***Sudah jam sembilan malam, Shopia masih saja menahan Sarah berada di kamarnya. Beberapa hari ini memang Sarah tidur dengan gadis kecil itu, membuat Kevin cemburu. Mood Kevin di kantor pun kena imbasnya. Bagaimana ia bisa bersaing dengan anaknya sendiri? Kevin sudah mengatakan pada anaknya bahwa bundanya tidak harus menemaninya tidur setiap hari. Namun, Shopia tetap tak peduli.Kevin menghampiri kamar anaknya, dan Shopia hanya memasang wajah cemberut.“Kenapa Papi ke sini? Papih tidak diundang ke kamar Shopia,” seru Shopia sambil rebahan memeluk Sarah.“Sayang, biasanya kamu semangat kalau Papi datang ke kamarmu. Kenapa akhir-akhir ini kamu tidak senang?” tanyanya.“Sekarang sudah ada Bunda. Kalau Papi datang ke sini, pasti Papi nyuruh Bunda ikut Papi,” balasnya.“Sayang, anak Papi kan sudah besar. Masa tidurnya masih ditemani? Kalau nanti Shopia punya adik, bagaimana?”“Kita tidur bertiga dan Papi tidur sendirian.”“Kalau adik bayi harus tidur sama bundanya dong, jangan ada orang y
***Akhirnya, malam ini Nisa pergi ke pelantikan Sean sebagai Direktur Utama. Acara malam ini juga sekaligus memperkenalkan Sarah dan mengumumkan kabar pernikahannya dengan Kevin. Nisa hanya duduk di pojok, tidak ingin terlalu terlibat dalam acara malam ini. Ia tersenyum melihat Sarah yang begitu cantik dan penuh rona bahagia. Ia bersyukur, setelah mendung berlalu, kini matahari terbit di wajah itu.Tak sengaja, matanya melihat kedua orang tuanya yang sedang berbincang dengan pasangan masing-masing. Nisa tak bisa menyembunyikan rasa sedihnya. Ia sungguh ingin memeluk kedua orang tuanya saat ini, ingin menyapa mereka dan mengatakan bahwa ia sangat rindu. Tapi, jika ia melakukannya, kedua orang tuanya pasti akan membencinya. Mereka tidak suka memiliki anak seperti dirinya, yang menurut mereka membuat malu keluarga besar.Daripada kedua orang tuanya melihatnya dan mengacuhkannya, ia memutuskan untuk pergi. Nisa beranjak dari duduknya dan mencari tempat sepi yang tidak akan dikunjungi ora
***Sean menatap Nisa tak berkedip, wajahnya memerah karena gugup saat Nisa menatapnya balik. Ketika ia hendak menghampiri perempuan itu, pamannya mendahului dan mengajaknya berbicara."Yuta, selamat atas pelantikanmu. Ini anak perempuan Paman yang kedua. Namanya Adisty."Gadis itu tersenyum, menatap Sean dengan ramah. "Halo, Kak. Saya Adisty. Senang akhirnya bisa bertemu langsung dengan orang yang sedang hangat diperbincangkan. Selamat ya, Kak, atas pelantikanmu," ucap Adisty."Terima kasih. Aku juga senang akhirnya bisa bertemu anak kedua Paman Vino," balas Sean datar."Paman ingin menawarkan Adisty menjadi sekretarismu. Kamu belum mempunyai sekretaris baru kan? Kebetulan Adisty lulusan dari luar negeri. Pasti dia bisa membantumu," kata Vino."Sayang sekali kalau Adisty hanya bekerja jadi sekretaris di perusahaan. Lebih baik jangan mengubur potensinya yang luar biasa itu. Lebih baik, kamu bekerja di perusahaan yang memang sesuai bakatmu," ujar Sean menolak."Tidak apa-apa, Adisty sa
***Hampir sepekan Kevin berada di Singapura. Setelah urusannya selesai, ia langsung pulang ke Jakarta. Kali ini, suasananya sangat berbeda. Ada rumah yang harus ia tempati dan pelukan yang sangat ia rindukan. Semua yang ada pada diri Sarah membuatnya candu—suara, senyuman, rengekan, bahkan kemarahannya.Kevin menyuruh Sarah dan Shopia menginap di penthouse, karena ia ingin suasana yang lebih intim. Di rumahnya terlalu banyak pelayan, sedangkan di penthouse, hanya ada mereka bertiga. Ia ingin menghabiskan waktu dengan dua bidadarinya itu.Kevin membuka matanya dan mencari keberadaan istrinya. Sarah tidak ada di sampingnya, membuatnya beranjak dengan agak malas untuk mencarinya.Ketemu! Mataharinya itu sedang berada di dapur. Ia tersenyum melihat jelmaan bidadari itu ternyata memang ada. Ya, istrinya adalah bidadari yang sudah semesta pilihkan hanya untuknya.Kevin memeluk Sarah dari belakang dan mengecup pipi istrinya singkat, lalu dagunya ia rapatkan di atas bahu kanan Sarah."Kenapa
***Sarah sudah bersiap-siap menuju rumah pamannya. Hari ini ia akan pergi ke rumahnya yang saat ini ditempati oleh Pamannya itu. Banyak kenangan di rumah itu, Sarah sudah mengingat semuanya. Ia merasa pilu, merasa menyesal kenapa Ayah dan Ibunya meninggal secara tragis.Kevin melihat istrinya sedang melamun, lalu ia memegang pundak Sarah dan perempuan itu tersenyum kepadanya."Jika belum siap datang, jangan dipaksakan. Kakakmu juga tidak akan mempermasalahkannya," ucap Kevin.Sarah menggelengkan kepalanya. "Aku harus ke sana, melihat rumahku. Apa mereka merubahnya," ucapnya meyakinkan suaminya kalau ia baik-baik saja."Jangan memasang wajah sedih di hadapan mereka!" pintanya."Tentu! Aku tidak akan memasang wajah sedih di hadapan orang yang sudah menghancurkan keluargaku. Aku ingin mengikuti permainan mereka, dengan pura-pura masih hilang ingatan," balas Sarah dengan yakin. "Hubby, mereka sangat jahat pada keluargaku, mereka manusia penuh kepalsuan. Aku ingat pembicaraan mereka, saat
*** Nisa mematut dirinya di depan cermin, memakai lipstik warna coral dan merapikan riasannya. Tiba-tiba, perutnya bermasalah dan ia langsung masuk ke toilet. Baru beberapa detik di dalam toilet, ia mendengar beberapa gadis menggosip tentangnya.“Kamu tahu Nisa?”“Nisa, sekretaris Miss Anna?”“Iya, dia. Dia kan terkenal.”“Terkenal sebagai player, kan?”“Benar. Dia selalu mencari lelaki kaya untuk dikencani. Setelah bosan dan ada lelaki yang lebih kaya, dia akan mengincar mangsa barunya. Sekarang, dia berhasil berdansa dengan Yuta Nakamoto, pewaris Irawan Mega Pratama. Kabarnya, di bawah kepemimpinannya saat ini, banyak investor yang tertarik pada perusahaannya.”“Dia kan sangat tampan dan mirip Oppa-oppa Korea. Kok mau ya, dia sama bekasannya Nisa?”“Katanya, awalnya Pak Yuta itu naksir Miss Anna dan malah digoda sama cewek player itu.”“Berarti kita harus berguru padanya, biar gampang menggaet lelaki kaya.”“Ih, aku sih ogah. Sampah tetap sampah, meski dipoles sebaik apapun.” Merek
***Sarah belum sempat membaca seluruh isi pesan itu karena Kevin sudah menghampirinya.“Sayang, kita pulang sekarang,” ajak Kevin.Sarah langsung menaruh ponselnya ke dalam tas.“Kenapa buru-buru pulang?” tanya Miranda, berusaha ramah pada Kevin.Kevin menatap Miranda sekilas, lalu kembali memandangi wajah istrinya. Sarah tahu, suaminya itu merasa risih.“Ini Tante Miranda dan anaknya, Adisty. Tante Miranda adalah adik dari mendiang Ayah,” Sarah memperkenalkannya pada Kevin.Kevin hanya tersenyum, tidak banyak bicara.“Kak Kevin, dulu aku pernah magang di perusahaannmu. Aku sangat suka dengan kultur dan etos kerja di sana. Pantas saja, perusahaan Kakak menjadi salah satu perusahaan top di Asia,” puji Adisty mencoba bersikap akrab.“Terima kasih,” balasnya singkat. Lalu ia berkata lagi, “Ayo, Sayang, kita cepat pulang. Malam ini aku harus sudah sampai di Singapura,” ajaknya sambil berlalu menggendong Shopia tanpa mempedulikan kehadiran Miranda dan Adisty.“Tante dan Adisty, kami harus
***Setelah mengantar Shopia, Sarah pergi ke butik untuk menemui Zeline karena wanita itu sedang berada di sana. Dari kemarin, ia merasa gusar karena Hansen mengirimnya pesan. Sarah tidak memberitahukannya dulu pada Kevin, ia takut suaminya marah besar dan konsentrasinya dalam proyek di Singapura akan terganggu.Sarah menyapa para pegawai butik dengan ramah, lalu ia masuk dan di sana sedang ada Bastian.“Baby, kamu ke sini? Apa kamu merindukanku?” Bastian bertanya dengan kocak.“Berhenti memanggilku dengan sebutan itu! Jika suamiku tahu, dia akan memakanmu!” sebal Sarah.“Duh, pasangan terseram pasti akan jatuh pada kalian,” celoteh Bastian.“Kamu mau bicara apa?” tanya Zeline.Sarah terdiam, ia sangat berat mengatakannya. Tahu bahwa Sarah terdiam, Bastian menyadari ia harus pergi, karena mungkin perempuan itu hanya ingin berbicara dengan Zeline.“Aku keluar dulu, biar kalian bisa ngobrol dengan enak,” timpal Bastian.“Enggak usah,” Sarah tidak mempermasalahkannya. Ia menarik napas, l