Beranda / Romansa / Damian&Kimberly / Bab 2. S2. New Beginning II

Share

Bab 2. S2. New Beginning II

Penulis: Abigail Kusuma
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-04 18:30:31

Los Angeles, California, New York, USA. 

Fargo membuka kaca mata hitamnya, meletakan kaca matanya itu ke saku jas, dan melangkahkan kaki tegas menuju mobil yang telah menjemputnya di lobby bandara. Ya, dia telah tiba di Los Angeles. Tiga tahun dirinya meninggalkan kota di mana dirinya lahir dan dibesarkan membuat Fargo merindukan kota ini. Kota yang menyimpan jutaan memori di masa lalu yang tak akan mungkin terlupakan. 

Namun, meski demikian tetap saja Fargo tak mau terus terusan mengingat apa yang sudah berlalu. Selama tiga tahun Fargo meninggalkan kota ini, dia terlalu fokus pada pekerjaannya. Bahkan dia tak dekat dengan wanita manapun. Tujuannya meninggalkan Los Angeles, karena pria itu ingin fokus pada diri sendiri. Tak mau memikirkan apa yang sudah terjadi. Berdamai dengan kenyataan tak mudah. Satu-satunya yang dia lakukan adalah menyibukan diri. 

“Silakan, Tuan.” Gene membukakan pintu mobil untuk Fargo kala tuannya sudah tiba di lobby bandara. Pun tanpa mengatakan sepatah kata, Fargo masuk ke dalam mobil, bersamaan dengan Gene yang duduk di kursi depan tepat di samping sang sopir. 

Tak selang lama, sopir mulai melajukan mobil meninggalkan bandara tersebut. 

“Gene, apa hari ini Kimberly ada di rumahnya?” tanya Fargo seraya menatap Gene yang duduk di kursi depan. 

“Hari ini, Nyonya Kimberly memiliki jadwal yang cukup padat. Begitupun dengan Tuan Damian. Sementara Tuan Muda Diego pasti masih di sekolah, Tuan,” jawab Gene memberi tahu. 

Fargo menganggukkan kepalanya. Padahal niatnya pertama kali tiba di Los Angeles adalah mengunjungi Kimberly dan Diego. Namun, terpaksa dia harus mengulurkan niatnya.  Dia sengaja tak memberi tahu pada siapa pun tentang kepulangannya ke Los Angeles. Alasannya, karena dia malas mendapatkan sambutan berlebihan dari ibunya. 

Selama tiga tahun ini, Fargo memang tak pernah pulang ke Los Angeles. Namun, hubungan Fargo dan keluarganya selalu lancar. Bahkan dia kerap melakukan video call dengan Diego. Wajah Diego sangat mirip dengan Damian. Tentu Fargo pernah memperbandingkan wajah Damian kecil dan Diego. Bisa dikatakan Diego layaknya fotocopy Damian. Tak sama sekali ada yang berbeda.  

“Tuan Fargo,” sapa Gene sopan. 

“Ada apa?” tanya Fargo dingin dengan raut wajah tanpa ekspresi. 

“Tuan, saya lupa memberi tahu siang ini Anda kalau Tuan Donald Cole akan bertemu dengan Anda untuk menandatangani perjanjian bisnis. Apa Anda ingin menunda pertemuan ini, Tuan?” tanya Gene penuh hati-hati. 

“Ck! Kenapa kau bisa lupa, Gene! Itu pertemuan penting!” sembur Fargo kesal pada sang asisten yang bisa lupa akan jadwalnya. 

Gene menelan salivanya susah payah. “Maaf, Tuan. Saya benar-benar lupa. Lain kali saya tidak akan mengulangi kesalahan saya lagi.” 

Fargo mengembuskan napas kasar. Pria itu ingin mengamuk, tapi percuma saja. Mengamuk sia-sia karena semua sudah terjadi. “Jangan dibatalkan. Teruskan saja. Aku akan menemuinya sekarang.” 

“B-baik, Tuan,” jawab Gene patuh dan sopan. Selanjutnya, Gene memerintahkan pada sopir untuk putar arah menuju ke arah jalan—yang berbeda sesuai dengan alamat di mana Fargo akan bertemu dengan rekan Donald Cole. 

***

Carol menghempaskan tubuhnya ke kursi kebesarannya. Wanita cantik itu menyandarkan punggungnya dan memejamkan mata lelah. Baru saja dia selesai meeting penting dengan salah satu rekan bisnisnya. Well, tak lagi terhitung berapa banyak pekerjaan yang dimiliki Carol, pasalnya beberapa tahun terakhir ini memang perusahaan skin care yang dibangun Carol dan Kimberly menuaikan hasil yang sangat meningkat tajam. 

Tentu ini adalah hasil kerja keras Carol dan Kimberly. Mereka sama-sama berjuang keras membesarkan perusahaan mereka. Ditambah baik Carol ataupun Kimberly masih memiliki perusahaan masing-masing yang mana menjadi tanggung jawab mereka. Itu yang sedikit menghambat keduanya, tapi tetap Carol dan Kimberly memperjuangkan selalu perusahaan yang telah mereka sama-sama bangun dari nol. 

Sejak usia Diego menginjak satu tahun, Kimberly sudah aktif mengelola perusahaan. Bisa dikatakan aktifnya Kimberly sangat membantu Carol. Meski selama ini Carol dibantu oleh Freddy, tetap saja ada beberapa hal yang tak enak jika Carol meminta bantuan pada Freddy. Beruntung, Diego bisa ditinggal selama Kimberly bekerja. Jadi Carol tak terlalu stress seperti sebelumnya.

“Aku ingin sekali berlibur. Apa aku ambil libur saja? Ah! Jenuhnya di kota ini,” keluh Carol seraya memijat keningnya. 

Carol mengambil wine yang ada di hadapannya, menyesap wine tersebut, meminum secara perlahan. Wanita itu memejamkan mata lelah, berusaha menyingkirkan segala kepenatan dalam pikirannya. 

Suara dering ponsel terdengar. Refleks, Carol membuka matanya, melihat ke layar tertera nama Donald Cole—Pamannya—menghubungi dirinya. Kening Carol mengerut dalam, pamannya itu sangat jarang sekali menghubunginya. Namun, kenapa sekarang malah Pamannya itu menghubungi dirinya? 

Carol mendesah pelan memikirkan alasan kenapa pamannya menghubungi dirinya. Tak berlangsung lama, dia memilih untuk menjawab panggilan tersebut. Dia tak enak jika lama menjawab panggilan dari pamannya itu. 

“Hallo, Carol. Apa kau sibuk?” ujar Donald dari seberang sana. 

“Sedikit, tapi sekarang aku sedang bersantai di ruang kerjaku. Ada apa, Paman?” tanya Carol hangat. 

“Begini, Carol. Aku dan Bibimu harus terbang ke Florida mendadak. Ada acara yang kami tidak bisa untuk tidak datang. Sedangkan asistenku harus ikut denganku. Aku ingin meminta bantuanmu bertemu dengan salah satu rekan bisnisku yang baru saja pulang dari Amsterdam. Dokumen akan segera dikirimkan dan di dalam dokumen itu ada kartu nama dari pria yang akan kau temui. Untuk alamat restorannya nanti aku akan kirimkan lewat pesan. Bagaimana? Kau bisa membantuku, kan, Carol? Aku mohon untuk kali ini saja. Aku sangat percaya padamu, Carol. Ini kerja sama yang sangat penting.” 

Carol terdiam sejenak mendengar ucapan pamannya itu. Dia ingin sekali menolak, tapi rasanya tak mungkin. Dia tidak enak kalau sampai menolak permintaan Pamannya yang sudah memohon seperti ini. 

“Baiklah, Paman. Kirimkan saja dokumen itu. Aku akan menemui rekan bisnismu.” Tak ada pilihan lain, Carol harus terpaksa memenuhi keinginan pamannya. 

“Thanks, Carol. Orangku sudah di jalan mengantarkan dokumen itu. Kau bisa tunggu dia di lobby.” 

“Ya, Paman.” 

“Sekali lagi terima kasih, Carol.” 

“Sama-sama, Paman. Salamkan aku untuk Bibi. Take care.” 

Panggilan tertutup. Carol bangkit berdiri, mengambil tas dan kunci mobil, lalu melangkah keluar dari lobby perusahaan. Sebenarnya Carol ingin istirahat, tidur sebentar di ruang kerjanya, tapi terpaksa dirinya harus menunda waktu bersantai sampai tiba di rumah nanti. 

Di lobby, Carol sudah melihat staff dari pamannya yang berjalan menghampirinya. Raut wajah Carol yang dingin tetap terlukis senyuman kala staff dari pamannya menyapa dirinya.  

“Selamat siang, Nona Carol,” sapa staff dari pamannya itu. 

“Siang,” jawab Carol hangat. 

“Nona, ini dokumen dari Paman Anda.” Staff itu memberikan dokumen tersebut pada Carol. 

“Oke, thanks. Kau boleh pergi sekarang,” balas Carol kala menerima dokumen tersebut. 

“Baik, Nona. Kalau begitu saya permisi.” Staff dari pamannya itu langsung pamit undur diri dari hadapan Carol. 

Carol menatap dokumen di tangannya seksama. Wanita cantik itu hendak membuka dokumen tersebut, dan ingin mengambil kartu nama, tapi dering pesn masuk, membuat Carol mengurungkan niatnya untuk membuka dokumen tersebut. Carol menatap ke layar ponselnya ternyata itu dari pamannya yang membagikan padanya alamat restoran yang harus dia datangi. 

Tak mau berlama-lama, Carol memutuskan untuk segera menuju ke parkiran mobil. 

Di perjalanan, Carol memikirkan siapa rekan bisnis dari pamannya itu. Pasalnya Carol tak tahu perusahan apa yang bekerja sama dengan pamannya. Meski jarang menghubungi, tapi setiap kali kumpul keluarga, Carol cukup dekat dengan pamannya itu. 

Setibanya Carol di restoran, wanita itu segera turun dari mobil sambil membawa tas dan dokumen penting Pamannya itu. Berikutnya, dia melangkah masuk ke dalam restoran sedikit terburu-buru. Dia takut kalau dirinya sampai terlambat. 

Saat langkah kaki Carol dipercepat, tiba-tiba tanpa sengaja, Carol menabrak pria yang masuk ke dalam restoran. Dia hendak tersungkur, tapi tangan kokoh pria itu refleks, melingkar ke pinggangnnya begitu erat. Tubuhnya merapat pada tubuh gagah pria itu. Aroma parfum maskulin khas yang Carol seperti tak asing menciumnya seolah membuat otak Carol menjadi memikirkan seseorang. 

Saat Carol hendak mengeluarkan suara, betapa terkejutnya dia menatap sosok pria yang ada di hadapannya. Matanya melebar meyakinkan apa yang dia lihat ini salah. Namun tidak! Penglihatannya masih sangat bagus. Tak mungkin dirinya salah mengenali seseorang. 

“F-Fargo?” 

Bab terkait

  • Damian&Kimberly   Bab 3. S2. Meet Again 

    “F-Fargo?” Mata Carol melebar terkejut melihat sosok pria yang ada di hadapannya ini Fargo. Wait! Fargo ada di Amsterdam. Tidak mungkin pria itu ada di hadapannya. Sial! Pasti dirinya salah mengenali seseorang. Carol menepis pikirannya, meyakinkan pada dirinya sendiri pasti dirinya ini salah. Tidak mungkin sosok pria yang di depannya ini adalah Fargo. Carol yakin ada yang tidak beres dengan otaknya itu.“Kenapa kau selalu membuat masalah, Carot!” suara geraman khas pria di depannya itu membuat Carol menyadari bahwa otaknya tidaklah salah. Ditambah nama paggilan ‘Carot’ yang hanya dipanggil dari mulut pria menyebalkan membuat Carol langsung sadar siapa sosok pria yang ada di depannya itu. Buru-buru, Carol menjauh dari pria itu. Beruntung injakan kakinya kuat di lantai. Jika tidak, maka sudah pasti Carol bisa saja kembali nyaris tersungkur. Oh, Hell! Betapa ceroboh dirinya. Napas Carol berembus panjang, berusaha untuk tenang seolah tak terjadi masalah apa pun. “Kau, Fargo, kan?” Ini

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04
  • Damian&Kimberly   Bab 4. S2. Fargo’s Arrival 

    “Daddy … Mommy … look at me … aku hebat, kan?” Diego berseru kala mengendarai mobil kecilnya di ruang khusus bermain. Bocah laki-laki itu tampak kegirangan kala bisa mengendarai mobil kecilnya dengan lancar. Ruang bermain Diego sangat besar. Jadi, tak heran jika Diego bisa leluasa mengendarai mobil mininya itu. Pun saat ini Kimberly dan Damian tak lagi tinggal di penthouse. Sekitar dua tahun lalu, Kimberly dan Damian memutuskan tinggal di mansion. Mereka sama-sama menyadari, Diego sangat aktif. Penthouse tak terlalu besar untuk mereka tempati. “Ya, Sayang, kau hebat, tapi pelan-pelan. Kau baru saja selesai makan. Nanti kau muntah kalau langsung mengebut seperti itu,” tegur Kimberly mengingatkan Diego. Putra kecilnya itu baru saja selsai disuapi makan steak olehnya. Memang, kebiasaan Diego setiap kali selesai makan adalah bermain. Apalagi Diego sangat menyukai mobil. “Oke, Mommy. Tenang saja. Aku pintar, Mommy,” jawab Diego riang. Dua pengasuh Diego sudah berjaga-jaga menjaga Diego

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04
  • Damian&Kimberly   Bab 4. S2. Troublesome Woman

    “Sayang, hari ini kau pulang jam berapa?” Kimberly membantu memakaikan dasi di leher sang suami, menepuk-nepuk pelan dada bidang suaminya itu kala dasi sudah terpasang sempurna. Seperti biasa setiap pagi, Kimberly selalu membantu sang suami untuk bersiap-siap ke kantor. “Mungkin sedikit terlambat. Aku memiliki meeting penting hari ini, Kim. Kau sendiri bagaimana? Jam berapa kau pulang?” Damian menarik dagu Kimberly, mencium dan melumat lembut bibir istrinya itu. “Aku pulang sore, Sayang. Jam tiga sore nanti pasti aku sudah pulang.” Kimberly melingkarkan tangannya ke leher Damian. Merapatkan tubuhnya ke tubuh sang suami. “Diego nanti pulang jam berapa?” tanya Damian sambil memeluk pinggang istrinya itu. Tadi jam tujuh pagi, Diego sudah lebih dulu berangkat sekolah. Diego berangkat lebih awal, karena bocah laki-laki itu memiliki jadwal kelas lebih pagi. “Sepertinya Diego akan menginap di rumah orang tuaku. Diego ingin bermain dengan Ben. Orang tuaku juga merindukan Diego. Tidak apa-

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04
  • Damian&Kimberly   Bab 6. S2. Troublesome Woman II 

    “Berengsek!” Fargo mengumpat dalam hati kala sudah selesai mengganti pakaiannya dengan kaus bersih. Tampak tatapan Fargo menatap kesal dan penuh emosi pada Carol yang masih meracau akibat mabuk. Saat ini Carol berbaring di ranjang dan mengatakan hal-hal sembarangan layaknya orang mabuk. Ya, dengan terpaksa Fargo membawa Carol pergi ke apartemen pribadinya. Fargo tak memiliki pilihan lain, karena jika dirinya melepas Carol, maka bisa jadi masalah baru akan timbul. “Menyusahkan sekali wanita ini!” Fargo ingin menghubungi siapa pun kontak nama yang ada di ponsel Carol, agar segera membawa Carol pergi menjauh darinya. Akan tetapi entah kenapa Fargo tak bisa melakukan itu. Seperti ada magnet kuat yang mencegah dirinya. Apalagi ketika melihat Carol yang tampak seperti sangat putus asa. Fargo memejamkan mata singkat. Berusaha mengatasi segala emosi yang terbendung dalam dirinya. Tujuan Fargo ke kelab malam karena ingin menenangkan pikiran yang belakangan ini lelah dengan pekerjaannya. Nam

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-26
  • Damian&Kimberly   Bab 7. S2. Troublesome Woman III

    Carol mondar mandir tidak jelas di dalam kamar mandi. Wajah cantik wanita itu sudah seperti kepiting rebus akibat menahan malu. Sudah lima belas menit lalu dia selesai membersihkan diri, tapi tetap Carol tak kunjung keluar dari kamar mandi. Benaknya sejak tadi memikirkan tentang kebodohannya yang kelepasan bicara. Bagaimana bisa dirinya malah memberi tahu Fargo tentang ukuran dadanya? Astaga! Benar-benar sangat bodoh! Memalukan! Carol mendengkus seraya mengumpati dirinya sendiri. Jika sudah seperti ini, sama saja dengan mempermalukan diri. Perlahan, dia memejamkan mata sebentar, mengambil napas dalam-dalam dan mengembuskan perlahan. Hal yang paling menbuatnya kesal pada dirinya adalah kerap kelepasan bicara. Alhasil, sekarang dirinya sendiri yang malu. Akan tetapi, Carol tak bisa memungkiri bahwa dia berterima kasih pada Fargo yang sudah menyelamatkannya. Entah, bagaimana nasibnya kalau sampai Fargo meninggalkannya seorang diri di kelab malam. Memang, dia akui tadi malam dirinya mab

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-26
  • Damian&Kimberly   Bab 8. S2. Awkwardness

    “Turunlah. Mobilmu pasti sudah ada di halaman parkir kantormu. Tadi pagi aku sudah meminta asistenku mengantarkan mobilmu.” Fargo berucap dengan nada dingin kala pria itu sudah mengantarkan Carol tepat di lobby perusahaan Carol. Ya, tadi pagi-pagi sekali, dia sudah meminta asistennya mengambil mobil Carol yang masih terparkir di kelab malam, mengantarkan ke halaman parkir kantor Carol. “Terima kasih sudah membantuku,” jawab Carol dengan nada yang sama persis seperti Fargo. Dingin dan acuh. Paling tidak, Carol sekarang tak memiliki beban utang budi. Memasak untuk Fargo sudah sebagai bentuk balas budi. Meski rasa masakannya pas-pasan, tapi tetap masih bisa dimakan. “Anyway, besok aku akan ke kantormu. Pamanku sudah memberikan kontrak revisi yang paling terbaru. Aku tidak akan lama di kantormu. Jadi kau jangan mempersulitku meminta revisi kontrak kerja sama lagi.” Carol menoleh, menatap Fargo. Tatapan Carol menatap jengkel dan tersirat kesal pada Fargo. Ingatannya langsung tergali aka

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-26
  • Damian&Kimberly   Bab 9. S2. Awkwardness II 

    Carol menjadi kikuk dan tak tahu bagaimana harus bersikap kala melihat pemandangan di depan mata. Pemandangan di mana yang mengusik ketenangan jiwa dan raga. Entah, dia tak mengerti pada dirinya sendiri. Namun, andai Carol tahu Fargo sedang sibbuk bermesraan dengan wanita lain, maka dia tak akan masuk ke dalam. Sungguh, dia merasa dirinya sekarang terjebak dan sulit untuk menghindar. ‘Kenapa aku harus ada di kondisi begini?’ geram Carol kesal dalam hati. Ingin rasanya Carol pergi, tapi kaki wanita itu seakan telah tertanam di lantai—membuatnya kesulitan dalam bergerak. Fargo melihat Carol yang berdiri di ambang pintu. Raut wajahnya dingin dan tampak menahan rasa kesal. Detik selanjutnya, dia melepas paksa pelukan seorang wanita—yang memeluk dirinya bertepatan dengan Carol membuka pintu ruang kerjanya. Pun dia tak pernah mengira kalau wanita di hadapannya itu memeluk dirinya secara tiba-tiba. “Pulanglah, Eldora. Aku sibuk,” ucap Fargo dingin, mengusir wanita bernama Eldora. Fargo ta

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-26
  • Damian&Kimberly   Bab 10. S2. Party 

    Carol menenggak wine di tangannya hingga tandas. Entah kenapa mood-nya benar-benar dalam keadaan yang tidak baik. Dia ingin sekali tak datang di jamuan makan malam yang diadakan perusahaan Damian, tapi dia tak enak pada Kimberly kalau sampai tidak datang. Mau tak mau, dia memilih untuk datang karena sudah terlanjur berjanji. Carol menyandarkan punggungnya di sofa, mengambil bantal kecil dan memeluknya. Merasa sedikit bosan, dia mengambil remote televisi, dan langsung menghidupkan. Namun, di kala baru saja televisi dihidupkan, tatapannya menatap lekat penyiar berita yang tengah memberitakan sesuatu. *Kabar sore ini datang dari Fargo Jerald, mantan suami Kimberly Darrel ini sudah lagi terlihat di Los Angeles. Banyak paparazzi yang diam-diam mengambil gambar Fargo Jerald. Sampai detik ini, Fargo Jerald masih belum memiliki pengganti Kimberly Darrel. Tampaknya Fargo Jerald masih belum mau memulai sebuah hubungan.* Carol mematikan siaran berita itu. Tujuan Carol melihat televisi adalah

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-26

Bab terbaru

  • Damian&Kimberly   Bab 15. S2. Beautiful Mistake II

    Raut wajah Carol menunjukkan jelas kemuramannya. Pancaran matanya tampak melemah. Jutaan hal mengusik pikiran Carol, membuat seakan tubuhnya terasa lelah. Dia mengeratkan selimut yang membalut tubuh polosnya. Dia menggigit bibir bawahnya mengingat kejadian beberapa menit lalu. Kejadian di mana tak pernah dia sangka. Semua terjadi begitu cepat, dan berhenti begitu saja seakan dirinya tak pernah diinginkan. Air mata Carol sudah mengumpul di belakang kornea matanya. Namun, wanita itu menahan diri untuk tak menangis. Entah dia tak mengerti kenapa dirinya sangat sensitive. Padahal seharusnya Carol merasa bersyukur tak terjerat dalam ikatan semu. Sungguh, dia memang tak mengerti pada dirinya sendiri. Semua terlalu rumit untuk dikatakan. Sayup-sayup mata Carol mulai merasakan kantuk. Wanita cantik itu ingin sekali pindah ke kamarnya, tetapi kondisi kakinya tak memungkinkan untuk berjalan. Perlahan, dia mulai membaringkan tubuh di sofa. Pikiran dan tubuhnya sangat lelah, membuat rasa kantu

  • Damian&Kimberly   Bab 14. S2. Beautiful Mistake 

    Sudah berjam-jam Carol memaksa untuk menutup matanya, wanita cantik itu ingin sekali beristirahat. Pun tubuhnya terasa begitu lelah. Begitu juga dengan pikirannya yang sangat lelah. Akan tetapi, alih-alih memejamkan mata malah Carol tak bisa tidur sama sekali. Hatinya seperti gelisah akan sesuatu. Benak wanita itu memikirkan hal yang dia sendiri tak tahu hal apa yang mengusik ketenangan hati dan jiwa. Carol bangun, dan memilih duduk serta menyandarkan punggung di kepala ranjang. Beberapa kali, dia menarik napas dalam-dalam, dan mengembuskan perlahan. Ya, sekarang dia masih berada di kamar tamu di apartemen pribadi milik Fargo. Mungkin kejadian tadi di pesta, membuatnya tak bisa tidur nyenyak. Harus dia akui, tindakan Fargo yang menyelamatkannya dari Adrik, membuat hatinya merasakan aman dan terlindungi. Rupanya Fargo bisa bersikap gentlemen. Carol melirik jam dinding—waktu menunjukkan pukul dua malam. Biasanya dia sudah tertidur pulas pada pukul ini, tapi sayangnya sekarang dia tida

  • Damian&Kimberly   Bab 13. S2. Party IV

    Sepasang iris mata Fargo menatap Adrik Zeno di hadapannya dengan tatapan dingin, tajam, dan menusuk. Tatapan yang tersirat penuh peringatan. Aura wajahnya menunjukan kemarahan yang tak terkendali. “Jangan ikut campur! Aku tahu kau tidak memiliki hubungan apa pun dengan Carol!” seru Adrik dengan penuh keyakinan. Tatapannya membalas tatapan Fargo tak kalah tajam. Fargo menarik tangan Carol, membawa masuk ke dalam dekapannya. “Aku dan Carol memang sengaja menyembunyikan hubungan kami. Akan ada waktunya kami mengumumkan hubungan kami pada publik. Kami memiliki alasan sendiri untuk tidak memublikasikan hubungan kami. Kau hanya orang luar yang tidak tahu apa pun. Jadi lebih baik diam!”Setelah mengatakan itu, Fargo menggenggam tangan Carol, membawa Carol meninggalkan pesta. Tampak, raut wajah Adrik berubah dingin dan menunjukan jelas emosinya kala Fargo membawa Carol. Adrik hendak ingin mengejar, tapi Adrik menyadari bahwa dirinya berada di pesta. Adrik tak mau membuat kekacauan. Fargo

  • Damian&Kimberly   Bab 12. S2. Party III

    “Kenapa kau selalu cantik, hm?” Damian melingkarkan tangannya di pinggang Kimberly possessive. Banyak mata yang melihat sang istri, tapi Damian langsung memeluk erat sang istri, seakan menunjukkan pada dunia—Kimberly hanya miliknya. “Sayang, kau jangan merayu.” Kimberly memukul pelan lengan kekar Damian. Tampak pipi wanita itu tersipu malu. Saat ini dan dan suami berada berdansa di lantai dansa. Alunan musik slow motion, membuat Kimberly hanyut akan dansa romatis itu. Damian mengecupi bibir Kimberly bertubi-tubi. Pria tampan itu selalu gemas akan tingkah sang istri yang selalu menggemaskan. Saat Damian menikmati dansa romantis dengan Kimberly—tatapan pria tampan itu teralih pada Fargo dan Carol—yang tengah berdansa. Detik itu juga raut wajah Damian berubah. Sepasang iris mata cokelat gelapnya menatap Fargo dan Carol dengan tatapan penuh arti. “Kim, lihatlah ke kanan,” bisik Damian pelan di telinga Kimberly. Refleks, Kimberly mengalihkan pandangannya ke arah kanan, sesuai dengan yan

  • Damian&Kimberly   Bab 11. S2. Party II 

    Mata Fargo melebar menatap Carol dengan tatapan terkejut sekaligus memiliki jutaan arti. Lidahnya tak mampu berucap. Pria tampan itu hanya mencetuskan nama Carol di dalam hatinya, tak bisa mengeluarkan sepatah kata pun. Dia tetap bergeming, tak bergerak sedikit pun. Tatapan itu seakan hanyut membawanya ke lautan lepas, yang entah membawanya ke arah mana.Lagi, Fargo tetap hanya diam tak mengatakan sepatah kata pun kala Carol sudah mendekat. Gaun yang dipakai Carol begitu indah dan cantik. Rambut panjang wanita itu digulung ke atas, menunjukkan leher jenjangnya yang memukau. Belahan dada Carol terlihat. Pun Fargo melihat jelas ukuran dada Carol memang menantang. Bulat, padat, dan menggoda para kaum adam. Orang yang menatap Carol tak hanya Fargo saja, tapi banyak dari pria lain yang juga menatap Carol. Tentu kehadiran Carol yang sendiri mengundang perhatian banyak orang. Semua orang di pesta pasti beranggapan bahwa Carol adalah wanita single. Jamuan makan malam yang diadakan oleh Darr

  • Damian&Kimberly   Bab 10. S2. Party 

    Carol menenggak wine di tangannya hingga tandas. Entah kenapa mood-nya benar-benar dalam keadaan yang tidak baik. Dia ingin sekali tak datang di jamuan makan malam yang diadakan perusahaan Damian, tapi dia tak enak pada Kimberly kalau sampai tidak datang. Mau tak mau, dia memilih untuk datang karena sudah terlanjur berjanji. Carol menyandarkan punggungnya di sofa, mengambil bantal kecil dan memeluknya. Merasa sedikit bosan, dia mengambil remote televisi, dan langsung menghidupkan. Namun, di kala baru saja televisi dihidupkan, tatapannya menatap lekat penyiar berita yang tengah memberitakan sesuatu. *Kabar sore ini datang dari Fargo Jerald, mantan suami Kimberly Darrel ini sudah lagi terlihat di Los Angeles. Banyak paparazzi yang diam-diam mengambil gambar Fargo Jerald. Sampai detik ini, Fargo Jerald masih belum memiliki pengganti Kimberly Darrel. Tampaknya Fargo Jerald masih belum mau memulai sebuah hubungan.* Carol mematikan siaran berita itu. Tujuan Carol melihat televisi adalah

  • Damian&Kimberly   Bab 9. S2. Awkwardness II 

    Carol menjadi kikuk dan tak tahu bagaimana harus bersikap kala melihat pemandangan di depan mata. Pemandangan di mana yang mengusik ketenangan jiwa dan raga. Entah, dia tak mengerti pada dirinya sendiri. Namun, andai Carol tahu Fargo sedang sibbuk bermesraan dengan wanita lain, maka dia tak akan masuk ke dalam. Sungguh, dia merasa dirinya sekarang terjebak dan sulit untuk menghindar. ‘Kenapa aku harus ada di kondisi begini?’ geram Carol kesal dalam hati. Ingin rasanya Carol pergi, tapi kaki wanita itu seakan telah tertanam di lantai—membuatnya kesulitan dalam bergerak. Fargo melihat Carol yang berdiri di ambang pintu. Raut wajahnya dingin dan tampak menahan rasa kesal. Detik selanjutnya, dia melepas paksa pelukan seorang wanita—yang memeluk dirinya bertepatan dengan Carol membuka pintu ruang kerjanya. Pun dia tak pernah mengira kalau wanita di hadapannya itu memeluk dirinya secara tiba-tiba. “Pulanglah, Eldora. Aku sibuk,” ucap Fargo dingin, mengusir wanita bernama Eldora. Fargo ta

  • Damian&Kimberly   Bab 8. S2. Awkwardness

    “Turunlah. Mobilmu pasti sudah ada di halaman parkir kantormu. Tadi pagi aku sudah meminta asistenku mengantarkan mobilmu.” Fargo berucap dengan nada dingin kala pria itu sudah mengantarkan Carol tepat di lobby perusahaan Carol. Ya, tadi pagi-pagi sekali, dia sudah meminta asistennya mengambil mobil Carol yang masih terparkir di kelab malam, mengantarkan ke halaman parkir kantor Carol. “Terima kasih sudah membantuku,” jawab Carol dengan nada yang sama persis seperti Fargo. Dingin dan acuh. Paling tidak, Carol sekarang tak memiliki beban utang budi. Memasak untuk Fargo sudah sebagai bentuk balas budi. Meski rasa masakannya pas-pasan, tapi tetap masih bisa dimakan. “Anyway, besok aku akan ke kantormu. Pamanku sudah memberikan kontrak revisi yang paling terbaru. Aku tidak akan lama di kantormu. Jadi kau jangan mempersulitku meminta revisi kontrak kerja sama lagi.” Carol menoleh, menatap Fargo. Tatapan Carol menatap jengkel dan tersirat kesal pada Fargo. Ingatannya langsung tergali aka

  • Damian&Kimberly   Bab 7. S2. Troublesome Woman III

    Carol mondar mandir tidak jelas di dalam kamar mandi. Wajah cantik wanita itu sudah seperti kepiting rebus akibat menahan malu. Sudah lima belas menit lalu dia selesai membersihkan diri, tapi tetap Carol tak kunjung keluar dari kamar mandi. Benaknya sejak tadi memikirkan tentang kebodohannya yang kelepasan bicara. Bagaimana bisa dirinya malah memberi tahu Fargo tentang ukuran dadanya? Astaga! Benar-benar sangat bodoh! Memalukan! Carol mendengkus seraya mengumpati dirinya sendiri. Jika sudah seperti ini, sama saja dengan mempermalukan diri. Perlahan, dia memejamkan mata sebentar, mengambil napas dalam-dalam dan mengembuskan perlahan. Hal yang paling menbuatnya kesal pada dirinya adalah kerap kelepasan bicara. Alhasil, sekarang dirinya sendiri yang malu. Akan tetapi, Carol tak bisa memungkiri bahwa dia berterima kasih pada Fargo yang sudah menyelamatkannya. Entah, bagaimana nasibnya kalau sampai Fargo meninggalkannya seorang diri di kelab malam. Memang, dia akui tadi malam dirinya mab

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status