***“Kak, hari ini hari ulang tahunmu yang ke-dua puluh tujuh dan tepat tujuh tahun kepergianmu. Aku masih merasa kamu ada bersamaku, Kak. Aku selalu merindukanmu, kadang aku ingin ikut denganmu karena mereka tak peduli denganku. Saat aku membutuhkan mereka, mereka selalu egois dengan keinginan mereka tanpa memikirkan bagaimana hatiku yang benar-benar telah patah,” lirih Nisa, menatap nama yang terukir di atas nisan.“Aku kesepian tanpamu, Kak. Kamu satu-satunya keluarga yang aku punya yang masih sangat peduli padaku. Kamu memang Kakakku yang terbaik. Satu-satunya yang membuat aku bisa bertahan di dunia yang sangat penuh kepalsuan ini adalah Sarah. Dia juga Adik kesayangan Kakak,” ucapnya sambil tersenyum. “Hari ini, aku datang sendirian, maaf ya. Karena Sarah sudah menikah dan saat ini dia dan suaminya sedang berada di Tokyo. Dia sudah bertemu dengan lelaki yang bisa menjaganya dengan baik, aku sangat bahagia melihatnya bahagia. Aku lega.”Nisa terdiam sejenak, berusaha menahan air m
***“Kamu ngajak aku ke sini, tidak takut calon suamimu tergoda padaku lagi?” tanya Nisa dengan gaya khasnya.“Kenapa aku harus takut? Aku tahu kok, bagaimana besarnya cinta Kak Bastian padaku. Buktinya sampai seusia ini, dia tetap melajang dan tak pernah berkomitmen karena dia memendam perasaan padaku,” jawab Zeline dengan percaya diri.Bastian hanya tersipu malu mendengar jawaban dari tunangannya itu.“Ekspresi wajahmu yang sok imut itu sungguh tak pantas. Jangan seperti itu lagi!” sebal Nisa yang disambut tawa meledak oleh Zeline.“Benar kata Nisa. Kakak tidak pantas bersikap imut seperti itu. Ingat umur, Kak,” ucap Zeline mendukung pernyataan Nisa.“Ada ya, mantan pacar dan calon istri akur begini,” ujar Bastian.“Ada dong,” jawab kedua perempuan itu dengan kompak.“Oh, jadi kalian setuju kalau aku memadu kalian,” Bastian antusias.“Kalau gitu, acara nikah tahun depan batal,” ancam Zeline.“Maaf ya, namanya mantan itu dibuang pada tempatnya,” seloroh Nisa.Bastian hanya mengusap w
***Tepat jam dua dini hari, mereka telah tiba di rumah. Saat ruang tamu dibuka, lampu menyala dan banyak balon serta bunga mawar merah berserakan di lantai."Selamat datang kembali, pasangan pengantin baru," Zeline menyapa mereka disambut oleh tepuk tangan yang meriah dari Bastian, Sean, dan Nisa.Sarah dan Kevin yang tak menyangka akan disambut begitu hangat merasa terharu. "Kalian kenapa menyambutku seperti ini? Ini sudah terlalu larut," ucapnya merasa tidak enak."Tidak juga, kita berempat habis makan bersama," ujar Bastian.Sarah langsung menghampiri kakaknya dan memeluknya. "Kakak, terima kasih sudah datang menyambutku. Aku tahu, pasti Kakak sedang sibuk membenahi perusahaan peninggalan ayah.""Kamu adikku, maka kamu adalah prioritas utama," seru Sean dengan tersenyum.Lalu Sarah memeluk Zeline dan terakhir ia memeluk Nisa. Ada yang berbeda dari Nisa, itu yang saat ini Sarah rasakan. Pasti ada sesuatu hal yang membuat sahabatnya itu terlihat kesepian."Besok pulang kerja bisa ant
***Ketika Sean sedang rapat, Sarah duduk di ruang kerja kakaknya itu. Ia bersandar di sofa karena sebenarnya masih merasa sangat lelah. Tak lama, pintu ruangan terbuka, dan Sean mendapati adiknya sedang tertidur. Ia tersenyum melihat wajah adiknya, bahkan saat tidur Sarah terlihat sangat cantik. Wajar saja, jika Kevin buru-buru ingin menikahinya.Sean duduk di sebelah adiknya, mengamati wajahnya yang tampak kelelahan. Tak lama, seseorang masuk ke ruangan. Ia melirik ke arah suara yang menyapanya."Yuta, Paman ingin bicara denganmu," ucap Vino. Lalu kedua matanya melihat seorang gadis yang sedang tidur di sofa. Ia tersenyum. "Apa kamu membawa pacarmu saat jam kantor?" sindirnya.Sean tertawa mengejek. "Apa Paman sampai lupa dengan wajah Ibu? Dia adalah adikku, Harumi."Kedua mata Vino langsung terbelalak. Sarah yang mendengar suara bising langsung membuka matanya dan terbangun. "Kak, aku tertidur," ucapnya dengan suara serak.Lalu ia mendapati orang lain di ruangan itu. Vino terkejut
***Mata Sarah sembab karena terus menangis sepulang dari makam almarhum Elang. Ia terus mengingat masa lalu yang indah bersama lelaki itu dan juga Nisa. Kenangan indah itu harus berakhir saat Elang menyelamatkannya.Nisa yang terus melihat Sarah menangis langsung menghampirinya. "Jelek! Nanti kalau kamu terus menangis, Kak Elang pasti tak akan berhenti mengejekmu dan memanggilmu 'mata panda'," ucap Nisa.Sarah hanya tersenyum. Ia benar-benar tidak bisa menyembunyikan rasa sedihnya, terus dihantui rasa bersalah yang belum bisa ia hilangkan. "Maafkan aku," lirihnya."Aku bosan mendengar kata itu. Setiap kali mengingat hari ulang tahun Kak Elang, pasti kamu mengatakan omong kosong itu! Aku benci mendengar kamu mengatakan kata itu," ujarnya."Aku belum bisa memaafkan diriku sampai saat ini. Aku benar-benar merasa bersalah karena Kak Elang pergi gara-gara aku," sesal Sarah.Nisa menghela napas. Memang sangat menyakitkan mengingat kepergian kakaknya itu, tapi ia tidak bisa mengutuk takdir
***Sudah jam sembilan malam, Shopia masih saja menahan Sarah berada di kamarnya. Beberapa hari ini memang Sarah tidur dengan gadis kecil itu, membuat Kevin cemburu. Mood Kevin di kantor pun kena imbasnya. Bagaimana ia bisa bersaing dengan anaknya sendiri? Kevin sudah mengatakan pada anaknya bahwa bundanya tidak harus menemaninya tidur setiap hari. Namun, Shopia tetap tak peduli.Kevin menghampiri kamar anaknya, dan Shopia hanya memasang wajah cemberut.“Kenapa Papi ke sini? Papih tidak diundang ke kamar Shopia,” seru Shopia sambil rebahan memeluk Sarah.“Sayang, biasanya kamu semangat kalau Papi datang ke kamarmu. Kenapa akhir-akhir ini kamu tidak senang?” tanyanya.“Sekarang sudah ada Bunda. Kalau Papi datang ke sini, pasti Papi nyuruh Bunda ikut Papi,” balasnya.“Sayang, anak Papi kan sudah besar. Masa tidurnya masih ditemani? Kalau nanti Shopia punya adik, bagaimana?”“Kita tidur bertiga dan Papi tidur sendirian.”“Kalau adik bayi harus tidur sama bundanya dong, jangan ada orang y
***Akhirnya, malam ini Nisa pergi ke pelantikan Sean sebagai Direktur Utama. Acara malam ini juga sekaligus memperkenalkan Sarah dan mengumumkan kabar pernikahannya dengan Kevin. Nisa hanya duduk di pojok, tidak ingin terlalu terlibat dalam acara malam ini. Ia tersenyum melihat Sarah yang begitu cantik dan penuh rona bahagia. Ia bersyukur, setelah mendung berlalu, kini matahari terbit di wajah itu.Tak sengaja, matanya melihat kedua orang tuanya yang sedang berbincang dengan pasangan masing-masing. Nisa tak bisa menyembunyikan rasa sedihnya. Ia sungguh ingin memeluk kedua orang tuanya saat ini, ingin menyapa mereka dan mengatakan bahwa ia sangat rindu. Tapi, jika ia melakukannya, kedua orang tuanya pasti akan membencinya. Mereka tidak suka memiliki anak seperti dirinya, yang menurut mereka membuat malu keluarga besar.Daripada kedua orang tuanya melihatnya dan mengacuhkannya, ia memutuskan untuk pergi. Nisa beranjak dari duduknya dan mencari tempat sepi yang tidak akan dikunjungi ora
***Sean menatap Nisa tak berkedip, wajahnya memerah karena gugup saat Nisa menatapnya balik. Ketika ia hendak menghampiri perempuan itu, pamannya mendahului dan mengajaknya berbicara."Yuta, selamat atas pelantikanmu. Ini anak perempuan Paman yang kedua. Namanya Adisty."Gadis itu tersenyum, menatap Sean dengan ramah. "Halo, Kak. Saya Adisty. Senang akhirnya bisa bertemu langsung dengan orang yang sedang hangat diperbincangkan. Selamat ya, Kak, atas pelantikanmu," ucap Adisty."Terima kasih. Aku juga senang akhirnya bisa bertemu anak kedua Paman Vino," balas Sean datar."Paman ingin menawarkan Adisty menjadi sekretarismu. Kamu belum mempunyai sekretaris baru kan? Kebetulan Adisty lulusan dari luar negeri. Pasti dia bisa membantumu," kata Vino."Sayang sekali kalau Adisty hanya bekerja jadi sekretaris di perusahaan. Lebih baik jangan mengubur potensinya yang luar biasa itu. Lebih baik, kamu bekerja di perusahaan yang memang sesuai bakatmu," ujar Sean menolak."Tidak apa-apa, Adisty sa