***Hampir sepekan Kevin berada di Singapura. Setelah urusannya selesai, ia langsung pulang ke Jakarta. Kali ini, suasananya sangat berbeda. Ada rumah yang harus ia tempati dan pelukan yang sangat ia rindukan. Semua yang ada pada diri Sarah membuatnya candu—suara, senyuman, rengekan, bahkan kemarahannya.Kevin menyuruh Sarah dan Shopia menginap di penthouse, karena ia ingin suasana yang lebih intim. Di rumahnya terlalu banyak pelayan, sedangkan di penthouse, hanya ada mereka bertiga. Ia ingin menghabiskan waktu dengan dua bidadarinya itu.Kevin membuka matanya dan mencari keberadaan istrinya. Sarah tidak ada di sampingnya, membuatnya beranjak dengan agak malas untuk mencarinya.Ketemu! Mataharinya itu sedang berada di dapur. Ia tersenyum melihat jelmaan bidadari itu ternyata memang ada. Ya, istrinya adalah bidadari yang sudah semesta pilihkan hanya untuknya.Kevin memeluk Sarah dari belakang dan mengecup pipi istrinya singkat, lalu dagunya ia rapatkan di atas bahu kanan Sarah."Kenapa
***Sarah sudah bersiap-siap menuju rumah pamannya. Hari ini ia akan pergi ke rumahnya yang saat ini ditempati oleh Pamannya itu. Banyak kenangan di rumah itu, Sarah sudah mengingat semuanya. Ia merasa pilu, merasa menyesal kenapa Ayah dan Ibunya meninggal secara tragis.Kevin melihat istrinya sedang melamun, lalu ia memegang pundak Sarah dan perempuan itu tersenyum kepadanya."Jika belum siap datang, jangan dipaksakan. Kakakmu juga tidak akan mempermasalahkannya," ucap Kevin.Sarah menggelengkan kepalanya. "Aku harus ke sana, melihat rumahku. Apa mereka merubahnya," ucapnya meyakinkan suaminya kalau ia baik-baik saja."Jangan memasang wajah sedih di hadapan mereka!" pintanya."Tentu! Aku tidak akan memasang wajah sedih di hadapan orang yang sudah menghancurkan keluargaku. Aku ingin mengikuti permainan mereka, dengan pura-pura masih hilang ingatan," balas Sarah dengan yakin. "Hubby, mereka sangat jahat pada keluargaku, mereka manusia penuh kepalsuan. Aku ingat pembicaraan mereka, saat
*** Nisa mematut dirinya di depan cermin, memakai lipstik warna coral dan merapikan riasannya. Tiba-tiba, perutnya bermasalah dan ia langsung masuk ke toilet. Baru beberapa detik di dalam toilet, ia mendengar beberapa gadis menggosip tentangnya.“Kamu tahu Nisa?”“Nisa, sekretaris Miss Anna?”“Iya, dia. Dia kan terkenal.”“Terkenal sebagai player, kan?”“Benar. Dia selalu mencari lelaki kaya untuk dikencani. Setelah bosan dan ada lelaki yang lebih kaya, dia akan mengincar mangsa barunya. Sekarang, dia berhasil berdansa dengan Yuta Nakamoto, pewaris Irawan Mega Pratama. Kabarnya, di bawah kepemimpinannya saat ini, banyak investor yang tertarik pada perusahaannya.”“Dia kan sangat tampan dan mirip Oppa-oppa Korea. Kok mau ya, dia sama bekasannya Nisa?”“Katanya, awalnya Pak Yuta itu naksir Miss Anna dan malah digoda sama cewek player itu.”“Berarti kita harus berguru padanya, biar gampang menggaet lelaki kaya.”“Ih, aku sih ogah. Sampah tetap sampah, meski dipoles sebaik apapun.” Merek
***Sarah belum sempat membaca seluruh isi pesan itu karena Kevin sudah menghampirinya.“Sayang, kita pulang sekarang,” ajak Kevin.Sarah langsung menaruh ponselnya ke dalam tas.“Kenapa buru-buru pulang?” tanya Miranda, berusaha ramah pada Kevin.Kevin menatap Miranda sekilas, lalu kembali memandangi wajah istrinya. Sarah tahu, suaminya itu merasa risih.“Ini Tante Miranda dan anaknya, Adisty. Tante Miranda adalah adik dari mendiang Ayah,” Sarah memperkenalkannya pada Kevin.Kevin hanya tersenyum, tidak banyak bicara.“Kak Kevin, dulu aku pernah magang di perusahaannmu. Aku sangat suka dengan kultur dan etos kerja di sana. Pantas saja, perusahaan Kakak menjadi salah satu perusahaan top di Asia,” puji Adisty mencoba bersikap akrab.“Terima kasih,” balasnya singkat. Lalu ia berkata lagi, “Ayo, Sayang, kita cepat pulang. Malam ini aku harus sudah sampai di Singapura,” ajaknya sambil berlalu menggendong Shopia tanpa mempedulikan kehadiran Miranda dan Adisty.“Tante dan Adisty, kami harus
***Setelah mengantar Shopia, Sarah pergi ke butik untuk menemui Zeline karena wanita itu sedang berada di sana. Dari kemarin, ia merasa gusar karena Hansen mengirimnya pesan. Sarah tidak memberitahukannya dulu pada Kevin, ia takut suaminya marah besar dan konsentrasinya dalam proyek di Singapura akan terganggu.Sarah menyapa para pegawai butik dengan ramah, lalu ia masuk dan di sana sedang ada Bastian.“Baby, kamu ke sini? Apa kamu merindukanku?” Bastian bertanya dengan kocak.“Berhenti memanggilku dengan sebutan itu! Jika suamiku tahu, dia akan memakanmu!” sebal Sarah.“Duh, pasangan terseram pasti akan jatuh pada kalian,” celoteh Bastian.“Kamu mau bicara apa?” tanya Zeline.Sarah terdiam, ia sangat berat mengatakannya. Tahu bahwa Sarah terdiam, Bastian menyadari ia harus pergi, karena mungkin perempuan itu hanya ingin berbicara dengan Zeline.“Aku keluar dulu, biar kalian bisa ngobrol dengan enak,” timpal Bastian.“Enggak usah,” Sarah tidak mempermasalahkannya. Ia menarik napas, l
***Sarah sudah berada di Singapura, kali ini ia sudah janjian dengan Patricia. Sarah meminta padanya agar merahasiakan kedatangannya. Patricia mengerti dan ia juga akan bekerja sama dengan nyonya barunya itu agar tuannya mau datang ke penthouse.“Suamiku memangnya jarang datang ke sini?” tanya Sarah.“Tuan hanya sesekali. Mungkin karena di sini sepi. Tuan akan datang ke sini kalau dia benar-benar ingin sendirian,” jawab Patricia.“Terima kasih, Patricia. Maaf, aku menganggumu untuk datang ke sini,” ucap Sarah.“Jangan mengatakan itu, Nyonya. Sudah pantas bagi saa untuk melayani semua kebutuhan Tuan dan Nyonya,” Ia merasa tersanjung. “Nyonya, di sini berapa hari?” tanyanya.“Mungkin Jumat malam sudah kembali lagi ke Jakarta, takut anakku merindukanku,” balas Sarah.“Baik, Nyonya. Selama beberapa hari ini, saya akan datang ke sini untuk memenuhi kebutuhan Anda. Apa ada yang perlu saya lakukan lagi?”“Tidak, kamu boleh pergi,” Sarah menjawab sambil tersenyum.“Baik, Nyonya. Jika butuh s
***Sarah sudah mendapatkan jadwal penerbangan untuk pulang ke Jakarta. Sore hari ini, ia akan pergi ke bandara. Sarah sudah mengepak bajunya kembali. Hari ini, ia memutuskan untuk istirahat sejenak dan mematikan ponselnya. Ia merasa sedih jika terus-terusan melihat ponselnya, berharap suaminya itu menghubunginya.Sedangkan di mobil, meski Kevin mengendarainya dengan cepat, tetap saja ia merasa waktu tempuh sangat lama. Salahnya lagi, ia tidak membawa ponsel ataupun dompetnya. Semoga saja, Sarah tidak salah paham padanya. Semoga saja istrinya tahu bahwa semalam ia tidak tahu Sarah datang ke tempatnya untuk memberi kejutan.Akhirnya, setelah terburu-buru, Kevin sudah sampai di penthouse-nya. Lift langsung terbuka, dan ia langsung masuk mencari istrinya.“Sayang,” panggilnya menuju kamar, tapi tidak ada sahutan. Lalu, ia menemukan istrinya sedang duduk menatap langit di balkon. Kevin seperti bermimpi melihat istrinya di pagi hari ketika berada di Singapura.“Sayang,” panggil Kevin lagi,
***Sarah merasakan seluruh tubuhnya sakit. Suaminya memang tak pernah lelah, lelaki itu terus saja tak berhenti melakukannya. Sarah sampai kewalahan dibuatnya."Sayang, capek?" tanyanya."Capek sih. Tapi aku heran, kenapa tenagamu itu selalu saja tidak pernah habis?" Sarah merasa tidak mengerti.Kevin tersenyum. Ia memang menjadi gila dan lepas kendali jika sudah melihat wajah istrinya. "Kamu manis, seperti permen. Seperti meledak di mulutku, membuatku ingin terus merasakan manisnya," ucapnya menggoda istrinya.Sarah yang mendengarnya hanya memanyunkan bibirnya. "Aku lapar," cicitnya."Aku juga lapar, tapi aku sudah memakanmu, jadi tubuhku sangat segar karenamu. Terima kasih, sayang." Lalu ia bertanya, "Kita mau makan di mana?""Di rumah saja. Aku akan membuatkannya, aku mau seharian denganmu." Sarah merengek manja."Baiklah, hari ini semua waktuku hanya untuk ratuku." Kevin memencet hidung Sarah dengan gemas.Sarah beranjak dari tempat tidur, membuat suaminya heran. "Mau ke mana?""