***Sejak tadi Hansen melamun, konsentrasinya terpecah. Tatapan mata Sarah pada Kevin membuatnya merasa sesak. Wanita itu menatap penuh kehangatan dan cinta yang luar biasa. Hansen cemburu, ia juga ingin mendapatkan cinta wanita itu.Hatinya terasa kacau, entah bisa merasakan patah lagi atau tidak, hatinya sering dipatahkan berkali-kali oleh Sarah.Rapat sudah selesai, Sarah sudah menyelesaikan tugasnya. Terasa aneh baginya, mengapa rapat diadakan pada hari Minggu. Apa benar ini hanya akal-akalan pria itu untuk membawanya pergi? Beruntung Sarah memiliki Zeline di sisinya, wanita itu terus melindunginya dan menjaganya dengan baik."Aku mau bicara," cegah Hansen saat melihat Sarah akan keluar ruang rapat."Bicara apa?" Sarah menunjukkan rasa lelahnya."Kamu sengaja membawa dia untuk membuatku cemburu?"Sarah hanya bisa menatap Hansen dengan ekspresi datar. "Jika iya, kenapa?" tanya wanita itu menantang."Kamu sangat berhasil membuatku terbakar oleh cemburu dan amarah," balas Hansen deng
***Setelah kejadian di ruang rapat itu, Hansen tak menunjukkan batang hidungnya pada Sarah. Banyak yang mengatakan bahwa pria itu langsung pergi ke Bali karena ada urusan mendadak. Sudah hampir seminggu pria itu masih berada di sana.Sarah masih kepikiran dengan cerita singkat Bastian tentang Hansen. Lelaki itu begitu banyak menyimpan luka, tapi kenapa harus jatuh cinta padanya yang sudah menautkan hati pada pria lain?Sarah tak mau memikirkannya lagi karena akan membuatnya lemah karena perasaannya itu. Jam dinding sudah menunjukkan pukul delapan malam, Sarah bergegas untuk pulang dan dengan setia Sean sudah menunggunya di depan."Mau pulang ke mana, Nona?" tanya Sean."Ke apartemen saja, aku ingin sendirian dulu," jawab Sarah merasa letih.Sarah dari tadi hanya diam saja, itu membuat Sean merasa ada hal aneh. Biasanya wanita itu sangat cerewet sekali dan hal apapun diceritakannya, tapi hari ini Sarah seperti menyimpan sesuatu yang berat di pikirannya."Apa Nona Sarah sedang sakit?"
***Reva geram saat ini. Mafia yang mendukungnya, Devil Cry, telah melepaskan tanggung jawab mereka. Semua karena dukungan mafia besar di belakang Kevin yang membuat mereka enggan mengambil risiko.Reva tidak ingin semua ini berakhir begitu saja. Ia telah lama menanti kehancuran Kevin dan sabar menunggu agar semua harta kekayaan suaminya jatuh ke tangannya.Masalah baru muncul. Pabrik ekstasinya terpaksa berhenti total karena sudah dicurigai oleh aparat kepolisian. Belum lagi ada surat kaleng yang mengancamnya karena beberapa bisnis kotornya akan terkuak ke publik.Di mata publik, Reva adalah sosialita dan pengusaha wanita sukses yang mendirikan badan amal sendiri. Padahal semua itu hanya untuk menutupi kejahatannya saja. Reva memang pandai bersandiwara."Sial! Anak itu ternyata mendapatkan dukungan besar sampai Devil Cry pun tidak mau ambil risiko!" geram Reva. Ia marah luar biasa.Asistennya datang menghampiri dengan napas terengah-engah. "Nyonya, gawat.""Gawat kenapa?" tanya Reva
***"Kalau ada yang tanya saya, bilang saya belum datang, ya," pinta Sarah kepada karyawan di butik."Baik, Bu," jawab karyawan serempak.Sarah bergegas masuk ke ruangannya, tak sabar melihat wajah Kevin meski hanya dari layar ponsel. Setidaknya itu bisa mengobati rasa rindunya.Tak lama ia duduk, panggilan video dari Kevin masuk.“Halo, Sayang.” Sarah tersenyum menatap wajah pria itu di layar ponselnya.“Sayangku. Sudah makan siang?” tanya Kevin tersenyum melihat wajah ceria Sarah.“Sudah, tapi aku pulang duluan tadi biar bisa bicara sama kamu,” balas Sarah.“Kenapa enggak di sana saja diangkat? Kan hanya ada Sean. Aku tak masalah ada dia,” kata Kevin.“Enggak ah, ada Nisa juga. Lagian, nanti dia cemburu kamu hubungi aku. Nanti dia makin gencar mendekati Sean karena melihat kita romantis begini,” balas Sarah tertawa ringan,Tawa Sarah terdengar merdu di telinga Kevin. “Masih lama kita ketemu, sayang. Di sini aku kesepian,” ucapnya.“Masih ada dua hari lagi kan? Pasti enggak akan tera
***Sean melihat wajah Sarah yang tertekan. Ini pertama kalinya wanita itu muncul ke publik setelah identitasnya sebagai kekasih Kevin terbongkar. Mungkin wanita lain akan merasa senang menjadi sorotan, tapi Sarah justru sebaliknya. Dia merasa risih dan tak nyaman."Mau pergi ke suatu tempat?" tawar Sean.Sarah melirik ke arah Sean, ia tak menyangka pria dingin yang seperti robot itu memulai pembicaraan. "Tempat apa?" tanya wanita itu."Nanti, Nona akan tahu," jawab Sean singkat.Sarah hanya menurut, memang ia butuh ketenangan agar perasaannya kembali membaik dan ia merasa bosan sendirian di apartemen.Sean mengajak Sarah ke suatu tempat, di sudut kota Jakarta yang sibuk ternyata ada tempat yang tenang. Sebuah kedai kopi bernuansa garden. Mata Sarah langsung membulat sempurna saat melihat kedai kopi ini, ia tak menyangka masih ada tempat seperti ini di Jakarta.Kedai kopi ini memiliki ornamen berwarna hijau dan tambahan tanaman yang m
***Sarah menggeliatkan tubuhnya. Seluruh badannya terasa pegal dan capek karena beberapa hari terakhir ini ia terus saja diburu oleh para wartawan. Dimanapun Sarah berada, pasti ada jepretan kamera wartawan. Beruntung ada Sean yang selalu sigap melindunginya, pria itu bagaikan ayah yang melindungi putri kecilnya.Sarah tertawa cekikikan. Mana bisa Sean yang masih muda menjadi ayah baginya? Harusnya menjadi kakak laki-laki lebih cocok.Sarah menuju dapur dan meminum segelas air putih, lalu ia menuju balkon menghirup udara pagi. Saat ia merentangkan kedua tangannya, ada seseorang yang memeluknya dari belakang. Sarah langsung tahu siapa orang itu hanya dari wangi parfum mahalnya."Kapan sampai sini?" tanya Sarah."Tadi jam tiga pagi," jawabnya dengan suara serak khas bangun tidur.Sarah tersenyum karena pria itu menghampirinya dan tangan lelaki itu melingkar di pinggangnya dengan erat."Aku sangat merindukanmu," bisik Kevin lembut.
***Zeline telah menyulap Sarah menjadi lebih anggun dan elegan. Kali ini ia merasa puas dengan hasilnya. Sarah mengenakan dress batik warna navy, selutut berbentuk kimono dari bahan Ikat Batik Catalina, dipadukan dengan wedges warna navy dan clutch warna senada serta jam tangan berwarna silver. Penampilan ini membuat Sarah semakin bersinar. Zeline memulas make-up natural, karena Sarah sudah cantik alami. Zeline juga membiarkan rambut Sarah tergerai, membuatnya benar-benar terlihat mempesona, berkelas, dan anggun."Perfect! Kamu memang paling cantik dan mempesona. Dress ini pasti laku keras saat nanti banyak wartawan datang dan memotretmu. Sepertinya nanti aku harus stok banyak dress ini," ucap Zeline percaya diri."Bisa jadi sebaliknya, malah nggak akan laku karena aku yang pakai," Sarah mencoba mengingatkan.Zeline menggelengkan kepalanya, lalu menghadapkan Sarah ke depan cermin. "Lihat dirimu, kamu sangat cantik dan berkelas. Kecantikanmu itu sangat me
***Setelah mengantarkan Sarah ke apartemen, Kevin langsung pulang ke rumahnya. Ada perasaan mengganjal di hatinya ketika melihat Sarah yang menangis dan menyiratkan kesedihan. Kevin tak percaya alasan Sarah menangis hanya karena takut membuatnya malu; Sarah bukan wanita secengeng itu."Sean, aku ingin tahu kenapa Sarah menangis tadi. Aku tak percaya dengan alasannya," perintah Kevin."Baik, Tuan. Saya akan mendapatkan informasinya paling lambat besok pagi," janji Sean.Setelah sampai di rumah, Kevin langsung masuk ke kamar anaknya, Shopia. Ia melihat Shopia yang sedang tertidur pulas sambil memeluk boneka beruangnya. Sayup-sayup terdengar Shopia menyebut nama Sarah meski sedang tertidur. Kevin tersenyum mendengarnya."Bahkan kamu juga sama dengan Papi, Nak. Dalam tidur pun masih mengingat dia," gumam Kevin."Sabar, Nak. Papi akan membuat mimpi kita jadi nyata menjadikannya ratu di rumah kita," Kevin mengatakan harapannya sambil mengecup ken