Thanks yang sudah mampir. Silahkan komentar yang bijak❤️ and follow novel ini yups✌🏼✌🏼 Love....
"Kau tau?" Nicko meletakkan sendok dan garpu. Tangannya beralih menopang dagunya. "Apa?" Adita masih memakan hidangan yang tersaji di depan nya. Nicko tak kunjung mengeluarkan suara nya. Adita merengut sebal. Dia mengambil tissue dan mengepalkan tissue tersebut. "Katakan! Ada apa Nicko?" "Coba tebak!" Nicko tertawa kecil. Dia menikmati wajah Adita yang terlihat kebingungan. "Cih! Menyebalkan!" Adita melemparkan tissue yang dia buat menggulung pada Nicko. Lalu berjalan cepat meninggalkan Nicko yang masih tersenyum seperti orang gila. "Dia memang tidak pernah berubah! Selalu saja menyebalkan!" Adita menggerutu sepanjang kakinya melangkah. "Hahaha … sayang, hei mau ke mana?" "Aku ingin kabur jauh dari mu! Jangan harap bisa menemukan ku lagi Nicko!" "Hahaha kabur? Jangan bercanda sayang. Kemarilah! Ini belum selesai!" "Aku tidak peduli! Aku akan pergi jauh! Sejauh-jauhnya!" Adita berkata dengan sungguh-sungguh. Dari kejauhan Nicko membulatkan matanya. Dia berlari meng
"Aaaaaaaahh … hujan. Turunlah lebih deras lagi!" Adita merentangkan tangannya seraya mendongak ke atas. Kedua matanya terpejam. Wajahnya tampak begitu menikmati rintik-rintik hujan yang menerpanya. Dari kejauhan, Nicko masih berdiri memperhatikan wanita cantik nya. Dia memegang payung. Sesekali tersenyum melihat apa yang dilakukan Adita. "Nick, ayo! Kau tidak ingin menikmati hujan di bulan Juni ini?" Adita berteriak kencang. "Tidak. Bermainlah sepuasnya. Aku menunggumu di sini." "Baiklah!" Adita berlarian. Kaki telanjang nya bermain-main dengan genangan air yang terperangkap di cekungan rerumputan. Dress nya basah kuyup. Rambutnya tergerai basah melekat di punggungnya. Riasannya kini pun sudah hilang. Namun, Adita tidak mempermasalahkan hal itu. "Kenapa dia begitu menggemaskan?" Nicko bergumam. "Seharusnya dia bersekolah di perguruan tinggi. Sama seperti Naila. Ah, apa aku daftarkan Adita saja?" Nicko mengulum senyumnya. Dan kilat petir menggelegar. Nicko sedikit terpera
Nicko menunggu Adita di kolam renang private hotel. Letak nya pun hanya bersebelahan dengan balkon kamar. Dia bertelanjang dada. Nicko lebih nyaman dengan tidak memakai t-shirt nya. Hanya celana pendek khusus untuk berenang lah yang dia pakai. "Nick. Apa itu dalam?" Panggil Adita dari seberang kolam renang. Dalam hati, Nicko bersorak kegirangan. Sebelumnya, dia telah menyiapkan sebuah bikini spesial untuk Adita. Dia pun berharap Adita memakainya sekarang. "Ya." Nicko menoleh. Tubuhnya yang basah membuat Adita yang melihatnya tak berkedip. Bagaimana setiap tetesan air yang melewati leher dan dada bidang laki-laki itu bagai angin semilir sejuk yang menimpa hati Adita. "Mau turun?" "Sayang?..." Nicko mengerutkan dahinya. Sepertinya pikiran Adita sedang melayang kemana-mana. Sampai Nicko menyadari bahwa tatapan mata Adita merujuk pada dirinya yang bertelanjang dada. Nicko tertawa kecil. Dia mencipratkan air kolam hingga mengenai wajah Adita. Saat itu juga Adita tersadar. "Eh?
Pada akhirnya Adita pasrah di bawah tubuh kekar Nicko. Tubuhnya terus bergerak sesuai dengan irama gerakan yang Nicko buat. Tangan Adita memeluk tubuh Nicko dengan erat. Keringat nya dan keringat Nicko bercampur menjadi satu. Menciptakan aroma yang khas. Nicko sangat menyukai aroma seperti itu. Aroma percintaan mereka. "Nick… aahh… Nick…" Adita terus meracau indah. Nicko menikmati suara halus nan menggoda yang keluar dari mulut wanita cantiknya. Tangan besarnya membelai lembut wajah Adita. Terus membelai sampai pada akhirnya berhenti pada bibir yang merah merekah dan sedikit membengkak kerena aksi ciuman panas mereka. "Kamu milik ku sayang!" Nicko berucap tepat di depan wajah Adita. Dan perlahan menempelkan bibir nya. Peraduan bibir tak lagi terelakkan. Adita hanya mengikuti alur permainan Nicko. Jujur, dia sangat menyukainya. Memabukkan dan memacu adrenalin nya. Di sela-sela percintaan panas mereka yang menggelora, pintu kamar diketuk dari luar. Sepertinya ada pelayan yang d
Pemandangan menara Eiffel dengan lampu-lampu yang menyala di sekitarnya membuat Adita selalu saja terpana dengan kota ini. Dulunya dia hanya mengarang saja untuk singgah di kota Paris. Namun, kini dia merasa enggan untuk pergi. Bahkan kembali ke negara asalnya. Brazil. Ya, Adita berasal dari Brazil. Dan belum lama saat dia baru tinggal di Paris, Nicko mulai datang dalam hidupnya. Setelah itu dunia nya seakan berubah. Nicko, putra dari keluarga ternama Alexander's. Sampai sekarang mereka masih menjalankan hubungan chemistry secara rahasia. "Besok pagi, kita akan berangkat." Ucap Nicko yang sedang mengusap kepala Adita yang berada di pangkuannya. "Berangkat? Ke Desneyland? Honeymoon?..." Adita mengadah menatap wajah Nicko. "Iya." Nicko menunduk mengecup bibir Adita. "Aneh ya?" Adita kembali membenarkan posisi kepalanya. Dia menghadap ke luar jendela kamar. Di mana terdapat pemandangan indah kota Paris pada malam hari. "Kenapa aneh?..." "Harusnya honeymoon setelah menikah. Kita b
"Aku tidak mau tidur!" "Tapi kamu mabuk Adita…" "Tidak! Aku kuat. Itu! Lihatlah!" Adita menunjuk bagian celah tengah celana Nicko yang mengembang. "Nichole menginginkan ku…" *Sial! Kenapa harus sekarang?!* Nicko segera mengaitkan kancing celana dan juga resleting nya. Tanpa diduga, Adita menyerang tubuh Nicko. Dia menduduki pinggang laki-laki itu. Tangannya meraba-raba bagian yang mengembang. Seketika senyum licik pun terpancar dari wajah cantik Adita. "Ayo kita bermain dengan Nichole!" *Dia mabuk, dan dia sangat agresif!!* Nicko menarik leher belakang Adita. Pertemuan bibir pun tak terelakkan. Mereka memadu bibir dengan kuat. Sama-sama agresif dan saling mendominasi. Adita menarik napasnya panjang. Dadanya naik turun. Tangannya meremas rambut Nicko. Laki-laki itu beralih mencumbu lehernya dengan kuat. Sampai meninggalkan bercak kemerahan yang tersebar di mana-mana. Kini Nicko membaringkan tubuh Adita. Baju Adita disingkap Nicko dengan cepat. Serangan balas belum bera
"Maafkan aku…" ucap Nicko dengan nada memelas. "Sayang, lihat aku sebentar saja!" Nicko menggenggam tangan Adita. Menahannya agar tidak mengabaikannya lagi. "Terserah!" Adita menghempas tangan Nicko yang menahannya. Dia kembali masuk ke dalam kamar mandi. Tak lupa untuk menguncinya juga. Beberapa saat lalu… Adita selesai membersihkan tubuhnya. Dia segera mengambil pakaian yang sudah disiapkan. "Nicko sebenarnya kemana? Dia belum kembali juga dari tadi." Adita bergumam sambil menata wajahnya. Setelah selesai, dia memutuskan untuk keluar dari kamar untuk mencari Nicko. Sambil terus melihat ke sana-sini, akhirnya dia menemukan keberadaan sosok laki-laki yang dia cari. "Sedang apa dia dengan wanita itu?..." Adita memperhatikan dengan seksama. Dirinya mulai memanas tatkala melihat wanita yang tidak dia kenal memegang tangan Nicko. Menatap wajah Nicko dengan lekat. Adita mengepalkan tangannya. Dirinya semakin terbakar amarah sesaat wanita yang tidak dikenal tersebut secara ti
Setelah terbang mengundara dengan pesawat, akhirnya Adita dan Nicko sampai di Bandara Udara Internasional Los Angeles, California Amerika serikat. Dengan tak sabarnya, Adita langsung turun dari pesawat tanpa menunggu Nicko terlebih dahulu. Dia berlari mencari toilet yang terdapat di bandara tersebut. Perutnya yang amat melilit mengakibatkan dia lupa bahwa di dalam pesawat pribadi Nicko pun memiliki toilet. Ada apa dengan Adita? "Eughh!! Leganya…" Adita menilik perutnya sendiri. Mengusap-usap lega. Akhirnya beban di ususnya keluar. "Aku lupa… astaga! Nicko, aku belum izin dengannya!" Adita membasuh wajahnya. Dia langsung keluar dari toilet dan berlari menuju tempat semula pesawat pribadi Nicko landing. Namun sayang, Adita tidak menemukan Nicko. Sepertinya pesawat sedang dibersihkan. Adita menjadi pusing sendiri. "Apa aku ditinggal oleh Nicko di sini?" "Aaargh… menyebalkan!" Adita melangkah lebar menuju parkiran. Hanya menebak kalau Nicko pasti di sana menunggunya. "Tapi…
"Kenapa tidak menginap saja di sini Nick? Lagipula ini sudah dini hari." "Benar yang mommy mu katakan. Kamu juga jarang sekali tidur di mansion. Sepertinya apartemen mu lebih nyaman?" *Memang sudah dini hari. Adita pasti sudah tidur.* Nicko menilik jam tangannya. Dia mengangguk pelan. Malam ini, pesta ulang tahun kecil-kecilan pun usai. Naila yang sudah terlelap di pangkuan sang daddy sedari tadi. Daddy Jonathan menggendong Naila sampai ke dalam kamarnya. Nicko masuk ke kamarnya yang jarang sekali disinggahi. Mereka beristirahat di kamar masing-masing. Di dalam kamar Nicko. Dia membolak-balikan tubuhnya. Memberikan sebuah pesan singkat pada Adita. Hingga beberapa saat tak ada balasan, Nicko memutuskan untuk benar-benar terlelap. "Kapan aku bisa membawa mu ke mansion utama Adita?" Nicko bergumam sambil memejamkan matanya. Berangan-angan akan masa depan yang indah bersama Adita. Sempat terlintas di benak Nicko bahwa sepertinya dirinya memang hanya terobsesi semata. Namun, lang
Roda mobil Nicko memasuki halaman mansion utama keluarga Alexander's. Dengan langkah pasti di masuk ke dalam. Raganya memang di sini, akan tetapi pikirannya masih tertinggal di apartemen. Masih kemelut dengan kerinduan bersama Adita. Walaupun masih ada esok hari lagi, bagaimana pun juga mereka adalah dua sejoli yang sedang dimabuk asmara cinta. Sangat enggan untuk berjauhan. Hanya menginginkan waktu untuk berduaan. "Kak Nicko! Akhirnya datang juga!" Naila yang pertama menyaksikan kedatangan Nicko memekik girang. "Kakak tau? Aku tidak boleh makan makanan lezat ini jika kak Nicko belum datang!" Naila berbicara panjang lebar. Mengadu pada kakaknya. Nicko hanya bergumam sendiri. Tak lama mommy Dewi datang sambil membawa kue ulang tahun. Simple namun mewah dan elegan. "Selamat ulang tahun putra mommy…" Daddy Jonathan memantik api untuk menyalakan lilin di atas kue. Nicko berdiri di hadapan mommy Dewi beserta kue yang dibawanya. Meniup pelan api di lilin hingga padam. "Ayo kak,
"CK! Kenapa bentrok seperti ini!" Nicko mendengus kesal. Sepanjang perjalanan menuju apartemennya, dia sibuk memikirkan acara-acara mengenai hari lahirnya. Sebelumnya, mommy Dewi sudah memberi tahu Nicko melewati telepon bahwa malam ini, akan ada acara makan malam di mansion utama keluarga Alexander's. Tak ada alasan untuk Nicko menolak. Mommy Dewi memohon padanya. Nicko menjadi tidak tega untuk menolak. 'Hanya terakhir. Setelah ini mommy tidak akan merayakannya lagi. Hanya makan malam.' Itulah yang mommy Dewi ucapkan di dalam telepon. "Huffhh…" Nicko memijat pelipisnya. Di sisi lain ada keluarganya yang menunggu, di sisi lain pula ada Adita. Wanita tercintanya yang sama-sama sedang menunggu. "Apa aku bawa saja Adita ke mansion? Tapi, apa Adita mau? Bagaimana jika dia menolak untuk ikut?" "Hah!!" Nicko menggelengkan kepalanya. Sedikit mengendurkan dasi lalu tancap gas. Apartemen terlihat sepi. Lampu ruang tv sudah meredup. Mungkinkah Adita sudah tertidur? Nicko segera m
Sore ini Adita berada di sebuah mall. Dia memasuki toko berisi perlengkapan pria. Mengedarkan pandangannya. Meneliti satu persatu pakaian mahal yang berjejer rapi. Aksesoris pria juga. Dia bingung harus membeli apa. "Pantas saja Nicko ingin yang spesial nanti malam, ternyata dia akan berulang tahun besok." Adita bergumam sambil meneliti sebuah pakaian santai pria bermerk brand ternama. "Aku harus membeli apa?" Adita membuang napasnya kasar. Waktu terus berputar. Nicko hanya mengizinkan sampai pukul tujuh malam. Sekarang ini pukul lima sore waktu setempat. Adita tahu, ada konsekuensinya jika dia melanggar itu. Adita melirik seorang gadis di sebelahnya. Sama-sama sedang memilih pakaian pria. Gadis itu sendirian, mungkin dia ingin menyiapkan surprise sama seperti dirinya untuk orang tercinta. Adita melangkah mencari-cari pilihan yang pas. Dia pusing sendiri tatkala mengenai urusan beli membeli barang. Walaupun barang branded yang sudah pasti kualitas dan rate terbaik namun tetap
Kurun waktu Adita dan Nicko ber-honeymoon di raja Ampat sekitar dua Minggu. Kini mereka menjalani hari-hari lebih berbeda dari sebelumnya. Kali ini lebih harmonis, dan penuh kasih cinta. Nicko yang mengupayakan agar rumah tangganya bersama Adita bisa terhindar dari perceraian. Menginginkan pernikahan mereka baru seumur jagung. Seperti biasa, Nicko masih merahasiakan bahwa dirinya dan Adita sudah menikah. Satu bulan berlalu. "Hati-hati Nick, jangan mengebut." Adita mengadah menatap wajah Nicko yang berseri rupawan. Tangannya masih membuat simpul dasi. Setelah itu dia merapikan krah kemeja Nicko. "Tentu aku akan sangat berhati-hati. Apalagi ada bidadari cantik yang selalu menunggu kepulangan ku." "Nicko ihh…" Adita menahan dada Nicko. Laki-laki itu menggigit hidungnya dengan gemas. Aroma parfum khas yang Nicko pakai mengusak masuk ke dalam rongga hidung Adita. Perlahan, Adita mengecup bibir Nicko. Hanya kecupan tidak lebih. Karena lagi ini Nicko harus berangkat ke kantornya
"Engghh…" Adita mengusel pada ketiak Nicko. "My wife… oh my God!!" Nicko meluruskan tangannya ke samping. Memberikan akses pada Adita yang masih setengah sadar. Namun tak lama, mata indah itu terbuka. Bulu mata lentik itu berkibar-kibar. Tatapan pertama kali dilihat Adita, ialah wajah Nicko yang berantakan. Rambut kusut dan tak terlihat fresh. Adita mengangkat kepalanya. Menidurkannya di atas dada Nicko. Memeluk erat tubuh Nicko. "Peluk lagi yang kenceng!..." Nicko terkekeh. Matahari sudah meninggi dan mereka masih bergumul dengan selimut. Adita sendiri justru manja sekali dengan Nicko. Ingin ini, itu. Usap sana, usap sini. Membuat Nicko super gemas. "Usapin punggung aku Nick…" "Ehm sayang, bagaimana semalam? Apa… aku terlihat berbeda?" Nicko membelai rambut Adita. Kusut. Sama seperti dirinya. Mungkin akibat terlalu tergesek dengan tempat tidur. Pula belum di sisir pagi ini. Bukannya menjawab Adita justru mencubit perut Nicko. Namu sia-sia. Nicko tak merasakan sakit. "Ka
"Yeahh… lebih keras sayang. Ouhh… pertahankan…" Nicko berbaring telungkup. Sesekali mengerang nikmat atas apa yang Adita lakukan pada tubuhnya. "Uhh… iya di situ saja. Tekan lebih kuat! Ouh… aaahhh…" Adita menggelengkan kepalanya. Tangannya mengusap bulir keringat yang keluar dari keningnya. Memijat punggung Nicko lumayan memeras tenaganya. "Capek?" Nicko sedikit mengangkat tubuhnya, menoleh ke belakang melihat Adita yang terlihat dibanjiri oleh keringat. "Banget! Aku heran, ini punggung manusia atau punggung buaya?" Nicko berdecak. Dia kembali menelungkupkan wajahnya di bantal. "Buaya apa? Darat atau buntung?" Adita menarik napasnya dalam. Menekan lebih kuat pijatannya lalu menjawab, "Buaya darat! Buaya buntung itu seram!" "Ohh…" Nicko sedikit terkekeh kecil. "Sayang, bukannya aku sudah menawari kalah biar tukang pijat saja? Kenapa malah marah-marah? Suka rela dong…" Adita diam. Memang benar apa yang Nicko katakan. Nicko tidak menyuruh Adita untuk memijatnya, dia ju
Raja Ampat adalah sebuah kabupaten dan merupakan bagian dari Propinsi Papua Barat. Untuk mencapai Kepulauan ini, kita harus menginjakkan kaki di kota Sorong terlebih dahulu. Biasanya para wisatawan banyak menggunakan penerbangan untuk sampai ke kota ini. Setelah sampai kota Sorong, kita dapat menggunakan sejenis kapal cepat yang biasa berlayar dua kali sehari menuju Waisai, ibukota kabupaten Raja Ampat. Perjalanan hanya akan memakan waktu sekitar 2-3 jam saja dari pelabuhan Sorong, hingga sampai di pelabuhan Waisai Raja Ampat. Secara umum, Raja Ampat adalah kepulauan yang terdiri dari banyak sekali pulau karang dan tersebar luas di seluruh wilayahnya. Namun demikian, Raja Ampat memiliki 4 pulau utama yang paling besar, yaitu Pulau Waigeo, Pulau Batanta, Pulau Salawati, dan Pulau Misool. Empat pulau besar inilah yang menjadi titik awal penyebaran seluruh penduduk Raja Ampat yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan. Wilayah perairan adalah daya tarik utama Raja Ampat, mengingat pe
"Ini penginapan kita. Kalau kamu ingin memasak sesuatu, bahan-bahannya sudah tersedia di dalam kulkas." "Hem… aku tidak sabar untuk bermain air!" Nicko mendengus kesal. Mereka tiba di Papua barat itu sekitar pukul sepuluh malam. Sebelumnya, mereka transit terlebih dahulu karena cuaca yang buruk. "Istirahatlah… besok kamu bisa bermain air, sepuasnya!" Adita menjingkrak senang. Dia menggandeng Nicko mencari kamarnya. "Kita… satu kamar?" Adita menoleh setelah melihat kamar yang amat luas dengan pemandangan langsung ke arah lautan dan pepohonan. Nicko yang masih berdiri di ambang pintu, dia menjawab. "Ini honeymoon sayang, bukan study tour anak remaja!" "Ish!!" "Ya sudahlah. Aku ingin membersihkan tubuhku dahulu. Di mana kamar mandinya?" Nicko hanya menunjuk sudut dari kamar. Sebuah pintu transparan, dengan jendela kaca memanjang di sampingnya. Tanpa banyak bicara, Adita langsung masuk begitu saja tanpa mengambil pakaian ganti ataupun handuk. "Lihat saja nanti, malam ini a