Beranda / Romansa / Damian untuk Angelia / Mysterious Letter

Share

Mysterious Letter

Penulis: Acha Shafa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Leon dan Angel memilih untuk berbicara di restoran yang tidak jauh dari butik. Mereka berdua memesan milk shake dengan kentang goreng. Angel tetap memilih diam tidak bersuara, menunggu Leon yang angkat bicara. 

Leon menyeruput minumannya. Dia memangku wajah, lalu berkata, "Bagaimana hari-hari mu saat ini Angel? Baik-baik saja, kan? Bagaimana dengan bayimu itu, tidak menyusahkan dirimu kan?" 

Angel tersenyum mendengar betapa cerewetnya Leon. Dia mengelus perutnya lalu menjawab, "Aku baik-baik saja, dan mungkin lebih baik karena ada kamu. Soal bayiku, dia benar-benar membuatku merasa kenikmatan dunia yang sesungguhnya." 

"Baguslah. Aku pikir kamu akan terbebani dengan pikiran-pikiran yang buruk," ujar Leon. 

"Tidak ada, Le. Oh ya, kamu mau bicara soal apa?" 

Leon menghela napas berat. Dia menatap Angel dengan lekat. "Aku ... bagaimana jika kita tidak mengundang Damian saat menikah nanti?" tanya Leon. Angel mengerutkan keningn

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Damian untuk Angelia   Orang Jahat Bisa Jadi Orang Baik

    Leon memainkan rubik. Senyumnya begitu puas saat melihat seseorang yang dia inginkan sengsara. Dibolak-balik rubik itu hingga sempurna. Selesai, dan ia hancurkan lalu dibanting."Kau sudah menghancurkan keluargaku Angelia. Hidupmu benar-benar harus kacau. Sama seperti rubik jelek itu!" Leon memaki. Lalu tertawa jahat.Dulu sekali, Leon berusia 20 tahun, masih tengah belajar mengkoordinir perusahaan terjadi permasalahan besar. Di mana Johnson Abraham melakukan pembunuhan yang sama, seperti keluarga Angel.Valenzo kehilangan sosok ayah dan ibunya. Maka dari itu, mulai di mana pembunuhan terjadi, Valenzo bersumpah untuk melakukan hal yang sama dengan keluarga Johnson.Dan sekarang waktunya. Valenzo dengar, Angel memiliki ikatan saudara dengan Johnson. Ini jauh lebih baik. Dengan datangnya Angel di negaranya, membuat sumpah mereka terselesaikan.Mulai da

  • Damian untuk Angelia   Wayang yang Menemukan Dalangnya

    Angel menatap Yolanda yang sudah berkemas untuk pulang ke Indonesia. Harusnya sudah seminggu yang lalu dia pulang, tetapi sekolahnya belum mengajukan libur dan Yolanda masih guru honorer. Jadi, ketika libur begini, Yolanda segera izin. Yolanda sudah mengajak Angel sebelumnya untuk pulang bersama. Namun, Angel menolak. Katanya Leon dan dirinya akan bertemu dan mempercepat hari pernikahannya. Yolanda merasa sedih, dia sahabatnya, tetapi sepertinya dia tidak bisa datang karena akan lama di sana. Terlebih dikabarkan ibunya sakit. Tentu Yolanda lebih memberatkan sana."Nda." Suara Angel memberhentikan aktivitas Yolanda yang melipat baju-bajunya. Perempuan itu menoleh, lalu menaikkan alisnya."Aku boleh tanya?" Angel terlalu basa-basi sepertinya. Yolanda hanya mengangguk saja."Soal kertas yang aku temui beberapa hari lalu. Maaf sebelumnya, aku belum cerita mengenai isi kertas itu. Namun, aku mencurigai dirim

  • Damian untuk Angelia   Harimau Menggantikan Singa

    Damian melempar satu batang rokok pada laki-laki di depannya. Dia cukup menunjukkan senyum menariknya. Saat tahu maksud dari laki-laki itu, Damian sedikit marah, sebab dia memang berjanji. Yang seharusnya menghancurkan Angel itu bukan orang lain, tetapi dia.Sebelum Damian datang ke London, anak buahnya yang mengikuti Angel pergi mengabari tentang ini. Jika Angel diterima di suatu perusahaan dan sedang dimata-matai. Leonardo Valenzo. Bos dari orang-orang yang disuruh untuk memantau Angel dari jauh.Sejak itu, Damian mengulik kehidupan Leon. Ternyata, pria itu punya niat terselubung di dalamnya. Damian mengepalkan tangan, dan berkata pada anak buahnya untuk menyiapkan waktu pergi ke London dan menetap di sana segera."Ada apa menemui diriku, Tuan Damian yang terhormat." Leon menyulut api rokoknya. Lalu mengepulkan asap. Damian juga sama. Dia tidak mau kalah"Tidak perlu basa-ba

  • Damian untuk Angelia   Perlakuan yang Berbeda Setelah Pernikahan Kedua

    Saat Damian ingin membuka kenop pintu, tangannya tertahan saat mendengar sesuatu yang terjatuh. Laki-laki itu menoleh, dan mendapati Angel jatuh pingsan tepat di mana dia merintih, tetapi tidak dipedulikan olehnya.Damian berbalik dan berjalan cepat mengarah ke Angel. Lalu duduk, menepuk pipi perempuan itu. "Angel, jangan akting. Saya tidak peduli dengan kamu. Bangun lah, kalau mau tidur, di kamarmu sendiri," kata Damian. Namun, Angel tidak bereaksi apapun. Perempuan itu hanya diam, dengan air mata yang masih basah di pipinya serta keringat yang bercucuran di dahinya. Melihat reaksi Angel yang hanya diam saja, jantung Damian berdegup kencang. Dia menepuk pipi Angel lebih keras, dan tetap tidak menghasilkan apa-apa."Angel, bangun ...." Tetap tidak ada balasan. Akhirnya Damian menggendong Angel, dia akan membawa perempuan itu ke rumah sakit. Sialan, seharusnya dia tidak peduli seperti ini. Kenapa hatinya tiba-tiba melunak melihat

  • Damian untuk Angelia   Perjanjian

    Tubuh Angel menegang saat mendengar bisikan Damian yang begitu menyakitkan. Seolah-olah dirinya tidak ada harga diri bicara seperti itu. Angel mendorong Damian keras hingga jatuh. Dia menangis, lalu saat Damian berdiri dengan tatapan amarah, Angel dengan cepat menamparnya."Kamu pikir aku wanita apa, Damian?!"Damian memegangi pipinya yang panas akibat tamparan Angel. Dia tersenyum tipis, mengejek Angel, lalu dengan sigap memutar tangan Angel hingga berada di cengkraman nya. Angel ketakutan, sekarang Damian seperti devil yang tidak ia kenal sama sekali. Damian begitu kasar. Angel merintih sakit. Damian tidak peduli. Laki-laki itu mendekatkan bibirnya di telinga Angel. "Kamu bertanya soal keberadaan mu bukan, Angelia? Maka akan aku tunjukkan." Damian memutar tubuh Angel, lalu tanpa basa-basi menyerang bibir Angel.Angel memberontak. Dia terkejut, Damian melakukan begitu kasar hingga bibirnya berdarah. Angel menangis menjadi-jadi. Damian menatap

  • Damian untuk Angelia   Demam

    Semenjak Capella memilih untuk segera pulang dari apartemennya, sejak itu juga Damian hanya diam di ruang tamu. Dia berbaring, sembari menutupi wajahnya dengan tangan. Dia merasa tidak enak. Capella wanita yang baik. Memang seharusnya sejak awal, Damian tidak memberikan omongan atau janji-janji manis untuknya."Angelia!" Damian berteriak. Angel yang baru saja menyisir rambutnya, langsung berlari terburu-buru menghampiri Damian."Iya, Dam ... maksudku, Tuan. Ada apa?""Pijat tubuhku. Pegal sekali rasanya." Damian memunggungi Angel. Perempuan itu diam sejenak, lalu duduk di samping Damian.Angel gugup. Ini untuk pertama kalinya, sungguh dia benar-benar menyentuh Damian. "Pijat dengan sungguh-sungguh," kata Damian."Iya."Beberapa saat, setelah Angel lama memijat Damian. Laki-laki itu tertidur pulas. Angel tetap memijatnya. Namun, Angel sedikit miring untuk dapat melihat wajah Damian. Wajah yang kembali mengi

  • Damian untuk Angelia   Kedatangan Lina dan Ara

    Damian menatap mamanya dan Ara yang sudah tiba di bandara. Memang, Lina meminta Damian untuk menjemputnya. Lina—wanita itu langsung memeluk putranya begitu erat. Senyumnya lebar, lalu Damian mendapatkan pelukan dari Ara."Damian, kabarmu baik kan di sini?" Lina mulai bertanya. Damian menggenggam tangan mamanya, lalu berjalan bersama."Damian baik, Ma. Mama sendiri gimana? Apa Ara merawat Mama dengan benar-benar?"Ara yang menjawabnya, "Ara kan anak yang baik, Kak. Tentu merawat mama dengan baik. Ya nggak, Ma?"Lina mengusap rambut Ara yang berjalan di sampingnya. "Iya, Ara anak yang baik.""Oh, iya, Ma. Hanya Mama yang datang ke sini?" tanya Damian."Iya, kakakmu sibuk. Tidak apa-apa, Mama juga tidak mau kamu repot nantinya. Mama datang ke sini saja sepertinya kami terlihat keberatan." Lina menggoda putranya sendiri. Damian mengg

  • Damian untuk Angelia   Kasar

    Damian memegang kepalanya yang begitu pusing. Dia senang, akhirnya Ara juga mamanya pulang kembali ke Indonesia. Akhirnya dia bisa tidur lagi di apartemen. Dengan jalan yang terseok-seok karena pusing yang menjalar begitu hebat membuatnya ingin tidur cepat. Damian mabuk. Dia menghabiskan banyak botol alkohol sebelum memutuskan untuk kembali ke apartemen.Damian bukan masuk ke kamarnya. Dia justru masuk ke kamar Angel. Laki-laki itu menatap penuh pada perempuan yang sudah tidur pulas. Damian mengangkat bibir kirinya. Enak sekali dia. Seharusnya tidur setelah tuan rumahnya pulang. Namun, dia begitu tidak sopan sebagai pembantu berlabel istri tersebut.Damian melompat ke kasur. Dia langsung mengurung Angel dengan lengan kekarnya. Dengan keadaan mabuk begini, gairahnya begitu besar. Apalagi melihat bibir Angel yang begitu manja di depannya.Angel menggeliat tidak nyaman. Matanya terbuka dan langsung melotot

Bab terbaru

  • Damian untuk Angelia   Menjalani Hidup Masing-masing

    Angelia. Di London namanya benar-benar sudah tidak disebut lagi oleh semua orang. Damian tidak pernah mendengarnya, Damian tidak pernah melihatnya. Bahkan, yang paling mengejutkan Damian. Ketika mengajak Delvira mengunjungi Skala, rumah itu sudah dikontrakkan oleh orang lain. Wanita itu benar-benar seperti orang yang tak sengaja bertemu di jalan. Damian bertanya pada Yolanda, pada teman-temannya yang lain. Nihil. Semua seolah menutup mulut. Layaknya mereka memang orang-orang yang tak saling mengenali.Sudah satu bulan, Damian menjalani kehidupannya yang baru bersama istri tercintanya—Delvira. Meski Delvira tidak seperti wanita di luaran sana, tetapi Damian begitu bangga. Setidaknya, Delvira tidak manja. Untuk memakaikan dasi, memberi nasi dan lauk di piring Damian, serta hal-hal sederhana lainnya masih ia lakukan sebagaimana istri sebenarnya. Satu bulan, pernikahannya, Damian dan Delvira belum berhubungan. Delvira menolak untuk melakukannya, lantaran dia b

  • Damian untuk Angelia   Berakhir Tidak Semestinya (Season Dua)

    Angel memandang surat gugatan cerai yang dirinya kirim pada Damian silam. Awalnya Damian yang bersikukuh untuk tidak menceraikannya, tetapi sekarang, justru menandatangani surat itu. Angel hancur. Apa ini balasan untuk wanita jahat sepertinya? Hidup dalam lubang kepedihan. Kalaupun iya, Angel berharap jangan bawa anak-anaknya. Jangan bawa Skala putra manisnya. Jangan bawa calon bayi mungilnya. Ini sungguh rumit. Tanpa alasan, tanpa penjelasan Damian benar-benar memutuskannya sepihak. Padahal Damian orang yang menyakinkan Angel jika mereka berdua harus memiliki kesempatan kedua. Memperbaiki keadaan. Menjalin hidup bahagia bersama buah hatinya.Hatinya remuk. Sama seperti dadanya yang sesak. Air matanya meluruh begitu saja, membasahi pipi mulusnya. Wajahnya kian pucat akibat hamil muda. Ditambah masalah begini, Angel rasanya ingin mati saja. Sejak di mana Damian mengusirnya mentah-mentah, Angel tak lagi bisa bertemu dengannya. Di kantor, Angel dihadang satpam. Di rumah, ger

  • Damian untuk Angelia   Awal Luka (Season I selesai)

    Angel membocorkan haru pada alat tes kehamilan yang di genggamnya. Benar-benar tidak percaya jika dirinya akan hamil kembali. Tanpa sadar air jatuh begitu saja. Entah harus bagaimana entah bagaimana. Apa Tuhan ingin mereka memperbaiki keadaan. Di sela-selanya, Angel kabar kabar Damian. Sudah seminggu-laki itu tidak lagi film diri. Seperti hilang ditelan bumi. Malaikat benar-benar tidak tahu dengan perasaannya. Seperti dirinya itu plin-plan. ingin ingin segalanya. Namun sekarang melihat, melihat dirinya mengandung anak Damian kembali, Angel jadi membayangkan mau Damian kemarin. Mau Damian jika mereka memang harus diberi kesempatan untuk berulang kali lagi. Mengulangi hal-hal yang manis tanpa ada racun."Ibu! Apakah kamu baik-baik saja?" Malaikat sampai lupa, Skalanya untuk menunggu di luar sana. Angel melacak air matanya, lalu keluar dari kamar mandi.Dilihatnya bocah mungil itu, berdiri sambil mengemuti permen lolipop. Wajahnya merah kesal k

  • Damian untuk Angelia   Permintaan Skala

    "Harusnya kamu tidak perlu beli ini semua untuk Skala, Mas." Angel membocorkan banyak sekali mainan yang baru dikirim oleh pekerja Damian. Angel sudah melarangnya. Namun, Damian itu kekeh. Dia tetap mau pada keinginannya untuk membeli Skala mainan yang banyak agar mendapat perhatian dari anak kecil itu—putranya sendiri."Angel, please. Beri saya kesempatan. Saya ingin menjalin hubungan baik dengan putra saya sendiri," balas Damian.Angel membocorkan Damian lekat. Tidak ada senyuman yang menghampiri dirinya. Lalu Angel bertanya, "Kenapa kamu bisa percaya kalau skala anak kamu? Bahkan kamu belum buktiin itu semua.""Tidak ada lagi yang perlu dibuktikan. Maaf, saya pernah hampir memaki. Saya begitu menyesal. Apa di sini sakit?" Damian menyentuh hati Angel. Malaikat hanya diam. Damian menatapnya dengan sendu, lalu memeluknya erat. "Beri saya kesempatan untuk memperbaiki semuanya.""Ja

  • Damian untuk Angelia   Dua Manusia yang Beda Tujuan

    Damian membuka matanya yang begitu terasa lengket. Dia masih mengantuk, tetapi cahaya matahari membuatnya harus bangun sekarang. Damian bangun. Kepalanya terasa begitu berat. Bahkan Damian memukul pelan kepalanya. Dia mengingat-ingat kejadian semalam. Saat sepenuhnya Damian sadar, laki-laki itu langsung berdiri dan berbalik menatap kasurnya.Ini bukan kasurnya? Benarkah dia ada di tempat Angelia? Seingat Damian, semalam dia pergi ke bar dan mabuk saat perjalanan pulang."Kalau Anda benar-benar tulus dengan Angelia. Saya akan memberi tahu di mana dia." Fanya akhirnya memberi peluang Damian untuk menebus kesalahannya."Ya, saya benar-benar tulus padanya," kata Damian.Fanya duduk. Dia menulis alamat di mana Angel tinggal selama ini. Lalu, Fanya memberikan sobekan kertas itu pada Damian. "Saya minta Bapak jaga Angelia. Ingat, Pak. Sesuatu yang salah tidak kemungkinan bisa dimaafkan. Sa

  • Damian untuk Angelia   Sulit dimaafkan

    Damian tidak menerbitkan senyuman sependek pun pada pegawainya di kantor. Sejak dia masuk, dia hanya berjalan angkuh dan melirik begitu tajam pada mereka yang justru sibuk memandangi penampilannya. Cih, begitu membuat Damian risih."Maaf, Pak. Ada satu berkas yang dari kemarin belum Bapak tanda tangani juga. Berkas itu sangat penting. Jika Bapak tidak menandatangi segera, kantor ini akan kehilangan untung besar.""Kamu sedang mengajari saya?" Fanya terlonjak saat Damian bertanya padanya. Yang justru pertanyaannya, membuat Fanya ketakutan. Tatapan Damian seakan membunuhnya. Sialan. Jika bukan bosnya saja, Fanya sudah melemparkan tatapan yang sama. Melayangkan satu pasang sepatu yang dirinya pakai. Modal bos saja sombong sekali. Padahal dulu, banyak karyawan yang memujanya. Baik dari mana eh? Fanya bahkan akhir-akhir ini hanya dibentaknya saja."Ma-maaf, Pak. Saya hanya sekadar bicara. Kalau begitu ini be

  • Damian untuk Angelia   Hancurnya Damian

    Damian mengambil kertas yang sempat jatuh tadi. Tanpa basa-basi, dirinya langsung merobek habis hingga tidak tersisa. Damian tidak menginginkan ini.matanya basah, pipinya digenangi air. Hatinya sesak, mengapa dia juga menjadi orang yang menghancurkan segalanya? Dia jahat?Damian terduduk, mencengkeram kertas hancur itu dan berteriak. Wajahnya memerah, dia marah. Bukan kepada orang lain. dirinya sendiri yang begitu bodoh. Bahkan Damian berpikir dia seperti tidak punya akal.Damian segera mengambil ponselnya. Dia menelepon anak buahnya yang sampai sekarang tidak menemukan dua orang saja. Tidak mungkin Angel pergi jauh, atau keluar dari negara ini. Dia punya apa? Itu hanya sebatas asumsi Damian saja."Bagaimana? Sudah kalian temukan?" Damian bersuara sangat berat. Laki-laki itu memberikan waktu tiga hari lagi untuk menemukan Angelia juga Skala. Kalau sampai hari itu, belum juga ditemukan. Damian akan mencarinya send

  • Damian untuk Angelia   Penyesalan

    "Asal kamu tahu. Anak yang kamu anggap tidak diinginkan ini. Anak kamu, Mas! Darah daging kamu sendiri!"Damian seperti dipukul palu yang begitu besar. Tubuhnya seakan tersengat listrik. Telinganya seakan tersumbat air yang diminta untuk mengulangi suaranya lagi agar jelas. Melihat Angelia yang berderai air mata, Damian enggan bergerak. Dia tetap diam, tubuhnya seperti membatu.Sementara, Angel. Napasnya tidak teratur, dia ikut marah saat anaknya disebut sebagai anak ... Angel tak kuasa mengingatnya lagi. Mendengarkannya lagi. Itu terlalu menyakitkan. Sungguh. Angel tidak bisa. Perempuan itu mengelap air matanya, lalu mengeratkan gendongannya pada Skala yang hanya diam saja. Mungkin, putranya itu dibayangi rasa kantuk meski sempat sadar akan percekcokan antara orang tuanya."Untuk apa aku di sini kalau tidak dihargai. Aku memang manusia penuh dosa, Tuan Damian. Tapi, apa dirimu juga bisa disebut manusia

  • Damian untuk Angelia   Sikap yang Keterlaluan

    Minggu pagi, Angelia mengajak Skala pergi ke gereja untuk beribadah. Cuacanya begitu cerah. Oleh karena itu, setelah dari gereja, Angel akan mengunjungi Yolanda.Angel berdoa begitu khusuk. Setiap minggunya selalu dengan doa yang sama. Meminta berkat Tuhan agar kehidupannya bahagia. Tidak ada lagi kesedihan. Berharap, Skala putranya bisa membuat Damian sadar dan kembali menjadi seperti dulu.Skala menatap Angel yang hanya diam saja sambil menautkan kedua tangannya. Hal itu dilakukan sama oleh Skala. Dia tidak tahu menahu soal ini, hanya memejamkan mata saja dan menggerakkan bibirnya."Skala." Angel sudah duduk sejajar dengannya. Skala membuka matanya, lalu mencium pipi Angel. "Mommy ngapain tadi?" tanya Skala."Berdoa. Bukankah Skala juga ikut berdoa tadi?"Skala menggeleng polos. "Tidak. Skala hanya ikut-ikutan mommy saja. Kalau begitu doa mommy apa?"&nbs

DMCA.com Protection Status