Gerimis membasahi kaca jendela, pohon-pohon dan semua benda menjadi basah olehnya seperti air mata kesedihan yang membasahi hati yang sedang berduka. Tapi hujan dipagi hari adalah berkah, salah satu rahmat Allah yang diturunkan ke bumi. Hujan jatuh dari langit berasal dari awan yang terisi penuh dengan embun. Sebelum hujan turun, langit akan terlihat gelap dan mendung, setelah hujan terkadang akan tampak pelangi yang muncul membuat langit terlihat indah. Savanna berharap akan ada pelangi dihatinya setelah semua duka pergi.
Ponsel Savanna bergetar, dilihatnya nama dilayar. Kanaya!"Assalamualaikum Savanna.." Kanaya membuat keputusan untuk menghubungi Savanna dipagi buta.
"Waalaikumsalam, ada yang bisa kubantu Kanaya?" jawab Savanna dengan kening berkerut, biasanya Kanaya menghubunginya pada jam kerja bukan dipagi buta seperti ini.
"Bisakah kita bertemu, ada hal penting yang ingin kubicarakan. Waktunya menyesuaikan jadwalmu saja..." Kanaya memberikan pilihan.
"Lusa jam 14.00 saya tak ada jadwal...” Savanna melirik kalender meja disampingnya, melihat jadwal kerjanya.
"Baiklah, lokasi Selat Sunda Resto ya.....terima kasih atas kesediaannya, waalaikumsalam.." Kanaya. menutup telepon.
Kanaya membuat janji bertemu di sebuah resto dipinggiran kota, mesti heran Savanna menyanggupinya. Kontrak kerja sama mereka sudah berakhir dan Savanna tak mau memperpanjang, menyerahkan pada agency jika Kanaya mau memakai model yang lain. Namun Kanaya hanya mau memakai dirinya.
****
Ketika datang Kanaya sudah berada disana, sendiri. Gadis itu menyambutnya hangat, sepotong senyum manis tersungging di bibirnya sementara Savanna bertanya-tanya, kenapa Kanaya mengundangnya?
“Terima kasih sudah mau datang Savanna...” sambutnya hangat.
“Aku pasti datang jika dibutuhkan. Maaf, apakah ini menyangkut kontrak kerjasama kita yang baru...?” tebak Savanna, ia belum menemukan alasan kenapa Kanaya mengajaknya bertemu hari ini.
“Tidak, aku akan bicara hal yang lebih serius dari itu....” wajah Kanaya berubah, sepasang bola matanya tampak berkabut.
“Oh ya...” jantung Savanna berdegup sementara pikirannya sedang menerka apa yang akan dibicarakan gadis itu.
"Maaf, bolehkah aku bertanya yang sedikit pribadi?" Kanaya menghembuskan nafas panjang, berusaha menenangkan pikirannya. Ia tidak biasa meminta, rasanya ini terlalu berat untuk dilakukan.
"Boleh, semoga aku bisa menjawabnya" Savanna tersenyum samar, berusaha menormalkan degup jantungnya yang terus bertalu.
“Maaf, sudah berapa lama hubunganmu dengan Thoriq..?” Kanaya menatap serius, setelahnya ia menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi seperti merasakan beban berat dikapalanya.
Seorang pelayan mengantarkan dua gelas juice dan buah-buahan campur di pinggan, Kanaya tahu Savanma tak suka makan cemilan mungkin untuk menjaga bentuk tubuhnya agar tetap berada pada berat ideal, Savanna menjaga pola makan sehat, food combaining.
“Kalian sudah akan menikah, apa pentingnya pertanyaan itu...?” Savanna tak siap dengan pertanyaan Kanaya, baginya ini terlalu mendadak.
“Aku akan melepasnya, Thoriq tidak pernah mencintaiku...” bola mata Kanaya berkaca.
“Itu tidak boleh terjadi Kanaya, persiapan kalian sudah matang, kalian harus fokus jangan pikirkan yang lain...” Savanna tak tahu harus bicara apa, sungguh ini seperti geledek yang menyambarnya. Seandainyapun pernikahan Kanaya dan Thoriq gagal harusnya dengan alasan lain, bukan karena dirinya! Kini posisinya serba sulit, seperti makan buah simalakama.
"Tidak Kanaya, itu keputusan salah. Jangan lakukan itu" cegah Savanna serba salah, meski hatinya sangat menginginkan Thoriq tapi membatalkan pernikahan mereka bukan dalam rencananya.
“Thoriq hanya mencintaimu..” Kanaya menunduk, berat mengucapkan itu. Sebelum membuat pertemuan ini ia sudah berpikir berkali-kali. Calon suaminya menyukai gadis lain, adakah yang lebih pedih dari menyadari hal seperti ini...?
“Tidak Kanaya, anda adalah gadis yang pantas untuknya. Orang tua Thoriq sangat mengiginkan anda menjadi menantunya. Hanya dirimu, bukan yang lain" kedua mata Savanna berkaca, wajah Umi Thoriq masih jelas dalam bayangannya ketika menyebutkan nama Kanaya dihadannya, calon menantu yang diinginkannya!
“Ya, tapi Thoriq tidak tertarik dengan pernikahan ini, dia mengabaikanku...” air mata Kanaya meleleh, tak sanggup menahan kesedihannya. Betapa dinginnya laki-laki itu pada dirinya, seakan ia tak pernah ada.
“Kanaya, adakah yang bisa kubantu..? Aku tak bisa melihatmu sedih seperti ini..” Savanna serba salah, bagaimana mungkin seseorang yang menangis begitu sedih dihadapannya karena takut kehilangan calon suaminya, takut pesta pernikahannya gagal dan semua alasannya bermuara pada dirinya?!
“Kembalilah padanya, aku rela membatalkan pernikahan kami...” air mata Kanaya terus mengalir membasahi pipinya.
“Tidak Kanaya, pernikahan itu bukan hanya tentang dua orang kekasih tetapi juga dua keluarga...” Savanna mengingat bagaimana dampak kesedihan yang dialami kedua orang tuanya yang menikah tanpa restu, sakitnya masih terasa hingga hari ini!
“Aku menyakitimu Savanna, aku mengambil milikmu yang paling berharga...” Kanaya menatap sedih, memohon maklum atas perbuatannya.“Awalnya kupikir begitu tapi aku harus realistis, semua yang dikatakan Umi Thoriq tentangku benar. Aku tak cukup pantas untuk anaknya. Thoriq itu segalanya bagi Umi bahkan beliau telah berhasil mendidiknya jadi anak sholeh, hanya wanita sepertimu yang pantas untuknya Kanaya. Aku tak mungkin bisa sepertimu, tak sanggup melakukannya..." mungkin Savanna sanggup berubah hingga menjadi calon menantu yang seperti Umi Thoriq inginkan tapi sampai kapan? Satu tahun, dua tahun atau seumur hidupnya ia harus berubah sesuai keinginan orang lain? Ikan tak mungkin bisa hidup didaratan, begitupun sebaliknya.
“Kamu sudah mendapatkan mimpi setiap orang Savanna. Cantik, muda, kaya dan terkenal. Aku tak menyalahkan kakak mencintaimu. Kurasa setiap pemuda ingin menjadikanmu seorang istri....” Kanaya tersenyum pahit.
“Tak selalu seperti yang terlihat Kanaya, aku juga memiliki sisi kehidupan yang banyak orang tidak tahu..” Savanna mengalihkan tatapannya, merasa Kanaya terlalu berlebih menilainya.
“Aku mencintai Thoriq dan ingin melihatnya bahagia, Savanna maukah anda berbagi kebahagiaan denganku..?” Kanaya menatapnya dengan nafas tertahan, sungguh berat rasanya tapi ia harus melakukannya. Menikah tanpa cinta akan merusak semua yang ada.
“Tentu Kanaya, aku akan membantu yang aku bisa...” dada Savanna kembali berdebar.
“Kebahagiaan kakak hanya bersamamu, aku ikhlas melepas dia untukmu...” Kanaya mulai tersenyum, membangun keiklasan untuk melepas sesuatu yang memang bukan miliknya. Hati Thoriq adalah miliknya, siapapun tidak berhak memaksa dan menentukan dimana hati itu akan berlabuh, termasuk umi-nya!
“Kanaya, aku tak bisa janji...” Savanna serba salah, tak tahu harus menjawab apa. Permintaan Kanaya membuatnya shock, meski jauh didasar hatinya menginginkan Thoriq tapi tidak dengan cara seperti ini.
Pelayan mengantarkan ikan bakar dan udang asam manis diatas meja lengkap dengan lalapan dan sambal cobek, harumnya membangkitkan selera. Keduanya makan dalam diam, menikmati ikan kakap tambak dan udang asam manis segar hasil tangkapan nelayan sekitarnya. Aroma bawang putih yang terbakar mengundang selera namun bagi Savanna semua makanan yang ditekannya seperti duri yang terasa sulit masuk kerongkongannya.
Sepi, hanya desir angin yang meriapkan rambut keduanya. Semua kata-kata terbang tak tahu rimbanya, keduanya menelan makanan dalam diam. Ingin diciptakannya perdamaian namun yang ada adalah dua hati yang saling bergejolak. Deburannya setara dengan ombak laut pantai selatan yang siap melahap semua penghalang dihadapannya! Angin, deburan ombak dan semua yang ada seakan tak sanggup meredakan semua rasa yang berbaur tak tentu arah. Tangan bisa menggenggam apapun yang ada, langkah bisa bebas pergi mengarungi dunia namun itu semua tak pernah cukup karena cinta keduanya bermuara hanya pada satu nama, Muhammad Thoriq Al-Farisi!
****
Savanna berpikir keras untuk bisa mengatasi masalahnya, ia tak mau pernikahan Thoriq dan Kanaya batal karena dirinya. Ia harus pergi untuk sementara waktu, ketempat yang jauh agar tak terhubung dengan Thoriq dan Kanaya. Savanna melihat skedul kerjanya, mengambil tawaran Hanny Hananto ke Milan kini menjadi prioritasnya.
“Alin aku ikut Fashion Show ke Eropa dengan Rio Stefan, ambil kontrak kerja sama iklan dengan cosmetik di Belanda, setelah itu aku akan tinggal satu tahun di Milan mengambil kontrak Hanny Hananto.....”
“Stop, anda kesambet dari mana...?” Alin menatap menyelidik.
“Maksudmu...?” Savanna menghentikan kata-katanya melihat wajah Alin yang tak seperti biasanya.
“ Itu daftar pekerjaan yang minggu lalu kau tolak, apakah kau lupa?" Alin menatap menyelidik.
“Aku berubah pikiran Alin, sekarang aku membutuhkan pekerjaan itu...” lanjut Savanna.
“Tinggal satu tahun di Milan, bagaimana dengan Mama-mu...?” Alin mengernyitkan dahi.
“Itu bisa diatur Alin, Hanny Hananto menawariku sebagai brand ambassador-nya di Milan khusus busana batik tulis karyanya ....”
“Apakah anda sedang menghindari pernikahan Qori itu dengan Kanaya..?” Alin menatap curiga.
“Alin anda benar, cinta membuat orang lemah dan bodoh...” Savanna tersenyum sinis, entah untuk siapa. Mungkin untuk dirinya yang tak mampu mengatasi semua gejolak emosinya saat ini, semua masalah seakan datang tumpang tindih. Savanna ingin pergi, mungkin tempat baru akan memberinya ruang yang lebih lapang untuk dirinya berpikir lebih baik.
“Tidak dear, waktu mengucapkan itu aku sedikit kesal. Maafkan atas kata-kataku yang salah..” Alin menggelengkan kepalanya, prihatin.
“Please Alin, tolong hubungi managemen Rio Stefan aku bersedia mengikuti jadwalnya ke Eropa...”
“Baiklah, akan kukabari sore nanti.
Dear, anda bukan hanya modelku tapi sudah kuanggap sebagai saudara. Anda boleh dengar kata-kataku ini atau tidak sama sekali, mencintai janganlah terlalu dalam karena batas cinta dan benci itu setipis membalik telapak tangan..” nasehat Alin.“Aku tak membencinya Alin, aku hanya belajar menerima apa yang terjadi dan berusaha tetap tegar dengan keadaan ini...” Savanna menghembuskan nafas kasar, benci pada dirinya yang selalu membela Muhammad Thoriq.
“Aku prihatin dear....”
“Anda benar dalam banyak hal Alin, aku masih harus banyak belajar untuk mengerti hidup ini...” hati manusia sungguh sesuatu yang rumit, tak perduli berapapun banyak pilihanmu maka kau akan menetapkan hanya satu pilihan untuk hidupmu. Meski dimasa depan mungkin akan menyesalinya karena pilihan itu hanya dilandasi emosi semata tapi setidaknya sudah berusaha.
“Anda lihat bunga kamboja Jepang ini, dia tak selalu mekar sempurna sepanjang musim. Itulah kesempurnaan ilahi tapi manusia sering menilainya sebagai sebuah kecacatan...” Alin menatap bunga kamboja Jepang dihadapannya.
"Aku mengerti Alin, aku harus banyak belajar tentang hidupku. Cinta tak semudah yang kita pikirkan."
Untuk memahami kesempurnaan hidupnya manusia harus belajar memahami kegagalan, rasa sakit, tak berdaya, lemah agar bisa mensyukuri segala yang telah didapatnya dan menerima bahwa bahagia dan sedih itu juga sebuah karunia.
******
Seluruh keluarga sudah berkumpul, kedua orang tua Kanaya dan kedua orang tua Thoriq. Mereka berbincang seperti biasanya, membahas kesiapan pesta pernikahan anak-anak mereka tiga hari lagi. Senyum bahagia mewarnai wajah kedua orang tua kecuali calon mempelai. Kanaya memperhatikan Thoriq yang sibuk dengan handphone-nya seperti biasa, menghindari percakapan yang menyangkut persiapan pernikahan. Kanaya mengumpulkan kekuatan untuk mulai bicara, ini saatnya ia harus mengambil keputusan, saat keluarga kedua mempelai berkumpul. Keputusan yang akan membuat mereka kecewa bahkan shock tapi Kanaya tak punya pilihan, ia tak mungkin menunggu Thoriq melakukan hal ini.
“Ma...Pa, Umi dan Abi juga kakak, bisa kumpul sebentar...” meski gugup Kanaya berusaha keras menguatkan hatinya, tak mungkin ditunda lagi.
“ Ya sayang, ada apa...?” Umi menatap tersenyum kepada menantu idaman, sementara Thoriq hanya menatap datar seperti biasanya. Tak pernah menolak tapi juga tak pernah tertarik dengan apapun yang menyangkut persiapan pernikahannya, membuat Kanaya semakin yakin akan keputusannya.
“Mama dan Papa, Umi dan Abi juga Kakak maafkan jika perkataan saya ini akan melukai tapi ini sudah saya pikirkan berkali-kali dalam seminggu ini...” Kanaya tercekat ditelannya saliva yang terasa pahit, rasanya tak adil membawa keluarga dalam permainan perasaannya.
“Ada apa sayang...?” Umi mengernyitkan dahi, merasa ada sesuatu yang tak beres.
“Saya.....saya...ingin mundur dari pernikahan ini...” bola mata Kanaya berkaca, menatap Thoriq yang terlihat terperanjat dari duduknya.
“Apa maksudmu dengan mundur nak?” Mama berdiri menghampiri anak gadisnya.
“Kanaya belum siap dengan pernikahan ini Ma..."
“Apa....?” nyaris mereka berucap berbarengan.
“Adakah yang mengganggu dan mempengaruhi keputusanmu...?” Umi menatap gadis itu menyelidik, ia sudah bisa meraba apa penyebabnya.
“Tidak Umi, Abi ini murni keputusan saya. Tak ada sangkut pautnya dengan siapapun juga...” Kanaya berusaha tetap tenang meski jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya.
“Thoriq....?” Umi menatap anak semata wayangnya, mencari penyebab dalam wajah itu namun pemuda itu tak bergeming.
“Bagaimana denganmu nak...?”Abi mendekati anak lelakinya.
“Semua saya serahkan kepada keputusan orang tua dan Kanaya...” meski terkejut Thoriq berusaha tenang, ia mendekati Kanaya.
“Maafkan Naya, aku bukan seseorang seperti harapanmu...” Thoriq tak tahu harus mengatakan apa, mungkin ini jalan terbaiknya.
“Maafkan Naya juga Kak, telah membuat situasi tak nyaman seperti ini..”
“Aku yang salah Naya, tidak memiliki ketegasan sejak awal....”
“Sudahlah Kak....” Kanaya melerai hatinya.
“Aku malu padamu dan kedua orang tua kita Naya, jika tegas sejak awal tak akan terjadi hal seperti ini...” Thoriq meremas rambut dikepalanya, gelisah.
“Posisi kakak serba sulit, aku paham ini. Maafkan aku yang terkesan memaksa dalam pernikahan ini dan melibatkan kakak, aku terlalu yakin dengan keputusanku..." Kanaya menahan isaknya.
Hari yang berat, meski ada yang terasa mengganjal namun Kanaya lega sanggup membuat keputusan ini. Orang tuanya dan kedua orang tua Thoriq tampak belum bisa terima bahkan Mama terus menangis menyesali keputusannya. “Maafkan Naya, sudah mengecewakan hati Mama” dilihatnya wanita itu yang masih merunduk sedih.
Didalam mobil Umi dan Abi tak bicara satu patah katapun, rasanya masih shock dan tak percaya bahwa pernikahan yang akan diselenggarakan tiga hari lagi telah hancur berantakan pada malam ini. Umi tahu penyebabnya namun tak hendak bertanya pada Thoriq, anak itu terlihat tersiksa selama sebulan ini. Meski begitu hatinya belum bisa menerima model itu sebagai calon menantunya dan tak akan pernah bisa!
*****
Thoriq mengetuk pintu rumah Savanna, perasaannya berdebar-debar membayangkan pertemuannya dengan gadis pujaannya. Semoga Savanna bahagia mendengar berita dirinya tak jadi menikah dengan Kanaya, semoga gadis itu memaafkan kesalahannya.
“Thoriq, masuk nak..” Mama Savanna mempersilahkannya duduk di ruang tamu. Senyumnya masih seramah dulu seperti tak ada yang berubah. Wajahnya sumringah, sepasang bola matanya mirip dengan putri cantiknya.
“Bisa ketemu Savanna Tante...” Thoriq menatap penuh harap.
“Savanna Fashion Show ke Eropa dengan desainer Rio Stefan, apakah dia tidak mengatakannya padamu....?” tatap mata Mama menyelidik.
"Mungkin Savanna belum sempat Tante" dalih Thoriq dengan senyum getir.
"Belum sempat, apakah hubungan kalian baik-baik saja?" Mama menatap menyelidik, belum tahu informasi jika Thoriq akan menikah bahkan sekarang malah batal.
"Hanya ada sedikit masalah komunikasi" Thoriq bersyukur Savanna tidak menceritakan dirinya akan menikah dengan Kanaya.
"Yah....semoga hubungan kalian akan kembali baik" Mama terlihat kawatir.
“Berapa lama Savanna ke Eropa tante...?”
Thoriq tercekat, menelan salivanya yang terasa pahit. Harapannya pupus, matanya menatap foto gadis itu yang berukuran besar di dinding, seperti sedang menatapnya tersenyum.
“Humairah, hari ini aku memikirkanmu dan tak bisa berhenti memikirkanmu. Apakah kau juga memikirkanku...?” Thoriq menggelengkan kepalanya, berusaha mengusir wajah dalam foto itu.
*****
Negeri kincir angin dan bunga tulip adalah fashion show terakhir di Eropa.Batik tulis Indonesia sangat diminati masyarakat dunia, khususnya Eropa. Belanda adalah negara yang tak asing untuk telinga orang Indonesia bahkan negara ini pernah menjajah negeri tercinta hampir 350 tahun. Empat generasi, menurut sejarah yang menaikkan kota amsterdam ke permukaan laut adalah emas dari Indonesia. Negeri zamrud katulistiwa bahkan tongkat kayu dan batu jadi tanaman. Savanna beruntung hidup dinegeri dua musim ini dan bangga setiap kali memperagakan busana batik tulis warisan budaya leluhurnya. "New Age of Yogyakarta", by Rio Stefan akan menyajikan karyanya yang terinspirasi dari traveller yang modis. Batik tulis dari Yogyakarta ini siap dalam ajang pameran budaya Indonesische Culturele Maand yang berlangsung di kota Best, Belanda . Sebanyak 40 kain dan 50 busana akan dipamerkan di ajang pameran budaya Indonesia tersebut. Selain memamerkan kain dan sejarah motifnya, di ajang pameran b
Hubungan Thoriq dengan Umi rusak, bertambah parah dengan adanya berita di media yang menyangkut Savanna dan Edward. Umi tak bicara apa-apa namun sebuah tabloid yang menjadikan foto Savanna dan Edward sebagai cover utama menjelaskan semuanya. Tabloid itu kini tergeletak diatas meja ruang keluarganya. Seseorang sengaja menaruhnya disana, entah siapa. Pastinya Umi, Abi dan seluruh keluarganya sudah mengetahuinya. "Melepas Kanaya dan memburu gadis yang tak jelas!" gumam Umi saat Thoriq lewat, Abi hanya menggelengkan kepalanya. Entah sampai kapan sikap Umi seperti itu, Abi belum punya cara untuk mendamaikan keduanya. Umi lebih banyak diam dan menghindarinya. Umi selalu punya alasan untuk menolak jika Thoriq mengajaknya bicara, Umi juga bilang sedang tak ingin diganggu jika didatangi ke kamarnya bahkan Umi pura-pura tertidur. Pusing menghadapi perempuan, tidak Umi tidak Savanna keduanya membuat kepalanya pusing. Kini waktunya dihabiskannya untuk fokus pembangunan pesantren
Pukul 12.40 (GMT +2) pesawat landing di Bandara Internasional Malpensa-Milan-Italy. Savanna mempersiapkan barang bawaannya, dari kaca jendela pesawat Savanna melihat awan putih berarak dan hamparan pegunungan yang menghijau, indahnya hari ini. Dihembusnya nafas panjang. Hari baru, semangat baru semoga semuanya berjalan lancar, doanya. Diruang tunggu managemen Hanny Hananto sudah menunggunya, seorang wanita memperkenalkan diri sebagai managernya. "Verga..." wanita cantik itu mengulurkan tangannya dengan sepotong senyum manis. Orang Italia cenderung berbicara dengan gerakan tangan dan ekspresi muka yang menonjol sehingga terlihat sangat ekspresif. "Savanna..." Savanna menyambut uluran tangan Verga dan memeluknya hangat. " Nama yang cantik, serasi dengan-ku." "Serasi..?" kening Savanna berkerut, tak mengerti apa yang dimaksud Verga. "Savanna artinya padang rumput luas tak berpohon sedang arti namaku dalam bahasa Italy adalah tongkat gemba
Trending Topic hari ini, sepuluh pemuda seluruh dunia yang masuk seleksi untuk di didik menjadi asisten Imam Masjidil Haram salah satunya dari Indonesia yaitu Muhammad Thoriq Al-Farisi! Mereka berdiri berjajar dengan baju gamis putih dengan keffiyeh (sorban Arab) ala model Omar Borkan Al-Gala. Terlihat trendi, Kakak sangat tampan dengan wajah bersih terbasuh air wudhu. Laki-laki yang dikaguminya adalah pemuda sepuluh besar dunia yang masuk seleksi pemerintah Arab Saudi. Pemuda tampan dari keluarga baik-baik yang sangat menjaga diri. “Semua bintang pudar cahayanya dihadapanmu, termasuk diriku. Aku hangus terbakar dan menjadi abu. Jika saja aku memiliki satu kesempatan, akan kuperbaiki semua yang telah kuhancurkan....” pandangan Savanna menerawang, bahagia dan pedih bergantian dihatinya melihat wajah itu di layar kaca. Jarak akhirnya membuat dirinya dan Thoriq berjauhan tapi hati keduanya lebih jauh dari itu. Savanna tidak marah ketika Umi tidak menyetujui
Abi masuk rumah sakit, jantungnya anfal. Segala peralatan medis dipasang ditubuh Abi termasuk alat pacu jantung tetapi jantungnya semakin lemah. Umi memegang tangan Abi, dingin. Seluruh keluarga berkumpul diluar, hanya Umi yang di ijinkan menunggu, jika yang lain bezuk mereka masuk bergantian. Thoriq baru malam ini pulang dari Arab Saudi, saat ini Umi sangat membutuhkan kehadiran anak laki-lakinya. Tempatnya bersandar selain Abi, anak lelaki yang ia sayangi. Dua hari sebelum Abi anfal ia berwasiat pada Umi, agar tak lagi menghalangi cinta Thoriq dan Savana. Agar Umi merestui pernikahan Thoriq dan Savana. Air mata Umi meleleh, beratnya menjalankan amanah Abi. Ditatapnya laki-laki yang terbaring pucat dan lemah, laki-laki yang bersamanya selama 30 tahun. Semuanya seperti baru kemaren, betapa singkatnya waktu merenggut semuanya. Abi yang penuh kasih sayang, sabar dan selalu mengalah pada Umi. Abi tempatnya bersandar kini terbaring lemah tak berdaya, betapa rapuhny
Los Angeles "Siapa yang tidak pernah mendengar nama kota ini...? Los Angeles adalah pusat hiburan dunia barat. Kota yang dijuluki city of stars ini memiliki banyak studio produksi besar, agen, Hollywood Walk of Fame, Casino. Cuaca yang indah hampir sepanjang tahun dan mansion mewah yang tersembunyi di perbukitan membuat kota ini menjadi impian bagi yang mengejar kemewahan, kesenangan dan kebebasan. Kota Los Angeles mengidentifikasi akhir pekan ketiga bulan Maret dan Oktober sebagai awal Pekan Mode dan hebatnya melarang bulu hewan sebagai busana. Alexandria Ballroom meriah oleh peragaan busana batik tulis Hanny Hananto. Batik dengan warna klasik menempel mewah di tubuh seorang model Savana Halina Putri, wajahnya yang eksotik timur membuatnya berbeda. Di runway Savana berpasangan dengan Omero Garcia, model pria Itali yang digilai para wanita. Postur proporsional dengan sepasang bola mata coklat bersinar. Omero sangat percaya diri sehingga auranya menular pada Savana. Keduanya
Di pesta pernikahan Kanaya Azzahra dan Ilham Azhari, Thoriq datang berdua Umi. Tadinya Ilham meminta Thoriq menjadi pengiring pengantin pria namun karena Umi tak ada temannya jadilah Thoriq menjadi tamu undangan biasa. Setelah memberikan selamat kepada Ilham dan Kanaya Thoriq mengambil tempat duduk bersama Umi di meja bulat yang dikhususkan untuk keluarga. Thoriq sibuk mengambilkan makanan tapi Umi hanya menginginkan buah potong dan sepotong kue kecil. “Sudah banyak yang tidak bisa Umi makan Nak, makanan pesta banyak mengandung lemak. Enak dimulut tapi tidak sehat di perut...” Umi selalu terharu melihat pelayanan anak lelakinya pada dirinya, apalagi usai Abi meninggal Thoriq sangat memperhatikannya. “Assalamualaikum Thoriq, apa kabar. Pulang dari Saudi gak bilang-bilang. Sibuk ya...?” Ridwan dan Aris menghampiri, keduanya mengangguk hormat pada Umi. “Alhamdulillah baik, gimana kabar kalian.. “ “Alhamdulillah baik dan masih jomblo, kalah cepat sa
Sahabat adalah orang yang selalu ada untukmu disaat orang lain meninggalkanmu, menyanyikan lagu lama yang kau lupa syairnya dan mengingatkanmu akan pentingnya kebahagiaan untuk dirimu sendiri. A best friend is the person who knows all about your badness, but still likes you."(Teman terbaik adalah seseorang yang mengetahui semua keburukanmu, tapi tetap menyukaimu.) "Alin, bisa datang kerumah hari ini jam 16.00 WIB..?” undang Savanna kepada mantan manager sekaligus sahabat terbaiknya. “Sepertinya penting sekali?” Alin mengerutksn keningnya. “Thoriq melamarku hari ini" Savanna mengabarkannya dengan riang. “Aku senang mendengarnya tapi Sav, kau yakin menerima lamaran Muhammad Thoriq sore ini...?” Alin tak bisa menyembunyikan rasa kawatirnya. “Ya Alin.” “Bukankah kalian sudah pisah satu tahun dan baru ketemu di pesta Kanaya..?” Alin mengerutkan dahinya, jika yang menyangkut Thoriq dan cintanya Savanna dipastikan hanya memakai pe
Ilham mondar-mandir diruang tamu, Edward menemuinya dan meminta tolong sebagai mediator pertemuannya dengan Thoriq. Tentu saja Ilham tak bisa menolak, ketika Edward menjadi mualaf dirinya adalah guru pembimbingnya bahkan ia menuntunnya hingga kini atas permintaan Savanna. Posisinya serba sulit, untungnya Thoriq tak pernah bertanya apa-apa. Ilham sungguh kagum akan kebesaran hati Thoriq, ia mengijinkan Ilham menjadi pembimbing Edward. Meski masih bingung Ilham mengabulkan permintaan Edward, dipanggilnya nomor Thoriq."Assalamualaikum, apakah kau sedang sibuk?" tanya Ilham basa-basi, bingung untuk memulai."Tidak, ada yang bisa dibantu Ilham?" Thoriq mengerutkan keningnya, aneh mendengar suara Ilham yang terdengar gugup."Seseorang datang kerumahku dan ingin bertemu denganmu, aku berharap kamu segera datang..." Ilham meminta sahabatnya untuk datang kerumahnya."Seseorang, bisakah kau sebutkan namanya?" Thoriq penasaran, tidak biasanya Ilham bermain ra
Ilham menatap berkeliling, beberapa tukang menyelesaikan finishing rumah tinggal Thoriq. Pak Sardi tersenyum senang melihat gambar bestek yang tak berubah, sesuai desain nona Savanna.Beberapa komponen dasar interior sudah dipasang terutama untuk dapur dan kamar mandi. Meja dapur dilengkapi dengan wastafel dan keran sudah terpasang. Pada tahap akhir ini, pekerjaan interior dapur dapat dilanjutkan dengan pekerjaan yang berkaitan dengan perkayuan dan aksesorisnya seperti lemari dan kabinet. Serta berbagai detail interior yang diperlukan mulai dari lampu dan lampu hias, wallpaper dan lain sebagainya."Apa yang terjadi denganmu?" Ilham menatap sahabatnya, prihatin."Tidak apa-apa, aku hanya belum beruntung saja.""Dan menenggelamkan dirimu disini?" Ilham tersenyum sinis, tak dapat mengendalikan diri. Sejatinya ia hanya tak ingin melihat sahabatnya menderita tapi laki-laki dihadapannya ini terlalu keras kepala diperingati, mungkin kepalanya harus terbentur
Menikah itu membuat ikatan dan janji bukan hanya dengan pasangan tapi juga dihadapan manusia dan Allah. Dan ketika melakukan pernikahan sesungguhnya kalian telah melaksanakan separuh dari agama Islam. Bagaimana mungkin Savanna sanggup meninggalkan Edward dan harapan keluarganya...? Sementara hari pernikahannya tinggal menghitung hari, seminggu bukan waktu yang panjang kini Savanna tak lagi bisa berlari. Dua kakinya seperti terikat oleh rantai yang berbeda!Rasanya ingin tidur lebih lama agar ketika bangun masalahnya selesai dan tak mengingat apa-apa tapi pikirannya tak mau diajak tidur. Membayangkan persiapan pernikahannya dengan Thoriq membuat air matanya merembes membasahi kedua pipinya, rasanya kepalanya seperti terbentur memikirkan itu. Jangankan untuk berkata, melihat tatapan Thoriq saja Savanna tak sanggup. Betapa Thoriq telah melakukan banyak hal untuk pernikahan ini, Savanna malu mengingat ini. Saat semua impiannya berada didepan mata ia terhalang oleh rasa yang tak d
Savanna hanya menangis melihat keadaan Edward, lelaki gagah dan baik hati yang dikenalnya tidak terlihat lagi. Tubuhnya terbungkus perban dan dalam keadaan koma selama 10 hari.Senyum menggodanya mungkin tak akan dilihatnya lagi, Edward selalu ada untuknya juga saat dirinya dalam keadaan terpuruk ketika Thoriq membuangnya. Walaupun Savanna belum bisa melupakan kemarahannya atas kejadian di Tiger Top Nepal tapi sudah memaafkannya, tak ada gunanya menyimpan dendam karena dendam hanya membuat jiwanya sakit."Dia kehilangan semua ingatannya bahkan tak mengenal kedua orang tuanya, satu-satunya yang dia ingat hanya namamu. Savanna Halina Putri, dia sangat memujamu hingga ingatan tentangmu terbawa dialam bawah sadarnya..." Hanny Hananto menahan isak, ditatapnya Edward yang terbaring dengan pandangan sedih. Sahabat terbaiknya dimasa kuliah itu kini terbaring tak berdaya, betapa cepatnya waktu mengubah segalanya. Hanny mengingat dosanya saat di Tiger Top Nepal rasanya
Persiapan pernikahan membuat orang seluruh rumah sibuk termasuk keluarga Thoriq, terlihat Mama dan Umi sangat bahagia. Mereka sering bertemu dan membahas masalah yang sama. Savanna menangis menyadari kebodohannya, bagaimana mungkin dirinya satu selimut dengan Edward pada malam itu...? Mengingat itu perutnya melilit dan kepalanya terasa berputar. Seseorang mengetuk pintu kamarnya, Thoriq!"Kakak..." Savanna terperanjat, seperti melihat mahluk lain ia langsung memegangi pelipisnya."Wajahmu pucat dan terkejut melihatku, kenapa?" Thoriq menatapnya dengan dahi berkerut."Ya sedikit pusing, mungkin kelelahan. Kakak ada perlu denganku?" pertanyaan konyol, kalau tidak perlu tentu saja tidak mengetuk pintu kamarnya. Savanna menghembuskan nafas panjang, terlihat berat."Tadinya mau fitting busana penganten tapi kalau masih sakit gak papa kok, masih bisa ditunda. Kamu istirahat saja" Thoriq tersenyum maklum meski hatinya terus bertanya-tanya, sejak pulang dar
Menikah dengan Muhammad Thoriq adalah impian Savana sejak bertemu dengannya di Kairo. Meraihnya dengan perjuangan dan menggenggamnya dengan pengorbanan telah dilakukan tanpa henti. Thoriq layak mendapatkan semua itu karena penghormatannya terhadap Umi dan keberhasilan menjaga kehormatannya sebagai pemuda muslim. Mengingat semua ini Savana merasa kecil dan tak berharga, harusnya wanita itu lebih bisa menjaga diri dibanding laki-laki. Hanny Hananto menjenguknya dirumah sakit, wajahnya terlihat layu tak seperti biasanya. Ia seperti ikut larut dalam rasa sakit yang diderita modelnya, gadis Indonesia dengan sepasang bola mata bulat dan warna kulit coklat eksotik. Savana sangat berbeda, bekerja sama dengannya membuat bisnis batik tulisnya terus merangkak di grafik penjualan tertinggi selama setahun. Jika mungkin ingin dikontraknya Savana untuk produk batik tulisnya hingga lima tahun kedepan, namun untuk kontrak dua tahun yang di New York City saja belum ada respon. Banyak model la
Bandara Tribhuvan Kathmandu-Nepali, Savana beruntung landing di pagi hari.Matahari bersinar cerah sehingga bisa menikmati pemandangan Pegunungan Himalaya yang menakjubkan, salah satu nilai jual Nepal. Rasanya penat perjalanan Milan-Nepal 12 jam terbayar sempurna. Pegunungan Himalaya memanjang hingga kurang lebih 2.400 km, mulai dari Nanga Parbat yang berada di sebelah barat hingga Namche Barwa di sebelah timur. Dengan lebar yang bervariasi antara 250-300 km, pegunungan ini terdiri dari 3 barisan pararel dengan ketinggian yang berbeda. Pegunungan ini muncul akibat adanya tumbukan antar lempeng tektonik sehingga menghasilkan deretan pegunungan tinggi non vulkanik. Di ketinggian sekitar 6.719 Mdpl, tepatnya di sisi sebelah barat terdapat Valley of Flowers, sebuah lembah yang sangat luas dengan pemandangan yang menawan. Hamparan bunga yang bermekaran berpadu dengan hijaunya dedaunan menjadi oase di tengah perjalanan yang melelahkan. The Kathmandu Valley yang bera
Nepal Wonders of the World, Nepal adalah keajaiban dunia. Hanya mempunyai luas wilayah 0,1% di bumi tetapi memiliki keaneka ragaman hayati yang terkaya di dunia. Nepal dilaporkan memiliki daratan berumput tertinggi di dunia, yang berada di Chitwan. Mempunyai 5980 spesies tanaman bunga yang mencakup 2,4% dari total tanaman bunga di dunia, lebih dari 360 spesies anggrek dan 250 spesies tanaman bunga endemik di Nepal tidak bisa ditemukan di tempat lain. Nepal mengisi imaji mereka yang mencari makna hidup dan bertualang. Nepal adalah Kathmandu, dan Kathmandu adalah Thamel. Thamel sebuah jantung kota yang berdetak kencang, memompa darah kota ini dengan kerlap-kerlip bintang di langit malam. Keindahan dan misterinya menyatu dalam kebudayaan dan cara hidup penduduk Nepal. Edward menatap langit malam, Nepal membuatnya takjub. Kerasnya dunia bisnis tak terasa oleh keindahan alam Nepal. Diusianya yang ke-30 tahun Edward sudah mendapatkan apapun yang diinginkan oleh separuh populasi la
Rumah bukan hanya sebuah bangunan untuk ditinggali bersama tapi sebuah tempat untuk setiap orangmemiliki alasan untuk pulang, merangkai kisah dan menulis dengan tinta emas kehidupan dari awal hingga maut menjemput pada batas waktu yang telah ditentukan. "Jadi ini rumah Muhammad Thoriq...?" hati Savanna bergetar ketika memasuki gerbang rumah besar kekasihnya. Selama dua tahun mengenal belum pernah Savanna diajak kerumahnya tapi kini ia menerima undangan langsung dari pemilik rumah, Umi Azizah. Rumah menunjukkan pribadi penghuninya, rumah ini adalah perpaduan gaya Arabian dan Tropis. Halaman luas dengan tiang-tiang bangunan yang tinggi dan kokoh, sebagian temboknya dari bata expose dan lempeng batu kali, terkesan unik khas rumah tropis. Jendela dan pintunya besar-besar dengan cat berlapis gold khas Arab dan bernuansa islami. Tamannya luas, asri dengan rumput hijau dan beberapa pohon buah seperti mangga Mahatir yang berbuah besar, belimbing dewi dan jamb