“Ken… Akhirnya kau datang. Aku sejak tadi sudah menunggumu, Sayang.” Amara menghamburkan pelukan pada Ken yang baru saja tiba di apartemennya. Ya, tadi setelah masalah dengan Stella, Amara memang diminta Ken untuk lebih dulu pulang. Selama Amara tinggal di Jakarta tentu, dia tidak perlu dipusingkan dengan tempat tinggalnya. Karena Ken, kekasihnya itu sudah pernah membelikan apartemen untuknya di Jakarta.Ken mengembuskan napas kasar. Dia melepaskan tangan Amara yang memeluknya. Lalu dengan raut wajah dingin dan sorot mata kesal, Ken memilih duduk seraya menyandarkan punggungnya. Tepat di saat Ken berlalu begitu saja, Amara langsung menyusul kekasihnya itu. Wanita itu duduk di samping Ken dan memeluk erat sang kekasih.“Ken, kau seperti masih kesal denganku,” ucap Amara dengan bibir yang tertekuk. “Aku, sudah minta maaf dan tidak lagi mengulanginya, Ken,” lanjutnya lagi yang kembali meminta maaf.“Kenapa kau memintaku datang, Amara? Kau tahu aku masih sibuk dengan pekerjaanku,” ucap Ke
“Chery…”Ken bergumam memanggil nama Chery pelan. Wanita itu sangat cantik. Ya, penampilan Chery terlihat berbeda dari biasanya. Jika Amara memiliki kulit sedikit cokelat eksotis berbeda dengan Chery yang memiliki kulit yang sangat putih. Penampilan Chery hari ini membuat darah Ken mendidih. Seksi tapi tetap sopan dan elegan. Chery tidak menggunakan pakaian yang mengekspos seluruh bentuk tubuhnya. Wanita itu memakai dress yang pas di tubuhnya. Membuat lekuk tubuhnya terlihat indah. Sial… Ken tak henti menatap Chery. Pun sama halnya dengan Chery yang tidak henti menatap Ken.“Kau di sini, Chery?” Amara menegur Chery. Dia semakin memeluk lenagan Ken dengan begitu kuat. Mendongakan wajahnya angkuh. Seolah Ken hanyalah miliknya.Manik mata Chery memang menunjukan kesedihan. Namun, Chery mati-matian berusaha untuk tetap tersenyum kala berhadapan dengan Ken dan Amara. Sesak. Perih. Terluka. Melebur menjadi satu.“Aku bosan makan di rumah. Itu kenapa aku memilih makan di luar,” jaawab Chery
Pelupuk mata Chery bergerak kala merasakan sinar matahari menyentuh kulit wajahnya. Perlahan Chery mengerjapkan matanya beberapa kali. Kepalanya memberat. Dia merasakan sakit yang luar biasa di kepalanya. Chery mengumpat dalam hati, kepalanya benar-benar pusing. Tidak pernah dia bangun pagi dengan kepala yang benar-benar terasa memberat seperti ini. Chery mulai memijat pelipisnya perlahan. Demi mengurangi rasa pusing yang melanda dirinya. “Lain kali kalau kau tidak bisa minum lebih baik jangan minum.” Suara bariton berseru sontak membuat Chery terkejut. Dengan cepat Chery mengalihkan pandangannya pada sumber suara itu.Seketika tubuh Chery membeku melihat sosok pria yang begitu dia kenali tengah duduk di sofa. Chery langsung mengedarkan pandangannya—memastikan keberadaan dirinya. Pancaran mata Chery tampak cemas, dirinya berada di dalam kamar. Lantas kenapa ada sosok pria yang begitu dia benci ada di dalam kamarnya? Kini Chery menurunkan pandangannya memastikan tubuhnya. Embusan napa
PranggggggKen membanting kasar guci yang ada di hadapannya. Kini apartemen milik Ken tampak begitu kacau dan berantakan. Pecahan beling berserakan di lantai kayu. Ya, semua ucapan Chery selalu muncul dalam benak Ken. Tangis wanita itu. Tatapannya yang menyimpan kepedihan mendalam. Bahkan ucapan-ucapan Chery selalu terngiang di benak Ken. Sungguh, Ken tidak menyangka kalau kejadian di malam itu membuat Chery harus hamil. Ken memang selalu memakai pengaman. Tetapi jika dalam keadaan mabuk Ken selalu lepas kendali. Itu kenapa selama ini Amara suntik di dokter yang khusus untuk kekasihnya itu demi mencegah kehamilan terjadi. Berbeda dengan Chery, pada malam itu Ken tidak tahu bahwa wanita yang tidur dengannya bukan Amara. Andai saja saat itu Ken tidak sampai lepas kendali maka hal ini tidak akan pernah terjadi. Chery—wanita yang selama ini Ken kenal sebagai wanita periang telah menyimpan luka yang dalan.Ken tidak menyangka dirinya telah menghancurkan kehidupan seorang wanita. Bahkan hin
Barcelona Spain.Suara desahan dan erangan memenuhi kamar hotel megah itu. Dua insan tengah memadu kasih. Pergulatan panas di atas ranjang saling melepaskan hasrat yang tak mampu tertahan di antara keduanya. Bulir keringat memenuhi tubuh keduanya. Bahkan AC kamar mereka tak lagi terasa akibat percintaan panas mereka. Terdengar suara Alika yang merancau meneriaki nama Kelvin. Sedangkan Kelvin yang berada di atas tubuh Alika menyeringai puas melihat Alika tak henti memanggil namnya. Kelvin menghujam miliknya ke dalam milik Alika. Menghentakan dengan begitu dalam dan liar. Membuat Alika meloloskan desahan merdu di telinganya.“Shit, kau sempit sekali, sayang. Seperti pertama kali aku memasukimu,” bisik Kelvin di telinga Alika. Dia tak menghentikan hentakannya. Menghentakan dengan tempo yang keras.“Kelvin….”Alika terus mendesah. Dia memeluk erat punggung Kelvin. Merasakan milik Kelvin yang bermain di dalam miliknya begitu liar. Hingga kemudian, Kelvin dan Alika telah mencapai puncaknya.
“Sean, hari ini benar aku boleh ikut dengamu ke kantor?” tanya Stella dengan riang kala memasangkan dasi sang suami. Raut wajah Stella terlihat begitu bahagia. Pasalnya tadi malam Sean mengatakan akan mengajaknya ke kantor. Lalu sarapan bersama di restoran terdekat dengan kantornya. Tentu saja Stella sangat bahagia. Dirinya mulai jenuh dan bosan tidak ada kedua temannya. Alika yang masih berlibur di Barcelona. Sedanhkan Chery, dengan keadaan seperi ini sulit bagi Stella mengajak Chery pergi.“Iya, kau ikut denganku pagi ini ke kantor.” Sean mengecup bibir Stella. “Lebih baik kita berangkat sekarang. Kau tidak boleh terlambat sarapan.”Stella tersenyum. Lalu dia memeluk Sean dan mengajak sang suami meninggalkan kamar mereka. Seperti biasa Stella lebih menyukai pakaian yang sederhana. Dengan balutan mini dress berbahan kaus nyaman lengan panjang tetap membuat Stella sangat cantik dan menawan.Saat di depan rumah, pengawal langsung membukakan pintu mobil untuk Sean dan Stella. Ya, Sean m
Stella mematut cermin. Kini tubuhnya terbalut oleh gaun pesta dengan model tali spaghetti berwarna hijau emerald. Gaun ini sedikit menutup perut buncit Stella. Tampak penampilan malam ini begitu memukau. Hanya dengan riasan tipis tetap sukses membuat Stella sangat cantik. Ya, Sean memang meminta Stella untuk tidak menggunakan riasan berlebihan. Gaun yang dipakai oleh Stella sudah sangat mewah. Tanpa riasan tebal pun Stella sudah sangat mempesona.Di tengah-tengah Stella tengah mematut cermin, dia sedikit bingung kala tadi malam Sean meminta dirinya untuk mengundang Chery. Awalnya Stella menolak, karena di pesta itu ada Ken dan Amara yang juga akan datang. Namun Sean memaksa dirinya untuk tetap mengundang Chery. Hingga mau tidak mau Stella pun menuruti Sean—meminta Chery untuk datang. Walau tak dipungkiri Stella sangat mencemaskan perasaan Chery. Bagaimanapun Chery mencintai Ken. Sedangkan Ken telah memiliki Amara. Mencintai pria yang tidak mencintai kita adalah hal yang menyakitkan.“
“Alright kalau kau memintamu untuk memaksa membongkar kebusukanmu. Amara Falconer, jika kau ingin masuk dalam bagian keluargaku maka kau harus menyingkirkan itu dari pikiranmu. Seorang wanita yang masuk dalam keluargaku bukan hanya memiliki paras yang cantik. Tapi sifat adalah point yang paling utama dari sebuah fisik. Sayangnya itu semua tidak ada dalam dirimu. Wanita rendah dan tidak memiliki harga diri tidak akan pernah mungkin menjadi bagian dari keluargaku!” Sean berucap dengan begitu sarkas dan tatapan tajamnya pada Amara yang terlihat begitu marah.Perkataan Sean sukses membuat semua orang menatapnya dengan lekat. Terutama Amara yang berdiri tak jauh dari Sean. Wanita itu menggeram. Tampak Amarah dalam diri Amara seolah akan meledak. Namun, mati-matian Amara berusaha untuk tenang. Bagaimanapun Amara menjaga emosinya di hadapan seluruh Keluarga Geovan.“Aku tidak mengerti maksud ucapanmu, Sean!” seru Amara dengan nada tinggi.“Tidak mengerti?” Alis Sean terangkat, dia menyunggik