Tak sekalipun ada rasa takut di dalam diri Nicko. Dia telah merencanakan langkah selanjutnya. Semua sudah tersusun sedemikian rupa di otak cerdiknya.
"Kau ingin keluar bukan? Tapi, dengan satu syarat!"
"Apa syaratnya sialan?!"
"Mudah. Hanya perlu kamu patuh pada ku. Itu saja."
"Apa maumu hah?!" Ternyata Adita masih terbakar amarah. Nicko tak gentar melaksanakan rencananya.
"Aku akan mengatakan sesuatu padamu. Ini penting Adita!"
Sejenak, Nicko tidak mendengar suara Adita. Apakah wanitanya baik-baik saja di dalam? Seketika pikiran Nicko menjadi kalang kabut. Dia memasukkan kunci di knock pintu. Bersamaan dengan Adita mulai bersuara lagi.
"Baiklah. Tapi, buka kan pintu ini terlebih dahulu."
Nicko memutar kunci pintu. Dia membuka pintu dengan perlahan dan.
Bruakk!
Adita menendang pintu dengan keras. Sampai Nicko jatuh terpelanting ke lantai. Dengan cepat Adita berlari keluar kamar meninggalkan Nicko yang tersungkur di lantai.
"Sialan kau Adita!" Nicko segera bangun. Dia berlari mengejar Adita. Kaki Nicko yang panjang membuat dia berlari lebih cepat.
Adita telah sampai di pintu depan apartemen. Dia menekan knock pintu. Adita mengira pintu bisa terbuka begitu saja. Ternyata dia salah menduga. Nicko ternyata telah menguncinya. Wajah Adita semakin pucat pasi. Dia menoleh, Nicko sudah berdiri tak jauh dari dirinya.
Adita menelan ludahnya. Wajah Nicko memerah. Apakah laki-laki itu benar-benar marah sekarang? Adita sadar, dia telah menendang pintu sampai tubuh Nicko yang ada di depannya pun terpelanting jatuh. Kemudian, apakah laki-laki itu akan memarahinya? Atau, menghukumnya?
"Sudah puas berlarian Hem?" Nicko perlahan melangkah mendekati Adita.
*Ayolah! Mengapa pintunya tidak bisa dibuka?* Adita membatin khawatir.
"Ja-jangan mendekat Nicko!" Adita memajukan tangannya ke depan.
"Jangan mendekat!" Adita bergeser ke samping sambil melangkah mundur.
"Aku akan membunuhmu jika kamu mendekat Nicko!"
Nicko hanya tersenyum menanggapinya. Dia terus berjalan dengan tenang mendekati Adita.
"Ayolah sayang! Mengapa kamu terlihat takut sekali kepada ku? Apakah aku terlihat menyeramkan Hem?"
"Berhenti atau aku akan membunuhmu!"
"Ya, bunuh saja aku. Asalkan kau harus terus mengingat bahwa aku sangat mencintaimu!"
"Kau hanya terobsesi pada ku Nicko!" Adita berlari menjauh. Tapi Nicko berhasil menangkap tubuh Adita sehingga Adita masuk ke dalam pelukannya.
"Lepaskan aku sialan! Lepaskan!" Adita terus memberontak di dalam dekapan Nicko.
"Hei, tenang sayang! Aku tidak akan menyakitimu!" Nicko mengusap lembut rambut Adita.
"Kau hanya terobsesi pada ku!" Adita menggeram kesal.
Tangan Nicko meraih dagu Adita. Dia menyuruh Adita menatap matanya. Nicko masih merangkul pinggang Adita dengan posesif.
"Aku mencintaimu!" Ucap lirih Nicko.
Seketika, Nicko menempelkan bibirnya dengan bibir Adita. Mereka berciuman dengan terpaksa. Ya, Adita terpaksa menerima ciuman Nicko. Laki-laki itu mencium nya dengan beringas. Tangan yang menopang dagu Adita kini beralih memegang leher belakang wanita itu. Adita tidak bisa berbuat banyak sekarang. Tubuhnya dikunci oleh Nicko dalam eratnya dekapan posesif.
Mereka berciuman cukup lama sampai Adita merasakan sesak di dadanya karena napasnya yang tersendat. Mata Adita melihat Nicko. Adita akui Laki-laki itu sangat pandai berciuman seperti ini. Nicko masih memejamkan matanya menikmati sensasi ciuman mendalam ini.
Adita merasa seperti di ujung tanduk. Kedua tangannya berada di belakang. Nicko mencengkramnya dengan erat. Dada Adita pun naik turun tidak terkendali. Dia menginjak kaki Nicko dengan keras. Berharap laki-laki itu melepaskan pagutan bibirnya.
"Kau ingin membunuhku Nicko!"
Nicko melepaskan bibir Adita, dia masih merangkul pinggang wanitanya.
"Ah, maaf sayang. Aku terlalu merindukan mu!" Nicko memeluk Adita erat.
"Maaf kan aku!" Dia menyenderkan kepalanya di pundak Adita. Dia juga menghirup aroma khas dari wanita cantiknya.
"Lepaskan!" Adita mendorong tubuh Nicko dengan kuat. Sampai laki-laki itu terdorong mundur beberapa langkah.
"Beraninya kau mencium ku!"
"Bahkan aku juga berani membawamu ke puncak kenikmatan tertinggi sayang!" Dengan sigap Nicko menggendong Adita di pundaknya. Dan membawa Adita masuk kembali ke dalam kamarnya.
"Lepaskan aku Nicko! Apa yang akan kau lakukan hah?!" Adita memukul punggung Nicko. Dia terus memberontak.
"Sudah aku bilang sayang. Aku bahkan berani membawamu ke puncak kenikmatan."
"Tidak Nicko! Kau bajingan! Kau brengsek Nicko! Lepaskan aku!"
Plak!
Nicko menampar pantat Adita.
"Aku tau aku brengsek sayang! Tapi itu hanya denganmu. Aku sangat menyayangimu!"
"Tidak! Kau hanya terobsesi padaku!"
Setelah sampai di kamar Adita. Nicko segera menutup pintu dan menguncinya. Tubuh Adita membentur keras kasur king size itu, saat Nicko melemparkan nya.
"Diam atau ku paksa kau meminum obat perangsang gairah!" Nicko berbicara dengan sungguh-sungguh. Matanya yang tajam bagai elang yang sedang mengincar mangsanya.
Adita diam. Dia membenarkan posisi tubuhnya menjadi duduk.
"Tinggalkan aku sendiri Nicko!" Ucap Adita dengan pelan.
"Aku akan membawakan cemilan untukmu. Agar kau tidak bosan di sini." Nicko pergi meninggalkan Adita di kamarnya sendirian.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang? Rasanya sangat sulit keluar dari sini."
"Semakin lama, Nicko menjadi terobsesi padaku. Dia laki-laki yang dibutakan oleh cinta!"
Di sisi lain. Nicko mengambil seluruh makanan ringan beserta minuman. Dia hendak membawa nya ke kamar Adita. Namun, handphone nya bergetar di saku celana nya. Nicko pun mengurungkan niatnya.
"Halo Chris?"
"Aku besok akan pergi ke jepang."
"Lalu?"
"CK! Tak kan kita bersenang-senang malam ini? Daniel pun akan pergi ke Belanda!"
"Hem. Di tempat biasa."
"Oke. Aku tunggu."
Nicko menyimpan handphone nya. Dia pergi ke kamar Adita sambil membawa berbagai makanan ringan.
"Ini, makanlah!" Nicko menyerahkan nampan berisi makanan ringan. Dia duduk di tepi ranjang.
Adita hanya duduk diam.
"Makan! Atau aku akan memaksamu untuk makan!" Ucap Nicko dengan tegas.
"Aku tidak lapar." Adita menatap kosong ke depan.
"CK! Apa mau mu?" Nicko menghembuskan napasnya.
"Percuma jika aku memberitahu mu apa mau ku. Kamu tidak akan mengabulkan permintaan ku."
"Apapun itu akan aku kabulkan sayang. Asalkan jangan meminta aku untuk menjauhi mu. Aku tak akan melakukan itu!"
"Justru itu. Aku menginginkan kamu melepaskan ku dari jeratan permainan ini! Aku sudah lelah Nicko! Aku hanya seorang wanita yang dipermainkan!"
"Aku tau, aku salah. Tapi, aku sungguh-sungguh mencintai mu! Tak ada lagi taruhan. Aku mencintaimu seutuhnya!" Nicko menatap Adita dengan penuh kelembutan.
"Aku akan mengembalikan saham Chris dan kapal pesiar mewah Daniel. Aku memilihmu Adita!"
"Tak perlu Nicko. Aku tidak berarti apa-apa di dunia ini. Kamu boleh melakukan apapun sesuka hati mu."
"Tidak! Aku mencintaimu Adita!"
"Bukan kah cinta tak harus memiliki Nicko?"
Nicko menggeleng kuat.
"Bagiku, cinta harus saling memiliki. Aku mencintaimu. Dan aku menginginkan mu Adita!"
"Kau hanya terobsesi padaku!"
"Aku tidak peduli itu! Kamu milik ku! Dan selamanya menjadi milik ku!" Nicko pergi meninggalkan Adita untuk menenangkan gejolak amarah nya.
"Kalau aku tidak bisa melepaskan diri dari jerat obsesi mu, maka aku pasti bisa melepaskan diri dari dunia ini."
"Aku akan pergi Nicko!"
Adita menyiapkan rencana nya. Dia teringat, kalau dia masih menyimpan beberapa obat. Adita akan meminum semua stok obat yang dia punya. Lalu, pergi untuk selama-lamanya dari kehidupan Nicko.
******
Suara dentuman keras musik DJ menyeruak masuk ke dalam Indera pendengaran Nicko. Laki-laki ini sedang duduk di sebuah bar mewah dan elite. Dia memegang satu gelas Vodka.
"Kamu yakin Nicko?" Tanya Chris heran. Temannya yang satu ini benar-benar sedang diterjang patah hati.
"Iya. Aku memilih untuk mempertahankan Adita. Lagipula perusahaan ku sangat maju dan berkembang." Nicko meneguk Vodka nya.
"Cinta mu memang tragis Nicko." Daniel melihat tampilan Nicko yang sudah mulai berantakan.
"Tapi, setidaknya kau berpikir untuk meminang Adita di kapal pesiar mewah ini? Coba pikirkan baik-baik Nicko! Pasti akan sangat romantis!"
"Aku bahkan bisa membeli kapal pesiar lebih banyak lagi Daniel! Ambillah kapal pesiar mu itu!"
"CK! Dasar kau ini!"
"Wanita itu benar-benar hebat! Dia membuat mu jatuh cinta terlalu dalam." Daniel masih berbicara dengan Nicko.
"Aku akan berjoged." Chris pergi ke area dance floor.
"Heh! Dia wanita ku! Jangan kau ataupun Chris mencoba mengambil nya dari ku!"
"Lagian, siapa lagi yang mau sama si DJ bar-bar. Masih banyak wanita lain di dunia ini!"
Sekilas mata Nicko menangkap sosok tubuh Adita di klub malam. Dia langsung memanggilnya.
"Adita!"
"Astaga! Kau gila Nicko! Dia bukan Adita!" Daniel merasa bahwa Nicko sudah mulai kehilangan kesadarannya. Dia berhalusinasi ke mana-mana.
"Adita di apartemen mu!" Daniel mengingatkan Nicko.
Nicko membuka handphone nya. Dia mengecek kamera pengawas di kamar Adita. Nicko mengerutkan dahinya.
"Di mana dia?"
Menurut pantauan kamera pengawas, Adita ternyata tidak berada di kamarnya. Nicko menjadi resah. Dia dengan cepat pergi meninggalkan Daniel di klub. Nicko mengendarai mobil sport nya dengan kecepatan penuh. Dia ingin segera sampai di apartemennya. Walaupun jarak tempuh yang lumayan jauh.
Di apartemen, Adita mengguyur tubuhnya dengan air dingin. Tubuhnya beraksi penuh setelah dia meminum sebuah pil yang Adita simpan. Sepertinya Adita salah meminum obat. Lalu, obat apakah yang Adita minum itu?
"Aku harus bagaimana Sekarang? Rasanya aku menginginkan sesuatu yang lebih dingin dari air ini!"
"Aku butuh sentuhan dingin!" Adita mematikan kran shower. Dia mengambil bathrobe putih. Dan berjalan keluar dari kamar mandi.
Adita menoleh ke arah pintu. Dia mengira itu pasti Nicko. Siapa lagi kalau bukan dia? Hanya Adita dan Nicko yang tinggal di apartemen mewah ini.
Pintu terbuka. Tampak Nicko yang memasang wajah khawatir. Dia mendekati Adita.
"Kamu mandi? Malam-malam seperti ini?"
Adita tidak menjawab.
"Ini, apa? Bibir kamu berdarah Adita?" Nicko menyentuh bibir Adita dengan penuh hati-hati. Dia menatap Adita dengan lekat.
"Sayang?"
Nicko masih menyentuh bibir Adita. Lain halnya dengan tubuh Adita sendiri. Dia mulai merasakan sesuatu yang nikmat melalui sentuhan kecil Nicko. Adita membuka mulutnya dan menyesap ibu jari Nicko. Adita memejamkan matanya, dia terhanyut dalam suasana gairah ini. Nicko sendiri merasa tidak percaya dengan apa yang dia saksikan.
Seolah-olah telah mewakilkan semua, bibir Adita dengan sensual menyesap kuat ibu jari Nicko. Bahkan Adita tidak segan-segan menggigit kecil nya.
"Sayang? Kamu kenapa?"
Adita tersadar. Dia melepaskan ibu jari Nicko dari dalam mulutnya. Tangan Nicko yang lainnya memegang tangan Adita, membuat wanita itu merasakan kembali kuatnya gelora gairah. Adita menatap mata Nicko. Tatapan yang melemah dan penuh dengan api hasrat membuat Nicko tau apa yang sebenarnya terjadi dengan wanita cantiknya.
"Kamu tadi minum apa? Hem?" Nicko meraih dagu Adita agar tetap menatapnya.
"O-obat." Suara yang lemah namun terdengar erotis di telinga Nicko. Dia berpikir keras, dia tidak menaruh atau memberikan obat apapun ke Adita. Tapi, mengapa Adita menjadi seperti ini?
*Pasti ini karena dosis nya. Apa Adita meminum obat perangsang gairah berdosis tinggi?* Batin Nicko berucap.
Adita merangkul kedua pundak Nicko. Dia bergeser merapat ke tubuh tegap Nicko. Adita yang hanya sebatas dada Nicko membuatnya menginjak kaki Nicko untuk membuat dirinya berdiri lebih tinggi.
"Sekarang, apa mau mu sayang?" Nicko menerima dengan senang hati. Dia melingkarkan tangannya di pinggang Adita. Menopang tubuh wanita itu agar terus berdekatan dengannya.
Kembali, Adita tidak mengeluarkan suara. Semua diwakilkan dengan gerakan sensual yang dia buat.
Nicko menempelkan wajahnya dengan Adita. Dapat Nicko rasakan napas Adita yang tersengal-sengal seiring berjalannya efek obat yang Adita minum. Adita meraih leher bagian belakang Nicko, dia bersiap untuk melahap bibir sexy laki-laki yang mengaku sangat mencintai nya.
Nicko melihat tubuh Adita yang sudah sangat memprihatinkan. Bagaimana seluruh tubuh indah itu terdapat tanda kepemilikan di mana-mana. Malam ini, Nicko dan Adita bertarung hawa nafsu dengan dahsyat. Nicko tidak bisa mengelak. Dia juga terhanyut dalam suasana intim ini. Adita yang sangat ganas menyerang Nicko membuat laki-laki itu, sulit untuk menghindar. Nicko tau, ini merupakan pengaruh dari obat perangsang gairah yang Adita minum. Tapi, yang masih menjadi pertanyaan di pikiran Nicko. Bagaimana bisa wanita nya mendapatkan obat seperti itu? Apakah Adita membelinya? Tapi, kapan? Bukankah selama tiga hari berturut-turut Adita dikurung di sini? "Aku akan mengecek lagi rekaman kamera pengawas." Nicko segera memakaikan piyama tidur Adita. Setelah itu, dia pergi dari sana. Nicko segera membersihkan tubuhnya. Dia melakukan semua kegiatan rutinitas nya dengan sangat kompeten dan ulet. Sekarang, Nicko berada di ruang kerja pribadi miliknya. Jari-jarinya yang terampil menekan keyboard laptop d
Adita melihat tubuh Nicko tersungkur di lantai kamarnya. Laki-laki itu sepertinya tidak merasakan kesakitan. Secepatnya Nicko berdiri. Dia menatap wajah Adita dengan sangat tajam. Bersamaan dengan itu, Adita menjadi salah tingkah. Apakah Nicko akan memarahinya? "Ehm … aku minta maaf Nicko. Aku, tidak sengaja tadi." Adita berkata dengan suara yang pelan. Setelah itu dia menundukkan kepalanya. "Kau tau apa yang telah kau lakukan sayang?" Nicko melipat tangannya di dada. "I-iya. Aku tau Nicko. Aku meminta maaf padamu. Aku tau aku salah. Aku telah lancang terhadap mu." "Bukan yang itu sayang." Nicko mencondongkan tubuhnya ke depan. Dia memegang dagu Adita. "Ini perihal kemarin malam. Apa yang kamu lakukan? Hem?" Suara Nicko yang terdengar halus namun penuh dengan rasa intimidasi. Membuat Adita menelan ludahnya dengan susah payah. "A-aku hanya mandi saja. Aku … merasa kepanasan." "Yakin seperti itu? Kamu tidak mencoba untuk membohongi ku kan, sayang?" Deg! *Membohongi? Se
"Nicko angkat dulu handphone mu ini!" Adita semakin cemas. Dia masih belum siap untuk berurusan dengan keluarga Alexander's. Nicko menyenderkan tubuhnya. Dia menghembuskan napas malasnya. Jari nya menggeser tombol hijau di layar handphone. Dan langsung terlihat wajah Naila dari layar. "Naila?" Nicko terkaget. Kenapa adiknya memakai handphone mommy Dewi untuk menelepon nya? Apalagi ini adalah panggilan video. Jarang sekali Naila melakukan nya dengan Nicko. Mereka memang sering kali tidak rukun. Hanya bertengkar dan bertengkar setiap harinya di mansion Alexander's. "Kamu kenapa pakai handphone mommy? Dimana mommy?" "Kakak jadi ikut ke Bali tidak? Besok kita akan berangkat." Adita membekap mulutnya. Dia sepertinya mengenali suara itu. Tapi Adita tidak mengingat nya sama sekali. "Mommy sedang membantu Daddy mencari sesuatu. Aku sedang berkemas kak. Mommy yang menyuruh aku menelepon kakak." *Pasti Daddy lupa menaruh pengaman rudalnya. Aku yakin, daddy dan mommy akan kemba
Waktu terus berjalan. Sekarang, matahari sudah tepat berada di tengah-tengah. Tanpa condong ke kiri ataupun ke barat. Cahaya panas matahari pun semakin terik. Sejak pagi, Adita masih berada di dalam kamarnya. Tak sedikitpun dia berkeinginan untuk keluar. Hanya berbaring, berguling dan jungkir balik. Sampai pada akhirnya kram perut nya datang membuat Adita diam tak berkutik. Rasa sakitnya melampaui penderitaan dirinya. Kram perut akibat bawaan dari menstruasi. Adita memegangi perutnya dengan erat. Tubuhnya berbaring meringkuk di atas kasur guna mengurangi nyeri yang ada. Keringat dingin pun tak henti-hentinya keluar dari dahi Adita. Wanita itu benar-benar menahan rasa nyerinya. Di tempat lain. Perusahaan Alexander's group tepatnya. Nicko menyenderkan tubuhnya di kursi jabatan nya. Dia merenggangkan otot lehernya yang sedikit pegal karena terus-menerus menatap layar laptop sejak pagi. Dia melihat jam tangannya. "Em, Pukul 12 siang." Dia bergumam. "Apa Adita sudah makan? Apa y
"Aaahhh …" Adita tidak sengaja mendesah kuat. Dia belum menyadari kalau Nicko sedang menatapnya dengan penuh tanda tanya akibat suara sensual nya yang dia keluarkan begitu saja. Nicko tersenyum. Dia sudah mengerti sekarang. Dengan gerakan yang dapat membangkitkan gairah Adita, Nicko mengusap paha Adita yang hanya memakai hot pants berwarna hitam. Lidahnya kembali menyapu perut Adita. Lagi-lagi Adita mendesah kuat tanpa sadar. *Disaat kau sedang kedatangan tamu bulanan seperti ini, kamu justru semakin menggoda Adita. Sialan!! Apa yang harus aku lakukan?!* Nicko memejamkan matanya. Sambil melakukan tugasnya meringankan sakit perut Adita, dia juga mendengarkan sahutan suara sensual Adita yang sedari tadi keluar masuk telinga nya. Sudah dipastikan telinga Nicko memerah sekarang. Tak henti-hentinya jakun Nicko naik dan turun. *Damn! Aku tidak bisa bertahan lebih lama lagi! Kau sungguh menggoda Adita!* Nicko beralih mengurung Adita di bawah kungkungan nya. Dia melihat mata Adita
Setelah kegiatan yang cukup panas, Adita akhirnya kembali terlelap dalam keadaan tanpa mengenakan busana atasan. Dia tertidur di dalam pelukan hangat Nicko. Skin to skin tadi membuat Adita mengeluarkan tenaganya untuk menahan gejolak hasrat yang sudah menggebu-gebu. Dan pada akhirnya Nicko mengakhiri menggoda Adita. Puncaknya mereka masuk ke dalam alam mimpi sambil berpelukan mesra. Tak terasa, waktu terus berjalan. Matahari pun mulai menggelap. Berganti dengan cahaya rembulan. Perlahan sepasang mata dengan bulu mata lentik hitam mulai terbuka. Alisnya menaut menstabilkan cahaya redup yang baru saja ia lihat. "Kenapa gelap seperti ini?" Nicko menggeser tangannya yang menjadi bantal Adita. Wanita cantik itu masih terlelap. Nicko merilekskan tangannya yang sedikit kaku. Setelah itu, dia berjalan untuk menyalakan lampu kamar. Dia juga menutup jendela kamar. Agar angin malam tidak masuk begitu saja. Nicko duduk di tepi ranjang. Dia membelai rambut panjang Adita. Nicko mendekatkan wa
Keesokan harinya, semua aktivitas Adita dan Nicko kembali berjalan seperti biasa. Adita yang menjahili Nicko dengan cara yang tak lazim membuat Nicko harus menyingkirkan jauh-jauh fantasi liar nya. Tak mungkin Nicko akan menerjang Adita begitu saja. Wanita itu masih dalam zona datang bulan nya. Nicko harus menunggu sekitar lima hari lagi. Setelah itu, dia akan menggempur tubuh Adita habis-habisan. Sebagai akibat balasan telah berani menantang Nicko dengan mini dress nya. Sekarang, Nicko sedang duduk di sofa sambil memangku laptopnya. Kedua mata nya dengan tajam dan fokus menatap layar laptop. Kacamata anti radiasi UV laptop bertengger gagah di hidung mancung Nicko. Dari lantai atas, Adita menatap dirinya di cermin. Tubuhnya berputar membuat dress nya tersingkap ke atas. Seolah-olah terbang. Flounce dress of shoulder yang berwarna putih sedikit menerawang itu melekat indah di tubuh Adita yang proporsional. Adita menyemprotkan sedikit parfum. Lalu berjalan keluar kamar. Kakinya men
Nicko berdiri tepat di depan pintu kamar mandi Adita. Nicko melipat tangannya di atas perut nya. Semakin lama Nicko menunggu Adita, dia justru merasa tidak sabaran. Berkali-kali dia mengurungkan niatnya untuk mengetuk pintu kamar mandi. Sampai pada akhirnya pintu pun terbuka. "Oh, akhirnya sayang." Nicko tersenyum lebar. "A-apa yang kau lakukan di sini Nicko?" Adita memegang erat handuk yang melilit tubuhnya. "Wow? Kau menggoda ku?" Adita berdecak sebal. Dia mendorong tubuh Nicko dari hadapannya. "Sudahlah Nicko. Tinggalkan aku sendiri sekarang! Aku ingin beristirahat." Adita membuka lemari pakaian nya. Dia mengambil beberapa pakaian santai. "Berdandan lah malam ini! Aku akan mengajakmu berkencan." "Ha? Be-berkencan katamu?" Nicko mengangguk. "Berikan penampilan terbaikmu malam ini. Aku menunggumu sayang …" Nicko keluar dari kamar Adita. Membiarkan wanita itu untuk mencerna apa yang dia katakan. "Apa dia bersungguh-sungguh dengan ucapan nya tadi?" Adita mengerutkan da
"Kenapa tidak menginap saja di sini Nick? Lagipula ini sudah dini hari." "Benar yang mommy mu katakan. Kamu juga jarang sekali tidur di mansion. Sepertinya apartemen mu lebih nyaman?" *Memang sudah dini hari. Adita pasti sudah tidur.* Nicko menilik jam tangannya. Dia mengangguk pelan. Malam ini, pesta ulang tahun kecil-kecilan pun usai. Naila yang sudah terlelap di pangkuan sang daddy sedari tadi. Daddy Jonathan menggendong Naila sampai ke dalam kamarnya. Nicko masuk ke kamarnya yang jarang sekali disinggahi. Mereka beristirahat di kamar masing-masing. Di dalam kamar Nicko. Dia membolak-balikan tubuhnya. Memberikan sebuah pesan singkat pada Adita. Hingga beberapa saat tak ada balasan, Nicko memutuskan untuk benar-benar terlelap. "Kapan aku bisa membawa mu ke mansion utama Adita?" Nicko bergumam sambil memejamkan matanya. Berangan-angan akan masa depan yang indah bersama Adita. Sempat terlintas di benak Nicko bahwa sepertinya dirinya memang hanya terobsesi semata. Namun, lang
Roda mobil Nicko memasuki halaman mansion utama keluarga Alexander's. Dengan langkah pasti di masuk ke dalam. Raganya memang di sini, akan tetapi pikirannya masih tertinggal di apartemen. Masih kemelut dengan kerinduan bersama Adita. Walaupun masih ada esok hari lagi, bagaimana pun juga mereka adalah dua sejoli yang sedang dimabuk asmara cinta. Sangat enggan untuk berjauhan. Hanya menginginkan waktu untuk berduaan. "Kak Nicko! Akhirnya datang juga!" Naila yang pertama menyaksikan kedatangan Nicko memekik girang. "Kakak tau? Aku tidak boleh makan makanan lezat ini jika kak Nicko belum datang!" Naila berbicara panjang lebar. Mengadu pada kakaknya. Nicko hanya bergumam sendiri. Tak lama mommy Dewi datang sambil membawa kue ulang tahun. Simple namun mewah dan elegan. "Selamat ulang tahun putra mommy…" Daddy Jonathan memantik api untuk menyalakan lilin di atas kue. Nicko berdiri di hadapan mommy Dewi beserta kue yang dibawanya. Meniup pelan api di lilin hingga padam. "Ayo kak,
"CK! Kenapa bentrok seperti ini!" Nicko mendengus kesal. Sepanjang perjalanan menuju apartemennya, dia sibuk memikirkan acara-acara mengenai hari lahirnya. Sebelumnya, mommy Dewi sudah memberi tahu Nicko melewati telepon bahwa malam ini, akan ada acara makan malam di mansion utama keluarga Alexander's. Tak ada alasan untuk Nicko menolak. Mommy Dewi memohon padanya. Nicko menjadi tidak tega untuk menolak. 'Hanya terakhir. Setelah ini mommy tidak akan merayakannya lagi. Hanya makan malam.' Itulah yang mommy Dewi ucapkan di dalam telepon. "Huffhh…" Nicko memijat pelipisnya. Di sisi lain ada keluarganya yang menunggu, di sisi lain pula ada Adita. Wanita tercintanya yang sama-sama sedang menunggu. "Apa aku bawa saja Adita ke mansion? Tapi, apa Adita mau? Bagaimana jika dia menolak untuk ikut?" "Hah!!" Nicko menggelengkan kepalanya. Sedikit mengendurkan dasi lalu tancap gas. Apartemen terlihat sepi. Lampu ruang tv sudah meredup. Mungkinkah Adita sudah tertidur? Nicko segera m
Sore ini Adita berada di sebuah mall. Dia memasuki toko berisi perlengkapan pria. Mengedarkan pandangannya. Meneliti satu persatu pakaian mahal yang berjejer rapi. Aksesoris pria juga. Dia bingung harus membeli apa. "Pantas saja Nicko ingin yang spesial nanti malam, ternyata dia akan berulang tahun besok." Adita bergumam sambil meneliti sebuah pakaian santai pria bermerk brand ternama. "Aku harus membeli apa?" Adita membuang napasnya kasar. Waktu terus berputar. Nicko hanya mengizinkan sampai pukul tujuh malam. Sekarang ini pukul lima sore waktu setempat. Adita tahu, ada konsekuensinya jika dia melanggar itu. Adita melirik seorang gadis di sebelahnya. Sama-sama sedang memilih pakaian pria. Gadis itu sendirian, mungkin dia ingin menyiapkan surprise sama seperti dirinya untuk orang tercinta. Adita melangkah mencari-cari pilihan yang pas. Dia pusing sendiri tatkala mengenai urusan beli membeli barang. Walaupun barang branded yang sudah pasti kualitas dan rate terbaik namun tetap
Kurun waktu Adita dan Nicko ber-honeymoon di raja Ampat sekitar dua Minggu. Kini mereka menjalani hari-hari lebih berbeda dari sebelumnya. Kali ini lebih harmonis, dan penuh kasih cinta. Nicko yang mengupayakan agar rumah tangganya bersama Adita bisa terhindar dari perceraian. Menginginkan pernikahan mereka baru seumur jagung. Seperti biasa, Nicko masih merahasiakan bahwa dirinya dan Adita sudah menikah. Satu bulan berlalu. "Hati-hati Nick, jangan mengebut." Adita mengadah menatap wajah Nicko yang berseri rupawan. Tangannya masih membuat simpul dasi. Setelah itu dia merapikan krah kemeja Nicko. "Tentu aku akan sangat berhati-hati. Apalagi ada bidadari cantik yang selalu menunggu kepulangan ku." "Nicko ihh…" Adita menahan dada Nicko. Laki-laki itu menggigit hidungnya dengan gemas. Aroma parfum khas yang Nicko pakai mengusak masuk ke dalam rongga hidung Adita. Perlahan, Adita mengecup bibir Nicko. Hanya kecupan tidak lebih. Karena lagi ini Nicko harus berangkat ke kantornya
"Engghh…" Adita mengusel pada ketiak Nicko. "My wife… oh my God!!" Nicko meluruskan tangannya ke samping. Memberikan akses pada Adita yang masih setengah sadar. Namun tak lama, mata indah itu terbuka. Bulu mata lentik itu berkibar-kibar. Tatapan pertama kali dilihat Adita, ialah wajah Nicko yang berantakan. Rambut kusut dan tak terlihat fresh. Adita mengangkat kepalanya. Menidurkannya di atas dada Nicko. Memeluk erat tubuh Nicko. "Peluk lagi yang kenceng!..." Nicko terkekeh. Matahari sudah meninggi dan mereka masih bergumul dengan selimut. Adita sendiri justru manja sekali dengan Nicko. Ingin ini, itu. Usap sana, usap sini. Membuat Nicko super gemas. "Usapin punggung aku Nick…" "Ehm sayang, bagaimana semalam? Apa… aku terlihat berbeda?" Nicko membelai rambut Adita. Kusut. Sama seperti dirinya. Mungkin akibat terlalu tergesek dengan tempat tidur. Pula belum di sisir pagi ini. Bukannya menjawab Adita justru mencubit perut Nicko. Namu sia-sia. Nicko tak merasakan sakit. "Ka
"Yeahh… lebih keras sayang. Ouhh… pertahankan…" Nicko berbaring telungkup. Sesekali mengerang nikmat atas apa yang Adita lakukan pada tubuhnya. "Uhh… iya di situ saja. Tekan lebih kuat! Ouh… aaahhh…" Adita menggelengkan kepalanya. Tangannya mengusap bulir keringat yang keluar dari keningnya. Memijat punggung Nicko lumayan memeras tenaganya. "Capek?" Nicko sedikit mengangkat tubuhnya, menoleh ke belakang melihat Adita yang terlihat dibanjiri oleh keringat. "Banget! Aku heran, ini punggung manusia atau punggung buaya?" Nicko berdecak. Dia kembali menelungkupkan wajahnya di bantal. "Buaya apa? Darat atau buntung?" Adita menarik napasnya dalam. Menekan lebih kuat pijatannya lalu menjawab, "Buaya darat! Buaya buntung itu seram!" "Ohh…" Nicko sedikit terkekeh kecil. "Sayang, bukannya aku sudah menawari kalah biar tukang pijat saja? Kenapa malah marah-marah? Suka rela dong…" Adita diam. Memang benar apa yang Nicko katakan. Nicko tidak menyuruh Adita untuk memijatnya, dia ju
Raja Ampat adalah sebuah kabupaten dan merupakan bagian dari Propinsi Papua Barat. Untuk mencapai Kepulauan ini, kita harus menginjakkan kaki di kota Sorong terlebih dahulu. Biasanya para wisatawan banyak menggunakan penerbangan untuk sampai ke kota ini. Setelah sampai kota Sorong, kita dapat menggunakan sejenis kapal cepat yang biasa berlayar dua kali sehari menuju Waisai, ibukota kabupaten Raja Ampat. Perjalanan hanya akan memakan waktu sekitar 2-3 jam saja dari pelabuhan Sorong, hingga sampai di pelabuhan Waisai Raja Ampat. Secara umum, Raja Ampat adalah kepulauan yang terdiri dari banyak sekali pulau karang dan tersebar luas di seluruh wilayahnya. Namun demikian, Raja Ampat memiliki 4 pulau utama yang paling besar, yaitu Pulau Waigeo, Pulau Batanta, Pulau Salawati, dan Pulau Misool. Empat pulau besar inilah yang menjadi titik awal penyebaran seluruh penduduk Raja Ampat yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan. Wilayah perairan adalah daya tarik utama Raja Ampat, mengingat pe
"Ini penginapan kita. Kalau kamu ingin memasak sesuatu, bahan-bahannya sudah tersedia di dalam kulkas." "Hem… aku tidak sabar untuk bermain air!" Nicko mendengus kesal. Mereka tiba di Papua barat itu sekitar pukul sepuluh malam. Sebelumnya, mereka transit terlebih dahulu karena cuaca yang buruk. "Istirahatlah… besok kamu bisa bermain air, sepuasnya!" Adita menjingkrak senang. Dia menggandeng Nicko mencari kamarnya. "Kita… satu kamar?" Adita menoleh setelah melihat kamar yang amat luas dengan pemandangan langsung ke arah lautan dan pepohonan. Nicko yang masih berdiri di ambang pintu, dia menjawab. "Ini honeymoon sayang, bukan study tour anak remaja!" "Ish!!" "Ya sudahlah. Aku ingin membersihkan tubuhku dahulu. Di mana kamar mandinya?" Nicko hanya menunjuk sudut dari kamar. Sebuah pintu transparan, dengan jendela kaca memanjang di sampingnya. Tanpa banyak bicara, Adita langsung masuk begitu saja tanpa mengambil pakaian ganti ataupun handuk. "Lihat saja nanti, malam ini a