Stella menatap kebaya hasil rancangannya. Senyuman di bibirnya terukir melihat hasil rancangan kebaya miliknya tampak indah. Warna perpaduan hijau dan emas membuat kebaya itu terlihat sangat mewah dan berkelas. Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu. Hari di mana pertunangan Kelvin dan Alika. Seluruh keluarga Geovan dan keluarga besar Alika memakai rancangan kebaya Stella. Untuk para pria, Stella mendesign jas formal berwarna hitam. Ya, Alika memang meminta khusus batuan Stella untuk merancangkan kebaya untuknya dan keluarga besarnya. Tentu saja Stella menyambut itu dengan bahagia. Pertama kali dalam hidup, Stella merancangkan kebaya untuk keluarga besar sang suami serta keluarga besar temannya sendiri. Tak ketinggalan, Stella juga merancangkan kebaya untuk Chery. Karena bagaimana pun, Chery sudah dianggap seperti keluarga sendiri bagi Stella dan Alika.Suara ketukan pintu terdengar, membuat Stella mengalihkan pandangannya ke arah pintu dan menginterupsi untuk masuk.“Selamat pagi,
Hotel Indonesia Kempiski Jakarta adalah tempat yang dipilih untuk pesta pertunangan Kelvin dan Alika. Dengan hiasan bunga lily yang dipadukan dengan batu Swarovski menghiasi ballroom hotel ini tampak begitu mewah dan mengagumkan. Para wartawan yang sejak tadi menyorot acara pesta pertuangan Kelvin dan Alika. Terutama pada saat Kelvin dan Alika saling bertukar cincin, membuat ballroom itu riuh dengan suara tepuk tangan serta ketika Kelvin mencium bibir Alika di depan para seluruh keluarga besar, membauat kilat kamera terus terarah pada dua insan yang begitu berbahagia pada hari ini.Ya, jika Alika terlihat malu-malu ketika Kelvin mencium bibirnya di depan keluarga, berbeda dengan Kelvin yang terlihat biasa mengumbar kemesraan. Well, dua budaya menjadi satu. Sayangnya, Kelvin tetaplah Kelvin. Pria itu akan selalu mengumbar kemesraan di depan umum. Meski berkali-kali Alika memberitahu bahwa mencium bibir di depan umum bagi orang Indonesia adalah sesuatu hal yang tabu. Akan tetapi jaman s
Pesta pertunangan Kelvin dan Alika berakhir. Kini Sean dan Stella tengah dijalan pulang. Ya, Malam kian larut, Stella dan Sean langsung berpamitan lebih dulu. Sean tak bisa membiarkan terlalu lama-lama Stella berada di luar rumah. Padahal setelah pesta pertunangan Kelvin dan Alika—masih ada acara keluarga besar Geovan dengan keluarga besar Alika. Biasanya acara hanya membahas tentang bisnis dan minum bersama. Sean tak mungkin ikut dalam acara itu. Mengingat saat ini Stella tengah mengandung. Tentu Sean tidak ingin menanggung resiko.“Sean,” panggil Stella seraya melirik Sean yang tengah berkutat pada ponsel di tangannya.“Hm?” Sean mengalihkan pandangannya, menatap Stella.“Sean, tadi Ken terlihat mengenal Chery. Apa kau tahu tentang itu, Sean? Aku juga berusaha menghubungi Chery tapi ponselnya tidak aktif. Apa dulunya mereka adalah teman?” tanya Stella yang sejak tadi pensaran. Ya, tepat di mana Ken mengejar Chery tentu saja membuat semua orang tertuju pada mereka. Selama ini Ken tin
Mobil mewah yang membawa Sean dan Stella telah memasuki halaman parkir rumah mereka. Sesaat Sean menoleh pada Stella yang tengah tertidur dalam dekapannya—dia mengembuskan napas panjang melihat sang istri yang tampak begitu pulas. Tentu saja Sean tidak mungkin membangunkan istrinya itu. Ketika sopir sudah membukakan pintu mobil—Sean turun dari mobil seraya membopong tubuh sang istri gaya bridal, menuju kamar mereka.Saat Sean melangkah memasuki kamar, tatapannya menatap Stella yang meringkuk layaknya anak kecil dalam pelukannya. Istrinya itu memang tidak mudah terbangun. Ditambah kehamilan Stella, membuat istrinya itu lebih sering tertidur begitu lelap.Kini Sean membaringkan tubuh Stella di atas ranjang. Lalu dia membantu sang istri melepaskan flatshoes yang masih dikenakan oleh istrinya itu. Ya, sejak hamil Sean memang tak pernah mengizinkan Stella memakai sepatu hak tinggi. Meski berkali-kali Stella membujuk Sean, mengatakan tak akan terjadi sesuatu tetap saja—Sean tidak memberikan
Pelupuk mata Stella bergerak kala merasakan silau matahari menyentuh wajahnya. Perlahan Stella mengerjapkan matanya. Menggeliat dan menguap. Ya, senyuman manis di wajah Stella terlukis kala pagi telah menyapa. Seketika ingatan Stella berputar mengingat kejadian tadi malam. Sudah tiga bulan Sean harus berpuasa. Tentu itu karena sang dokter sebelumnya masih tidak mengizinkan Sean dan Stella melakukan hubungan suami istri. Kandungan Stella yang sebelumnya lemah membuat kecemasan sendiri akan terjadi sesuatu. Dan tadi malam adalah moment yang sangat indah. Stella tak menyangka bisa menggoda suaminya itu. Entah sudah berapa kali percintaan panasnya dengan Sean. Stella pun tak menghitungnya. Pasalnya Sean terus menginginkannya lagi dan lagi. Yang Stella ingat tadi malam—dia sampai tidur jam tiga pagi. Well… Tentu saja itu semua karena ulah sang suami.“Apa yang kau pikirkan, hm?” Sean berdiri di ambang pintu, membawakan segelas cokelat hangat. Sejak tadi dia memang sudah berdiri di amnang p
“Sean, apa malam ini kau akan pulang terlambat?” tanya Stella kala mobil yang dilajukan oleh Sean telah memasuki lobby kampusnya.“Kemungkinan iya. Ada beberapa pekerjaan Kelvin yang tidak bisa sepenuhnya diberikan oleh Ken atau direktur perwakilan. Jadi aku harus menanganinya,” jawab Sean sembari membelai lembut pipi Stella.Stella mengangguk. “Baiklah, kau hati-hati, ya. Jangan lupa untuk minum vitaminmu dan juga jangan lupa makan.”“Iya, sayang. Kau juga jangan kelelahan. Nanti sore sopir akan menjemputmu. Jika aku pulang larut malam, jangan menungguku. Tidurlah lebih dulu,” kata Sean sembari memberikan kecupan di bibir sang istri.Stella kembali mengangguk. Kemudian, Sean menekan tombol membuka pintu mobil. Kini Stella turun dari mobilnya, lalu melangkah masuk ke dalam lobby kampus. Tepat di saat Stella sudah masuk; mobil Sean pun mulai meninggalkan lobby.“Stella…” Seorang wanita cantik bertubuh mungil melangkah menghampiri Stella dengan tergesa-gesa.Kening Stella berkerut melih
“Kau mau ke mana, Chery?”Suara Ken berseru dengan keras dan tegas membuat Chery begitu terkejut. Bahkan koper yang ada di tangan Chery sampai terjatuh kala mendengar suara Ken. Tubuh wanita itu mematung. Matanya memanas melihat keberadaan Ken yang ada di hadapannya. Chery menggelengkan kepalanya kala melihat keberadaan Ken.“K-Ken—” Hati Chery begitu hancur kala menyebutkan nama “Ken” Nama yang telah telah dia lupakan. Nama yang tak dia sumpah tidak akan lagi menyebutnya. Namun, setelah bertahun-tahun kenapa harus pria itu kembali muncul di hadapannya? Chery membenci ini. Dia membenci semesta yang kembali mempertemukannya dengan pria yang mati-matian telah dia lupakan.“Kau ingin melarikan diri, Chery?” Ken melangkahkan kakinya mendekat pada Chery. Reflek Chery langsung melangkah mundur. Menjauh dari Ken.“Nona Chery.” Dua orang security hendak menahan Ken, namun tatapan tajam Ken memperingati security itu membuat Chery mau tak mau meminta dua security untuk tidak ikut campur.“K-Ken
Ken mematung mentap Chery yang menceritakan semuanya padanya. Wajah pria itu sulit terbaca. Raut wajah datar dan dingin serta tatapan yang terus menghunus pada Chery yang sejak tadi tidak henti menangis. Diam Ken menunjukan pria itu percaya dan tidak percaya. Pasalnya rasanya tidak mungkin Amara, kekasihnya melakukan itu. Akan tetapi, wajah Chery menunjukan tak berbohong sedikit pun. Ya, Ken sangat yakin akan hal itu. Pancaran mata Chery menunjukan kekecewaan yang mendalam.“Sekarang aku sudah memberitahumu. Terserah kau percaya atau tidak. Setelah ini aku harap kau tidak pernah lagi mengganggu hidupku. Aku sudah tenang menjalani kehidupanku. Mohon kau tidak perlu mengusiku lagi.” Chery menyeka air matanya. Lalu dia hendak meninggalkan Ken. Namun, lagi dan lagi Ken menahan lengan Chery. Pria itu tak membiarkan Chery pergi begitu saja. Padahal sebelumnya Ken tak mengucapkan sepatah kata pun. Lantas apa lagi yang diinginkan pria itu? Bukankah hidup Chery telah dihancurkannya?“Kau tidak