bergetar menahan isak tangis.“Saya tahu Bapak itu kaya, tapi kenapa semuanya selalu Bapak putuskan sendiri tanpa dengerin saya dulu! Kenapa Bapak selalu menilainya pakai uang?! Bapak punya hati dan cinta kan?! Kenapa nggak mencoba menggunak

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Kalian Tetap Bahagia Tanpa Saya

    POV AKHTARATujuh hari aku berada di tanah suci untuk benar-benar menghambakan diri pada Tuhan. Segala urusan duniawi kukesampingkan.Aku benar-benar mengharap ampunan turun bersama dengan kesungguhanku saat bersujud, menengadahkan tangan, dan tetesan air mata penyesalan.Kugunakan waktu itu sebaik mungkin dengan memperbanyak ibadah. Aku hanya pulang ke hotel jika benar-benar mengantuk.Aku tidak tahu apakah pemeriksaan keseluruhan terhadap kesehatanku itu lolos ataukah tidak. Bila lolos dan dinyatakan cocok, setidaknya aku telah membasuh jiwaku di tanah suci sebelum kembali pada sang Khaliq.Tapi bila tidak lolos, aku harap Tuhan memberi jalan kehidupan yang lebih baik. Karena aku sudah tidak lagi muda dan waktunya lebih fokus pada ibadah serta keluarga.Faris melambaikan tangannya begitu aku keluar dari pintu kedatangan penerbangan luar negeri. Dengan menggeret koper, aku menghampirinya yang menatapku dengan pandangan berkaca-kaca.Dia sudah kuanggap seperti adik dan langsung merangk

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Kehilangan Kamu Yang Pernah Sangat Mencintaiku

    POV AKHTARA Faris yang berdiri di samping itu kemudian menatapku penuh keterkejutan. Pun dengan dokter yang kuajak berbicara dan masih memegang hasil laboratorium pasien yang menderita sakit keras itu. "Pak, apa ... maksudnya?" Tanya dokter itu. "Maksud saya seperti yang dokter pikirkan."Dokter itu kemudian menatap Faris dengan penuh keterkejutan. Pasalnya mana ada orang yang sudi mendonorkan hatinya dengan terang-terangan seperti aku?Mungkin mereka pikir aku sedang main-main dengan hal ini. Padahal aku benar-benar merasa bahwa ini adalah titik balik untuk memperbaiki diri dan mendapatkan ampunan dari Tuhan atas semua kesalahanku. "Pak Akhtara, maaf. Ini bukan perkara sederhana, Pak. Mendonorkan hati itu tidak sama dengan mendonorkan ginjal. Manusia punya dua ginjal dan masih bisa bertahan hidup dengan satu ginjal. Tapi kalau hati ... manusia hanya punya satu, Pak. Kalau itu diambil, maka --- ""Saya mati. Begitu kan alurnya?" Jawabku tenang. Dokter dan Faris saling bertatapan d

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Terima Kasih Untuk Segalanya

    POV AKHTARA“Mas, mau gendong Tira nggak?” Tanya Abid dengan suara sangat lirih.Aku yang tengah duduk di bangku belakang sambil menatap keluar jendela mobil pun beralih atensi pada adikku itu.Dia tengah memangku putraku, Akhtira, yang sudah tertidur dengan lelap. Sedang kedua anaknya masing-masing dipangku istrinya dan Papa. Hanya aku saja yang tidak memangku anak kecil.Kemudian aku melongok ke arah putraku itu. Dia benar-benar damai terlelap di atas pangkuan adikku. Dan selalu enggan untuk berdekatan denganku.“Apa dia nanti nggak kebangun, Bid?” Tanyaku dengan suara sama lirihnya.“Pelan-pelan aja, Mas.”Lalu aku mengusap pipi halusnya itu dengan ibu jari untuk memastikan apakah Akhtira benar-benar sangat terlelap. Ternyata putraku itu tetap tidur dengan sangat pulas.“Kayaknya dia kecapekan habis main air terus perutnya kenyang. Jadi deh ngorok.”Aku menahan tawa karena guyonan Abid lalu mengangguk dengan mengulurkan kedua tangan untuk menerima putraku.Galau di hati yang sedari

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Apa Kamu Tidak Ada Waktu?

    POV AKHTARAAku harus tetap professional dengan tidak mencampuradukkan urusan pribadi dengan urusan pekerjaan. Meski terasa sulit dengan tidak memikirkan penolakan Jihan saat aku sedang bekerja seperti ini.Permintaan Jihan yang tidak bersedia rujuk adalah sebuah keputusan yang tidak boleh kupaksa. Dia memiliki hak yang harus kuhormati sekalipun itu melukai hatiku.Cintaku pada sesama manusia telah habis di Jihan.Meski Humaira begitu baik secara sifat dan iman, tetap saja aku selalu terbayang Jihan. Bukankah akan makin menyakiti Humaira jika dia mengerti jika hatiku masih tertambat pada Jihan?“Mungkin jika Bu Jihan sudah menikah lagi, Bapak akan benar-benar bisa melepas dan melupakannya. Karena pintu untuk mendapatkannya benar-benar telah tertutup,” ucap Faris.Aku menghela nafas panjang dengan menatap gelas minumku yang mengembun. Kami sedang makan malam bersama karena aku tidak mau makan malam sendirian. Kebetulan tempat tinggal Faris tidak jauh dari apartemen tempatku berteduh.“M

  • Dari Pacar Sewaan, Berakhir di Pelaminan   Tetap Memilih Dia

    POV AKHTARAKarena putraku, Akhtira, sedang duduk di pangkuan seorang lelaki dengan menghadap wajah orang itu. Bahkan senyum putraku terlihat mengembang penuh tawa apalagi saat lelaki itu menyerukkan kepalanya ke arah dada putraku.Tira kembali tertawa terpingkal karena geli dan mencengkeram rambut lelaki itu. Semakin Tira terpingkal, dia semakin menyerukkan kepalanya ke dada putraku hingga tawa keduanya menguar bebas dan membuatku … iri.Lelaki yang masih memakai kemeja putih dan celana kain hitam khas pakaian ASN itu, apakah dia yang bernama Farhan?Seorang aparatur sipil negara yang berstatus duda dan sedang mendekati Jihan.Karena lelaki itu sibuk menyerukkan kepalanya di dada putraku, dia tidak menyadari kehadiranku yang menatap ke arahnya dengan penuh rasa iri dan sedih.Iri karena putraku bisa seakrab itu dengannya. Padahal aku ini ayah biologisnya.Dan sedih karena aku belum pernah sekalipun menggendong putraku sama sekali.Sudah berapa lama mereka bersama? Sudah berapa lama le

DMCA.com Protection Status