"Uncle jahat, Papa kenapa dia di sini?" Keyla, gadis kecil itu memeluk tubuh Papanya ketika Liona dan suaminya memasuki ruangan tempat ia di rawat."Key bersikap sopan ya, Papa gak pernah ajarin Key kaya gitu." Gavin sedikit menegur putrinya yang terlihat cemberut masih memegangi sebelah lengan besarnya untuk bersembunyi."Tapi Uncle pukul Papa, kata Bu guru kalau orang yang pukul kita itu jahat." "Key.." Papanya semakin tidak enak dengan kalimat jujur anaknya."Sayang, Aunty datang jenguk Key. Putri cantik seneng kan Aunty datang?" Liona mendekat ke ranjang yang membuat putri kecil itu beralih dari lengan Papanya ke wanita dewasa di sampingnya."Aunty kenapa bawa Uncle jahat, Key takut, Key gak mau ada Uncle itu." Liona mengigit bibirnya, menatap ketakutan di wajah Keyla sekilas kemudian ke wajah suaminya yang tak ramah. Mungkin pertemuan pertama suaminya dan putri kecil Gavin menjadi terlalu tak terkendali, dan pasti meninggalkan trouma untuk di lihat gadis sekecil Keyla.Liona men
Wajah gelap itu menggasak rambut hitamnya sedangkan tangan kirinya meraih kunci mobil di sudut meja bersiap untuk ke luar pintu rumahnya melanjutkan pencarian, namun langkahnya terhenti oleh handle pintu yang naik turun dan kemudian terbuka.Tak butuh waktu lama saat sosok itu terlihat penuh di mata Arka, dirinya langsung menarik lengan di depannya sampai tenggelam ke dadanya."Dari mana saja? Kenapa baru pulang? Ohh astaga" Liona tak bisa bicara saat Arka semakin erat menekan tubuhnya, kedekatan itu membuatnya bisa mendengar seberapa jelas jantung Arka memompa dengan keras dan cepat."A-aku.." Sadar bahwa Liona menerima tekanan dengan suaranya yang teredam, Arka menarik diri dan mengangkat wajah istrinya meminta penjelasan. Memegang kedua sisi wajahnya yang masih kebingungan."Katakan, kenapa kamu membuatku khawatir. Dan... sial.. kenapa aku tidak bisa menghubungimu." Arka tidak marah, hanya benar- benar khawatir."Maaf, HP aku kehabisan baterai tadi sore. Mereka tidak memberi aku
"Tidak ada ponsel hari ini sayang, hanya kita yang artinya kamu dan aku." Liona bergerak kebingungan saat perangkat satu- satunya yang ia pegang telah menghilang di balik jaket tebal suaminya."K-kenapa?" alis Liona berkerut samar, yang segera menjadi tempat pendaratan oleh bibir lembut Arka di dahinya."Quality time." Cukup dengan dua kata dan Liona merasa tak harus bertanya lebih lanjut lagi, menyamankan dirinya dalam pelukan suaminya di kursi pesawat.'Padahal aku hanya ingin sedikit pamer' batin Liona dengan otak kecilnya.Perjalanan yang tidak sebentar membuat bibir Liona tanpa sadar mengerucut, ia bosan . Liona hanya bermain dengan kancing kemeja suaminya, membuat gerakan memutar di dada bidang itu sambil menatap ke samping jendela pesawat yang tidak lagi membuatnya antusias. Dia tidak sadar gerakan sederhana dari jemari kecilnya membuat masalah besar untuk suaminya."Jangan menggodaku sayang" Liona linglung dan mendongak dengan mata kucingnya bertemu dengan mata gelap Arka ya
"Sudah selesai mandi?" Arka melepas pegangan di ponselnya saat Liona ke luar memakai handuk berjenis kimono setelah sesi mandinya. Wajah lelah begitu transparan tercetak di wajah kecil istrinya yang kini sedang memilah pakaiannya untuk ia masukan ke dalam lemari sementara mereka tinggal di sini."Kamu kelelahan?"Tangan Arka yang meraih pinggang Liona membuatnya sedikit tersentak dengan gerakan yang tiba- tiba."I-iya" kemudian kembali melanjutkan aktifitasnya."Sepertinya aku memang sangat payah dalam bepergian, aku masih jet lag. Kepalaku juga pusing" Arka menekan lebih dekat tubuhnya untuk lebih meraup banyak aroma sabun mandi yang bercampur dengan aroma vanila yang memabukkan, hidungnya tenggelam di celah leher Liona menghirupnya dengan nyaman. Sampai pada suatu titik, Arka menggiring tubuh dalam pelukannya berjalan mundur sampai ke ranjang milik mereka berdua."A-apa?" Liona masih belum terbiasa dengan sikap suaminya yang sangat lengket akhir- akhir ini, hanya itu membuat jant
"Lucu seperti bayi"Kalimat itu spontan ke luar dari bibir Arka yang sedang mengamati wajah istrinya yang masih tertidur.Jarinya gemas menyentuh hidung yang lancip di hadapannya kemudian beralih ke bibir yang sedikit mengerucut karena rangsangan yang mengganggu tidurnya, Arka terkekeh melihat reaksi itu."Apa aku membuat kamu kelelahan sayang?" setelah mencuri ciuman kecilnya, Arka segera turun dari ranjang untuk membersihkan diri.Setelah hampir setengah jam, Arka selesai mandi dan masih melihat istrinya yang masih belum bergerak. Ia hanya tersenyum tanpa membangunkannya, tahu betul bahwa dialah yang membuat istrinya sangat kewalahan sampai tertidur selama ini. Oleh karena itu dirinya pergi ke dapur membiarkan sang istri untuk cukup tidur..."Maaf, bolehkan aku bertemu Liona? Aku- aku temannya dan aku khawatir karna aku tidak bisa menghubunginya beberapa hari ini. Apa dia ada di sini?" Resepsionis itu mengangguk samar menyelami setiap kalimat yang terlontar."Baik, tunggu sebentar
"Kamu gak keberatan kan kita pulang? Aku minta maaf"Liona memilih diam dan berkemas, apa dia kecewa? Tentu saja. Kenapa dia harus mengetahui mertuanya sakit dari orang yang begitu membuatnya iri dalam dunia ini, Casie sang mantan terindah dari suaminya. Kepala Liona berputar apakah di belakangnya Arka masih punya hubungan dengan wanita itu atau tidak, itu begitu menyiksa batinnya. Apalagi saat Liona ingat betul beberapa kali Arka sangat posesif pada ponsel miliknya. Liona yakin banyak hal yang ia tidak tahu tentang sesuatu yang ia belum siap mendengarnya."Biar aku bawa koper-""Aku bisa sendiri, lebih baik kita bergegas" timpal Liona dengan wajah yang tak ramah lalu segera ke luar menuju mobil sambil menyeret koper miliknya.Tak ada yang bicara di mobil, bahkan setelah mereka mendapatkan kursi pesawat pun belum ada yang memulai percakapan.Baiklah, lupakan kencan indah, pantai di malam romantis dengan bintang, semuanya bulshit dan Liona harus menelan semua kekecewaan itu dalam teng
"Kado apa yang kamu inginkan di hari anniversary pernikahan kita?" Arka mencium aroma sabun di leher belakang istrinya selagi bibirnya berucap mantra yang mengirim sensasi sihir ke kulit Liona."A-aku gak tahu" cicit Liona samar, sekali lagi nafas hangat di lehernya membuat semua perhatiannya kabur."Mmm kalau begitu, apa yang belum kamu punya? Kalung berlian?" Arka menebak, sambil memainkan kunci rambut Liona dan memutarnya dengan gerakan main- main."Kamu memberi itu satu bulan lalu Arka" jawab Liona enteng. "Kalau begitu mobil?"Dagunya yang runcing di simpan di bahu istrinya, Liona menikmati bagaimana ia bisa merasakan hangat tubuh Arka saat dada suaminya itu menempel di punggungnya, itu memberikan efek menenangkan."Sejak kapan kamu membiarkan aku pakai mobil? Motor aku aja nganggur di rumah kan." Liona memutar matanya, ingat betul saat suaminya begitu posesif pada dirinya."Oke.. oke, sekarang aku menyerah. Aku kehilangan akal untuk memberikan kamu kado. Aku memang orang yang t
"Aunty, kapan Papa pulang? Key kangen Papa"Liona mendekati makhluk mungil itu dan memeluknya pelan tanpa memberi tekanan pada tubuhnya yang kecil."Sabar ya sayang, nanti kita telpon Papa"Gadis kecil mengangguk setuju dan kembali bermain dengan bonekanya.Liona ke luar untuk menyiram tanaman di halaman depan rumah, ia tak sengaja melihat sesuatu yang membuat tangannya secara otomatis mengusap perutnya yang masih rata. Seorang wanita hamil dan pria yang ia tebak adalah suami dari wanita tersebut sedang memanjakan istrinya dengan mencium perutnya yang seperti lingkaran besar."S-sayang, kamu baik- baik saja kan di sana?" Sambil terus mengelus menciptakan gerakan memutar di perutnya yang tertutup pakaian. Kalimat ambigu itu membuat gemuruh kecil di hatinya, ia tidak tahu apakah kalimatnya barusan tertuju untuk janinnya atau suaminya.Lembaran bulu matanya terbuka, kepalanya yang berat mengantarkan sakit yang mengejutkan."Ahggghh.. sial, apa- apaan ini"Sakit yang menyengat bukan hanya