***Pagi ini heboh dengan berita tentang Nisa. Media kali ini memberitakan sisi lain dari Nisa. Nisa, yang bernama lengkap Annisa Zhafira, adalah sosok perempuan tangguh, berprestasi, dan mandiri. Di usianya yang masih muda, Annisa sudah mengharumkan nama bangsa di kancah internasional dengan menjuarai beberapa olimpiade Taekwondo. Potretnya yang memukau juga mampu meraih juara di kancah internasional. Terakhir, Nisa menjuarai lomba The International Photography Awards (IPA). IPA adalah salah satu penghargaan fotografi tahunan terbaik yang memilih tiga fotografer dengan karya paling apik di dunia. Nisa mengharumkan Indonesia dengan meraih juara kedua, sehingga karyanya mendapatkan kesempatan untuk dipamerkan di New York City, tepatnya di Lucie Awards Gala (LAG). LAG adalah acara tahunan yang diselenggarakan oleh IPA dan dianggap sebagai tempat berkumpulnya para maestro fotografi.Berita tentang Nisa yang sudah tersebar di internet membuat semua orang berdecak kagum. Para netizen pun m
***Sean hari ini mengantarkan Sarah ke rumah sakit. Sarah merasa tubuhnya kaku dan sering mual tanpa sebab, membuat mood-nya sering berantakan. Sean menjemput Sarah dari penthouse karena adiknya istirahat di sana sejenak. Sementara itu, Sophia berada di rumah bersama Zeline.Sean masuk ke penthouse, mencari keberadaan adiknya. Lalu, Sarah muncul dengan wajah pucat."Harumi, apa kamu benar-benar sakit?" tanya Sean khawatir."Kakak ini bagaimana sih, iya aku sakit. Mana ada pura-pura sakit," sahut Sarah dengan sebal."Maksud Kakak, apa kamu mau ke rumah sakit atau panggil dokter pribadi saja? Takutnya kamu tidak kuat datang ke rumah sakit," ucap Sean."Kakak ini anggap aku nenek-nenek? Aku ini masih muda, masa aku enggak kuat ke sana," balas Sarah sebal.Sean hanya melongo, heran dengan perubahan mood adiknya yang akhir-akhir ini sangat mudah marah dan manja. "Mau Kakak gendong?" tawarnya."Ogah! Aku bukan anak kecil, nanti orang lain menertawakanku," kata Sarah sambil memanyunkan bibi
***Nisa sangat menikmati harinya di Suku Baduy luar. Ia tidak menyangka akan disambut dengan ramah oleh penduduk setempat. Suku Baduy sangat ramah dan juga bersahabat, membuat ia dan rombongannya merasa nyaman seperti di rumah sendiri.Ia dan rombongan menginap di salah satu rumah pemangku adat dari Suku Baduy. Para lelaki tinggal di rumah yang berbeda. Mood Nisa kembali membaik, ia merasa ada energi baru. Suku Baduy terbagi menjadi dua, yaitu Suku Baduy Luar dan Suku Baduy Dalam. Tadinya, ia ingin menginap sebulan di keduanya. Tapi, para porter menyarankan jangan terlalu lama, jadi ia memutuskan hanya menginap sepuluh hari di sana. Lima hari pertama, ia menginap di Suku Baduy Luar. Dari awal ia dan rombongan ke sana, mereka melapor pada ketua adat dan membayar seikhlasnya.Kampung Gajebo adalah kampung suku Baduy Luar. Bu Rudinah dengan sangat ramah mempersilakan rombongan mereka untuk tinggal di rumahnya. Ia adalah istri kepala adat suku Baduy Luar, Kang Dadan. Mereka dipersilakan
***Kevin langsung memeluk istrinya, membuat Sarah akhirnya harus menghentikan sandiwaranya yang dari tadi pura-pura tidur. Sarah menatap hangat lelaki itu, di sorot matanya terpancar rasa bahagia yang diliputi dengan haru."Sayang, terima kasih," bisik Kevin, mengecup kening Sarah."Ini sudah rezeki dari Allah. Jika DIA menghendaki, maka sudah jadi ketetapan-Nya. Kita harus patut bersyukur, karena Allah langsung memberi amanah pada kita," ucap Sarah.Lalu Kevin berbaring di sisi istrinya dan ia memeluk erat serta membelai lembut rambut Sarah. "Sayang, pantas saja kamu akhir-akhir ini mudah marah dan juga gampang cemburuan, ternyata itu efek dari jabang bayi yang ada di dalam kandunganmu saat ini.""Apa kalau wanita hamil memang begitu?" tanya Sarah sambil menengadah ke atas untuk melihat wajah suaminya."Tidak selalu, tapi terkadang ada kasus yang seperti itu. Apa kamu merasa badanmu kaku atau ada perubahan lain?""Badan aja sih. Jadi mudah lelah dan kadang tidak suka sama bau masaka
***Shopia langsung merangkul dan memeluk Sarah. Anak itu sangat rindu dengan ibu sambungnya, padahal mereka hanya sehari tidak bertemu. Berbeda dengan Kevin yang sudah seminggu lebih tidak bertemu dengannya. Shopia lebih dahulu memeluk dan menghampiri Sarah daripada ayahnya.“Nak, kenapa hanya memeluk Bunda saja? Kamu tidak kangen sama Papi?” tanya Kevin, menatap wajah anak gadisnya dengan penuh harap.“Kangen sih, Pi. Tapi, kalau sama Bunda itu kangennya tidak tertahankan. Sudah dua bulan kan, Shopia sama Bunda terus, nah kemarin pas Bunda enggak ada itu seperti ada yang hilang,” sahut Shopia masih dengan posisi memeluk Sarah.“Sama Papi sudah lama enggak ketemu loh, Nak. Masa Papi enggak dipeluk juga. Papi juga mau dipeluk sama anak Papi yang sebentar lagi mau jadi kakak,” ucap Kevin terus saja membujuk anaknya.Kedua mata Shopia langsung membulat sempurna. “Shopia mau jadi kakak?” tanyanya dengan senang. Lalu ia melirik ke arah Sarah. “Bunda, Shopia mau punya adik?”Sarah mengangg
***Nisa tersenyum saat membaca pesan dari lelaki itu. Lelaki itu pertama kali mengirim pesan atas inisiatifnya sendiri. Sean memang sangat kaku dan juga dingin, selama ini hanya dirinya yang sering mengirim pesan terlebih dahulu.Hari ini, petualangannya di Suku Baduy selesai. Ia masih ingin memanjakan dirinya. Nisa sudah memesan mobil travel untuk ke Bandung. Hari ini memang ia berencana ke Bandung dan sudah menyewa apartemen di sana. Nisa menyewa satu bulan penuh. Sesekali jika ia kangen dengan Jakarta, maka ia akan pulang. Bagaimanapun, jarak Bandung-Jakarta tidak terlalu jauh.Akhirnya Nisa sampai di apartemen yang disewanya, ia menyewa apartemen yang berada di Maribaya, Lembang. Nisa ingin suasana yang tetap asri dan hening. Saat perutnya lapar, ia keluar mencari makan. Beruntung di seberang apartemen ada tempat makanan yang berjajar. Ia memilih coffee shop dan memesan Flavoured Latte dan lasagna.Tiba-tiba ada seseorang yang menghampirinya dan menyapanya. "Nisa," sapanya dengan
***Sean menghampiri pamannya, melihat pamannya sedang mencari sesuatu.“Apa barang yang Paman cari sudah ketemu?” tanya Sean.“Sepertinya sudah tidak ada, Paman lupa menyimpannya,” jawab Vino sambil terkekeh.Sean merasa curiga dengan gelagat pamannya itu.“Kalau begitu, Paman pulang dulu,” ucap Vino, dan detik itu, ia langsung menodongkan senjata api dan melepaskan peluru. Tapi Sean sangat gesit. Peluru itu tidak tepat mengenainya. Tanpa menunggu lagi, Vino melepaskan pelurunya lagi. Suara desingan senjata api sangat menggema di ruangan.Sean langsung meringkus lengan Vino dengan mudah, membuat pamannya itu meringis kesakitan.“Apa Paman mau mencoba bermain denganku?” Sean berkata sinis, sambil mengunci tangan dan kepala Vino.“Kamu anak sialan! Beraninya kamu merebut semua yang menjadi milikku!” umpat Vino.“Milikmu?” tanya Sean, lalu tertawa keras. “Semua itu bukan milikmu, Paman. Semua yang kau sempat nikmati itu adalah milik orang tuaku, milik kami!”“Kalian harus mati! Kenapa k
***Sarah akhirnya mau diperiksa setelah ia menolak karena ingin menemani suaminya. Ia luluh karena ada flek darah yang keluar akibat dorongan Vino. Sebenarnya ia ingin menemani Kevin dan juga kakaknya, merasa bersalah karena kekonyolannya membuat kedua lelaki itu terkena timah panas yang hampir membahayakan nyawa mereka.Dokter obgyn menyarankan Sarah untuk istirahat dan tidak banyak pikiran. Kandungannya tidak mengalami masalah serius. Ia menghela napas, sadar bahwa ia harus tetap tenang demi janin di dalam rahimnya.Nisa langsung menghampiri Sarah yang terbaring dengan wajah pucat. Sahabatnya itu dipeluk olehnya, membuat air mata Sarah jatuh lagi.“Sudah, tidak apa-apa. Ada aku, jangan takut,” ucap Nisa, menepuk-nepuk pelan pundak Sarah agar tenang.“Gara-gara aku, kakak dan suamiku terluka,” isak Sarah, menyesali apa yang terjadi.“Jangan menangis! Mereka melakukan itu untuk melindungimu. Jika kamu terus menyalahkan dirimu, mereka akan kecewa,” ucap Nisa.“Iya, aku tidak boleh ter