Ketika Bowo dan Mili sudah meninggal kan pendopo, Bulan tidak segera untuk pergi,tapi dia masih merenungkan sikap Mili kepada nya,entah kenapa Mili seakan tidak suka ketika dia berbicara dengan Bowo.Sementara itu di dalam Mobil Bowo,Mili diam saja dan dia lebih sibuk dengan ponsel nya seakan-akan dia sedang di dalam Mobil sendirian."Mbak Mili ada masalah apa dengan Mbak Bulan?"tanya Bowo seraya menoleh kan pandangan nya sekilas kepada Mili."aku cuman gak terlalu suka saja kalau dia terlalu dekat dengan Mas Bowo,"jawab Mili tanpa ada rasa ragu."memang nya kenapa Mbak?"tanya Bowo penasaran."yah pokok nya gak suka aja Mas,kalau di tanya apa alasan nya,aku juga gak tau apa alasan ku,"sahut Mili yang tidak mau menjelas kan apa yang dia rasakan pada Bowo.Sejak Mili berpisah dengan Seto,saat itu hari-hari Mili selalu di temani oleh Bowo,karena memang saat Mili terpuruk pak Kusuma meminta Bowo untuk selalu membawa Mili jalan-jalan,ngobrol dan juga kegiatan lain yang tujuan nya agar Mili
"Kamu itu jadi anak muda jangan males Bowo,cari kerja yang bener,jangan cuma bisa nya cari utangan saja!"ucap pakde Jono yang sedikit memalingkan wajah nya sambil menikmati rokok yang terselip di sela-sela jari nya."iya lho Wo,bude sama pakde mu ini bukan bank,tiap datang pinjam uang,datang lagi pinjem uang lagi,wes ngrepotin terus kerjaan kamu sama Mbok Mini itu,"sahut istri nya pakde yang melintas di ruang tamu seraya membawa sekantong plastik belanjaan yang di beli nya dari warung dan langsung berlalu menuju ke dapur."iya pakde saya paham,saya juga minta maaf karena selalu ngrepotin pakde,kalau Ibu gak sakit saya juga gak minta tolong kok pakde,cuman kali ini saja saya mau bayar rumah sakit uang nya kurang pakde,"ucap Bowo dengan nada melas dan takut."minggu lalu juga Mbok Mini pinjam lima puluh ribu buat beli beras,sekarang kamu,terus besok siapa lagi yang kamu suruh pinjam ke sini,"ucapan pakde Jono sunggung membuat hati Bowo sakit,tapi Bowo berusaha untuk tetap sabar.Sebenar
Pagi itu Bowo mendapat pesan dari yayasan penyalur Asisten rumah tangga,bahwa Asisten yang dia pesan hari ini akan datang bersama dengan seorang tukang kebun,mereka ini adalah pasangan suami istri yang usia nya setengah baya namun kedua nya masih sangat lincah dan rajin dalam pekerjaan."selamat pagi pakde,"sapa Bowo kepada pakde Jono yang tengah duduk di teras depan rumah yang bersiap-siap untuk menjaga pos satpam,saat itu pakde Jono sedang merapikan sepatu nya."eh pagi Le,gimana pakde gagah kan,"ucap pakde Jono yang pamer seragam nya."gagah banget pakde,semangat ya pakde!"sahut Bowo yang memuji pakde Jono."pasi nya Le,ya sudah pakde mau ke pos dulu ya,"sambil berdiri pakde Jono pamit pada Bowo dan Bowo pun mengiya kan serta memberi semangat pada pakde nya itu.[["gak nyangka pakde yang dulu sombong kini bekerja di rumah ku,dunia itu benar-benar berputar,lihat Bu orang yang sering menyakiti hati Ibu,sekarang ada di sini kerja sama anak mu yang selalu di hina nya dulu"]] gumam Bowo
Bahkan sampai di kampus pun Mili masih terdiam,turun dari mobil Bowo pun Mili tidak lagi berpamitan seperti biasanya,tapi Bowo berusaha mengejar Mili setelah mobil nya terparkir dengan aman."Mbak tunggu..,Mbak Mili jangan marah!"panggil Bowo seraya setengah berlari mengejar Mili,tapi Mili tetap saja tidak mau menoleh,dia masih terus saja berjalan dengan cepat.Karena Mili terus saja berjalan,maka Bowo pun berlari mengejar Mili dan akhir nya dia bisa menghentikan langkah Mili dengan cara menarik tangan Mili,seketika itu juga tubuh Mili terpental ke pelukan Bowo,dan kedua nya panik."Mas apa-apaan sih,"pekik Mili yang membuat perhatian orang di sekitar nya tertuju pada Mili dan Bowo."maaf Mbak,maaf..!"sahut Bowo yang langsung menarik tubuh nya mundur beberapa langkah dari tubuh Mili."Mas mau apa,kalau gak mau ya sudah Mili juga gak akan maksa,"ucap Mili masih dengan lantang nya."husssttt..,Mbak kalem ya,kita bisa kan ngobrol pelan-pelan!"sahut Bowo yang meletak kan jari telunjuk di
Mendengar apa yang Bowo kata kan,seketika itu juga bibir Bulan merasa kelu,dia tidak dapat berkata apa-apa,jantung nya berdebar sangat kencang,tubuh nya bergetar,namun dia merasa seakan suasana malam itu bertabur bintang-bintang yang indah mengelilingi diri nya,bunga-bunga seakan mekar indah dalam pandangan mata nya."Mbak tidak perlu menjawab nya sekarang,karena Mbak pasti masih bingung,tapi jujur saja saya merasa lega karena telah mengutarakan ini semua pada Mbak Bulan,perasaan yang selama ini saya pendam,perasaan yang terus saya jaga hingga saat ini,dan sejak awal saya bertemu dengan Mbak Bulan saat itu juga saya sudah jatuh cinta,maaf jika saya sudah lancang mengungkap kan ini semua Mbak!"ucap Bowo yang sebenar nya dia juga merasa gugup saat mengucap kan kata-kata itu,tapi jika dia terus-terusan menyimpan nya maka justru itu akan menjadi beban dalam hidup nya,dan di terima atau tidak seenggak nya dia sudah berani untuk mengatakan nya,dan secara otomatis Bulan akan tau tentang pera
Kegelisahaan Bowo semakin menjadi-jadi,dia pun tidak menghentikan Mobil nya di tepi jalan raya dan merenung kan semua kata-kata Bulan,Bowo sulit menghubungi Bulan,karena posisi Bulan sudah berada di dalam pesawat dan secara otomatis ponsel sudah di non aktif kan.[["kenapa pikiran ku jadi kacu seperti ini,ya Allah lindungi lah kekasih ku Bulan dan juga Abah Jaya dalam perjalanan nya"]] gumam Bowo dalam hati.Lambat laun suasana hati Bowo mulai membaik,karena dia tidak ngin larut dalam kegelisahan nya yang terlalu dalam,maka dia melajukan Mobil nya kembali dan menuju ke kampus,kali ini dia tidak menjemput Mili karena jarak nya sudah lumayan jauh,jadi Mili pun berangkat dengan mengendarai Mobil nya sendiri.Setelah sampai di kampus Bowo lebih banyak diam dan merenung,apa pun itu tetap saja dia memikir kan Bulan,karena sebelum dia bisa berbicara dengan Bulan dia tidak akan bisa merasa tenang,Bowo duduk di bawah pohon yang di sekeliling nya terdapat tempat duduk."Mas kok gak jemput Mili
Tapi walaupun Bowo sudah mendapat kan kabar dari Bulan,tetap saja perasaan hati nya tidak tenang,Bowo tetap merasa ada sesuatu yang Bulan sembunyikan dari nya.Sementara itu di Singapur Bulan dan Abah nya sedang menunggu antrian untuk kemo,Abah Jaya tidak pernah sedetik pun meninggal kan Bulan sang putri kesayangan nya."Neng,apa tidak sebaik nya kamu jujur saja pada Bowo!"ucap Abah Jaya."Bulan takut Mas Bowo kawatir Bah,jadi mungkin nanti saja setelah pulang pelan-pelan Bulan akan menceritakan semua nya sama Mas Bowo,"sahut Bulan yang saat itu sudah mengenakan pakaian dari rumah sakit tersebut."ok,Abah setuju,untuk sekarang lebih baik kamu fokus saja dulu dengan pengobatan kamu Neng,semoga saja semua nya berjalan dengan lancar ya Neng,""Aamiin Abah,Bulan minta maaf ya sama Abah,karena Bulan sudah membuat Abah kawatir dan repot!"ucap Bulan dengan tatapan sendu."Abah tidak pernah merasa kerepotan Neng,apa pun itu kamu putri Abah satu-satu nya,dan semua masalah kamu itu sudah tentu
Tapi karena Mili sudah membaik maka Bowo pun berpamitan kepada pak kusuma untuk kembali kerumah nya,dan pak Kusuma pun mengiyakan,setelah itu Bowo melajukan Motor nya dengan cepat dan dalam hitungan menit saja Bowo sudah sampai di rumah nya,setelah memasuk kan Motor nya kembali ke garasi Bowo pun langsung masuk kedalam ruamah,tapi saat melintasi ruang makan Mak Ijah pun memanggil nya."Den,Aden dari mana,itu tadi sarapan nya sudah saya siap kan,tapi karena Den Bowo pergi,jadi Mak beresin lagi,dan ini makan siang sudah siap Den?"tanya Mak Ijah dengan sangat sopan."terima kasih Mak,saya baru saja dari rumah Pak Kusuma,dan saya masih kenyang Mak,"jawab Bowo yang tampak lesu."Den Bowo kenapa,Mak lihat kok sedih wajah nya?"Mak Ijah pun peduli dengan majikan nya itu."Bowo baik-baik saja Mak,"jawab Bowo masih terlihat lesu."Den Bowo kalau ada masalah cerita saja sama Mak,soal nya Mak lihat wajah Den Bowo sedikit agak lesu,"ucap Mak Ijah yang terus menatap wajah Bowo,dan Bowo pun mulai me
Tapi Mak Ijah curiga dengan pakde Jono,karena untuk apa pakde Jono mengambil foto guci-guci di ruang tamu rumah majikan nya itu,Mak Ijah terus melanjutkan pekerjaan nya,seperti biasa Mak Ijah mengelap semua perabot yang berada di ruang tamu itu,lalu menyapu dan mengepel lantai nya hingga bersih,lalu Mak Ijah menyalakan wewangian elektrik yang di pasang di ruang tamu itu,agar ruang tamu selalu harum dan segar.Setelah Mak Ijah selesai membersihkan ruang tamu,dia pun menemui suami nya yaitu pak Tono yang sedang bersih-bersih rumput di halaman belakang."Pak,tau gak tadi Ibu lihat apa?"tanya Mak Ijah serius."Ya mana saya tau Bu,kan dari tadi bapak di sini,"jawab pak Tono yang masih sibuk dengan pekerjaan nya."Ibu tadi mergokin pakde satpam di ruang tamu pak,"sahut Mak Ijah serius."Terus kalau pakde satpam di ruang tamu kenapa Bu?"tanya pak Tono datar."Ya gak apa-apa sih pak,tapi yang aneh nya Ibu lihat,pakde satpam itu mengambil foto guci-guci mahal milik Den Bowo pak,"jawab Mak Ijah
Keesokan harinya setelah solat subuh Bowo pun mengecek kembali pintu gerbang rumah nya yang penyok itu,dia pun berfikir untuk memperbaiki nya dan memasang dengan bahan yang lebih tebal lagi,lalu datanglah pakde Jono yang menghampiri Bowo."Orang-orang itu kurang ajar sekali ya Le,"ucap pakde Jono yang berdiri di samping Bowo sambil menatap pintu gerbang yang penyok itu."Iya pakde,tapi yang buat saya bingung untuk apa mereka melakukan ini semua kepada saya?"sahut Bowo yang bingung dan bertanya-tanya sendiri."coba kamu ingat-ingat lagi,apa ada orang yang pernah kamu sakiti Le?"tanya pakde Jono serius,Bowo pun terdiam sejenak dan dia mengingat-ingat nya,tapi karena tidak pernah ada orang yang dia sakiti,maka dia pun bingung lagi."saya tidak pernah menyakiti siapa pun pakde,"jawab Bowo penuh keyakinan."kamu yakin Le?"pakde Jono pun meyakinkan sekali lagi."iya pakde saya yakin,"sahut Bowo dengan jelas.Dan mereka pun terdiam masih memandangi pintu gerbang itu,terlihat pakde Jono yang
"bagaimana Dok, Abah sakit apa?" tanya Bowo serius."Beliau kurang tidur Mas, dan banyak fikiran,"jawab Dokter Bram serius, mendengar Jawaban Dokter Bram seketika Bowo pun menarik nafas berat."Lalu bagaimana Dok?" tanya Bowo yang meminta solusi pada Dokter Bram."Saya akan berikan obat nya nanti, karena kondisi beliau sangat lemah, maka saya infus gak apa-apa ya Mas?" tanya Dokter Bram yang meminta persetujuan dari Bowo."Ok Dok,lakukan yang terbaik agar Abah sehat kembali Dok!" jawab Bowo tegas."Ok," dan dengan cekatan Dokter Bram pun memasang selang infus di tangan Abah Jaya karena Dokter Bram sudah mempersiapkan semua nya sebelum nya.Terlihat Abah Jaya yang sudah pasrah dengan apa yang Dokter itu lakukan karena beliau sudah merasa tubuh nya sangat lemah, Abah Jaya memang tidak pernah tidur sepanjang malam sejak Bulan sang putri kesayangan nya itu meninggal, beliau tidak henti-henti nya berdo'a dan berzikir setiap hari,beliau meratapi nasib nya yang kini hanya tinggal seorang dir
"Mili juga ikut dalam proyek itu,apa aku gak salah dengar?"tanya Seto kepada kedua teman nya itu."iya bro,mereka satu tim,"jawab Nero yang tau banyak tentang proyek itu."lalu apa peran cowok kampung itu di proyek pembangunan jembatan itu,apa elu tau Nero?"tanya Seto serius."dia punya peran penting di sana bro,"jawab Boy menimpali nya."ya apa peran dia di sana to*ol,"sahut Seto sambil menoel kepala Boy,hingga Boy nyengir kesakitan,karena dia menoel nya dengan kasar."yang gue tau,Bowo itu punya keahlian dalam bidang desain patung dan bangunan yang berskala besar,jadi dia bisa di bilang punya peran utama di proyek itu,"sahut Nero serius."oh,jadi dia punya keahlian,ok lah kalau begitu,kita lihat saja nanti,apa dia akan bertahan sebagai Mahasiswa teladan di kampus ini,"ucap Seto dengan tatapan bengis nya.Entah dendam apa yang Seto pendam kepada Bowo sehingga dia sebenci itu kepada Bowo,setelah itu mereka bertiga pun kembali ke kelas mereka untuk mengikuti mata kuliah.Sementara itu
Keesokan hari nya Bowo bangun seperti biasa nya,dia mulai menjalani aktifitas pagi nya seperti biasa,walau tetap saja bayang-bayang sang istri tercinta masih terus teringat namun dia berfikir untuk tidak terus-terusan larut dalam duka,pakaian rapi dan juga wangi sudah Bowo kenakan pagi itu,karena dia akan menjalani aktifitas nya di kampus lagi."selamat pagi Den Bowo!"sapa Mak Ijah dengan ramah."pagi Mak,"balas Bowo sama ramah nya."pagi ini mau sarapan apa Den?"tanya Mak Ijah yang berdiri di samping Bowo dengan sapu dan lap di tangan nya."saya sarapan di kampus saja Mak,soal nya saya buru-buru,"sahut Bowo sambil merapikan lagi pakaian nya."oh ya sudah kalau begitu Den,hati-hati di jalan ya Den,semangat!"ucap Mak Ijah yang memberikan semangat pada Bowo sang majikan."terima kasih Mak,"sahut Bowo yang tersenyum kepada Mak Ijah.Setelah itu Bowo berpamitan kepada Mak Ijah dan lalu dia melangkah keluar menuju ke garasi Mobil nya,tapi saat sampai di garasi ternyata pakde Jono sudah men
Hari-hari telah Bowo lewati dan minggu pun telah berlalu begitu cepat,tidak mudah bagi Bowo untuk melupakan semua kenangan indah nya bersama Bulan,setiap hari Bowo selalu mendatangi makam istri tercinta nya,sehingga makam Bulan selalu terlihat segar dan wangi karena di taburi bunga-bunga yang harum di setiap hari nya oleh Bowo.[["sayang,Mas yakin kamu sudah bahagia di sana,beristirahat lah dengan tenang sayang,tunggu Mas di surga ya sayang,"]] gumam Bowo dalam hati seraya menaburkan bunga mawar yang telah di beri wewangian.Tak lama kemudian datang juga Abah Jaya yang di temani oleh Bik Inah,dengan langkah yang sudah mulai lemah Abah Jaya di tuntun Bik Inah menuju ke makam."Nak Bowo ada di sini juga?"sapa Abah Jaya yang bertanya dengan lirih dan lalu Bowo pun menoleh kan pandangan nya menuju sumber suara."Abah!"sapa Bowo kembali yang lalu mencium punggung tangan Abah mertua nya itu."sudah lama kamu di sini Nak Bowo?"tanya Abah Jaya."lumayan lama Bah,karena di rumah sedang tidak a
Setelah beberapa menit berlalu,akhir nya Mobil jenazah pun sampai di rumah duka,suasana haru sudah menyelimuti kedatangan jenazah Bulan,begitu juga dengan Abah Jaya yang sudah tidak bisa berkata apa-apa,di temani saudara dan juga sahabat nya pak Kusuma,beliau hanya terdiam dan terus-terusan berzikir agar diri nya kuat.Suara sirine Ambulance yang sebelum nya terdengar sangat lantang,kini suara itu telah terhenti,Abah Jaya mulai keluar dari dalam rumah nya,beliau menghampiri peti jenazah sang putri tercinta nya itu."Anak Abah,Neng cantik!"ucap Abah Jaya yang sudah bercucuran air mata.Setelah itu peti jenazah pun mulai di masuk kan kedalam rumah duka,susana haru sudah mulai terlihat,sahabat dan semua pekerja Bulan sudah menangis sedih,mereka semua meratapi kepergian sang majikan muda nya itu,sungguh hal yang tidak mereka sangka,hari bahagia Bulan berubah menjadi duka cita.makin "Nak Bowo,iklas kan Nak Bulan,agar kepergian nya tidak terbebani,Abah sudah pasrah dengan ini semua,"ucap A
Hari telah berganti,sepekan sudah Bulan terbujur koma di rumah sakit,sejak hari itu juga Bowo belum sehari pun pulang ke rumah nya,banyak dari para sahabat termasuk Bu Salsa dan juga kedua rekan Arsitek nya itu datang ke rumah sakit untuk menjenguk Bulan,para Asisten rumah tangga mereka pun juga bergantian menjenguk ke rumah sakit."Bowo,kamu harus sabar,kami do'a kan semoga Bulan cepat sadar dari koma nya dan cepat sembuh kembali!"ucap Bu Salsa yang saat itu berada di rumah sakit."Aamiin Bu,terima kasih Ibu dan bapak semua sudah berkenan hadir untuk menjenguk istri saya!"sahut Bowo yang saat itu masih sedih,namun tidak selesu sebelum nya."sama-sama Bowo,kami ini kan rekan kerja Bulan,kami juga sudah sangat rindu dengan kebersamaan kita di proyek,"Tama menimpali nya."betul sekali Bowo,"sahut Boby yang juga membenarkan kata-kata Tama.Suport dan dukungan untuk Bowo telah rekan-rekan nya berikan,begitu juga do'a-do'a yang tiada henti dari para penjenguk,tidak hanya sahabat dan rekan
Sambil menangis dan memukul-mukul kan kepalan tangan nya dengan pelan ke dinding,Bowo pun meratapi nasib pernikahan nya,dia tidak ingin kehilangan orang yang di sayangi untuk kedua kali nya."Nak Bowo sabar ya,semua ini sudah takdir Tuhan Nak!"ucap pak Kusuma seraya mengusap punggung Bowo dengan lembut."Mas harus sabar,Mas tidak boleh seperti ini,lebih baik Mas ambil air wudu dan berdo'a kepada Allah minta kelancaran operasi nya Bulan!"sahut Mili yang ikut memberi kan nasehat kepada Bowo.Mendengar nasehat-nasehat dari orang terdekat nya,lantas Bowo pun mulai menarik nafas panjang dan lalu mengusap air mata nya."Mbak Mili benar,sebaik nya saya ambil air wudu dan berdo'a untuk istriku,saya permisi!"dan Bowo pun melangkah dengan cepat menuju ke Musola yang ada di rumah sakit itu,niat Mili ingin mengikuti Bowo,namun pak Kusuma mencegah nya."jangan Nak,biyar kan Bowo sendiri!"ucap pak Kusuma yang lalu menghentikan langkah Mili."iya Nak,mungkin Bowo butuh sendiri,saya bingung jika suda