***Sarah membuka matanya perlahan, kepalanya terasa berat. Ia merasa sesak dan memar di bagian kepala. Sejenak, ia terdiam, memperhatikan langit-langit kamar yang asing baginya, lalu kesadarannya kembali."Apakah Jasmine menjebakku? Di mana aku sekarang?" batin Sarah. Ia merasa menyesal telah mempercayai Jasmine."Kamu bodoh, Sarah!" desis Sarah dalam hati, menyalahkan dirinya sendiri. Ketika pintu kamar terbuka, Sarah pura-pura tidur lagi, merasa agak takut. Suara langkah terhenti di samping tempat tidurnya. Sarah seakan kesulitan bernafas. Ketika tangan itu menyentuh pipinya, Sarah membuka mata dan menahan tangan itu."Hansen!" pekik wanita itu terkejut melihat Hansen yang ada di depannya saat ini.Lelaki itu tersenyum lembut, sorot matanya penuh hangat, sesuatu yang hanya ditunjukkan Hansen pada Sarah.“Syukurlah kamu sudah sadar. Bagaimana? Apakah masih pusing?” pria itu bertanya dengan penuh perhatian."Kenapa aku di sini? Bukankah aku bersama Jasmine?" Sarah malah bertanya bali
*** Hansen mengantarkan Sarah pulang ke apartemennya, meskipun awalnya wanita itu menolak. Namun, ia tidak membiarkannya pulang sendirian. Hansen masih terpaku pada kejadian malam di bar ketika Sarah dijebak, dan tidak bisa membiarkan Sarah sendirian.Mereka terdiam di dalam mobil, tidak banyak bicara. Sarah duduk di belakang kemudi bersama Hansen. Hansen terus fokus pada laptopnya, sangat serius saat bekerja. Sarah sekilas menoleh ke arah Hansen, dan dari samping, lelaki itu terlihat sangat memesona, dengan hidung mancung dan kulit putih serta rambut kecoklatannya. Hansen adalah tipe lelaki yang mudah disukai oleh perempuan mana pun.Sarah kembali melirik ke arah Hansen, saat lelaki itu asyik dengan pekerjaannya, dia berbalik menatap Sarah, dan mata mereka bertemu. Bola mata biru Hansen seolah membius siapa pun yang melihatnya, dan bulu mata lentik dan lebat menambah pesona pada keseluruhan penampilannya.Lelaki itu tampak sempurna, tak ada celah sedikit pun di wajahnya. Sarah meng
***"Kamu tak perlu bersusah-susah membalas Jasmine, karena dia sudah jatuh,” seru Bastian sambil menatap Zeline.“Maksud Kakak?” tanya Zeline tak mengerti.“Hansen sepertinya telah menanganinya,” jawab Bastian dengan senyum yang puas.“Hansen? Apa yang dia lakukan?” tanya Sarah penasaran.Bastian tersenyum tipis, lalu mengambil gadgetnya dan menunjukkan headline news yang sangat heboh hari ini. Sarah dan Zeline melihat layar gadget Bastian dengan serius, dan mata Sarah membulat sempurna setelah membaca dengan seksama.“Apa benar yang baru saja ditulis?” tanya Sarah, matanya penuh tanya.Bastian mengangguk, “Ini suruhan Hansen. Dia yang membayar media ini. Mudah bagi kita untuk mengatur berita yang kita inginkan dengan membayar media.”“Tapi apakah ini tidak terlalu berlebihan?” tanya Sarah pelan.Zeline menatap Sarah dengan ekspresi heran, bingung mengapa Sarah begitu peduli pada seseorang yang hampir saja melukai dirinya. “Ini masih hal yang wajar, dia masih bisa menghirup udara den
***Sarah membuka matanya dengan terkejut saat menyadari ada seseorang yang tidur di sampingnya. Lelaki itu tertidur dengan nyenyak, tangannya melingkar di pinggang Sarah.Sarah tidak tidur di kamar Shopia karena masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan dan dia tidak ingin mengganggu Shopia. Sebagai gantinya, dia tidur di kamar tamu. Awalnya, Zeline menyarankan agar Sarah tidur di kamar Kevin, tapi Sarah menolak karena belum nyaman tidur di kamar lelaki. Entah bagaimana, Kevin akhirnya bisa tidur di kamar bersamanya, meskipun dia telah mengunci pintunya. Sarah lupa bahwa Kevin adalah tuan rumah dan mudah bagi Kevin untuk membuka kunci kamar.Sarah tersenyum, melihat wajah lelaki yang telah ia rindukan. Dia bisa memandanginya tanpa ada batasan waktu atau jarak.Wajah Kevin sangat berwibawa, tapi saat matanya tertutup, dia terlihat seperti anak kecil yang lucu. Berbeda dengan ketika dia terjaga, wajahnya tegap dan dingin. Banyak orang yang menganggapnya menakutkan karena tidak ada se
***Akhirnya, Sarah datang ke kantor Kevin. Kantor itu memiliki banyak kenangan indah baginya, tempat di mana ia jatuh cinta pada bossnya sendiri. Cerita klasik yang sering muncul dalam novel atau drama, dan kini ia mengalami sendiri. Sungguh lucu.Sarah bersapa kepada para security dan karyawan yang tidak sengaja bertemu dengannya. Mereka masih mengingatnya, tentu saja. Siapa yang tidak mengenal Sarah, asisten pribadi CEO mereka. Gadis cantik dengan senyum yang tulus. Sarah disukai oleh para karyawan di sana, terutama karyawan pria. Namun, ada beberapa yang tidak menyukainya, kebanyakan perempuan yang iri padanya. Tapi Sarah tidak pernah mempermasalahkannya, ia acuh terhadap hal itu karena merasa tidak pernah merugikan siapapun.Nancy terkejut melihat Sarah datang ke kantor, dan ia langsung berlari menghampiri Sarah dan memeluknya."Mbak sangat merindukanmu, Sar," ucap Nancy sambil memeluk Sarah."Aku juga merindukanm Mbak Nancy, makanya aku mampir ke sini,” balas Sarah."Kamu semak
***"Sudah beberapa hari ini pesan maupun panggilan dari Sarah pada Kevin tak pernah digubris, kali ini ia memang salah. Menyakiti hati lelaki itu dan bodohnya lagi ia malah menyebut nama lelaki lain di hadapannya.Seharusnya ia sadar, bahwa harga diri lelaki itu tinggi. Seharusnya ia tak ceroboh mengatakan hal itu padanya. Sarah menghela nafas, sebentar lagi ia akan menghadiri acara amal yang diadakan oleh perusahaan Zeline. Sebenarnya ia merasa sangat malas untuk pergi, tapi bagaimanapun ia adalah karyawan terlebih lagi ia tak enak dengan Zeline jika tak datang.Sarah mematut diri di depan cermin, lalu ia pulas wajahnya dengan make up. Ia sapukan eyeshadow berwarna coral dan juga coklat, setelah memakai semuanya sentuhan akhir adalah memakai lipstik berwarna coral. Riasan alami yang semakin memancarkan kecantikannya. Untuk rambut, Sarah tak pernah neko-neko, setelah mencatok dan merapihkan rambutnya yang lurus dan hitam sampai sepinggang, ia membiarkannya tergerai dengan poni pendek
***Sarah menggeliatkan tubuhnya, ia sangat nyenyak dan ia merasa kepalanya sudah membaik. Perutnya sangat lapar, lalu ia lihat jam ditangannya dan waktu sudah malam. Pantas saja perutnya sangat lapar. Sebelum pergi, ia harus melihat kota Jakarta dari balkon kamar hotelnya, Sarah ingin selfie sesekali dengan latar kota Jakarta saat malam.Sarah bergegas menuju balkon kamar hotel, ia sedikit terkejut karena balkon terbuka. Padahal tadi ia sudah menutup pintu balkon dengan rapat, apa angin yang membuatnya terbuka. Sarah tak peduli, ia ke balkon dan sangat menikmatinya. Sungguh sangat indah.Sarah berdiri didepan balkon sambil memejamkan matanya, ia ingin merasakan hembusan angin malam yang menerpa tubuhnya itu.Saat memejamkan matanya, ada tangan yang melingkar di pinggangnya dari belakang Sarah tersentak, ia tak tahu ada orang lain dikamar, lalu parfum mahal yang maskulin menyadarkan siapa yang memeluknya.Lelaki itu mengecup puncak kepalanya dengan lembut, ia selalu merasa tenang saat
***Asap rokok yang pekat terus menghiasi kamar Hansen, sudah berapa batang rokok yang ia hisap sambil menatap potret Sarah yang sengaja dipajang di dinding kamarnya. Hansen terus menatap, sesekali meminum wine yang ada di tangan kanannya.Hati Hansen, entah kesekian kalinya, jatuh karena ulah perempuan itu. Ia tak tahu harus bagaimana, apakah ia harus terus mengejarnya atau harus menyerah. Hati dan pikirannya kacau, tak bisa berpikir jernih.Hansen menatap nanar potret itu, tersenyum menertawakan dirinya sendiri kenapa bisa lemah karena jatuh cinta pada Sarah.Ia tak tahu bagaimana bisa sampai seperti ini, bahkan merelakan gelar Duke yang ia impikan hanya demi seorang perempuan. Perempuan itu memang racun, bisa mematikan semuanya, termasuk akal sehatnya."Kamu membuatku gila, Sarah! Saat melihatmu kemarin, sungguh sulit bagiku untuk melupakanmu. Aku harus bagaimana? Melupakanmu? Aku tak mampu. Berhenti mencintaimu? Aku tak bisa! Jangan salahkan aku jika suatu saat aku bisa menjadi gi