“Pak, tolong ke toko di seberang sana, ya, Pak. Saya ingin makan donat yang dijual ditoko di seberang sana.” Stella menunjuk salah satu toko donat yang ada di seberang kantornya pada sang sopir. Ya, kini mobil yang membawa Stella baru saja tiba di lobby kantornya. Dan tepat ketika baru saja sampai di lobby kantornya; Stella sangat ingin makan donut di seberang sana. Mengingat kondisinya yang tengah hamil, tentu saja Stella tidak akan menunda-nunda jika menginginkan sesuatu. Terlebih dia mengandung tiga bayi kembar sekaligus. Well, tidak heran jika Stella mudah sekali lapar.“Baik, Nyonya. Nyonya ingin membeli berapa?” tanya sang sopir dengan begitu sopan.“Hm, Bapak atur saja. Nanti tolong kasih buat yang lainnya sama nanti bapak juga ambil, ya. Jangan lupa, Pak. Kasih pengawal suamiku yang di belakang. Sekali-sekali mereka makan manis,” kata Stella dengan lembut.Detik selanjutnya, Stella melirik ke belakang—mobil pengawal sang suami yang terus membuntutinya. Hanya kali ini bedanya p
“Stella, tadi kenapa kau terlambat datang ke kampus? Beruntung tadi Ms. Eva sedang tidak galak seperti biasanya. Andai saja Ms. Eva galak seperti biasa sudah pasti kau diusir dari kelas,” ujar Alika yang berceloteh seraya melangkah keluar dari ruang kelas bersama dengan Stella.“Aku pagi ini bertemu dengan pelangganku, Alika. Dia memintaku merancangkan gaun dengan hiasan red diamond,” jawab Stella memberitahu.Hari ini Stella memang datang ke kampus sedikit terlambat dari biasanya. Paginya setelah bertemu dengan pelanggannya, Stella harus terjebak macet di jalan. Itu yang mengakibatkan dia datang terlambat. Beruntung hari ini dosen yang terkenal galak dan membenci ada mahasiswa yang datang terlambat tengah terbaik hati padanya. Dosen itu mengizinkan Stella untuk masuk ke dalam kelas. Padahal Stella sudah terlambat satu jam. Well, mungkin alasan kenapa sang dosen tak berani mengusir Stella tentu karena Stella adalah istri dari Sean Geovan. Itu yang membuat sang dosen ketakutan akan men
Sean duduk di kursi kerjanya yang ada di rumah. Pagi ini Sean memutuskan untuk tidak mendatangi kantor. Dia menyerahkan meeting hari ini pada direktur perwakilan. Bukan tanpa alasan tapi dalam benak Sean saat ini tidak bisa tenang mengingat kata-kata Stella kemarin. Rasanya dia tidak mengenal nama dari wanita yang disebutkan oleh Stella. Tapi kenapa wanita paruh baya itu bisa hadir di pernikahan Ken dan Chery?Suara ketukan pintu terdengar membuat Sean mengalihkan pandangannya ke arah pintu dan langsung menginterupsi untuk masuk.“Tuan Sean.” Tomy melangkah masuk ke dalam ruang kerja Sean, dan menundukan kepalanya kala tiba di hadapan Sean. Ya, Sean khusus meminta Tomy untuk datang ke rumahnya pagi ini.“Bagaimana keadaan perusahaan?” tanya Sean dingin dengan raut wajah tanpa ekspresi.“Perusahaan dalam keadaan baik-baik saja, Tuan,” jawab Tomy.Sean mengangguk singkat. Lalu dia mengambil wine yang ada di hadapannya dan menyesap pelan. “Aku ingin kau menyelidiki wanita paruh baya yang
“Mom?”Raut wajah Jenniver berubah melihat sosok wanita paruh baya yang begitu dia kenali. Ya, rasanya sudah lama sekali Jenniver tak lagi melihat sang ibu. Tatapan penuh kerinduan bercampur dengan bahagia melebur menjadi satu dalam diri Jenniver.“Kau di sini?” Suara ibu dari Jenniver dengan nada yang begitu dingin dan tegas.“Mom … aku merindukanmu.” Jenniver tak menjawab ucapan ibunya. Wanita itu langsung memeluk erat sang ibu penuh dengan kerinduan. “Mom, aku tidak menyangka akan bertemu denganmu di Jakarta,” ucapnya lagi dengan bahagia. Sedangkan ibunya itu bahkan hanya bergeming dan tak membalas pelukan dari Jenniver.“Kau belum menjawab pertanyaanku, Jenniver. Kenapa kau ada di sini?” Ibu dari Jenniver itu kembali bertanya kala Jenniver sudah mengurai pelukannya.Jenniver tersenyum. “Aku bersama temanku, Mom. Waktu itu aku pernah bercerita kan ada orang baik yang menyelamatkan Theo? Dan sekarang aku sedang berjalan-jalan denganya. Dia Stella Geovan. Istri pengusaha terkenal Sea
“Sean, apa kebaya ini cocok untukku? Lihatlah pinggangku sudah membengkak. Lenganku juga, Sean. Aku jadi malu jalan denganmu, Sean.”Suara Stella berucap seraya mematut cermin. Ya, kini tubuhnya sudah terbalut oleh kebaya indah hasil rancangannya. Wajahnya pun telah dirias dengan cantik. Rambut hitamnya digulung ke atas, memperlihatkan leher jenjangnya yang mulus dan indah.Senyuman samar di wajah Sean terlukis mendengar ucapan konyol istrinya itu. Sean mendekat dan langsung memeluk istrinya dari belakang. Mengecupi tengkuk leher istrinya itu. “Kau adalah wanita tercantik. Kenapa harus malu, hm?”Stella tersenyum mendengar ucapan Sean. Setiap kali dia merasa insecure maka sang suami akan selalu menenangkannya. Sebenarnya Stella tidak pernah memusingkan bentuk tubuhnya yang berubah. Tentu, Stella tidak peduli akan itu. Namun, hanya moment tertentu jika harus bertemu dengan banyak rekan bisnis Sean, terkadang Stella merasa insecure dengan para istri dari rekan bisnis Sean memiliki tubuh
“Sean, apa Kelvin dan Ken akan mengambil cuti lama?” Stella melangkah mendekat pada Sean yang tengah menyesap kopi di tangannya. Ya, kini Sean dan Stella tengah menikmati pagi mereka di kamar dengan sarapan yang telah terhidang di atas meja. Weekend seperti ini Sean memutuskan untuk menghabiskan waktu bersama dengan sang istri. Pun Stella tentu tidak diizinkan Sean untuk bekerja dikala weekend.“Mungkin sekitar satu atau dua minggu. Aku tidak terlalu mengingatnya. Pekerjaan mereka sudah ditangai oleh asisten mereka,” jawab Sean seraya meletakan cangkir yang berisikan kopi ke atas meja. Serta tatapan yang kini mulai teralih pada Stella yang mulai duduk di sampingnya.“Apa mereka tidak ingin pergi berbulan madu, Sean?” tanya Stella seraya mengambil sandwich tuna yang telah disiapkan oleh pelayan, dan mulai memakannya.Kelvin dan Ken tengah mengambil cuti mereka karena baru saja menikah. Beruntung selama Kelvin atau pun Ken cuti; Sean tidak terlalu menangani pekerjaan mereka. Sebelum cut
Suara pesan masuk di ponsel Stella membuat Stella yang baru saja selesai minum obat dan vitamin langsung mengambil ponsel miliknya, dan membaca isi pesan masuk itu. Ya, tertera nama Alika di sana. Tanpa menunggu, Stella segera membuka pesan masuk itu.Alika : Stella, apa benar kabar yang aku dengar tiga bayi kembarmu laki-laki?Stella : Memangnya aku belum bilang padamu dan Chery, ya?Alika : Bagaimana mau bilang! Chery setelah menikah sibuk berduaan dengan Ken. Aku juga sibuk mengurus pernikahanku. Aku juga lupa menanyakan jenis kelamin calon keponakanku itu. Terakhir kita bertemu juga aku lupa. Astaga, aku ini masih muda tapi sudah seperti nenek tua saja.Stella mengulum senyumannya membaca pesan masuk dari Alika yang isinya menggerutu semua. Stella akui dirinya lupa memberikan kabar pada Alika dan Chery. Kala itu Stella memeriksa kan kandungan dua hari setelah pernikahan Ken dan Chery. Itu pun yang tahu baru mertua dan adik iparnya saja. Untuk para sepupu Sean; Stella pikir mertuan
“Stella.”Suara bariton memanggil Stella sontak membuat Stella yang hendak menandatangani dokumen di hadapannya langsung terhenti. Tampak raut wajah Helga menjadi kesal kala Stella tidak jadi tanda tangan. Terlihat jelas, Helga berusaha mengendalikan dirinya.“Sean?” Wajah Stella terkejut kala melihat Sean melangkah mendekat padanya. Sepasang iris mata abu-abu Stella menunjukan keterkejutannya. Pasalnya, Stella tidak menyangka Sean ada di restoran ini. Padahal tadi suaminya itu tadi mengatakan akan langsung pulang, dan sore nanti Stella akan dijemput oleh sopir. Tapi kenapa sekarang dia melihat snag suami?Detik selanjutnya, Helga menoleh pada sumber suara itu. Wanita paruh baya itu duduk di depan Stella; sehigga tak bisa langsung melihat jika ada yang datang. Dan seketika raut wajah Helga berubah melihat sosok pria tampan bertubuh gagah mendekat padanya. Sepasang iris mata cokelat Sean terhunus begitu dingin padanya. Helga panik. Cemas. Semua bercampur menjadi satu. Akan tetapi Helga