Saat Damian ingin membuka kenop pintu, tangannya tertahan saat mendengar sesuatu yang terjatuh. Laki-laki itu menoleh, dan mendapati Angel jatuh pingsan tepat di mana dia merintih, tetapi tidak dipedulikan olehnya.
Damian berbalik dan berjalan cepat mengarah ke Angel. Lalu duduk, menepuk pipi perempuan itu. "Angel, jangan akting. Saya tidak peduli dengan kamu. Bangun lah, kalau mau tidur, di kamarmu sendiri," kata Damian. Namun, Angel tidak bereaksi apapun. Perempuan itu hanya diam, dengan air mata yang masih basah di pipinya serta keringat yang bercucuran di dahinya. Melihat reaksi Angel yang hanya diam saja, jantung Damian berdegup kencang. Dia menepuk pipi Angel lebih keras, dan tetap tidak menghasilkan apa-apa.
"Angel, bangun ...." Tetap tidak ada balasan. Akhirnya Damian menggendong Angel, dia akan membawa perempuan itu ke rumah sakit. Sialan, seharusnya dia tidak peduli seperti ini. Kenapa hatinya tiba-tiba melunak melihat
Tubuh Angel menegang saat mendengar bisikan Damian yang begitu menyakitkan. Seolah-olah dirinya tidak ada harga diri bicara seperti itu. Angel mendorong Damian keras hingga jatuh. Dia menangis, lalu saat Damian berdiri dengan tatapan amarah, Angel dengan cepat menamparnya."Kamu pikir aku wanita apa, Damian?!"Damian memegangi pipinya yang panas akibat tamparan Angel. Dia tersenyum tipis, mengejek Angel, lalu dengan sigap memutar tangan Angel hingga berada di cengkraman nya. Angel ketakutan, sekarang Damian seperti devil yang tidak ia kenal sama sekali. Damian begitu kasar. Angel merintih sakit. Damian tidak peduli. Laki-laki itu mendekatkan bibirnya di telinga Angel. "Kamu bertanya soal keberadaan mu bukan, Angelia? Maka akan aku tunjukkan." Damian memutar tubuh Angel, lalu tanpa basa-basi menyerang bibir Angel.Angel memberontak. Dia terkejut, Damian melakukan begitu kasar hingga bibirnya berdarah. Angel menangis menjadi-jadi. Damian menatap
Semenjak Capella memilih untuk segera pulang dari apartemennya, sejak itu juga Damian hanya diam di ruang tamu. Dia berbaring, sembari menutupi wajahnya dengan tangan. Dia merasa tidak enak. Capella wanita yang baik. Memang seharusnya sejak awal, Damian tidak memberikan omongan atau janji-janji manis untuknya."Angelia!" Damian berteriak. Angel yang baru saja menyisir rambutnya, langsung berlari terburu-buru menghampiri Damian."Iya, Dam ... maksudku, Tuan. Ada apa?""Pijat tubuhku. Pegal sekali rasanya." Damian memunggungi Angel. Perempuan itu diam sejenak, lalu duduk di samping Damian.Angel gugup. Ini untuk pertama kalinya, sungguh dia benar-benar menyentuh Damian. "Pijat dengan sungguh-sungguh," kata Damian."Iya."Beberapa saat, setelah Angel lama memijat Damian. Laki-laki itu tertidur pulas. Angel tetap memijatnya. Namun, Angel sedikit miring untuk dapat melihat wajah Damian. Wajah yang kembali mengi
Damian menatap mamanya dan Ara yang sudah tiba di bandara. Memang, Lina meminta Damian untuk menjemputnya. Lina—wanita itu langsung memeluk putranya begitu erat. Senyumnya lebar, lalu Damian mendapatkan pelukan dari Ara."Damian, kabarmu baik kan di sini?" Lina mulai bertanya. Damian menggenggam tangan mamanya, lalu berjalan bersama."Damian baik, Ma. Mama sendiri gimana? Apa Ara merawat Mama dengan benar-benar?"Ara yang menjawabnya, "Ara kan anak yang baik, Kak. Tentu merawat mama dengan baik. Ya nggak, Ma?"Lina mengusap rambut Ara yang berjalan di sampingnya. "Iya, Ara anak yang baik.""Oh, iya, Ma. Hanya Mama yang datang ke sini?" tanya Damian."Iya, kakakmu sibuk. Tidak apa-apa, Mama juga tidak mau kamu repot nantinya. Mama datang ke sini saja sepertinya kami terlihat keberatan." Lina menggoda putranya sendiri. Damian mengg
Damian memegang kepalanya yang begitu pusing. Dia senang, akhirnya Ara juga mamanya pulang kembali ke Indonesia. Akhirnya dia bisa tidur lagi di apartemen. Dengan jalan yang terseok-seok karena pusing yang menjalar begitu hebat membuatnya ingin tidur cepat. Damian mabuk. Dia menghabiskan banyak botol alkohol sebelum memutuskan untuk kembali ke apartemen.Damian bukan masuk ke kamarnya. Dia justru masuk ke kamar Angel. Laki-laki itu menatap penuh pada perempuan yang sudah tidur pulas. Damian mengangkat bibir kirinya. Enak sekali dia. Seharusnya tidur setelah tuan rumahnya pulang. Namun, dia begitu tidak sopan sebagai pembantu berlabel istri tersebut.Damian melompat ke kasur. Dia langsung mengurung Angel dengan lengan kekarnya. Dengan keadaan mabuk begini, gairahnya begitu besar. Apalagi melihat bibir Angel yang begitu manja di depannya.Angel menggeliat tidak nyaman. Matanya terbuka dan langsung melotot
Angel mampu mempertahankan pernikahannya dengan Damian hingga sekarang. Meski begitu, Damian memang tidak menghargainya dalam beberapa waktu. Tidak apa-apa, mungkin cara memaafkan memang butuh banyak waktu.Sudah lima tahun. Angel dikaruniai seorang putra yang begitu manis dan juga tampan. Sayang, Angel menelan pahit ketika kelahirannya, Damian justru memutuskan untuk tidak peduli dan memilih pergi ke luar negeri. Damian bilang, setelah kepulangannya, putra Angel tidak diizinkan untuk tinggal bersamanya. Dan, Damian meminta untuk mengirimnya ke Indonesia agar dirawat oleh mamanya saja. Damian tidak ingin, itu bukan putra kandungnya. Itu hasil hubungan terlarang dari Angel dan Leonardo, mungkin. Damian saja tidak melihat bagaimana wajah orang itu. Angel sempat menolaknya. Namun, Damian mengancamnya. Jika Angel benar-benar menolak, bayinya akan dibunuh dan dia akan tetap hidup dalam kesengsaraan dan kesendirian. Angel melemahkan ancaman Damian dulu.
Damian menatap tidak suka pada kedekatan Angel dan Catur di depan sana. Lantas, laki-laki itu langsung berjalan sambil berdeham agar Angel dan Catur sedikit berjarak. "Di sini tempat kerja, bukan cekikikan tidak jelas. Lagi pula, kamu saya beri kerjaan untuk membeli makanan kan?" Damian melirik Angel.Catur yang mendengarnya lantas berkata, "Maaf, Pak. Tapi bukankah itu pekerjaan orang lain? Angel di sini bekerja sama dengan yang lain. Jadi, Bapak tidak seharusnya menyuruh Angel untuk melakukan itu."Damian berdecih. Dia menepuk pipi Catur lalu mengejeknya. "Kamu pikir, apa untungnya saya jadi bos di sini? Suka-suka saya lah mau melakukan apa. Yang penting saya gaji kalian. Kamu juga, hanya karyawan biasa tidak lebih saya berani menentang ucapan saya.""Pak, biarpun Bapak Bos. Kalau salah memang harus diluruskan," ujar Catur yang berhasil membuat rahang Damian mengeras. Apa perlu memukulnya di jam kerja
Damian mematung saat anak laki-laki kecil berlarian dan langsung memeluknya. Damian bingung, siapa anak ini sehingga dibiarkan tersesat di bandara sebesar ini? Damian melepas paksa pelukannya. Dia melotot pada anak lancang di depannya."Daddy kok lepas pelukan Kala?""Siapa yang kamu maksud Daddy heh?""Damian." Damian menoleh saat seseorang memanggilnya. Lina dan Ara sudah berdiri tidak jauh dari tempatnya. Damian sebenarnya malas sekali menjemput, tetapi Angel kekeh memintanya karena yang datang itu mamanya."Itu Skala, putramu juga Angel," kata Lina.Damian menatap bocah laki-laki itu. Dia mengusap bajunya yang baru saja ternoda olehnya. "Mama bawa anak ini? Damian tidak mengizinkannya," kata Damian."Dia butuh sosok ibu juga ayahnya, Damian. Bisakah untuk kamu menerimanya?""Ma, dia bukan anak
Seminggu sudah, dan sekarang Lina juga Ara kembali ke Indonesia. Di London, Damian terpaksa menyetujui jika Skala tinggal bersamanya. Namun, akan ada beberapa syarat nantinya. Damian tidak mau anak itu semena-mena di rumahnya sendiri."Mas kopinya." Angel menyerahkan segelas kopi hangat untuk Damian yang tengah bergadang."Duduk sebentar, saya ingin bicara soal anak kamu itu." Angel berhenti berjalan. Dia berbalik, lalu berdiri menunduk."Saya tidak suka perempuan sombong yang tidak mau menatap saya. Jadi, kamu punya dua mata untuk melihat saya. Atau saya paksa untuk mendongak?"Angel cepat-cepat mendongak. Damian menutup laptopnya, dan berkas-berkasnya. Dia menyeruput kopi, lalu menaruhnya perlahan dan kini menatap Angel."Saya tidak bebas membiarkan anak kamu itu tinggal di rumah saya. Ada beberapa syarat.""Apa, Mas syaratnya?