***Sarah sudah berada di Singapura, kali ini ia sudah janjian dengan Patricia. Sarah meminta padanya agar merahasiakan kedatangannya. Patricia mengerti dan ia juga akan bekerja sama dengan nyonya barunya itu agar tuannya mau datang ke penthouse.“Suamiku memangnya jarang datang ke sini?” tanya Sarah.“Tuan hanya sesekali. Mungkin karena di sini sepi. Tuan akan datang ke sini kalau dia benar-benar ingin sendirian,” jawab Patricia.“Terima kasih, Patricia. Maaf, aku menganggumu untuk datang ke sini,” ucap Sarah.“Jangan mengatakan itu, Nyonya. Sudah pantas bagi saa untuk melayani semua kebutuhan Tuan dan Nyonya,” Ia merasa tersanjung. “Nyonya, di sini berapa hari?” tanyanya.“Mungkin Jumat malam sudah kembali lagi ke Jakarta, takut anakku merindukanku,” balas Sarah.“Baik, Nyonya. Selama beberapa hari ini, saya akan datang ke sini untuk memenuhi kebutuhan Anda. Apa ada yang perlu saya lakukan lagi?”“Tidak, kamu boleh pergi,” Sarah menjawab sambil tersenyum.“Baik, Nyonya. Jika butuh s
***Sarah sudah mendapatkan jadwal penerbangan untuk pulang ke Jakarta. Sore hari ini, ia akan pergi ke bandara. Sarah sudah mengepak bajunya kembali. Hari ini, ia memutuskan untuk istirahat sejenak dan mematikan ponselnya. Ia merasa sedih jika terus-terusan melihat ponselnya, berharap suaminya itu menghubunginya.Sedangkan di mobil, meski Kevin mengendarainya dengan cepat, tetap saja ia merasa waktu tempuh sangat lama. Salahnya lagi, ia tidak membawa ponsel ataupun dompetnya. Semoga saja, Sarah tidak salah paham padanya. Semoga saja istrinya tahu bahwa semalam ia tidak tahu Sarah datang ke tempatnya untuk memberi kejutan.Akhirnya, setelah terburu-buru, Kevin sudah sampai di penthouse-nya. Lift langsung terbuka, dan ia langsung masuk mencari istrinya.“Sayang,” panggilnya menuju kamar, tapi tidak ada sahutan. Lalu, ia menemukan istrinya sedang duduk menatap langit di balkon. Kevin seperti bermimpi melihat istrinya di pagi hari ketika berada di Singapura.“Sayang,” panggil Kevin lagi,
***Sarah merasakan seluruh tubuhnya sakit. Suaminya memang tak pernah lelah, lelaki itu terus saja tak berhenti melakukannya. Sarah sampai kewalahan dibuatnya."Sayang, capek?" tanyanya."Capek sih. Tapi aku heran, kenapa tenagamu itu selalu saja tidak pernah habis?" Sarah merasa tidak mengerti.Kevin tersenyum. Ia memang menjadi gila dan lepas kendali jika sudah melihat wajah istrinya. "Kamu manis, seperti permen. Seperti meledak di mulutku, membuatku ingin terus merasakan manisnya," ucapnya menggoda istrinya.Sarah yang mendengarnya hanya memanyunkan bibirnya. "Aku lapar," cicitnya."Aku juga lapar, tapi aku sudah memakanmu, jadi tubuhku sangat segar karenamu. Terima kasih, sayang." Lalu ia bertanya, "Kita mau makan di mana?""Di rumah saja. Aku akan membuatkannya, aku mau seharian denganmu." Sarah merengek manja."Baiklah, hari ini semua waktuku hanya untuk ratuku." Kevin memencet hidung Sarah dengan gemas.Sarah beranjak dari tempat tidur, membuat suaminya heran. "Mau ke mana?""
***Sean melepaskan pagutannya, melihat Nisa menangis sesenggukan. Dia memeluknya erat. “Jangan menangis, itu membuatku terluka,” bisiknya.“Aku hanya menangisi kebodohanku,” lirih Nisa.“Kenapa?”“Karena aku jatuh cinta pada lelaki yang salah, lelaki yang seharusnya tidak patut aku cintai karena dia terlalu sempurna,” jawab Nisa.“Lelaki itu siapa? Aku atau Bastian?” tanya Sean.Nisa menatap Sean dengan rasa putus asa. “Jika lelaki itu kamu, apa kamu akan membenciku? Aku kotor, tidak pantas mencintai ataupun dicintai.” Suara Nisa tersendat.“Aku akan sangat bahagia jika kamu mencintaiku. Aku memang terkadang membencimu. Aku membencimu, ketika kamu mengatakan bahwa aku lebih baik di sisi wanita lain. Jika aku ingin kamu dan kamu juga merasakan hal yang sama, mengapa kamu terus mendorongku ke pelukan wanita lain?” tanyanya. “Dan kamu tahu, mungkin ini terdengar klise, tapi bagiku meski kamu jatuh ke lubang yang sangat dalam di masa lalu, aku tidak peduli. Aku tidak pernah peduli apakah
***Sarah dan Kevin menghabiskan sepanjang hari mereka di Marina Bay Sands. Sarah terus berkeliling tanpa merasa lelah, sedangkan Kevin yang sebenarnya sudah tidak kuat berjalan hanya bisa bertahan demi istrinya. Dia tidak ingin Sarah kecewa.Sarah sangat lucu, seperti anak kecil yang menggemaskan saat diajak jalan-jalan.Hari sudah malam dan Kevin memutuskan untuk makan malam di Esplanade Roof Terrace, salah satu tempat favorit pasangan di Singapura. Mereka tentunya tidak boleh melewatkan kesempatan untuk menikmati pemandangan kota Singapura dan teluk Marina dari puncak Esplanade Roof Terrace. Dihiasi dengan taman dan pohon-pohon kecil, tempat ini memiliki area tempat duduk yang nyaman bagi pengunjung untuk duduk, piknik, serta menyaksikan pemandangan kota yang indah."Hari ini kita makan malam romantis juga," seru Sarah bahagia."Seharusnya kita datang sebelum matahari terbenam, suasana di sini sangat indah," ujar Kevin."Tak apa, denganmu juga suasana jadi lebih indah. Kamu bahkan
***Nisa selalu dipandang sinis di kantornya, seperti musuh bagi karyawan di sana. Entah karena dirinya dan Sean yang jadi bahan gosip sehingga membuat mereka iri atau karena dirinya yang disebut merebut lelaki itu dari atasannya sendiri.Lucu! Itulah yang dipikirkan olehnya saat ini. Ia heran, kenapa ada gosip seperti itu yang santer terdengar olehnya. Lucu karena ia merebut Sean dari Anna? Merebut dari mananya coba, sedangkan Sean dan Anna hanya bertemu beberapa kali, sedangkan dirinya sudah jauh lebih mengenal Sean. Rahasia terbesar dari lelaki itu yang merupakan anggota mafia pun ia mengetahuinya.Dan kali ini ia diturunkan level pekerjaannya, menjadi staf gudang. Miss Anna mengatakan bahwa kesalahannya fatal, membuat berita palsu tentang skandal model ternama. Ia hanya bisa tersenyum, yang menulis berita siapa, ia yang jadi kambing hitam. Tidak profesional sama sekali, mencampurkan perasaan pribadi dengan pekerjaan.Sungguh kekanak-kanakan!"Nisa, ambilkan arsip di gudang. Arsip
***Malam ini, Sean mendatangi apartemen Nisa. Memang sudah larut, tapi ia tidak sabar mendengar cerita wanita itu untuk hari ini. Ia ingin mendengar langsung cerita menurut versi Nisa. Sean memarkirkan mobilnya. Meski saat ini ia adalah seorang Direktur Utama, ia tidak memiliki sopir tetap. Ia lebih nyaman menyetir mobilnya sendiri.Sean memencet kode angka untuk membuka apartemen Nisa. Ia dan Sarah sudah hapal dan dibebaskan masuk kapan saja oleh pemiliknya.Pintu apartemen terbuka dan detik ini mereka saling berhadapan dan juga saling diam terpaku menatap satu sama lain. Beberapa detik tidak ada suara hingga akhirnya suara heboh Nisa yang menjerit dan langsung kabur masuk ke dalam kamarnya.Sedangkan Sean, saat ini ia masih diam terpaku. Ia masih belum bisa berpikir jernih. Lalu ia tersadar dan mengusap wajahnya dengan kasar. Bagaimana bisa barusan, ia hanya diam menatap tanpa berkedip saat melihat Nisa hanya dibalut dengan handuk tipis dan juga rambut basahnya. Hasrat lelakinya be
***Sarah akhirnya kembali ke Jakarta, tetapi suaminya tidak ikut karena mendadak ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Sarah merasa aman karena kali ini dijemput di bandara oleh kakaknya, Sean, dan juga Nisa.“Kakak!” peluknya manja pada Sean, lalu ia beralih memeluk Nisa.“Gimana honeymoon tahap duanya? Semoga ada kabar baik, ya!” goda Nisa.“Gimana hasilnya? Hmm…” Sarah berpura-pura berpikir. “Semoga bulan depan juga ada kabar baik dari kalian, ya,” balas Sarah menggoda mereka berdua.Nisa hanya tertawa, lalu ia berkata, “Apa kamu tidak merindukanku?”“Enggak tuh!” balas Sarah.“Jahatnya!” keluh Nisa, lalu ia merangkul lengan Sean dan berkata, “Handsome, lihat adikmu! Dia sangat menyebalkan!”“Pepet terus Kakakku, jadikan alasan saja aku agar kamu bisa merangkulnya,” ujar Sarah.“Memangnya kenapa? Kamu tidak suka? Aku sih tak masalah, yang penting Handsome sangat menyukainya,” bangga Nisa.Sarah hanya memanyunkan bibirnya. “Aku memang tidak suka, tapi aku bahagia. Aku hanya mengiz
***Akhirnya, Sarah melahirkan anak pertamanya setelah menahan kontraksi selama dua belas jam. Anak pertamanya lahir tentu dengan drama, di mana Kevin selalu dibentak dan rambutnya dijambak oleh Sarah ketika menahan rasa sakit kontraksi. Namun, perjuangan Kevin tak sebanding dengan perjuangan istrinya yang melahirkan anaknya dengan selamat ke dunia. Anak laki-lakinya sangat cantik, meskipun jenis kelaminnya adalah laki-laki. Wajah bayi laki-laki itu, meskipun kata orang pasti akan berubah-ubah, sangat mirip dengan Sarah.“Ini Adiknya Kakak, Pi?” tanya Shopia dengan takjub.“Iya, Kak. Bagaimana? Kakak sayang enggak sama Adik bayi?” Kevin bertanya balik.Shopia langsung mengangguk cepat. “Tentu saja, sangat sayang. Tapi, ini Adik bayinya perempuan, yah?” tanya Shopia.“Laki-laki dong,” sahut Kevin.“Kalau laki-laki, kenapa Adik bayinya cantik?” tanya Shopia heran.“Karena
***"Kamu mau konsep resepsi yang bagaimana?" tanya Zeline pada Nisa."Aku bingung," balas Nisa."Loh, kok bingung?" Zeline menatap Nisa yang sedang bimbang.Nisa menghela napasnya. "Aku bingung, ini seperti mimpi. Aku takut saja, bahwa saat ini aku sedang tertidur," ungkap Nisa.Zeline menghembuskan napasnya. "Ini bukan mimpi! Dan kamu juga tidak sedang tertidur. Sebulan lagi kalian akan menikah, kan?" tanyanya."Kami memutuskan akan menikah setelah Sarah melahirkan saja, mungkin setelah anak Sarah sudah berumur tiga bulan, baru kami akan menikah," jawab Nisa."Kenapa harus menunggu anak Sarah berusia tiga bulan?""Aku yang mau. Aku enggak mau membuat Sean dan Sarah kecapean mengurus pernikahanku. Apalagi Sarah, dia sangat antusias dan ingin menyiapkan segalanya untukku. Lagian juga, Sean masih harus berjuang dengan proyek-proyeknya yang belum goal. Aku tidak ingin membuat konsentrasinya jadi pecah.""Kan bisa akad dulu
***Sarah melihat suaminya hanya diam saja dari tadi. Kevin memang sangat cemburu saat tadi Hansen dengan sengaja memujinya di depan lelaki itu. Wajah suaminya langsung muram dan tidak mengatakan satu patah kata pun.Setelah sampai di kamar, Kevin langsung mengganti bajunya dengan piyama dan tidur tanpa bicara apa pun. Sarah hanya bengong, menatap suaminya yang langsung tertidur tanpa melakukan ritual setiap mau tidur. Biasanya, Kevin selalu mengajak ngobrol janin yang ada dalam perutnya, menceritakan harinya, dan selalu memeluknya serta menunggunya sampai terlelap.Sarah menggelengkan kepalanya. Cemburu suaminya itu memang tidak pernah berubah, seperti anak kecil. Sarah mencuci kaki, tangan, dan juga membersihkan wajahnya. Setelah mengganti bajunya dengan gaun tidur, ia berbaring di sebelah Kevin yang posisinya membelakanginya.Sarah mengelus punggung Kevin. “Hubby, masa gitu aja cemburu sih. Tadi kan Hansen bercanda aja,” ucap Sarah memulai
***Setelah melaksanakan resepsi pernikahan yang sangat megah, Zeline dan Bastian mengadakan pesta kebun yang sangat privat. Hanya keluarga dan teman dekat yang menghadirinya, karena pesta ini bertujuan untuk saling bertemu setelah masing-masing sibuk dengan urusan masing-masing.Shopia tidak ikut karena sedang menginap di rumah sahabatnya, Yonna. Setelah berkenalan dengan teman barunya itu, Shopia menjadi lebih rajin belajar. Ketika Shopia mengatakan akan menginap di rumah Yonna, Kevin dan Sarah tentu saja mengizinkannya.“Shopia tumben akrab sama temannya?” tanya Nisa.“Teman baru di sekolahnya. Anaknya asyik dan pintar, jadi Shopia senang akhirnya bisa punya sahabat,” balas Sarah.“Bagaimana kandunganmu? Bayinya sebentar lagi mau launching, jadi enggak sabar,” seru Nisa.“Perkembangannya sangat baik. Aku deg-degan memang mau melahirkan, agak takut. Aku takut nanti bisa melahirkan atau tidak,&rdquo
***Usia kandungan Sarah sudah menginjak tujuh bulan, perutnya semakin membesar dan sudah mulai kelihatan. Ia sudah mulai sulit untuk tidur. Kevin selalu menuruti apa yang diinginkan oleh Sarah, apalagi Shopia. Anak kecil itu selalu memijit kepala Bundanya."Perutmu semakin besar, tapi badanmu tetap kecil," ucap Zeline."Memang tadinya aku kecil kan, ini naik juga kok berat badanku. Naik delapan kilo," kata Sarah."Aku ingin hamil juga, sudah dua bulan tapi belum juga ada tanda-tanda. Malah saat ini aku lagi datang tamu bulanan. Jadi aku sedih," lirih Zeline."Duh, kamu yah. Baru juga dua bulan. Lihat banyak pasangan yang belasan tahun pun masih menanti. Mereka tetap bersyukur dan sabar menantinya. Jangan banyak pikiran, nanti jadi sugesti loh," kata Sarah."Bukannya aku tidak mau bersyukur, tapi sedih sih saat aku ketemu teman dan kerabat, terus mereka bilang, 'Kamu sudah isi belum?' atau 'Kok belum isi sih, sudah dua bulan belum ada kabar
***Hari yang ditunggu akhirnya tiba juga. Hari ini, Zeline akan memulai babak awal dalam kehidupannya. Hari ini, Bastian akan mengucap janji pada Tuhan untuk mengikatnya. Zeline sangat cantik, meski polesan riasannya sangat sederhana tapi tidak melunturkan aura bahagianya itu.Sarah dan Nisa yang akan menjadi pendamping Zeline. Sarah tersenyum melihat kegugupan adik iparnya itu, mengingat perasaan yang sama saat di Jepang. Namun, dulu ia melaksanakan akad di ranjang rumah sakit.“Jangan terlalu gugup,” ucap Sarah.Zeline mengangguk. “Aku sangat terharu. Aku akan menjadi seorang istri dalam beberapa menit lagi.”“Dan kamu akan menuai pahala setelah menjadi seorang istri,” timpal Sarah.“Babak baru dalam hidupku saat ini telah dimulai,” ujar Zeline penuh semangat. Mereka bertiga saling merangkul dengan haru.***Setelah akad diucapkan dengan lancar, yang otomatis membuat Bastian da
***Sarah akhirnya bisa tersenyum dengan senang ketika suaminya memenuhi keinginannya yang sedang ngidam. Tanpa Sarah ketahui, ternyata Kevin langsung menghubungi kenalannya di Bandung dan meminta secara khusus pada manajemen bubur ayam Mang Haji Oyo untuk membuatkan bubur ayam untuk istrinya.Setelah permintaannya disanggupi, akhirnya Sarah dan Kevin berangkat ke Bandung jam dua dini hari, waktu di mana sebagian besar orang terlelap. Kevin dan Sarah tiba di Bandung dalam waktu kurang lebih tiga jam. Sungguh tidak pernah terpikir oleh Kevin untuk jauh-jauh datang ke Bandung hanya demi bubur ayam. Semua ini demi istrinya, demi memenuhi ngidamnya, dan juga karena ia sudah berjanji. Kevin menatap istrinya yang makan dengan lahap, menghabiskan empat mangkok bubur ayam.Sarah merasa senang karena perutnya akhirnya kenyang.“Terima kasih, Hubby. Sudah memenuhi keinginanku dan dedek bayi di dalam perut,” ucap Sarah manja.“Kan aku sudah
***Sarah melihat kecemburuan di wajah Sean. Ia tersenyum, merasa senang karena baru kali ini melihat wajah kakaknya yang seperti tomat. Jelas terlihat, sebab Sean memiliki kulit seputih susu.“Kakak cemburu, ya?” tanya Sarah sambil tertawa kecil.“Enggak juga. Kakak hanya sebal sama lelaki itu!” jawab Sean pura-pura tenang.“Masa sih? Kok aku enggak percaya, ya?” timpal Sarah.“Kakak enggak suka lihat lelaki genit.”Sarah tersenyum lagi, merasa gemas karena kakaknya tidak mengakui bahwa dirinya sedang cemburu. “Kak, kalau cemburu bilang saja, jangan malu!”“Siapa yang cemburu? Kakak enggak pernah cemburu, itu hanya untuk laki-laki yang putus asa,” bela Sean.“Ah! Kata siapa? Cemburu itu tanda cinta loh. Memang jangan terlalu cemburu, tapi cinta akan bekerja jika ada rasa cemburu. Tanpa cemburu, cinta terasa membosankan dan hambar.”Sean
***Hari ini, Nisa menemani Sarah seharian. Mood sahabatnya itu luar biasa berubah. Bukan hanya suaminya yang kewalahan menghadapi sifat Sarah saat hamil, tetapi Nisa juga harus sabar dan membenarkan apa yang diyakini sahabatnya. Prinsip Nisa saat ini adalah jangan pernah membantah Sarah jika ingin semuanya baik-baik saja.Usia kehamilan Sarah sudah hampir memasuki lima bulan. Waktu terasa sangat cepat berlalu. Selama itu juga, perasaan Nisa terhadap Sean semakin memuncak, meski terkadang ada satu titik di mana ia merasa ragu pada dirinya sendiri. Masa lalunya yang rumit membuatnya merasa tidak percaya diri dan tidak pantas berada di sisi lelaki itu.Nisa terkejut melihat porsi makan Sarah yang meningkat tiga kali lipat. Awal kehamilan, sahabatnya itu malah sulit makan. Tetapi sekarang, semua makanan terus dicicipi Sarah.“Wah, Adek bayi kayaknya senang kalau Bundanya makan ini,” seru Sarah bersemangat.“Jangan kebanyakan dong! In