Saya ucapkan 'terima kasih' sebesar-besarnya kepada para pembaca setia yang telah merelakan waktu untuk membaca buku ini. Juga, merelakan uangnya untuk beli koin buku ini, menulis komentar, review, memberikan gem/vote, mengajak orang-orang untuk membaca buku ini.😍😍😍 Thanks, I ❤️u. Kalian ada di hati author Sunny.
"Tidak ada apa-apa, Yang Mulia. Mungkin aku salah lihat." Alisya tersenyum kepada Dafandra untuk meyakinkan tidak ada yang aneh di dalam galeri. Gara-gara pemilik galeri tidak bisa ditemui, Dafandra memutuskan untuk segera keluar dari galeri. Padahal sebenarnya raja ingin memborong lukisan di galeri itu karena wajah wanita dalam lukisan-lukisannya mirip dengan ratu. "Sepertinya perbincangan kita hari ini sudah cukup, Koszma. Terima kasih sudah menyambut dengan ramah." Dafandra berpisah dengan Koszma di depan galeri. Raja dan ratu kembali masuk ke dalam kereta kuda bersiap melanjutkan perjalanan. "Paduka Raja ..." ucap Kosza membuat Alisya dan Dafandra menoleh bersamaan."Semoga perjalanan Anda menyenangkan." Koszma tersenyum dan memberi hormat. Sang raja membalas dengan anggukan. Selanjutnya kereta mulai berjalan meninggalkan galeri seperti meninggalkan masa lalu. "Mau kemana kita setelah ini, Yang Mulia?" tanya Alisya penasaran."Mau kemana lagi? Aku ingin menuju ke hatimu." Dafa
"Lepaskan aku, Fayvel! Jangan pernah bermimpi untuk aku kembali!" kata Alisya penuh penekan. "Sadarlah, Alisya! Raja itu hanya memanfaatkanmu! Semua kebaikan yang dia lakukan untukmu palsu!" Fayvel meremas kedua lengan Alisya, kedua matanya menusuk tajam. "Lihat ini!" Fayvel melepaskan cengkeramannya. Tangannya merogoh saku dan mengeluarkan sebuah amplop. "Bacalah! Ini perjanjian rahasia antara Dafandra dan Rifian." Alisya meraih amplop dengan kasar kemudian mengeluarkan isinya. Bola mata Alisya bergerak dari atas ke bawah membaca surat. Di bagian bawah surat terdapat dua stempel yang tidak asing bagi Alisya. Keduanya stempel pribadi milik Rifian dan Dafandra, Alisya yakin keduanya asli. "Aku tidak terkejut dengan dokumen ini. Aku hanya penasaran, bagaimana kamu bisa mendapatkannya?" Alisya menyeringai."Aku bisa membawamu pergi jauh dari istana. Bukan hal sulit bagiku untuk mencuri sebuah dokumen milik pangeran mahkota." Fayvel turut menyeringai."Aku tidak perduli dengan perjanj
Tanpa sadar air mata Alisya kembali meleleh menganak sungai. Alisya berharap ingatan itu kembali menghilang dari kepalanya. Terjebak dalam dua cinta, merupakan salah satu siksaan paling sempurna. "Maafkan aku, tidak bisa bersamamu saat dalam masa-masa sulitmu kehilangan bayi dan ingatan." Ucapan Fayvel membuat Alisya terbeliak. "Kamu tahu aku mengandung?""Ya, aku menguping pembicaranmu dengan dokter." Mata Fayvel berkaca-kaca seketika. Akan tetapi, pria itu cukup tegar. Keheningan kembali menyelimuti tenda seolah membuat suhu udara menjadi semakin dingin. Mata keduanya beradu penuh rindu. Waktu yang berjalan cepat menyeret keduanya berada pada kondisi yang jauh berbeda. "Kenapa kamu membuat lukisan-lukisan itu? Jika kamu memang bersungguh-sungguh ingin bersembunyi, seharusnya kamu tidak menarik perhatian istana dengan membuat lukisan-lukisan propaganda. Kenapa kamu tidak menjadi pembunuh bayaran?" Alisya menghapus air mata dan menatap dalam kedua mata hitam bagaikan selimut malam.
Seolah terkurung dalam penjara es, setelah kepergian Alisya hati Dafandra terasa dingin seketika. Kemarahannya dilampiaskan kepada para penjaga yang bertugas di sekitar tenda raja malam itu juga. Teriakan para penjaga seperti beradu dengan suara cambukan dan derasanya air hujan. Keberhasilan Fayvel masuk ke dalam tenda raja, tidak lepas dari kesalahan para penjaga yang lalai. Seratus lima puluh cambukan lebih diberikan kepada masing-masing penjaga. Beberapa diantara mereka bahkan ada yang pingsan saat menjalani hukuman. "Arys, perintahkan para penjaga untuk mengemasi tenda. Kita kembali pagi ini!" ucap sang raja dingin. Dengan patuh Arus menyambut perintah raja. Belakangan raja mengumpat karena menuruti ide konyol Alisya berkemah di tepi hutan. Siapa sangka ide itu berakhir dengan perselingkuhan ratu dengan pria asing. Hanya ada satu pertanyaan dalam benak Dafandra, 'Sejak kapan Alisya berhubungan dengan pria asing itu?' Selama menjadi istri Dafandra, Alisya bukan orang yang suka b
Kerajaan Kosmimazh dan negara-negara di sekitarnya terhampar di atas meja. Dalam ruang kerja Dafandra, tiga orang pemilik darah murni kerajaan Kosmimazh berkumpul. Sudah lama Dafandra tidak bertemu dengan sang paman. Siapa sangka patah hati yang dialamai Dafandra mengakibatkan pertemuan dengan sahabat lama juga mantan atasannya dalam satu meja kerja. Jenderal besar menggerakkan miniatur kapal di pangkalan militer menuju ke pulau Lionysozh. "Hanya dengan mengerahkan semua pasukan di pangkalan-pangkalan militer kerajaan, aku rasa itu cukup untuk melakukan penyerangan di pulau Lionysozh," ujar sang jenderal. "Bagaimana dengan para bajak laut?" raut wajah Dafandra sedikit khawatir. "Aku rasa prajurit patroli saja sudah cukup. Untuk sementara fokus kita hanya pada peperangan. Peperangan merebut pulau Lionysozh tidak akan berlangsung singkat, Paduka Raja." Takis menghela napas panjang. "Baiklah kalau begitu, aku setuju apa maumu. Jadi kapan waktu terbaik kita melakukan penyerangan?"
Layar kapal berkembang bagaikan gunung-gunung di tengah samudra. Kicauan burung terdengar lalu-lalang di udara, pertanda kapal tidak jauh dari daratan. Dengan menggunakan sebelah matanya sang jenderal besar mengintip ke dalam teropong. Matanya melebar menyaksikan ujung daratan tampak di kejauhan. "Di depan terhampar pulau Lionysozh, tambang emas terbaik di dunia! Demi kemakmuran dan kejayaan kerajaan akan kita rebut pulau Lionysozh!" teriak Takias, disambut sorak penuh semangat para prajurit. Tidak kurang dari dua ribu kapal mengangkut pasukan terbaik kerajaan Kosmimazh untuk menyerbu pulau Lionysozh. Meskipun terbilang nekat, tetapi Takias telah mengirimkan kapal-kapal ke sebelah barat pulau Lionysozh untuk menghalau bala bantuan dari kota Stemmazh. Juga pasokan makan dan persediaan senjata telah diatur sedemikian rupa untuk dapat bertahan dan terus melangsungkan peperangan. Sementara itu seorang prajurit penjaga pantai lari tergopoh-gopoh menuju ke ruangan Myran. Pangeran kedua ke
Dari atas menara pengintai Myran mengarahkan teropongnya ke arah kapal Takias dengan gelisah. Berkali-kali pangeran itu mengatur napas. Dalam hatinya terus memuji kebesaran Tuhan untuk menghindari peperangan. Akan tetapi, jantung Myran seakan berhenti berdetak ketik melihat pertarungan Zhan dan anak buahnya melawan pasukan kerajaan Kosmimazh. Harapan Myran untuk perdamaian pupus sudah. 'Alisya, apa sebenarnya yang telah kamu lakukan? Kamu telah membangunkan iblis yang lama tertidur!' Myran menghela napas panjang seraya menatap nanar kobaran api kapal Zahan di antara gerombolan kapal berlayar biru dengan gambar tanduk rusa jantan di tengahnya. "Pangeran, kita harus siapkan manjanik dan panah api untuk menyambut kapal-kapal kerajaan Kosmimazh. Juga tambahan pasukan di sepanjang pantai," ucap Roe kepada Myran. Permintaan pria gempal itu segera mendapatkan persetujuan dari pangeran kedua kerajaan Crysozh. Suara lonceng peringatan keamanan terdengar nyaring bersautan. Para prajurit berge
"Matilah, Kamu!" Lagi-lagi Roe berhasil membunuh pria berbaju hitam. Sang jenderal itu menggila, sekuat tenaga Roe berusaha menyelamatkan Myran. Sangat jauh dari harapan. Padahal, awalnya Myran berharap akan membantu Roe mengalahkan musuh-musuhnya. Akan tetapi, yang terjadi justru sebaliknya. Pangkal bahu Myran tersayat pedang. Pangeran itu nyaris terjatuh karena kejutan luka di bahu. Meski pegangan tangannya mulai bergetar, pangeran kedua tetap bersikeras untuk melanjutkan pertarungan. Ini untuk pertama kalinya Zeth menyaksikan Myran penuh semangat menantang kematian. Meski begitu, semangat saja tidak cukup untuk bertahan dari ganasnya pertempuran. Keahlian, kekuatan, dan kecepatan adalah segalanya. Itu adalah kecakapan yang harus dimiliki setiap prajurit layaknya sekor citah yang berlari, membunuh, dan makan dengan cepat. Karena itulah citah menjadi salah satu predator tercepat dan terkuat lagi disegani. "Ah!" Kali ini Myran mengerang karena salah satu sisi pahanya tersayat. Warn