Nicko melihat tubuh Adita yang sudah sangat memprihatinkan. Bagaimana seluruh tubuh indah itu terdapat tanda kepemilikan di mana-mana. Malam ini, Nicko dan Adita bertarung hawa nafsu dengan dahsyat. Nicko tidak bisa mengelak. Dia juga terhanyut dalam suasana intim ini. Adita yang sangat ganas menyerang Nicko membuat laki-laki itu, sulit untuk menghindar. Nicko tau, ini merupakan pengaruh dari obat perangsang gairah yang Adita minum. Tapi, yang masih menjadi pertanyaan di pikiran Nicko. Bagaimana bisa wanita nya mendapatkan obat seperti itu? Apakah Adita membelinya? Tapi, kapan? Bukankah selama tiga hari berturut-turut Adita dikurung di sini?
"Aku akan mengecek lagi rekaman kamera pengawas." Nicko segera memakaikan piyama tidur Adita. Setelah itu, dia pergi dari sana.
Nicko segera membersihkan tubuhnya. Dia melakukan semua kegiatan rutinitas nya dengan sangat kompeten dan ulet. Sekarang, Nicko berada di ruang kerja pribadi miliknya. Jari-jarinya yang terampil menekan keyboard laptop dengan cepat. Dengan kedua matanya yang menatap tajam bagai mata elang. Nicko meneliti kegiatan apa saja yang dilakukan wanita cantiknya selama dia pergi keluar dari apartemen.
"Ternyata Adita memang mempunyai obat perangsang. Mengapa dia sangat berani meminum obat itu, sedangkan dirinya terkunci di dalam kamar."
Nicko memijat keningnya.
"Sial! Apa dia berusaha untuk merusak saraf-sarafnya? Aku harus menyingkirkan benda-benda yang dapat membahayakan keselamatan Adita!"
Nicko mengaktifkan handphone nya. Dia membuka aplikasi online shop food. Nicko membeli seluruh makanan kesukaan Adita.
"Kamu pasti sangat lapar sayang setelah kita berolahraga panjang tadi malam." Nicko tersenyum.
Di sisi lain. Adita mulai membuka kelopak matanya dengan perlahan. Kemudian, Adita duduk bersandar di headboard kasur. Dia masih mengumpulkan kesadarannya. Adita melihat ranjang nya. Seprei ranjang yang berantakan dan tidak rapi. Bahkan, Adita terasa menghirup aroma yang tidak enak. Ternyata itu berasal dari tubuhnya.
"Kenapa aroma tubuh ku seperti ini? Ini, seperti aroma Nicko. Astaga! Apa yang sudah aku lakukan semalam!" Adita tersadar sepenuhnya. Dia mengingat kembali kejadian semalam.
"A-aku melakukan nya kembali bersama Nicko …" Adita bersuara lemas. Dia menelan ludahnya seiring memori ingatan nya mengacu pada kegiatan panas semalam.
Adita tidak tau apa yang harus ia lakukan sekarang. Seketika dia menjadi lamban untuk berpikir jernih.
Adita masih terjebak pada bayang-bayang malam panjang bersama Nicko. Di mana dia sangat agresif pada malam itu. Adita yang sangat menginginkan kegiatan lebih bersama Nicko menjadikan dirinya seperti wanita pelacur yang sangat nakal. Adita ingat, detik-detik dia menggoda Nicko dengan kemolekan tubuhnya yang dia sengaja pertontonkan di depan Nicko. Kemudian memberikan ciuman, usapan sensual dan suara desahan yang dapat membangkitkan imajinasi liar pria itu.
Adita menggelengkan kepalanya. Dia mengusap wajahnya yang gusar.
Bersama dengan itu, Nicko masuk ke kamar Adita sambil membawa banyak sekali makanan dan minuman.
"Sudah bangun rupanya." Nicko duduk di tepi ranjang.
"Bagaimana tidurnya Hem? Nyenyak?"
Nicko memperhatikan Adita yang sedang menutupi wajahnya dengan telapak tangannya.
"Ini aku membawa makanan untuk mu. Kalau dikatakan sarapan seperti nya bukan. Karena ini sudah hampir siang hari."
Adita diam seribu kata.
"Ya sudah. Aku keluar dulu. Dimakan ya! Biar kamu tidak sakit nanti." Nicko mencium kepala Adita. Dia berlalu keluar meninggalkan Adita sendirian dengan segala bungkamnya.
"Walaupun aku selalu berkata kasar dengan Nicko. Tapi, laki-laki itu tak sekalipun merasakan sakit hati. Bahkan aku sering mencacinya."
"Dia masih saja baik padaku." Adita menatap berbagai macam makanan di depannya.
"Tapi, bisa jadi masih ada rencana taruhan yang lain. Aku bingung harus bagaimana lagi sekarang."
Adita kembali diam menatap kosong ke depan.
"Tidak! Aku pasti bisa menemukan jalan keluarnya. Tugasku masih banyak lagi. Pertama, aku harus fokus bagaimana cara aku bisa keluar dari apartemen ini. Kedua, aku akan mengungkap dalang dibalik pembunuhan terhadap kedua orang tua ku."
"Setelah itu, aku baru merasakan lega. Dendam kematian kedua orang tua ku harus terbalaskan! Aku akan melakukan berbagai cara!"
Adita memakan makanan dengan lahap. Dia harus mengumpulkan tenaga untuk melawan Nicko. Dan rencana pelarian nya, itu juga akan lebih mudah jika dia bertubuh kuat.
*Aku akan mencari orang yang sudah mengambil kalung liontin milik ibu. Dia adalah pembunuh ibu dan ayahku! Aku tak akan mengampuninya!* Batin Adita berucap.
Setelah makan, Adita langsung bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Adita melepaskan pakaian yang melekat di tubuhnya. Saat dia melewati cermin, sekilas Adita melihat pemandangan tubuh nya sendiri. Awalnya Adita tidak peduli, namun setelah beberapa saat. Adita kembali menghadap ke cermin dia melotot kaget melihat pantulan dirinya di sana.
"Aaaaaaa …." Adita berteriak kencang.
Dia berputar. Melihat seluruh tubuhnya terdapat banyak bercak merah. Tak ada sejengkal pun yang luput dari bercak kemerahan itu. Di bagian Kaki, tangan, dan semuanya. Di betis nya yang mulus tanpa adanya bulu pun terdapat tiga buah tanda merah. Menurut Adita, ini lebih parah dari sebelumnya. Seganas apakah Nicko semalam?
Adita menoleh, pintu kamar mandinya diketuk. Siapa lagi kalau bukan Nicko. Dari luar, Nicko memanggil nama Adita berulang kali. Sekilas laki-laki itu mendengar suara teriakan kencang wanita cantik nya. Nicko mengira ada hal yang negatif menimpa Adita. Dia khawatir setengah mati.
"Sayang, kamu baik-baik saja kan di dalam? Ada apa? Kenapa kamu berteriak seperti itu?"
"Buka pintunya Adita. Kamu kenapa? Jangan membuat aku khawatir seperti ini!"
*Kenapa Nicko bisa ada di dalam kamar aku? Astaga, apa dia akan membuka pintu secara paksa? Aku bahkan tidak memakai pakaian apapun!* Adita bergumam.
"Aku dobrak pintu kamar mandi kalau kamu tak kunjung membalas pertanyaan ku! Aku hitung sampai tiga!"
"Satu, dua …"
"I-i-ya. Aku sedang mandi Nicko!"
Nicko merasa sedikit lega.
"Tapi, kenapa kamu tadi berteriak? Ada apa?"
"Ah, aku sedang berlatih vokal." Adita menjawab dengan seadanya.
"Latihan vokal?"
"Sudah sana pergi! Aku ingin mandi. Jangan ganggu aku!"
Tak lama kemudian, terdengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi. Nicko pergi keluar dari kamar Adita. Dia bingung, harus melakukan apa sekarang. Ke kantor? Bahkan ini weekend. Rasanya Nicko ingin menghabiskan hari-harinya bersama dengan Adita. Tapi, mustahil karena Adita masih saja membencinya.
"Lebih baik aku berolahraga." Nicko berjalan menuju ruang gym pribadinya.
Nicko melakukan stretching otot terlebih dahulu. Kemudian dia berlari di treadmill. Untuk membuat tubuhnya lebih panas dan berkeringat. Setelah itu barulah Nicko mulai mengangkat barbel nya.
Lagi-lagi, Nicko mengingat masa-masa saat dia dan Adita berolahraga berdua di sini. Bagaimana Adita yang selalu memecah fokus Nicko saat melatih otot-otot nya dengan barbel yang besar. Apalagi saat Adita meraba bagian dada sampai ke bagian perut sixpack Nicko membuat kegiatan olahraga mereka berpindah tempat. Dari mulai di gym dan akhirnya berakhir di atas ranjang.
"Dia adalah canduku!" Nicko bergumam. Dia terus mengangkat dan menurunkan barbel secara berulang-ulang.
Di sisi lain. Adita sudah berpakaian. Dia mengambil bungkusan makanan ringan. Adita membuka jendela kamarnya membiarkan angin sejuk keluar masuk dari dalam kamar nya. Jujur saja, Adita masih merasakan aroma maskulin khas Nicko. Dengan segera dia melepaskan seluruh seprei ranjang dan menuruh nya di kamar mandi.
Adita menarik napasnya. Di lubuk hati nya yang paling dalam, dia masih menyukai Nicko. Bagaimana dengan Cinta?
Ya, Adita merasa dia juga telah menyimpan perasaan cinta pada pria tampan itu.
Kalaupun hubungan nya dengan Nicko bukan karena sebuah tantangan. Pasti Adita mau memberikan hatinya pada Nicko dengan segenap jiwa raga. Namun, inilah garis takdir yang telah Tuhan rencana kan.
Nicko, laki-laki konglomerat tampan dengan penuh kharismatik pastilah banyak wanita yang tak sungkan menaruh hati padanya. Dari berbagai kalangan tentunya, termasuk Adita sendiri.
"Semakin aku membencimu, semakin besar pula rasa cintaku, Nicko." Adita menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya.
"Perasaan yang sangat aneh. Aku membencimu tetapi juga mencintaimu. Apa yang harus aku pilih? Benci atau cinta? Atau bahkan dua-duanya?"
Tidak Adita sadari, Nicko ternyata sedang berdiri di belakangnya dengan senyuman manis nya. Saat Nicko sedang berolahraga dia terus memikirkan Adita. Percuma saja dia melakukan ini dan itu. Tetapi, pikiran nya terbang melayang mencari wanita cantik nya.
"Menurutku, lebih baik kamu memilih mencintai ku daripada membenciku sayang." Nicko memeluk Adita dari belakang. Dia menopang kepalanya pada pundak Adita.
Adita terkejut bukan main. Nicko dengan tiba-tiba memeluknya. Dan apa tadi? Nicko menjawab seluruh kegelisahan dan kegundahan hatinya.
"Ni-Nicko! Bagaimana kamu bisa ada di sini?!" Adita melepaskan tangan Nicko yang melingkar di perutnya. Dia berbalik menghadap kepada Nicko.
"Astaga!"
Adita menutup mulutnya. Dia terkejut untuk ke dua kalinya.
"Kenapa Hem?" Nicko bingung melihat ekspresi wajah Adita.
"Kenapa badan mu penuh dengan bercak merah? Astaga, bahkan ada juga di dada mu, Nicko!"
"Ini?" Jari Nicko menunjukkan sebuah bercak yang berwarna sangat merah daripada bercak yang Lain.
"Kamu lupa? Ini kamu yang membuatnya."
"Apa!" Adita melotot tajam.
" Kamu pasti bohong Nicko! Jangan mengarang cerita kamu!"
"Mengarang? Kalau begitu kamu lupa ya, sayang? Jelas-jelas semalam kamu telah membuat tubuh kekar ku ini dipenuhi oleh hisapan bibir dan lidah sexy mu itu!"
"Tak mungkin!" Adita mengelak keras.
"Aku berkata yang sebenarnya sayang!"
"Kamu pasti mengarangnya! Arghh! Aku tak mau tau! Pergi kamu! Pergi!"
Nicko tertawa lepas melihat wajah Adita yang memerah karena malu.
"Pergi Nicko!"
"Hahahahaa …"
"Pergi!!!"
Nicko berhenti tertawa. Tetapi, tidak berhenti menggoda Adita. " Cium dulu, baru aku akan pergi."
"Jangan berharap Nicko!"
"Ya sudah lah. Aku akan terus di sini." Nicko melipat tangannya di dada. Dia berlagak sangat santai.
"Jangan mempermainkan ku Nicko!" Adita mulai terbakar amarah.
"No baby! Give me kiss now! And then, i will go from here."
"Dasar licik!"
Cup!
Adita memberikan kecupan kecil di pipi Nicko.
"Sudah sana pergi!"
"Kenapa di pipi? Di bibir ku sayang!" Nicko Mengeluarkan suara manja nya.
Adita menatap tajam Nicko. Laki-laki ini memang sedang mempermainkan dirinya. "Pergi sendiri atau ku seret kau dari sini!"
"Kamu ingin menyeret ku? Ahaha … yang benar saja sayang. Coba pikirkan! Kau bahkan tidak kuat menahan berat badan ku saat aku menindihi tubuhmu!"
"Sialan kau Nicko! Pergi sekarang!!"
"Berikan aku ciuman di sini." Nicko menyentuh bibirnya.
"Setelah itu aku akan pergi. Bagaimana? Pikirkan baik-baik!"
"Argh! Kau!" Mata Adita melotot tajam. Tangan mengepal kuat di udara.
Dengan terpaksa, Adita mengecup bibir Nicko. Di dalam hati, Nicko tersenyum puas. Otak cerdiknya memasok rencana brilian. Secepatnya Nicko menahan leher bagian belakang Adita agar wanita itu tidak berhenti mencium nya.
*Pria sialan!* Batin Adita berucap kesal.
Sekarang dirinya terjebak dalam ciuman Nicko yang menuntut. Kemenangan sekarang ada di pihak Nicko. Laki-laki itu tak akan pernah menyerah untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Termasuk Adita, wanita cantik, nan seksi yang harus menjadi milik nya seutuhnya dan selama-lamanya. Nicko tak akan membiarkan laki-laki lain mengambil Adita. Bisa dibilang, Nicko memang terobsesi dengan wanita cantik yang dulunya berprofesi sebagai DJ klub malam.
Nicko mengangkat satu kaki Adita untuk melingkar di pinggang nya. Dan hanya menggunakan satu tangan, Nicko dapat mengangkat Adita. Menggendong wanita itu di depan. Tanpa melepaskan pagutan bibirnya, Nicko berjalan menuju ranjang.
"Akhh … Nick- …"
Bibir Adita kembali bertemu dengan bibir Nicko. Adita hanya menarik napas satu kali, saat Nicko membaringkannya di atas kasur. Nicko menelungkup di atas Adita. Mengurung wanitanya di bawah Kungkungannya.
Tak berselang lama, akhirnya Nicko melepaskan bibir Adita. Nicko memberi jeda Adita untuk bernapas.
"Kau adalah Heroin ku sayang! Kau membuatku terlalu merasakan candu!"
Adita mendorong dada bidang Nicko yang tidak memakai baju. "Sekarang, kau harus pergi dari sini!"
"Pergi? Nanti sajalah. Aku masih merindukan mu baby!" Nicko menyingkap dress Adita.
"NICKO!" Adita menggeram. Pria ini sudah sangat melebihi batas sekarang.
"Wow! You're very sexy baby! I like it!"
Adita semakin tidak tenang. Tangan Nicko menekan dengat kuat kedua tangan Adita yang dia letakan di atas kepala wanita itu. Dan tangan yang lainnya, disibukkan dengan meraba perut Adita yang terdapat tindik di bagian tengah pusarnya. Nicko juga meraba anggota tubuh Adita yang lainnya. Adita dengan sekuat tenaga nya mencoba melepaskan cengkraman tangan Nicko. Dirinya bagai tersengat listrik dikala jari telunjuk Nicko mengukir di atas pahanya. Sentuhan halus juga sangat terasa menggelitik.
Tatto bercorak kupu-kupu yang hinggap di bunga mawar hitam menghiasi paha sexy Adita.
Sudah dikatakan, kalau Adita adalah seorang DJ muda yang memiliki sifat tomboi dan bar-bar. Di balik sifat yang mungkin menurut sebagian orang kurang tepat untuk statusnya sebagai seorang perempuan, Adita memiliki sifat yang penyayang juga terhadap anak-anak. Dia menyukai anak kecil.
"Pakai yang berenda lagi ini. Awas sayang. Nanti kamu masuk angin. Ini banyak banget lubang ventilasi nya." Perkataan Nicko mengarah pada sesuatu yang ada di tengah-tengah kedua kaki Adita.
"Nicko! Menyingkir sekarang atau aku tendang kamu!"
"Sebentar sayang. Ehm … bagaimana jika kita mengulangi lagi pertarungan panas tadi malam?"
"Menyingkir dari atas tubuhku Nicko!"
Kesabaran Adita telah hilang. Dia akhirnya Menendang perut Nicko dengan kencang sampai laki-laki itu terpelanting ke lantai kamar.
Duakk!!
Adita melihat tubuh Nicko tersungkur di lantai kamarnya. Laki-laki itu sepertinya tidak merasakan kesakitan. Secepatnya Nicko berdiri. Dia menatap wajah Adita dengan sangat tajam. Bersamaan dengan itu, Adita menjadi salah tingkah. Apakah Nicko akan memarahinya? "Ehm … aku minta maaf Nicko. Aku, tidak sengaja tadi." Adita berkata dengan suara yang pelan. Setelah itu dia menundukkan kepalanya. "Kau tau apa yang telah kau lakukan sayang?" Nicko melipat tangannya di dada. "I-iya. Aku tau Nicko. Aku meminta maaf padamu. Aku tau aku salah. Aku telah lancang terhadap mu." "Bukan yang itu sayang." Nicko mencondongkan tubuhnya ke depan. Dia memegang dagu Adita. "Ini perihal kemarin malam. Apa yang kamu lakukan? Hem?" Suara Nicko yang terdengar halus namun penuh dengan rasa intimidasi. Membuat Adita menelan ludahnya dengan susah payah. "A-aku hanya mandi saja. Aku … merasa kepanasan." "Yakin seperti itu? Kamu tidak mencoba untuk membohongi ku kan, sayang?" Deg! *Membohongi? Se
"Nicko angkat dulu handphone mu ini!" Adita semakin cemas. Dia masih belum siap untuk berurusan dengan keluarga Alexander's. Nicko menyenderkan tubuhnya. Dia menghembuskan napas malasnya. Jari nya menggeser tombol hijau di layar handphone. Dan langsung terlihat wajah Naila dari layar. "Naila?" Nicko terkaget. Kenapa adiknya memakai handphone mommy Dewi untuk menelepon nya? Apalagi ini adalah panggilan video. Jarang sekali Naila melakukan nya dengan Nicko. Mereka memang sering kali tidak rukun. Hanya bertengkar dan bertengkar setiap harinya di mansion Alexander's. "Kamu kenapa pakai handphone mommy? Dimana mommy?" "Kakak jadi ikut ke Bali tidak? Besok kita akan berangkat." Adita membekap mulutnya. Dia sepertinya mengenali suara itu. Tapi Adita tidak mengingat nya sama sekali. "Mommy sedang membantu Daddy mencari sesuatu. Aku sedang berkemas kak. Mommy yang menyuruh aku menelepon kakak." *Pasti Daddy lupa menaruh pengaman rudalnya. Aku yakin, daddy dan mommy akan kemba
Waktu terus berjalan. Sekarang, matahari sudah tepat berada di tengah-tengah. Tanpa condong ke kiri ataupun ke barat. Cahaya panas matahari pun semakin terik. Sejak pagi, Adita masih berada di dalam kamarnya. Tak sedikitpun dia berkeinginan untuk keluar. Hanya berbaring, berguling dan jungkir balik. Sampai pada akhirnya kram perut nya datang membuat Adita diam tak berkutik. Rasa sakitnya melampaui penderitaan dirinya. Kram perut akibat bawaan dari menstruasi. Adita memegangi perutnya dengan erat. Tubuhnya berbaring meringkuk di atas kasur guna mengurangi nyeri yang ada. Keringat dingin pun tak henti-hentinya keluar dari dahi Adita. Wanita itu benar-benar menahan rasa nyerinya. Di tempat lain. Perusahaan Alexander's group tepatnya. Nicko menyenderkan tubuhnya di kursi jabatan nya. Dia merenggangkan otot lehernya yang sedikit pegal karena terus-menerus menatap layar laptop sejak pagi. Dia melihat jam tangannya. "Em, Pukul 12 siang." Dia bergumam. "Apa Adita sudah makan? Apa y
"Aaahhh …" Adita tidak sengaja mendesah kuat. Dia belum menyadari kalau Nicko sedang menatapnya dengan penuh tanda tanya akibat suara sensual nya yang dia keluarkan begitu saja. Nicko tersenyum. Dia sudah mengerti sekarang. Dengan gerakan yang dapat membangkitkan gairah Adita, Nicko mengusap paha Adita yang hanya memakai hot pants berwarna hitam. Lidahnya kembali menyapu perut Adita. Lagi-lagi Adita mendesah kuat tanpa sadar. *Disaat kau sedang kedatangan tamu bulanan seperti ini, kamu justru semakin menggoda Adita. Sialan!! Apa yang harus aku lakukan?!* Nicko memejamkan matanya. Sambil melakukan tugasnya meringankan sakit perut Adita, dia juga mendengarkan sahutan suara sensual Adita yang sedari tadi keluar masuk telinga nya. Sudah dipastikan telinga Nicko memerah sekarang. Tak henti-hentinya jakun Nicko naik dan turun. *Damn! Aku tidak bisa bertahan lebih lama lagi! Kau sungguh menggoda Adita!* Nicko beralih mengurung Adita di bawah kungkungan nya. Dia melihat mata Adita
Setelah kegiatan yang cukup panas, Adita akhirnya kembali terlelap dalam keadaan tanpa mengenakan busana atasan. Dia tertidur di dalam pelukan hangat Nicko. Skin to skin tadi membuat Adita mengeluarkan tenaganya untuk menahan gejolak hasrat yang sudah menggebu-gebu. Dan pada akhirnya Nicko mengakhiri menggoda Adita. Puncaknya mereka masuk ke dalam alam mimpi sambil berpelukan mesra. Tak terasa, waktu terus berjalan. Matahari pun mulai menggelap. Berganti dengan cahaya rembulan. Perlahan sepasang mata dengan bulu mata lentik hitam mulai terbuka. Alisnya menaut menstabilkan cahaya redup yang baru saja ia lihat. "Kenapa gelap seperti ini?" Nicko menggeser tangannya yang menjadi bantal Adita. Wanita cantik itu masih terlelap. Nicko merilekskan tangannya yang sedikit kaku. Setelah itu, dia berjalan untuk menyalakan lampu kamar. Dia juga menutup jendela kamar. Agar angin malam tidak masuk begitu saja. Nicko duduk di tepi ranjang. Dia membelai rambut panjang Adita. Nicko mendekatkan wa
Keesokan harinya, semua aktivitas Adita dan Nicko kembali berjalan seperti biasa. Adita yang menjahili Nicko dengan cara yang tak lazim membuat Nicko harus menyingkirkan jauh-jauh fantasi liar nya. Tak mungkin Nicko akan menerjang Adita begitu saja. Wanita itu masih dalam zona datang bulan nya. Nicko harus menunggu sekitar lima hari lagi. Setelah itu, dia akan menggempur tubuh Adita habis-habisan. Sebagai akibat balasan telah berani menantang Nicko dengan mini dress nya. Sekarang, Nicko sedang duduk di sofa sambil memangku laptopnya. Kedua mata nya dengan tajam dan fokus menatap layar laptop. Kacamata anti radiasi UV laptop bertengger gagah di hidung mancung Nicko. Dari lantai atas, Adita menatap dirinya di cermin. Tubuhnya berputar membuat dress nya tersingkap ke atas. Seolah-olah terbang. Flounce dress of shoulder yang berwarna putih sedikit menerawang itu melekat indah di tubuh Adita yang proporsional. Adita menyemprotkan sedikit parfum. Lalu berjalan keluar kamar. Kakinya men
Nicko berdiri tepat di depan pintu kamar mandi Adita. Nicko melipat tangannya di atas perut nya. Semakin lama Nicko menunggu Adita, dia justru merasa tidak sabaran. Berkali-kali dia mengurungkan niatnya untuk mengetuk pintu kamar mandi. Sampai pada akhirnya pintu pun terbuka. "Oh, akhirnya sayang." Nicko tersenyum lebar. "A-apa yang kau lakukan di sini Nicko?" Adita memegang erat handuk yang melilit tubuhnya. "Wow? Kau menggoda ku?" Adita berdecak sebal. Dia mendorong tubuh Nicko dari hadapannya. "Sudahlah Nicko. Tinggalkan aku sendiri sekarang! Aku ingin beristirahat." Adita membuka lemari pakaian nya. Dia mengambil beberapa pakaian santai. "Berdandan lah malam ini! Aku akan mengajakmu berkencan." "Ha? Be-berkencan katamu?" Nicko mengangguk. "Berikan penampilan terbaikmu malam ini. Aku menunggumu sayang …" Nicko keluar dari kamar Adita. Membiarkan wanita itu untuk mencerna apa yang dia katakan. "Apa dia bersungguh-sungguh dengan ucapan nya tadi?" Adita mengerutkan da
"Kau tau?" Nicko meletakkan sendok dan garpu. Tangannya beralih menopang dagunya. "Apa?" Adita masih memakan hidangan yang tersaji di depan nya. Nicko tak kunjung mengeluarkan suara nya. Adita merengut sebal. Dia mengambil tissue dan mengepalkan tissue tersebut. "Katakan! Ada apa Nicko?" "Coba tebak!" Nicko tertawa kecil. Dia menikmati wajah Adita yang terlihat kebingungan. "Cih! Menyebalkan!" Adita melemparkan tissue yang dia buat menggulung pada Nicko. Lalu berjalan cepat meninggalkan Nicko yang masih tersenyum seperti orang gila. "Dia memang tidak pernah berubah! Selalu saja menyebalkan!" Adita menggerutu sepanjang kakinya melangkah. "Hahaha … sayang, hei mau ke mana?" "Aku ingin kabur jauh dari mu! Jangan harap bisa menemukan ku lagi Nicko!" "Hahaha kabur? Jangan bercanda sayang. Kemarilah! Ini belum selesai!" "Aku tidak peduli! Aku akan pergi jauh! Sejauh-jauhnya!" Adita berkata dengan sungguh-sungguh. Dari kejauhan Nicko membulatkan matanya. Dia berlari meng
"Kenapa tidak menginap saja di sini Nick? Lagipula ini sudah dini hari." "Benar yang mommy mu katakan. Kamu juga jarang sekali tidur di mansion. Sepertinya apartemen mu lebih nyaman?" *Memang sudah dini hari. Adita pasti sudah tidur.* Nicko menilik jam tangannya. Dia mengangguk pelan. Malam ini, pesta ulang tahun kecil-kecilan pun usai. Naila yang sudah terlelap di pangkuan sang daddy sedari tadi. Daddy Jonathan menggendong Naila sampai ke dalam kamarnya. Nicko masuk ke kamarnya yang jarang sekali disinggahi. Mereka beristirahat di kamar masing-masing. Di dalam kamar Nicko. Dia membolak-balikan tubuhnya. Memberikan sebuah pesan singkat pada Adita. Hingga beberapa saat tak ada balasan, Nicko memutuskan untuk benar-benar terlelap. "Kapan aku bisa membawa mu ke mansion utama Adita?" Nicko bergumam sambil memejamkan matanya. Berangan-angan akan masa depan yang indah bersama Adita. Sempat terlintas di benak Nicko bahwa sepertinya dirinya memang hanya terobsesi semata. Namun, lang
Roda mobil Nicko memasuki halaman mansion utama keluarga Alexander's. Dengan langkah pasti di masuk ke dalam. Raganya memang di sini, akan tetapi pikirannya masih tertinggal di apartemen. Masih kemelut dengan kerinduan bersama Adita. Walaupun masih ada esok hari lagi, bagaimana pun juga mereka adalah dua sejoli yang sedang dimabuk asmara cinta. Sangat enggan untuk berjauhan. Hanya menginginkan waktu untuk berduaan. "Kak Nicko! Akhirnya datang juga!" Naila yang pertama menyaksikan kedatangan Nicko memekik girang. "Kakak tau? Aku tidak boleh makan makanan lezat ini jika kak Nicko belum datang!" Naila berbicara panjang lebar. Mengadu pada kakaknya. Nicko hanya bergumam sendiri. Tak lama mommy Dewi datang sambil membawa kue ulang tahun. Simple namun mewah dan elegan. "Selamat ulang tahun putra mommy…" Daddy Jonathan memantik api untuk menyalakan lilin di atas kue. Nicko berdiri di hadapan mommy Dewi beserta kue yang dibawanya. Meniup pelan api di lilin hingga padam. "Ayo kak,
"CK! Kenapa bentrok seperti ini!" Nicko mendengus kesal. Sepanjang perjalanan menuju apartemennya, dia sibuk memikirkan acara-acara mengenai hari lahirnya. Sebelumnya, mommy Dewi sudah memberi tahu Nicko melewati telepon bahwa malam ini, akan ada acara makan malam di mansion utama keluarga Alexander's. Tak ada alasan untuk Nicko menolak. Mommy Dewi memohon padanya. Nicko menjadi tidak tega untuk menolak. 'Hanya terakhir. Setelah ini mommy tidak akan merayakannya lagi. Hanya makan malam.' Itulah yang mommy Dewi ucapkan di dalam telepon. "Huffhh…" Nicko memijat pelipisnya. Di sisi lain ada keluarganya yang menunggu, di sisi lain pula ada Adita. Wanita tercintanya yang sama-sama sedang menunggu. "Apa aku bawa saja Adita ke mansion? Tapi, apa Adita mau? Bagaimana jika dia menolak untuk ikut?" "Hah!!" Nicko menggelengkan kepalanya. Sedikit mengendurkan dasi lalu tancap gas. Apartemen terlihat sepi. Lampu ruang tv sudah meredup. Mungkinkah Adita sudah tertidur? Nicko segera m
Sore ini Adita berada di sebuah mall. Dia memasuki toko berisi perlengkapan pria. Mengedarkan pandangannya. Meneliti satu persatu pakaian mahal yang berjejer rapi. Aksesoris pria juga. Dia bingung harus membeli apa. "Pantas saja Nicko ingin yang spesial nanti malam, ternyata dia akan berulang tahun besok." Adita bergumam sambil meneliti sebuah pakaian santai pria bermerk brand ternama. "Aku harus membeli apa?" Adita membuang napasnya kasar. Waktu terus berputar. Nicko hanya mengizinkan sampai pukul tujuh malam. Sekarang ini pukul lima sore waktu setempat. Adita tahu, ada konsekuensinya jika dia melanggar itu. Adita melirik seorang gadis di sebelahnya. Sama-sama sedang memilih pakaian pria. Gadis itu sendirian, mungkin dia ingin menyiapkan surprise sama seperti dirinya untuk orang tercinta. Adita melangkah mencari-cari pilihan yang pas. Dia pusing sendiri tatkala mengenai urusan beli membeli barang. Walaupun barang branded yang sudah pasti kualitas dan rate terbaik namun tetap
Kurun waktu Adita dan Nicko ber-honeymoon di raja Ampat sekitar dua Minggu. Kini mereka menjalani hari-hari lebih berbeda dari sebelumnya. Kali ini lebih harmonis, dan penuh kasih cinta. Nicko yang mengupayakan agar rumah tangganya bersama Adita bisa terhindar dari perceraian. Menginginkan pernikahan mereka baru seumur jagung. Seperti biasa, Nicko masih merahasiakan bahwa dirinya dan Adita sudah menikah. Satu bulan berlalu. "Hati-hati Nick, jangan mengebut." Adita mengadah menatap wajah Nicko yang berseri rupawan. Tangannya masih membuat simpul dasi. Setelah itu dia merapikan krah kemeja Nicko. "Tentu aku akan sangat berhati-hati. Apalagi ada bidadari cantik yang selalu menunggu kepulangan ku." "Nicko ihh…" Adita menahan dada Nicko. Laki-laki itu menggigit hidungnya dengan gemas. Aroma parfum khas yang Nicko pakai mengusak masuk ke dalam rongga hidung Adita. Perlahan, Adita mengecup bibir Nicko. Hanya kecupan tidak lebih. Karena lagi ini Nicko harus berangkat ke kantornya
"Engghh…" Adita mengusel pada ketiak Nicko. "My wife… oh my God!!" Nicko meluruskan tangannya ke samping. Memberikan akses pada Adita yang masih setengah sadar. Namun tak lama, mata indah itu terbuka. Bulu mata lentik itu berkibar-kibar. Tatapan pertama kali dilihat Adita, ialah wajah Nicko yang berantakan. Rambut kusut dan tak terlihat fresh. Adita mengangkat kepalanya. Menidurkannya di atas dada Nicko. Memeluk erat tubuh Nicko. "Peluk lagi yang kenceng!..." Nicko terkekeh. Matahari sudah meninggi dan mereka masih bergumul dengan selimut. Adita sendiri justru manja sekali dengan Nicko. Ingin ini, itu. Usap sana, usap sini. Membuat Nicko super gemas. "Usapin punggung aku Nick…" "Ehm sayang, bagaimana semalam? Apa… aku terlihat berbeda?" Nicko membelai rambut Adita. Kusut. Sama seperti dirinya. Mungkin akibat terlalu tergesek dengan tempat tidur. Pula belum di sisir pagi ini. Bukannya menjawab Adita justru mencubit perut Nicko. Namu sia-sia. Nicko tak merasakan sakit. "Ka
"Yeahh… lebih keras sayang. Ouhh… pertahankan…" Nicko berbaring telungkup. Sesekali mengerang nikmat atas apa yang Adita lakukan pada tubuhnya. "Uhh… iya di situ saja. Tekan lebih kuat! Ouh… aaahhh…" Adita menggelengkan kepalanya. Tangannya mengusap bulir keringat yang keluar dari keningnya. Memijat punggung Nicko lumayan memeras tenaganya. "Capek?" Nicko sedikit mengangkat tubuhnya, menoleh ke belakang melihat Adita yang terlihat dibanjiri oleh keringat. "Banget! Aku heran, ini punggung manusia atau punggung buaya?" Nicko berdecak. Dia kembali menelungkupkan wajahnya di bantal. "Buaya apa? Darat atau buntung?" Adita menarik napasnya dalam. Menekan lebih kuat pijatannya lalu menjawab, "Buaya darat! Buaya buntung itu seram!" "Ohh…" Nicko sedikit terkekeh kecil. "Sayang, bukannya aku sudah menawari kalah biar tukang pijat saja? Kenapa malah marah-marah? Suka rela dong…" Adita diam. Memang benar apa yang Nicko katakan. Nicko tidak menyuruh Adita untuk memijatnya, dia ju
Raja Ampat adalah sebuah kabupaten dan merupakan bagian dari Propinsi Papua Barat. Untuk mencapai Kepulauan ini, kita harus menginjakkan kaki di kota Sorong terlebih dahulu. Biasanya para wisatawan banyak menggunakan penerbangan untuk sampai ke kota ini. Setelah sampai kota Sorong, kita dapat menggunakan sejenis kapal cepat yang biasa berlayar dua kali sehari menuju Waisai, ibukota kabupaten Raja Ampat. Perjalanan hanya akan memakan waktu sekitar 2-3 jam saja dari pelabuhan Sorong, hingga sampai di pelabuhan Waisai Raja Ampat. Secara umum, Raja Ampat adalah kepulauan yang terdiri dari banyak sekali pulau karang dan tersebar luas di seluruh wilayahnya. Namun demikian, Raja Ampat memiliki 4 pulau utama yang paling besar, yaitu Pulau Waigeo, Pulau Batanta, Pulau Salawati, dan Pulau Misool. Empat pulau besar inilah yang menjadi titik awal penyebaran seluruh penduduk Raja Ampat yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan. Wilayah perairan adalah daya tarik utama Raja Ampat, mengingat pe
"Ini penginapan kita. Kalau kamu ingin memasak sesuatu, bahan-bahannya sudah tersedia di dalam kulkas." "Hem… aku tidak sabar untuk bermain air!" Nicko mendengus kesal. Mereka tiba di Papua barat itu sekitar pukul sepuluh malam. Sebelumnya, mereka transit terlebih dahulu karena cuaca yang buruk. "Istirahatlah… besok kamu bisa bermain air, sepuasnya!" Adita menjingkrak senang. Dia menggandeng Nicko mencari kamarnya. "Kita… satu kamar?" Adita menoleh setelah melihat kamar yang amat luas dengan pemandangan langsung ke arah lautan dan pepohonan. Nicko yang masih berdiri di ambang pintu, dia menjawab. "Ini honeymoon sayang, bukan study tour anak remaja!" "Ish!!" "Ya sudahlah. Aku ingin membersihkan tubuhku dahulu. Di mana kamar mandinya?" Nicko hanya menunjuk sudut dari kamar. Sebuah pintu transparan, dengan jendela kaca memanjang di sampingnya. Tanpa banyak bicara, Adita langsung masuk begitu saja tanpa mengambil pakaian ganti ataupun handuk. "Lihat saja nanti, malam ini a