Joko masih saja mencari-cari keberadaan Bowo,dan akhir nya di temukan juga,Joko melihat Bowo yang sedang duduk-duduk di teras Mushola sendirian,lalu Joko pun menghampiri nya dan ikut duduk di samping Bowo seraya menghela nafas panjang."Mas Joko kenapa kok kelihatan nya kesal gitu?"tanya Bowo yang pandangan nya menoleh ke arah Joko."Mas ngapain sih masih baik aja sama bang Aji,orang itu gak ada tobat-tobat nya Mas,"jawab Joko yang tertlihat kecewa."yah niat saya kan tadi nya mau nolong dia Mas,tapi ternyata sifat nya tetap saja sama,saya juga agak menyesal sudah bawa dia kesini,tapi semua sudah terlanjur terus mau bagai mana lagi Mas,"keluh Bowo juga yang menyesal karena sudah membawa Aji ke Proyek nya."semoga saja dia tidak membuat masalah di sini ya Mas,"ucap Joko penuh harap."iya Mas,Aamiin."Sementara itu Aji sudah mulai bekerja,benar saja sambil bekerja Aji pun bercerita kepada teman-teman nya itu tentang pengalaman nya selama menjadi Mandor,dia menyombongkan semua yang dia pu
Hari sudah mulai petang dan saat nya Bowo bersiap-siap untuk pulang,tapi sebelum pulang Bowo pun menemui Joko terlebih dahulu."Mas,Alkhamdulillah akhir nya bang Aji mau juga saya ajak pulang,jadi wes yang tenang ya dalam bekerja Mas!"ucap Bowo seraya tersenyum lega."wah Alkhamdulillah kalau begitu Mas,saya sih sudah biasa dengan tingkah bang Aji,tapi kasihan sama temen-temen yang di sini Mas,saya takut kalau jadi berantem gara-gara bang Aji,"sahut Joko yang ikut lega mendengar nya."ya sudah saya mau pamit pulang dulu Mas,sampeyan hati-hati di sini Mas!"ucap Bowo yang berpamitan pada Joko."siiiap Mas,sampeyan juga hati-hati di jalan ya Mas!"sahut Joko seraya mengulas kan senyuman.Setelah itu Bowo melangkah pergi dan bersiap untuk pulang,setiap ingin pulang dari Proyek Bowo pasti menyempat kan diri untuk berpamitan dengan Joko,karena Joko sudah dia anggap seperti kakak nya sendiri,Bowo yang sudah tidak memiliki siapa-siapa ini selalu menganggap orang-orang yang berada di sekitar ny
Tapi di dalam pelukan Bowo,justru Mili semakin terisak dan menangis histeris,dengan keberanian nya Bowo pun membelai lembut rambut Mili yang sedikit acak-acakan itu,dan entah kenapa Mili semakin erat mengencangkan pelukan nya."Mbak,maaf tolong jangan terlalu erat memeluk saya,perut saya jadi engap Mbak!"ucap Bowo yang nafas nya terbata-bata,mendengar ucapan Bowo sontak Mili pun langsung melepas pelukan nya dan meminta maaf pada Bowo."saya minta maaf Mas,saya emosi dan rasa nya ingin mencekik leher Seto si brengsek itu Mas,"sahut Mili yang sedikit menggeser bokong nya agar sedikit menjauh dari Bowo."iya Mbak gak apa-apa,saya tau Mbak Mili sedang emosi,dan itu pasti,sekarang lebih baik Mbak sarapan dulu ya,setelah itu Mbak istirahat saja di kamar tamu!"ucap Bowo seraya mengambil roti bakar yang sudah siap kan sejak dari tadi,dan Mili pun mengambil nya dan memakan nya.Setelah sarapan Mili pun mengikuti apa kata Bowo,dia langsung ke kamar tamu untuk beristirahat,sedang kan Bowo setela
Ketika Seto tengah berdiri di sebuah Mobil mewah yang berhenti di depan nya, yang lalu turun lah seorang perempuan dari dalam Mobil itu yang ternyata itu Nilam.Dia datang dengan mesra nya memeluk Seto dan hal yang sama di lakukan Seto, karena ternyata Seto datang untuk menemui Mili hanya untuk merayu nya agar dia kembali dan bisa di jadikan ATM berjalan nya lagi.Selama Seto menjalin hubungan dengan Mili, Seto tidak pernah menganggap Mili sebagai kekasih yang di idam-idam kan, tapi Seto hanya memanfaat kan Mili saja.Dan ketika melihat itu semua Mili pun teringat kembali dengan kata-kata yang sering papa nya ucap kan dan juga teringat dengan apa yang Bowo kata kan dulu.Mengingat itu semua seketika air mata Mili menetes kembali,dia menyesal telah mempertahan kan Seto waktu itu dan menolak tawaran papa nya untuk di jodoh kan dengan Bowo,karena memang benar ada nya bahwa penyesalan itu datang nya pasti di akhir.Selama Mili berpacaran dengan Seto sudah ratusan juta dia keluar kan untuk
Waktu telah berlalu,hari berganti minggu dan minggu berganti bulan,pembangunan Mall yang megah itu telah selesai dan kini saat nya peresmian,Mall yang di bangun dalam kurun waktu kurang lebih satu tahun itu kini berdiri dengan megah nya.Mall dengan berbagai fasilitas modern di dalam nya dan juga tersedia tempat bermain untuk anak,ada juga rest area dan fasilitas Mall lain nya pada umum nya."Alkhamdulillah ya Mas hasil nya sangat memuas kan,"ucap Mili yang tengah berdiri berdampingan bersama Bowo menatap hasil kerja mereka."iya Mbak,hasil yang sangat memuas kan,semoga saja Mall nya ramai pengunjung,"sahut Bowo ysng tersenyum dengan bangga nya melihat hasil desain yang di cipta kan nya."Aamiin Mas."Setelah pemotongan pita para tamu undangan dari pengusaha-pengusaha dan juga penanam modal pun di persilah kan untuk mengelilingi area Mall,begitu juga dengan Bowo dan Bulan,mereka mendampingi para tamu-tamu itu dan menjelas kan konsep dari Mall yang mereka Desain.Senyum bangga,bahagia
Pagi itu udara terasa sangat sejuk dan segar,Bowo yang hari itu libur ke kampus dia pun akan menikmati pagi ini dengan santai di rumah,sebelum dia berangkat untuk mengadakan pertemuan dengan para Arsitek-Arsitek untuk membahas kembali pembangunan jembatan yang akan di laksanakan dua bulan ke depan.Bowo menikmati udara sejuk dan pemandangan pagi hari dari lantai atas Balkon rumah nya,dengan piyama yang masih menempel di tubuh nya,serta secangkir kopi panas yang di seduh nya sendiri Bowo berdiri di ujung balkon sambil memperhatikan halaman belakang rumah nya,lumayan kotor dan dedaunan yang gugur mulai mengambang di area kolam renang.Sesaat Bowo berfikir kalau sudah saat nya dia untuk mencari Asisten Rumah tangga dan seorang tukang kebun untuk merawat rumah nya,mungkin juga seorang satpam untuk menjaga pos satpam yang berada di rumah nya.Dengan segera Bowo membuka ponsel nya,dia mulai mencari-cari sebuah Yayasan yang menyediakan para pekerja dan juga seorang satpam yang berpengalaman
Ketika Bowo dan Mili sudah meninggal kan pendopo, Bulan tidak segera untuk pergi,tapi dia masih merenungkan sikap Mili kepada nya,entah kenapa Mili seakan tidak suka ketika dia berbicara dengan Bowo.Sementara itu di dalam Mobil Bowo,Mili diam saja dan dia lebih sibuk dengan ponsel nya seakan-akan dia sedang di dalam Mobil sendirian."Mbak Mili ada masalah apa dengan Mbak Bulan?"tanya Bowo seraya menoleh kan pandangan nya sekilas kepada Mili."aku cuman gak terlalu suka saja kalau dia terlalu dekat dengan Mas Bowo,"jawab Mili tanpa ada rasa ragu."memang nya kenapa Mbak?"tanya Bowo penasaran."yah pokok nya gak suka aja Mas,kalau di tanya apa alasan nya,aku juga gak tau apa alasan ku,"sahut Mili yang tidak mau menjelas kan apa yang dia rasakan pada Bowo.Sejak Mili berpisah dengan Seto,saat itu hari-hari Mili selalu di temani oleh Bowo,karena memang saat Mili terpuruk pak Kusuma meminta Bowo untuk selalu membawa Mili jalan-jalan,ngobrol dan juga kegiatan lain yang tujuan nya agar Mili
"Kamu itu jadi anak muda jangan males Bowo,cari kerja yang bener,jangan cuma bisa nya cari utangan saja!"ucap pakde Jono yang sedikit memalingkan wajah nya sambil menikmati rokok yang terselip di sela-sela jari nya."iya lho Wo,bude sama pakde mu ini bukan bank,tiap datang pinjam uang,datang lagi pinjem uang lagi,wes ngrepotin terus kerjaan kamu sama Mbok Mini itu,"sahut istri nya pakde yang melintas di ruang tamu seraya membawa sekantong plastik belanjaan yang di beli nya dari warung dan langsung berlalu menuju ke dapur."iya pakde saya paham,saya juga minta maaf karena selalu ngrepotin pakde,kalau Ibu gak sakit saya juga gak minta tolong kok pakde,cuman kali ini saja saya mau bayar rumah sakit uang nya kurang pakde,"ucap Bowo dengan nada melas dan takut."minggu lalu juga Mbok Mini pinjam lima puluh ribu buat beli beras,sekarang kamu,terus besok siapa lagi yang kamu suruh pinjam ke sini,"ucapan pakde Jono sunggung membuat hati Bowo sakit,tapi Bowo berusaha untuk tetap sabar.Sebenar