Setelah terbang mengundara dengan pesawat, akhirnya Adita dan Nicko sampai di Bandara Udara Internasional Los Angeles, California Amerika serikat. Dengan tak sabarnya, Adita langsung turun dari pesawat tanpa menunggu Nicko terlebih dahulu. Dia berlari mencari toilet yang terdapat di bandara tersebut. Perutnya yang amat melilit mengakibatkan dia lupa bahwa di dalam pesawat pribadi Nicko pun memiliki toilet. Ada apa dengan Adita? "Eughh!! Leganya…" Adita menilik perutnya sendiri. Mengusap-usap lega. Akhirnya beban di ususnya keluar. "Aku lupa… astaga! Nicko, aku belum izin dengannya!" Adita membasuh wajahnya. Dia langsung keluar dari toilet dan berlari menuju tempat semula pesawat pribadi Nicko landing. Namun sayang, Adita tidak menemukan Nicko. Sepertinya pesawat sedang dibersihkan. Adita menjadi pusing sendiri. "Apa aku ditinggal oleh Nicko di sini?" "Aaargh… menyebalkan!" Adita melangkah lebar menuju parkiran. Hanya menebak kalau Nicko pasti di sana menunggunya. "Tapi…
"Qea, kamu yakin yang tadi itu cuma simulasi? Bagaimana kalau asli?" Tanya Adita resah. Sekarang, mereka berada di cafe Orleans. Menyantap makanan yang telah dipesan. "Kakak tenang aja. Itu simulasi kak. Percaya deh sama Qea." "Ehm." Adita mengangguk ragu. Walaupun hanya dia yang mengucapkan janji suci pernikahan, tanpa ada mempelai pria tapi tetap saja Adita merasa takut. Apalagi mendengar suara pastor tersebut seperti bukan mengada-ada. *Apa Nicko tidak mencariku? Di mana dia sekarang? Jadi benar, kalau aku sengaja ditinggalkan di Bandara?* "Menyebalkan! Awas saja nanti!" Gumam Adita. Mengingat bagaimana Nicko meninggalkannya tanpa belas kasihan di Bandara membuat hatinya berkali-kali memanas. Niat hati dari laki-laki tersebut ingin mengajaknya berlibur di Desneyland California Amerika serikat justru pergi meninggalkannya. "Apa kakak mau pesan makanan lagi?" Qea menggoncang lengan Adita. Menyadarkan lamunannya. "Eh?.. A-aku kenyang. Hehe…" Adita meneguk jus buah guna
*Ikatan suci ini akan selalu aku jaga. Walaupun aku mendapatkan itu dengan cara yang sedikit memaksa, tapi aku harap kita akan selalu bersama selamanya.* Pagi yang cerah berseri, sama halnya dengan Nicko. Hatinya berbunga-bunga. Tak ada keraguan sepanjang langkahnya ke depan. Memiliki Adita sepenuhnya adalah pencapaian terindah. Sekarang, tak akan ada celah lagi untuk pergi meninggalkan Nicko. Masih bergelut dengan alam bawah sadar, Adita tertidur damai dengan guratan melengkung tipis pada bibirnya. Entah apa yang ada di dalam alam bawah sadar Adita. Yang pasti hati Nicko kian menghangat melihat wajah Adita yang tampak berseri pagi ini. "Aku suka melihatmu seperti ini. Tersenyum indah walau sedang tidur. Tetaplah seperti ini. Aku menyukainya…" Tiba-tiba saja, kedua kelopak mata Adita terbuka. Menampakkan iris abu-abu yang indah. Menatap wajah Nicko yang sedang memperhatikannya. "Uh.. kau sudah bangun ternyata…" Adita mengucek matanya. Menguap lalu memeluk tubuh Nicko. Seper
"Ini penginapan kita. Kalau kamu ingin memasak sesuatu, bahan-bahannya sudah tersedia di dalam kulkas." "Hem… aku tidak sabar untuk bermain air!" Nicko mendengus kesal. Mereka tiba di Papua barat itu sekitar pukul sepuluh malam. Sebelumnya, mereka transit terlebih dahulu karena cuaca yang buruk. "Istirahatlah… besok kamu bisa bermain air, sepuasnya!" Adita menjingkrak senang. Dia menggandeng Nicko mencari kamarnya. "Kita… satu kamar?" Adita menoleh setelah melihat kamar yang amat luas dengan pemandangan langsung ke arah lautan dan pepohonan. Nicko yang masih berdiri di ambang pintu, dia menjawab. "Ini honeymoon sayang, bukan study tour anak remaja!" "Ish!!" "Ya sudahlah. Aku ingin membersihkan tubuhku dahulu. Di mana kamar mandinya?" Nicko hanya menunjuk sudut dari kamar. Sebuah pintu transparan, dengan jendela kaca memanjang di sampingnya. Tanpa banyak bicara, Adita langsung masuk begitu saja tanpa mengambil pakaian ganti ataupun handuk. "Lihat saja nanti, malam ini a
Raja Ampat adalah sebuah kabupaten dan merupakan bagian dari Propinsi Papua Barat. Untuk mencapai Kepulauan ini, kita harus menginjakkan kaki di kota Sorong terlebih dahulu. Biasanya para wisatawan banyak menggunakan penerbangan untuk sampai ke kota ini. Setelah sampai kota Sorong, kita dapat menggunakan sejenis kapal cepat yang biasa berlayar dua kali sehari menuju Waisai, ibukota kabupaten Raja Ampat. Perjalanan hanya akan memakan waktu sekitar 2-3 jam saja dari pelabuhan Sorong, hingga sampai di pelabuhan Waisai Raja Ampat. Secara umum, Raja Ampat adalah kepulauan yang terdiri dari banyak sekali pulau karang dan tersebar luas di seluruh wilayahnya. Namun demikian, Raja Ampat memiliki 4 pulau utama yang paling besar, yaitu Pulau Waigeo, Pulau Batanta, Pulau Salawati, dan Pulau Misool. Empat pulau besar inilah yang menjadi titik awal penyebaran seluruh penduduk Raja Ampat yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan. Wilayah perairan adalah daya tarik utama Raja Ampat, mengingat pe
"Yeahh… lebih keras sayang. Ouhh… pertahankan…" Nicko berbaring telungkup. Sesekali mengerang nikmat atas apa yang Adita lakukan pada tubuhnya. "Uhh… iya di situ saja. Tekan lebih kuat! Ouh… aaahhh…" Adita menggelengkan kepalanya. Tangannya mengusap bulir keringat yang keluar dari keningnya. Memijat punggung Nicko lumayan memeras tenaganya. "Capek?" Nicko sedikit mengangkat tubuhnya, menoleh ke belakang melihat Adita yang terlihat dibanjiri oleh keringat. "Banget! Aku heran, ini punggung manusia atau punggung buaya?" Nicko berdecak. Dia kembali menelungkupkan wajahnya di bantal. "Buaya apa? Darat atau buntung?" Adita menarik napasnya dalam. Menekan lebih kuat pijatannya lalu menjawab, "Buaya darat! Buaya buntung itu seram!" "Ohh…" Nicko sedikit terkekeh kecil. "Sayang, bukannya aku sudah menawari kalah biar tukang pijat saja? Kenapa malah marah-marah? Suka rela dong…" Adita diam. Memang benar apa yang Nicko katakan. Nicko tidak menyuruh Adita untuk memijatnya, dia ju
"Engghh…" Adita mengusel pada ketiak Nicko. "My wife… oh my God!!" Nicko meluruskan tangannya ke samping. Memberikan akses pada Adita yang masih setengah sadar. Namun tak lama, mata indah itu terbuka. Bulu mata lentik itu berkibar-kibar. Tatapan pertama kali dilihat Adita, ialah wajah Nicko yang berantakan. Rambut kusut dan tak terlihat fresh. Adita mengangkat kepalanya. Menidurkannya di atas dada Nicko. Memeluk erat tubuh Nicko. "Peluk lagi yang kenceng!..." Nicko terkekeh. Matahari sudah meninggi dan mereka masih bergumul dengan selimut. Adita sendiri justru manja sekali dengan Nicko. Ingin ini, itu. Usap sana, usap sini. Membuat Nicko super gemas. "Usapin punggung aku Nick…" "Ehm sayang, bagaimana semalam? Apa… aku terlihat berbeda?" Nicko membelai rambut Adita. Kusut. Sama seperti dirinya. Mungkin akibat terlalu tergesek dengan tempat tidur. Pula belum di sisir pagi ini. Bukannya menjawab Adita justru mencubit perut Nicko. Namu sia-sia. Nicko tak merasakan sakit. "Ka
Kurun waktu Adita dan Nicko ber-honeymoon di raja Ampat sekitar dua Minggu. Kini mereka menjalani hari-hari lebih berbeda dari sebelumnya. Kali ini lebih harmonis, dan penuh kasih cinta. Nicko yang mengupayakan agar rumah tangganya bersama Adita bisa terhindar dari perceraian. Menginginkan pernikahan mereka baru seumur jagung. Seperti biasa, Nicko masih merahasiakan bahwa dirinya dan Adita sudah menikah. Satu bulan berlalu. "Hati-hati Nick, jangan mengebut." Adita mengadah menatap wajah Nicko yang berseri rupawan. Tangannya masih membuat simpul dasi. Setelah itu dia merapikan krah kemeja Nicko. "Tentu aku akan sangat berhati-hati. Apalagi ada bidadari cantik yang selalu menunggu kepulangan ku." "Nicko ihh…" Adita menahan dada Nicko. Laki-laki itu menggigit hidungnya dengan gemas. Aroma parfum khas yang Nicko pakai mengusak masuk ke dalam rongga hidung Adita. Perlahan, Adita mengecup bibir Nicko. Hanya kecupan tidak lebih. Karena lagi ini Nicko harus berangkat ke kantornya
"Kenapa tidak menginap saja di sini Nick? Lagipula ini sudah dini hari." "Benar yang mommy mu katakan. Kamu juga jarang sekali tidur di mansion. Sepertinya apartemen mu lebih nyaman?" *Memang sudah dini hari. Adita pasti sudah tidur.* Nicko menilik jam tangannya. Dia mengangguk pelan. Malam ini, pesta ulang tahun kecil-kecilan pun usai. Naila yang sudah terlelap di pangkuan sang daddy sedari tadi. Daddy Jonathan menggendong Naila sampai ke dalam kamarnya. Nicko masuk ke kamarnya yang jarang sekali disinggahi. Mereka beristirahat di kamar masing-masing. Di dalam kamar Nicko. Dia membolak-balikan tubuhnya. Memberikan sebuah pesan singkat pada Adita. Hingga beberapa saat tak ada balasan, Nicko memutuskan untuk benar-benar terlelap. "Kapan aku bisa membawa mu ke mansion utama Adita?" Nicko bergumam sambil memejamkan matanya. Berangan-angan akan masa depan yang indah bersama Adita. Sempat terlintas di benak Nicko bahwa sepertinya dirinya memang hanya terobsesi semata. Namun, lang
Roda mobil Nicko memasuki halaman mansion utama keluarga Alexander's. Dengan langkah pasti di masuk ke dalam. Raganya memang di sini, akan tetapi pikirannya masih tertinggal di apartemen. Masih kemelut dengan kerinduan bersama Adita. Walaupun masih ada esok hari lagi, bagaimana pun juga mereka adalah dua sejoli yang sedang dimabuk asmara cinta. Sangat enggan untuk berjauhan. Hanya menginginkan waktu untuk berduaan. "Kak Nicko! Akhirnya datang juga!" Naila yang pertama menyaksikan kedatangan Nicko memekik girang. "Kakak tau? Aku tidak boleh makan makanan lezat ini jika kak Nicko belum datang!" Naila berbicara panjang lebar. Mengadu pada kakaknya. Nicko hanya bergumam sendiri. Tak lama mommy Dewi datang sambil membawa kue ulang tahun. Simple namun mewah dan elegan. "Selamat ulang tahun putra mommy…" Daddy Jonathan memantik api untuk menyalakan lilin di atas kue. Nicko berdiri di hadapan mommy Dewi beserta kue yang dibawanya. Meniup pelan api di lilin hingga padam. "Ayo kak,
"CK! Kenapa bentrok seperti ini!" Nicko mendengus kesal. Sepanjang perjalanan menuju apartemennya, dia sibuk memikirkan acara-acara mengenai hari lahirnya. Sebelumnya, mommy Dewi sudah memberi tahu Nicko melewati telepon bahwa malam ini, akan ada acara makan malam di mansion utama keluarga Alexander's. Tak ada alasan untuk Nicko menolak. Mommy Dewi memohon padanya. Nicko menjadi tidak tega untuk menolak. 'Hanya terakhir. Setelah ini mommy tidak akan merayakannya lagi. Hanya makan malam.' Itulah yang mommy Dewi ucapkan di dalam telepon. "Huffhh…" Nicko memijat pelipisnya. Di sisi lain ada keluarganya yang menunggu, di sisi lain pula ada Adita. Wanita tercintanya yang sama-sama sedang menunggu. "Apa aku bawa saja Adita ke mansion? Tapi, apa Adita mau? Bagaimana jika dia menolak untuk ikut?" "Hah!!" Nicko menggelengkan kepalanya. Sedikit mengendurkan dasi lalu tancap gas. Apartemen terlihat sepi. Lampu ruang tv sudah meredup. Mungkinkah Adita sudah tertidur? Nicko segera m
Sore ini Adita berada di sebuah mall. Dia memasuki toko berisi perlengkapan pria. Mengedarkan pandangannya. Meneliti satu persatu pakaian mahal yang berjejer rapi. Aksesoris pria juga. Dia bingung harus membeli apa. "Pantas saja Nicko ingin yang spesial nanti malam, ternyata dia akan berulang tahun besok." Adita bergumam sambil meneliti sebuah pakaian santai pria bermerk brand ternama. "Aku harus membeli apa?" Adita membuang napasnya kasar. Waktu terus berputar. Nicko hanya mengizinkan sampai pukul tujuh malam. Sekarang ini pukul lima sore waktu setempat. Adita tahu, ada konsekuensinya jika dia melanggar itu. Adita melirik seorang gadis di sebelahnya. Sama-sama sedang memilih pakaian pria. Gadis itu sendirian, mungkin dia ingin menyiapkan surprise sama seperti dirinya untuk orang tercinta. Adita melangkah mencari-cari pilihan yang pas. Dia pusing sendiri tatkala mengenai urusan beli membeli barang. Walaupun barang branded yang sudah pasti kualitas dan rate terbaik namun tetap
Kurun waktu Adita dan Nicko ber-honeymoon di raja Ampat sekitar dua Minggu. Kini mereka menjalani hari-hari lebih berbeda dari sebelumnya. Kali ini lebih harmonis, dan penuh kasih cinta. Nicko yang mengupayakan agar rumah tangganya bersama Adita bisa terhindar dari perceraian. Menginginkan pernikahan mereka baru seumur jagung. Seperti biasa, Nicko masih merahasiakan bahwa dirinya dan Adita sudah menikah. Satu bulan berlalu. "Hati-hati Nick, jangan mengebut." Adita mengadah menatap wajah Nicko yang berseri rupawan. Tangannya masih membuat simpul dasi. Setelah itu dia merapikan krah kemeja Nicko. "Tentu aku akan sangat berhati-hati. Apalagi ada bidadari cantik yang selalu menunggu kepulangan ku." "Nicko ihh…" Adita menahan dada Nicko. Laki-laki itu menggigit hidungnya dengan gemas. Aroma parfum khas yang Nicko pakai mengusak masuk ke dalam rongga hidung Adita. Perlahan, Adita mengecup bibir Nicko. Hanya kecupan tidak lebih. Karena lagi ini Nicko harus berangkat ke kantornya
"Engghh…" Adita mengusel pada ketiak Nicko. "My wife… oh my God!!" Nicko meluruskan tangannya ke samping. Memberikan akses pada Adita yang masih setengah sadar. Namun tak lama, mata indah itu terbuka. Bulu mata lentik itu berkibar-kibar. Tatapan pertama kali dilihat Adita, ialah wajah Nicko yang berantakan. Rambut kusut dan tak terlihat fresh. Adita mengangkat kepalanya. Menidurkannya di atas dada Nicko. Memeluk erat tubuh Nicko. "Peluk lagi yang kenceng!..." Nicko terkekeh. Matahari sudah meninggi dan mereka masih bergumul dengan selimut. Adita sendiri justru manja sekali dengan Nicko. Ingin ini, itu. Usap sana, usap sini. Membuat Nicko super gemas. "Usapin punggung aku Nick…" "Ehm sayang, bagaimana semalam? Apa… aku terlihat berbeda?" Nicko membelai rambut Adita. Kusut. Sama seperti dirinya. Mungkin akibat terlalu tergesek dengan tempat tidur. Pula belum di sisir pagi ini. Bukannya menjawab Adita justru mencubit perut Nicko. Namu sia-sia. Nicko tak merasakan sakit. "Ka
"Yeahh… lebih keras sayang. Ouhh… pertahankan…" Nicko berbaring telungkup. Sesekali mengerang nikmat atas apa yang Adita lakukan pada tubuhnya. "Uhh… iya di situ saja. Tekan lebih kuat! Ouh… aaahhh…" Adita menggelengkan kepalanya. Tangannya mengusap bulir keringat yang keluar dari keningnya. Memijat punggung Nicko lumayan memeras tenaganya. "Capek?" Nicko sedikit mengangkat tubuhnya, menoleh ke belakang melihat Adita yang terlihat dibanjiri oleh keringat. "Banget! Aku heran, ini punggung manusia atau punggung buaya?" Nicko berdecak. Dia kembali menelungkupkan wajahnya di bantal. "Buaya apa? Darat atau buntung?" Adita menarik napasnya dalam. Menekan lebih kuat pijatannya lalu menjawab, "Buaya darat! Buaya buntung itu seram!" "Ohh…" Nicko sedikit terkekeh kecil. "Sayang, bukannya aku sudah menawari kalah biar tukang pijat saja? Kenapa malah marah-marah? Suka rela dong…" Adita diam. Memang benar apa yang Nicko katakan. Nicko tidak menyuruh Adita untuk memijatnya, dia ju
Raja Ampat adalah sebuah kabupaten dan merupakan bagian dari Propinsi Papua Barat. Untuk mencapai Kepulauan ini, kita harus menginjakkan kaki di kota Sorong terlebih dahulu. Biasanya para wisatawan banyak menggunakan penerbangan untuk sampai ke kota ini. Setelah sampai kota Sorong, kita dapat menggunakan sejenis kapal cepat yang biasa berlayar dua kali sehari menuju Waisai, ibukota kabupaten Raja Ampat. Perjalanan hanya akan memakan waktu sekitar 2-3 jam saja dari pelabuhan Sorong, hingga sampai di pelabuhan Waisai Raja Ampat. Secara umum, Raja Ampat adalah kepulauan yang terdiri dari banyak sekali pulau karang dan tersebar luas di seluruh wilayahnya. Namun demikian, Raja Ampat memiliki 4 pulau utama yang paling besar, yaitu Pulau Waigeo, Pulau Batanta, Pulau Salawati, dan Pulau Misool. Empat pulau besar inilah yang menjadi titik awal penyebaran seluruh penduduk Raja Ampat yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan. Wilayah perairan adalah daya tarik utama Raja Ampat, mengingat pe
"Ini penginapan kita. Kalau kamu ingin memasak sesuatu, bahan-bahannya sudah tersedia di dalam kulkas." "Hem… aku tidak sabar untuk bermain air!" Nicko mendengus kesal. Mereka tiba di Papua barat itu sekitar pukul sepuluh malam. Sebelumnya, mereka transit terlebih dahulu karena cuaca yang buruk. "Istirahatlah… besok kamu bisa bermain air, sepuasnya!" Adita menjingkrak senang. Dia menggandeng Nicko mencari kamarnya. "Kita… satu kamar?" Adita menoleh setelah melihat kamar yang amat luas dengan pemandangan langsung ke arah lautan dan pepohonan. Nicko yang masih berdiri di ambang pintu, dia menjawab. "Ini honeymoon sayang, bukan study tour anak remaja!" "Ish!!" "Ya sudahlah. Aku ingin membersihkan tubuhku dahulu. Di mana kamar mandinya?" Nicko hanya menunjuk sudut dari kamar. Sebuah pintu transparan, dengan jendela kaca memanjang di sampingnya. Tanpa banyak bicara, Adita langsung masuk begitu saja tanpa mengambil pakaian ganti ataupun handuk. "Lihat saja nanti, malam ini a