***Sarah sedang merapikan meja kerjanya, bersiap untuk pulang lebih awal karena ingin istirahat setelah seharian mengikuti Hansen. Kadang-kadang dia heran mengapa harus mengikuti Hansen untuk bertemu klien, padahal dia bukan manajer pemasaran di perusahaan Zeline. Sarah merasa seolah Hansen mengikatnya, dan dia hanya bisa berdoa agar lelaki baik itu segera menemukan pasangan yang tepat.Setelah berpamitan pada para karyawan, Sarah bergegas keluar karena taksi online yang ia pesan sudah menunggu. Saat naik ke taksi, dia melihat Hansen menuju butik. Sarah merasa lega karena dia sudah keluar dan tak perlu memberi alasan untuk menolak Hansen.“Terima kasih, Tuhan,” gumam Sarah bersyukur.***Sarah melepaskan penatnya dengan merebahkan tubuhnya di kasur. Tiba-tiba, Kevin terlintas dalam pikirannya, dan dia sangat merindukan lelaki itu. Beberapa detik kemudian, layar gadgednya berbunyi dan nama Kevin terpampang di sana.Sarah tersenyum bahagia, rindunya sedikit terobati."Sayang," sapanya
***Sarah terdiam, menatap rangkaian bunga Gardenia yang tiba-tiba dikirimkan padanya. Ia tak tahu siapa pengirimnya. Lalu, dia mengambil gadgetnya dan menelepon seseorang."Ada apa, sayang?" tanya Kevin di ujung telepon. Pria itu terkejut karena Sarah menghubunginya."Terima kasih atas bunga Gardenia yang kamu kirimkan pagi ini, aku sangat menyukainya," ucap Sarah sambil menatap mesra bunga di tangannya, sesekali mencium wanginya."Bunga? Siapa pengirimnya?" tanya Kevin penasaran."Lho, bukankah bunga ini dikirim dari kamu?" Sarah bertanya agak panik."Aku tidak mengirimkan bunga apapun. Apakah itu salah kirim?" Kevin mulai was-was."Namanya tertulis untukku, dan pengirimnya menyatakan rasa kagum padaku. Apakah itu kamu? Pasti ini kamu, kn?" Sarah bertanya lagi untuk memastikan.Tak ada jawaban dari Kevin, lalu Sarah berkata, "Tunggu sebentar, aku akan datang ke sana." Kevin menutup teleponnya tanpa berkata apa-apa.Sekali lagi, Kevin mengakhiri obrolan tanpa pamit di ujung telepon.
***Sarah merenung, menggumamkan pikirannya tentang kecemburuan seorang lelaki. Bagaimana rasa cemburu itu terasa lucu dan seperti tingkah laku anak kecil. Kecemburuan yang berlebihan memang berbahaya, bisa mengubah seseorang dan membuatnya bertindak di luar batas kewajaran.Sarah kadang merasa tidak bisa mempercayai betapa kecemburuan Kevin kadang-kadang membuatnya sesak. Lelaki itu sangat posesif, bahkan terhadap angin yang berhembus pun Kevin bisa merasa cemburu karena angin bebas menyentuhnya.Sangat menyebalkan, bukan?Setelah peristiwa pemberian bunga oleh Hansen, Kevin menjadi sangat protektif padanya. Dia selalu mengendalikan Sarah, melarangnya berinteraksi dengan lelaki lain, bahkan mengantar jemput Sarah setiap saat, kecuali jika Sarah sangat sibuk, maka sopirnya yang menggantikan tugas tersebut.Meski Sarah protes dan menyampaikan keberatannya, Kevin tidak menghiraukannya sama sekali.Meski Sarah merasa kesal, namun bagaimanapun juga, Kevin adalah tempat yang paling nyaman
***Sejak kejadian ciuman di Caffe, Zeline dan Bastian terlihat canggung satu sama lain. Entah apa yang menyebabkan perubahan ini. Ketika Sarah menanyakan mengapa Zeline menangis tiba-tiba saat itu, gadis itu hanya diam. Begitu juga ketika Sarah mengajukan pertanyaan yang sama pada Bastian, lelaki itu juga hanya diam. Sarah sangat yakin, pasti ada yang tidak beres dan juga kenapa keduanya tampak malu satu sama lainnya?"Sayang, nanti Pak Agus akan menjemputmu. Kita makan siang bersama," ajak Kevin melalui telepon."Mengapa bukan kamu yang menjemput?" tanya Sarah."Aku ada urusan sebentar, aku akan menunggu. Sampai jumpa, sayang." Kevin mengakhiri panggilan tersebut tanpa menunggunya bicara.Sarah menghela nafas, merasa agak kesal dengan keputusan Kevin yang seringkali membuatnya tanpa memberikan kesempatan untuk diskusi terlebih dahulu.Pintu ruangannya diketuk, dan seorang karyawan masuk. "Bu Sarah, sopir Pak Kevin ada di sini untuk menjemput ibu," ucapnya."Iya, bilang padanya untuk
***Jasmine menunggu Sarah di sebuah kafe yang tidak jauh dari tempat kerja Sarah. Tak lama kemudian, Sarah tiba dan menyambutnya dengan senyum, yang kemudian dibalas oleh Jasmine."Aku minta maaf karena mengganggu waktu istirahatmu," ucap Jasmine, merasa tidak enak."Tidak masalah! Ini jam istirahat dan kita bertemu dekat tempat kerjaku," jawab Sarah, tidak mempermasalahkannya.Setelah memesan Caffe Latte dan beberapa cemilan, Jasmine bertanya, "Apakah suatu saat aku bisa membawa Sophia pergi berlibur?"Sarah ragu untuk menjawab, bingung tentang apa yang sebaiknya dikatakan."Kamu adalah ibunya, tentu saja kamu memiliki hak untuk menghabiskan waktu dengannya. Mengapa kamu harus bertanya padaku?" jawab Sarah.Jasmine menghela nafas. "Kamu tahu, ayahnya sangat sulit bagiku. Aku tidak punya banyak waktu untuk Sophia, padahal aku ingin Sophia merasa nyaman dengan ibunya sendiri!" ucap Jasmine dengan nada hampir putus asa.Sarah merasakan penekanan pada kata 'ibu', seolah-olah Jasmine ing
***Hingar bingar dari musik malam tidak mampu meredakan kesedihan di hati Hansen, yang terus terbayang-bayang oleh Sarah. Sulit baginya untuk melupakan wanita itu, sulit baginya untuk menerima kenyataan bahwa perasaannya tidak terbalaskan. Wanita itu memang telah membuatnya gila.Hansen meminum wine tanpa menghitung berapa banyaknya, membiarkan dirinya mabuk sejenak untuk melupakan segala duka yang ada. Baginya, wine seperti wanita itu, keduanya sama-sama memabukkan."Hans, kenapa hanya minum sendirian? Ada banyak wanita cantik di sini. Lihatlah yang itu, dia terus menatapmu tanpa berkedip," kata Steve, mengalihkan perhatian Hansen dari lamunannya.Hansen tidak menghiraukannya, terus saja menikmati wine sambil sesekali mengamatinya."Ayo! Kamu bisa menikmati malam ini bersama dia. Dia sangat cantik dan tubuhnya menggairahkan," goda Steve."Kamu saja, aku tidak tertarik!" jawab Hansen tanpa peduli.Di mata Hansen, hanya Sarah yang paling cantik, tidak ada wanita lain yang bisa menggan
***Sarah membuka matanya perlahan, kepalanya terasa berat. Ia merasa sesak dan memar di bagian kepala. Sejenak, ia terdiam, memperhatikan langit-langit kamar yang asing baginya, lalu kesadarannya kembali."Apakah Jasmine menjebakku? Di mana aku sekarang?" batin Sarah. Ia merasa menyesal telah mempercayai Jasmine."Kamu bodoh, Sarah!" desis Sarah dalam hati, menyalahkan dirinya sendiri. Ketika pintu kamar terbuka, Sarah pura-pura tidur lagi, merasa agak takut. Suara langkah terhenti di samping tempat tidurnya. Sarah seakan kesulitan bernafas. Ketika tangan itu menyentuh pipinya, Sarah membuka mata dan menahan tangan itu."Hansen!" pekik wanita itu terkejut melihat Hansen yang ada di depannya saat ini.Lelaki itu tersenyum lembut, sorot matanya penuh hangat, sesuatu yang hanya ditunjukkan Hansen pada Sarah.“Syukurlah kamu sudah sadar. Bagaimana? Apakah masih pusing?” pria itu bertanya dengan penuh perhatian."Kenapa aku di sini? Bukankah aku bersama Jasmine?" Sarah malah bertanya bali
*** Hansen mengantarkan Sarah pulang ke apartemennya, meskipun awalnya wanita itu menolak. Namun, ia tidak membiarkannya pulang sendirian. Hansen masih terpaku pada kejadian malam di bar ketika Sarah dijebak, dan tidak bisa membiarkan Sarah sendirian.Mereka terdiam di dalam mobil, tidak banyak bicara. Sarah duduk di belakang kemudi bersama Hansen. Hansen terus fokus pada laptopnya, sangat serius saat bekerja. Sarah sekilas menoleh ke arah Hansen, dan dari samping, lelaki itu terlihat sangat memesona, dengan hidung mancung dan kulit putih serta rambut kecoklatannya. Hansen adalah tipe lelaki yang mudah disukai oleh perempuan mana pun.Sarah kembali melirik ke arah Hansen, saat lelaki itu asyik dengan pekerjaannya, dia berbalik menatap Sarah, dan mata mereka bertemu. Bola mata biru Hansen seolah membius siapa pun yang melihatnya, dan bulu mata lentik dan lebat menambah pesona pada keseluruhan penampilannya.Lelaki itu tampak sempurna, tak ada celah sedikit pun di wajahnya. Sarah meng
***Akhirnya, Sarah melahirkan anak pertamanya setelah menahan kontraksi selama dua belas jam. Anak pertamanya lahir tentu dengan drama, di mana Kevin selalu dibentak dan rambutnya dijambak oleh Sarah ketika menahan rasa sakit kontraksi. Namun, perjuangan Kevin tak sebanding dengan perjuangan istrinya yang melahirkan anaknya dengan selamat ke dunia. Anak laki-lakinya sangat cantik, meskipun jenis kelaminnya adalah laki-laki. Wajah bayi laki-laki itu, meskipun kata orang pasti akan berubah-ubah, sangat mirip dengan Sarah.“Ini Adiknya Kakak, Pi?” tanya Shopia dengan takjub.“Iya, Kak. Bagaimana? Kakak sayang enggak sama Adik bayi?” Kevin bertanya balik.Shopia langsung mengangguk cepat. “Tentu saja, sangat sayang. Tapi, ini Adik bayinya perempuan, yah?” tanya Shopia.“Laki-laki dong,” sahut Kevin.“Kalau laki-laki, kenapa Adik bayinya cantik?” tanya Shopia heran.“Karena
***"Kamu mau konsep resepsi yang bagaimana?" tanya Zeline pada Nisa."Aku bingung," balas Nisa."Loh, kok bingung?" Zeline menatap Nisa yang sedang bimbang.Nisa menghela napasnya. "Aku bingung, ini seperti mimpi. Aku takut saja, bahwa saat ini aku sedang tertidur," ungkap Nisa.Zeline menghembuskan napasnya. "Ini bukan mimpi! Dan kamu juga tidak sedang tertidur. Sebulan lagi kalian akan menikah, kan?" tanyanya."Kami memutuskan akan menikah setelah Sarah melahirkan saja, mungkin setelah anak Sarah sudah berumur tiga bulan, baru kami akan menikah," jawab Nisa."Kenapa harus menunggu anak Sarah berusia tiga bulan?""Aku yang mau. Aku enggak mau membuat Sean dan Sarah kecapean mengurus pernikahanku. Apalagi Sarah, dia sangat antusias dan ingin menyiapkan segalanya untukku. Lagian juga, Sean masih harus berjuang dengan proyek-proyeknya yang belum goal. Aku tidak ingin membuat konsentrasinya jadi pecah.""Kan bisa akad dulu
***Sarah melihat suaminya hanya diam saja dari tadi. Kevin memang sangat cemburu saat tadi Hansen dengan sengaja memujinya di depan lelaki itu. Wajah suaminya langsung muram dan tidak mengatakan satu patah kata pun.Setelah sampai di kamar, Kevin langsung mengganti bajunya dengan piyama dan tidur tanpa bicara apa pun. Sarah hanya bengong, menatap suaminya yang langsung tertidur tanpa melakukan ritual setiap mau tidur. Biasanya, Kevin selalu mengajak ngobrol janin yang ada dalam perutnya, menceritakan harinya, dan selalu memeluknya serta menunggunya sampai terlelap.Sarah menggelengkan kepalanya. Cemburu suaminya itu memang tidak pernah berubah, seperti anak kecil. Sarah mencuci kaki, tangan, dan juga membersihkan wajahnya. Setelah mengganti bajunya dengan gaun tidur, ia berbaring di sebelah Kevin yang posisinya membelakanginya.Sarah mengelus punggung Kevin. “Hubby, masa gitu aja cemburu sih. Tadi kan Hansen bercanda aja,” ucap Sarah memulai
***Setelah melaksanakan resepsi pernikahan yang sangat megah, Zeline dan Bastian mengadakan pesta kebun yang sangat privat. Hanya keluarga dan teman dekat yang menghadirinya, karena pesta ini bertujuan untuk saling bertemu setelah masing-masing sibuk dengan urusan masing-masing.Shopia tidak ikut karena sedang menginap di rumah sahabatnya, Yonna. Setelah berkenalan dengan teman barunya itu, Shopia menjadi lebih rajin belajar. Ketika Shopia mengatakan akan menginap di rumah Yonna, Kevin dan Sarah tentu saja mengizinkannya.“Shopia tumben akrab sama temannya?” tanya Nisa.“Teman baru di sekolahnya. Anaknya asyik dan pintar, jadi Shopia senang akhirnya bisa punya sahabat,” balas Sarah.“Bagaimana kandunganmu? Bayinya sebentar lagi mau launching, jadi enggak sabar,” seru Nisa.“Perkembangannya sangat baik. Aku deg-degan memang mau melahirkan, agak takut. Aku takut nanti bisa melahirkan atau tidak,&rdquo
***Usia kandungan Sarah sudah menginjak tujuh bulan, perutnya semakin membesar dan sudah mulai kelihatan. Ia sudah mulai sulit untuk tidur. Kevin selalu menuruti apa yang diinginkan oleh Sarah, apalagi Shopia. Anak kecil itu selalu memijit kepala Bundanya."Perutmu semakin besar, tapi badanmu tetap kecil," ucap Zeline."Memang tadinya aku kecil kan, ini naik juga kok berat badanku. Naik delapan kilo," kata Sarah."Aku ingin hamil juga, sudah dua bulan tapi belum juga ada tanda-tanda. Malah saat ini aku lagi datang tamu bulanan. Jadi aku sedih," lirih Zeline."Duh, kamu yah. Baru juga dua bulan. Lihat banyak pasangan yang belasan tahun pun masih menanti. Mereka tetap bersyukur dan sabar menantinya. Jangan banyak pikiran, nanti jadi sugesti loh," kata Sarah."Bukannya aku tidak mau bersyukur, tapi sedih sih saat aku ketemu teman dan kerabat, terus mereka bilang, 'Kamu sudah isi belum?' atau 'Kok belum isi sih, sudah dua bulan belum ada kabar
***Hari yang ditunggu akhirnya tiba juga. Hari ini, Zeline akan memulai babak awal dalam kehidupannya. Hari ini, Bastian akan mengucap janji pada Tuhan untuk mengikatnya. Zeline sangat cantik, meski polesan riasannya sangat sederhana tapi tidak melunturkan aura bahagianya itu.Sarah dan Nisa yang akan menjadi pendamping Zeline. Sarah tersenyum melihat kegugupan adik iparnya itu, mengingat perasaan yang sama saat di Jepang. Namun, dulu ia melaksanakan akad di ranjang rumah sakit.“Jangan terlalu gugup,” ucap Sarah.Zeline mengangguk. “Aku sangat terharu. Aku akan menjadi seorang istri dalam beberapa menit lagi.”“Dan kamu akan menuai pahala setelah menjadi seorang istri,” timpal Sarah.“Babak baru dalam hidupku saat ini telah dimulai,” ujar Zeline penuh semangat. Mereka bertiga saling merangkul dengan haru.***Setelah akad diucapkan dengan lancar, yang otomatis membuat Bastian da
***Sarah akhirnya bisa tersenyum dengan senang ketika suaminya memenuhi keinginannya yang sedang ngidam. Tanpa Sarah ketahui, ternyata Kevin langsung menghubungi kenalannya di Bandung dan meminta secara khusus pada manajemen bubur ayam Mang Haji Oyo untuk membuatkan bubur ayam untuk istrinya.Setelah permintaannya disanggupi, akhirnya Sarah dan Kevin berangkat ke Bandung jam dua dini hari, waktu di mana sebagian besar orang terlelap. Kevin dan Sarah tiba di Bandung dalam waktu kurang lebih tiga jam. Sungguh tidak pernah terpikir oleh Kevin untuk jauh-jauh datang ke Bandung hanya demi bubur ayam. Semua ini demi istrinya, demi memenuhi ngidamnya, dan juga karena ia sudah berjanji. Kevin menatap istrinya yang makan dengan lahap, menghabiskan empat mangkok bubur ayam.Sarah merasa senang karena perutnya akhirnya kenyang.“Terima kasih, Hubby. Sudah memenuhi keinginanku dan dedek bayi di dalam perut,” ucap Sarah manja.“Kan aku sudah
***Sarah melihat kecemburuan di wajah Sean. Ia tersenyum, merasa senang karena baru kali ini melihat wajah kakaknya yang seperti tomat. Jelas terlihat, sebab Sean memiliki kulit seputih susu.“Kakak cemburu, ya?” tanya Sarah sambil tertawa kecil.“Enggak juga. Kakak hanya sebal sama lelaki itu!” jawab Sean pura-pura tenang.“Masa sih? Kok aku enggak percaya, ya?” timpal Sarah.“Kakak enggak suka lihat lelaki genit.”Sarah tersenyum lagi, merasa gemas karena kakaknya tidak mengakui bahwa dirinya sedang cemburu. “Kak, kalau cemburu bilang saja, jangan malu!”“Siapa yang cemburu? Kakak enggak pernah cemburu, itu hanya untuk laki-laki yang putus asa,” bela Sean.“Ah! Kata siapa? Cemburu itu tanda cinta loh. Memang jangan terlalu cemburu, tapi cinta akan bekerja jika ada rasa cemburu. Tanpa cemburu, cinta terasa membosankan dan hambar.”Sean
***Hari ini, Nisa menemani Sarah seharian. Mood sahabatnya itu luar biasa berubah. Bukan hanya suaminya yang kewalahan menghadapi sifat Sarah saat hamil, tetapi Nisa juga harus sabar dan membenarkan apa yang diyakini sahabatnya. Prinsip Nisa saat ini adalah jangan pernah membantah Sarah jika ingin semuanya baik-baik saja.Usia kehamilan Sarah sudah hampir memasuki lima bulan. Waktu terasa sangat cepat berlalu. Selama itu juga, perasaan Nisa terhadap Sean semakin memuncak, meski terkadang ada satu titik di mana ia merasa ragu pada dirinya sendiri. Masa lalunya yang rumit membuatnya merasa tidak percaya diri dan tidak pantas berada di sisi lelaki itu.Nisa terkejut melihat porsi makan Sarah yang meningkat tiga kali lipat. Awal kehamilan, sahabatnya itu malah sulit makan. Tetapi sekarang, semua makanan terus dicicipi Sarah.“Wah, Adek bayi kayaknya senang kalau Bundanya makan ini,” seru Sarah bersemangat.“Jangan kebanyakan dong! In