Nicko mengerang kuat. Setelah itu dia roboh di atas tubuh Adita. Nicko menatap tubuh lemas Adita. Setelah kegiatan panas tadi yang menguras tenaga. Nicko merasa puas. Sangatlah puas. Bagaimana dia mendapatkan hati Adita sekaligus tubuhnya dalam waktu singkat. Kini dia memenangkan tantangan yang diberikan oleh kedua temannya. Perlahan mata indah Adita terbuka. Dia terbangun karena cacing perutnya berdemo meminta makanan. Ya … Adita lapar.
"Bisakah kamu bergeser dari atas tubuhku?" Suara Adita terdengar sangat pelan. Nicko bergeser. Dia membaringkan tubuhnya di sebelah Adita.
*Aku lapar sekali.* Batin Adita berucap. Dia mendudukkan tubuhnya. Sambil memegangi selimut yang menutupi tubuhnya yang tanpa sehelai benangpun.
"Ada apa? Kenapa bangun?"
"Aku lapar Nicko. Tidak kah kau merasa pengertian padaku? Aku lapar gara-gara meneladani nafsu mu!"
Nicko terkekeh. Dia mengambil celananya lalu berjalan keluar kamar. Tak lama, dia kembali sambil membawa beberapa bungkus roti, susu dan makanan ringan.
"Ini. Makanlah. Setelah itu jangan marah lagi!" Nicko meletakan semua makanan di depan Adita.
Adita memakannya dengan lahap. Nicko tersenyum dengan sendirinya. Tidak tau pasti mengapa akhir-akhir ini hatinya terasa menghangat karena hadirnya sosok Adita.
Keesokan harinya.
Adita terbangun. Dia merasakan sesuatu yang basah dan terasa menyesap apalagi itu di bagian dadanya. "Apa yang kamu lakukan? Astaga Nicko!"
"Sarapan sayang." Nicko menjawab dengan mudahnya.
"Tidak! Lepaskan Nicko!" Adita menggeram. Dia mendorong kepala Nicko dari depan dadanya.
"Awh … kasar kamu ya."
"Kamu yang kasar! Tidak tau apa badan aku sakit semua! Nyeri pinggang aku ini gara-gara kamu!" Adita bergeser menjauh dari Nicko. Lalu dia kembali masuk ke dalam tebal nya selimut.
"Iya maaf sayang." Nicko menyingkap selimut yang ada di atas kepala adita. Dia mencium kening Adita dengan mesra.
"Aku ingin membuat sarapan. Kalau kamu mencari ku, aku ada di dapur."
"Hem …"
Di dapur, Nicko memasak apa yang pernah mommy nya ajarkan. Setelah sekitar satu jam Nicko berkutat dengan pan dan kompor. Makanan buatan Nicko selesai juga. Walaupun sedikit berantakan namun, rasanya tak seburuk penampilannya. Nicko menaruh makanan tersebut di nampan dan membawanya ke kamar Adita.
"Bangunlah! Aku akan pergi ke kantor." Nicko menaruh nampan di meja.
"Yaudah sana pergi." Adita masih enggan keluar dari selimut.
"Judes banget kamu." Nicko pergi meninggalkan Adita. "Tapi aku suka." Dia kembali berucap.
"Terserah aku lah!" Adita bergumam.
******
Nicko sudah bersiap. Dia memakai tuxedo nya yang berwarna navy. Dia pergi meninggalkan apartemen. Sekarang sudah genap dua bulan Nicko dan Adita memiliki hubungan. Nicko berhasil menaklukkan Adita. Si gadis bar-bar sekaligus tomboy. Dia telah memenangkan tantangan yang diberikan oleh Chris dan Daniel. 5% saham perusahaan milik Chris telah jatuh ditangan nya. Juga satu kapal pesiar mewah terbaru milik Daniel Nicko dapatkan. Tidak tau mengapa, Nicko merasa hari ini adalah hari keberuntungannya.
Sesampainya di perusahaan Alexander's group. Nicko langsung pergi ke ruangan kerja khusus Presdir.
"Lama kamu!" Ternyata di dalam sudah ada Daniel dan Chris yang telah menunggu kedatangan Nicko.
"Sorry."
"Ini berkas pemindahan saham ku sebanyak 5%. Cek lagi kalau perlu." Chris memberikan berkasnya pada Nicko.
"Thanks." Nicko meneliti kata demi kata. Dia tersenyum puas. "Oke. Right."
"Ini dokemen kepemilikan kapal pesiar. Tinggal tanda tangan."
Nicko menerima nya. Dia kembali meneliti sejenak. "Lihat kan. Aku bisa memenangkan tantangan ini. Ini sangat mudah."
"Hem … iam know. Lalu, si DJ itu masih tinggal sama kamu?"
"Ya. Aku rasa, aku tak akan melepaskan dia."
"Maksudnya?" Chris mengernyit bingung.
"Tunggu! Jangan bilang, kamu sudah ada perasaan sama dia?"
"Ya, tidak tau. Tapi, aku ingin dia tetap bersamaku."
"Waw …" Chris bertepuk tangan. "Wanita hebat. Dia juga berhasil menaklukkan mu!"
"Ya jelaslah Nicko takluk. Siapa juga yang mau menolak wanita ber body goals? Hem?"
"Ahahahaha …." Mereka bertiga tergelak tawa.
James Nicholas Alexander's. Putra sulung keluarga besar Alexander's. Anak pertama dari pasangan Jonathan Rhys Alexander's dan Dewi Shinta Naomi. Dia biasa disapa dengan sebutan Nicko. Usiannya kini menginjak angka 25 tahun. Usia yang dibilang lumayan matang, dia berhasil mendapatkan tahta perusahaan Alexander's. Meneruskan posisi ayahnya sebagai direktur utama Alexander's group.
Hidup bergelimang harta, membuat Nicko sering merasa bosan. Hidupnya terlalu sempurna. Oleh karena itu, demi mengusir kebosanan nya dia sering kali mengencani lebih dari satu wanita, bermain taruhan dan lain sebagainya.
Nicko menyalakan handphone nya. Dia menelepon seseorang.
"Halo? Bagaimana, apakah kalung pesananku sudah selesai?"
"Hampir selesai tuan muda. Kemungkinan besok akan benar-benar siap!"
"Baiklah. Besok akan ku ambil." Nicko mematikan handphone nya.
"Apa keputusan ku ini sudah benar? Adita, kau membuat perubahan besar dalam hatiku."
Tok … tok … tok!
Nicko mengambil remote control. "Buka pintu!" Pintu terbuka dengan sendirinya.
"Mommy?"
"Mommy bawa makan siang buat kamu." Mommy Dewi menaruh box makan di meja.
"Kamu pasti belum makan siang kan?"
"Makan siang?" Nicko mengerutkan dahinya heran. Dia melihat arloji di pergelangan tangannya. Ternyata sudah tengah hari. Kenapa waktu berlalu begitu cepat? Ah, mungkin Nicko hanya terlalu menikmati hari sehingga ia sampai lupa akan waktu.
"Memang Daddy tidak marah, kalau mommy membawa makan siang untuk ku?"
"Tidak. Daddy kamu sudah makan. Di rumah juga ada Naila."
Nicko mengangguk.
"Mau disuapi atau makan sendiri?" Mommy Dewi tersenyum.
"Ya … terserah mommy."
Akhirnya mommy Dewi menyuapi Nicko. Dengan sepenuh hati mommy Dewi melakukannya. Dia membayangkan bahwa dia juga sedang menyuapi kembaran Nicko yang telah tiada, Naura. Mengingat itu, mommy Dewi menjadi merindukan Naura. Putri sulungnya. Kini sudah suapan terakhir. Nicko melancarkan tenggorokannya dengan meminum air putih.
"Ehm … mommy kangen Naura. Apa kamu mau malam ini menjadi Naura?"
"Uhuk-uhuk …"
"Nicko, pelan-pelan minumnya." Mommy Dewi mengusap punggung Nicko. Dia juga mengendurkan dasi yang dipakai Nicko. Mommy Dewi menatap lekat dagu Nicko. Dia melihat ada bekas kemerahan di sana. Apa Nicko alergi? Seperti nya tidak. Setahu mommy Dewi, Nicko tidak memiliki riwayat alergi terhadap apapun.
Pikiran mommy Dewi melayang kemana-mana. Dia menghirup aroma parfum Nicko. Semuanya normal. Tidak ada bekas parfum wanita yang melekat di sana.
*Tak mungkin. Nicko tidak mungkin melakukan itu.* Batin mommy Dewi berucap.
"Mom? Mom? …" Nicko mengerutkan dahi. Mommy Dewi kenapa melamun sekarang? Apa dia sangat merindukan Naura? Nicko memegang tangan mommy Dewi. Saat itu juga mommy Dewi kembali sadar.
"Aku akan menjadi Naura. Mommy jangan sedih seperti ini ya. Nanti sore aku akan datang ke mansion."
"Terimakasih." Mommy Dewi menarik Nicko masuk ke dalam pelukannya.
Di sore hari, susana mansion Alexander's terasa ramai. Kehadiran Nicko yang menjadi Naura membuat euphoria tersendiri. Naila, si putri bungsu menjadi sangat rukun dengan Nicko. Sebelumnya mereka bagaikan karakter kartun Tom and Jerry. Walaupun ada plus dan minusnya Nicko menjadi Naura. Namun Nicko tidak peduli akan itu. Yang terpenting adalah kebahagiaan sang mommy tercinta.
"Kamu yakin mau pulang ke apartemen? Apa tidak tidur aja di sini?" Mommy Dewi berkata sambil merasa cemas.
"Mommy lupa? Aku bisa beladiri. Mommy tidak usah khawatir." Nicko mencium kening mommy Dewi.
"Aku pulang mom, dad." Nicko tersenyum hangat pada mommy Dewi dan daddy Jonathan. Dia melangkah keluar dari mansion.
"Putra kita sudah dewasa sayang. Tak perlu se khawatir itu." Daddy Jonathan mengusap lembut lengan mommy Dewi.
"Iya …" mommy Dewi menyenderkan kepalanya di dada bidang Daddy Jonathan.
Nicko mengendarai mobil nya dengan kecepatan tinggi. Entah kenapa dia merindukan Adita sekarang. Apa mungkin karena dia tidak menelpon Adita seharian ini? Yang pasti Nicko penasaran apa wanita nya sudah tidur atau sedang bermain game online kegemarannya. Setelah sampai, Nicko memasukan password apartemennya. Dan pintu terbuka dengan sendirinya. saat melewati dapur, Nicko menangkap sosok wanita nya.
"Dia belum tidur?" Nicko menghampiri Adita.
Adita berbalik, dia terperanjat kaget sampai dia menjatuhkan ikat rambutnya.
"Astaga! Kau mengagetkan ku! Kapan kau pulang?"
*Sial! Kenapa dia memakai baju tidur terbuka seperti ini?* Nicko membatin resah. Hormon ke laki-lakian miliknya bereaksi.
Adita mengernyit bingung. Kenapa Nicko tidak menjawab pertanyaannya?
"Hei! Nicko." Dia menepuk pundak Nicko.
"Oh, baru saja." Nicko gelagapan. Baru saja, fokus nya teralihkan pada pemandangan indah si bagian tengah dada rendah.
Adita mengikuti arah mata Nicko menatap. Dan jatuh pada area dadanya. Refleks Adita menutupinya dengan sebelah tangannya. "Ah … aku tau. Ternyata kau sangat mesum Nicko."
"A-aku … hanya."
"Hanya apa Hem? …" Adita berjalan mendekati Nicko. Perlahan-lahan sampai Nicko terpentuk meja dapur. Dia terpojok. Adita tersenyum dengan penuh kemenangan.
"Aku ingin tau. Apa yang ada di dalam otak mu, tuan muda Nicholas?" Adita merangkul kedua pundak Nicko. Dia merapatkan tubuhnya.
"Apa maksudmu?"
"Oh. Ternyata pura-pura tidak tahu rupanya ya."
Adita menurunkan dua tali dress tidur yang tersampir di pundaknya. Sampai menjuntai di sisi lengan putih Adita. Nicko tak bisa berkutik. Dua belah benda kenyal Adita terpampang jelas di hadapannya. Sangat menantang!
"Jangan memancingku Adita! Kau akan mengeluh dan menyalahkan ku jika aku telah bertindak dengan tubuhmu."
"Ehm … kamu salah paham Nicko. Aku hanya menguji seberapa besar kesabaran yang kau miliki." Adita menyisir rambut panjangnya ke belakang menggunakan jari-jarinya.
"Hanya sepuluh detik. Setelah itu kau boleh pergi. Dan akan aku akui tingkat kesabaran mu yang memang luar biasa setelah kau menerima ini dari ku."
Adita berjinjit dan memeluk erat tubuh tinggi nan tegap Nicko. Dia mengusap sensual leher belakangnya. Lalu menempelkan hidungnya. Adita menghirup aroma khas Nicko sebanyak-banyaknya. Jujur saja, Adita juga merindukan Nicko. Setelah seharian mereka tidak bertemu dan saling bercengkrama. Dengan susah payah, Nicko menahan gejolak nafsu nya. Nicko merasakan bagaimana sangat kenyalnya dada Adita yang menempel pada nya. Dia mengepalkan tangannya kuat. Nicko tidak boleh goyah sekarang! Tapi, apadaya dirinya sebagai laki-laki normal.
"Ehm … sudah. Kalau begitu aku masuk ke kamar dahulu. Daah .. Selamat malam!" Adita berbalik meninggalkan Nicko. Setelah beberapa langkah, tangan kokoh Nicko menarik lengan Adita dengan cepat. Nicko mengurung tubuh Adita di antara meja dan dirinya.
"Hei!" Adita terperanjat kaget. Dia tak banyak mengeluarkan kata. Karena Nicko telah membungkam bibir nya.
Adita mengatur napasnya yang terputus-putus. Dia sudah tidak mampu lagi menandingi tenaga Nicko. Tenggorokannya terasa kering setelah dia berteriak erotis karena ulah Nicko. Mata Adita yang sayu dan memerah karena dia belum tidur dari jam 10 malam tadi. Sekarang sudah pukul 2 dini hari. Nicko masih aktif memegang kendali atas tubuhnya. Tangan lemah Adita mendorong dada kekar Nicko dengan sisa tenaga akhirnya. " Aku … lelah Nicko …" Adita bersuara lemah. "Sebentar lagi sayang ..." Wajah Adita kembali memanas mendengar suara serak basah Nicko. Menggoda, itulah yang Adita rasakan. "Tapi, pelan kan …" "Ini sudah pelan sayang." "Pelan kan lagi!" Nicko menuruti kemauan Adita. Keringat tak henti-hentinya bercucuran. Apalagi dari dahi Nicko yang sering jatuh mengenai wajah Adita. Kasur king size itu terus bergerak. Seirama dengan gerakan yang Nicko buat. Pada akhirnya Nicko memacu cepat gerakannya. Dia sebentar lagi akan sampai di dalam tubuh adita. Tangan Adita menggenggam sprei ya
"Truth or dare?" "Dare!" Laki-laki itu menjawab dengan suara lantang. "Wow! You're gentleman bro!" Decak kagum dari temannya itu membuat laki-laki yang sedang menenggak wine nya tersenyum devil. "Yah! Aku bukan seorang pengecut! Katakan, apa tantangan nya!" "Mudah. Bisakah kau menaklukkan DJ bar-bar itu?" Chris, si penantang mengarahkan matanya pada seorang DJ wanita yang sedang memutarkan musik klub. "Hanya dia? Heh! Mudah bagiku. Apa imbalannya?" "Saham ku 3% dan kapal pesiar Daniel yang terbaru." "Hem…" Dia terlihat sedang mempertimbangkan apa yang diucapkan Chris. "Oke. Deal!" "Tapi, jadikan juga dia simpanan mu selama 2 bulan. Jika kamu berhasil aku akan menambah saham ku senilai 2%. Bagaimana?" "Simpanan? CK! Aku terima itu!" "Oke,oke. Kita Cheers untuk memberikan semangat kepada teman kita yaitu, Nicholas!" Kini Daniel bersuara. Tiga gelas berisi minuman alkohol itu saling berdentingan. Lalu mereka meminumnya sampai tandas. Sesekali mata tajam Nicholas melir
Tak sekalipun ada rasa takut di dalam diri Nicko. Dia telah merencanakan langkah selanjutnya. Semua sudah tersusun sedemikian rupa di otak cerdiknya. "Kau ingin keluar bukan? Tapi, dengan satu syarat!" "Apa syaratnya sialan?!" "Mudah. Hanya perlu kamu patuh pada ku. Itu saja." "Apa maumu hah?!" Ternyata Adita masih terbakar amarah. Nicko tak gentar melaksanakan rencananya. "Aku akan mengatakan sesuatu padamu. Ini penting Adita!" Sejenak, Nicko tidak mendengar suara Adita. Apakah wanitanya baik-baik saja di dalam? Seketika pikiran Nicko menjadi kalang kabut. Dia memasukkan kunci di knock pintu. Bersamaan dengan Adita mulai bersuara lagi. "Baiklah. Tapi, buka kan pintu ini terlebih dahulu." Nicko memutar kunci pintu. Dia membuka pintu dengan perlahan dan. Bruakk! Adita menendang pintu dengan keras. Sampai Nicko jatuh terpelanting ke lantai. Dengan cepat Adita berlari keluar kamar meninggalkan Nicko yang tersungkur di lantai. "Sialan kau Adita!" Nicko segera bangun. Dia
Nicko melihat tubuh Adita yang sudah sangat memprihatinkan. Bagaimana seluruh tubuh indah itu terdapat tanda kepemilikan di mana-mana. Malam ini, Nicko dan Adita bertarung hawa nafsu dengan dahsyat. Nicko tidak bisa mengelak. Dia juga terhanyut dalam suasana intim ini. Adita yang sangat ganas menyerang Nicko membuat laki-laki itu, sulit untuk menghindar. Nicko tau, ini merupakan pengaruh dari obat perangsang gairah yang Adita minum. Tapi, yang masih menjadi pertanyaan di pikiran Nicko. Bagaimana bisa wanita nya mendapatkan obat seperti itu? Apakah Adita membelinya? Tapi, kapan? Bukankah selama tiga hari berturut-turut Adita dikurung di sini? "Aku akan mengecek lagi rekaman kamera pengawas." Nicko segera memakaikan piyama tidur Adita. Setelah itu, dia pergi dari sana. Nicko segera membersihkan tubuhnya. Dia melakukan semua kegiatan rutinitas nya dengan sangat kompeten dan ulet. Sekarang, Nicko berada di ruang kerja pribadi miliknya. Jari-jarinya yang terampil menekan keyboard laptop d
Adita melihat tubuh Nicko tersungkur di lantai kamarnya. Laki-laki itu sepertinya tidak merasakan kesakitan. Secepatnya Nicko berdiri. Dia menatap wajah Adita dengan sangat tajam. Bersamaan dengan itu, Adita menjadi salah tingkah. Apakah Nicko akan memarahinya? "Ehm … aku minta maaf Nicko. Aku, tidak sengaja tadi." Adita berkata dengan suara yang pelan. Setelah itu dia menundukkan kepalanya. "Kau tau apa yang telah kau lakukan sayang?" Nicko melipat tangannya di dada. "I-iya. Aku tau Nicko. Aku meminta maaf padamu. Aku tau aku salah. Aku telah lancang terhadap mu." "Bukan yang itu sayang." Nicko mencondongkan tubuhnya ke depan. Dia memegang dagu Adita. "Ini perihal kemarin malam. Apa yang kamu lakukan? Hem?" Suara Nicko yang terdengar halus namun penuh dengan rasa intimidasi. Membuat Adita menelan ludahnya dengan susah payah. "A-aku hanya mandi saja. Aku … merasa kepanasan." "Yakin seperti itu? Kamu tidak mencoba untuk membohongi ku kan, sayang?" Deg! *Membohongi? Se
"Nicko angkat dulu handphone mu ini!" Adita semakin cemas. Dia masih belum siap untuk berurusan dengan keluarga Alexander's. Nicko menyenderkan tubuhnya. Dia menghembuskan napas malasnya. Jari nya menggeser tombol hijau di layar handphone. Dan langsung terlihat wajah Naila dari layar. "Naila?" Nicko terkaget. Kenapa adiknya memakai handphone mommy Dewi untuk menelepon nya? Apalagi ini adalah panggilan video. Jarang sekali Naila melakukan nya dengan Nicko. Mereka memang sering kali tidak rukun. Hanya bertengkar dan bertengkar setiap harinya di mansion Alexander's. "Kamu kenapa pakai handphone mommy? Dimana mommy?" "Kakak jadi ikut ke Bali tidak? Besok kita akan berangkat." Adita membekap mulutnya. Dia sepertinya mengenali suara itu. Tapi Adita tidak mengingat nya sama sekali. "Mommy sedang membantu Daddy mencari sesuatu. Aku sedang berkemas kak. Mommy yang menyuruh aku menelepon kakak." *Pasti Daddy lupa menaruh pengaman rudalnya. Aku yakin, daddy dan mommy akan kemba
Waktu terus berjalan. Sekarang, matahari sudah tepat berada di tengah-tengah. Tanpa condong ke kiri ataupun ke barat. Cahaya panas matahari pun semakin terik. Sejak pagi, Adita masih berada di dalam kamarnya. Tak sedikitpun dia berkeinginan untuk keluar. Hanya berbaring, berguling dan jungkir balik. Sampai pada akhirnya kram perut nya datang membuat Adita diam tak berkutik. Rasa sakitnya melampaui penderitaan dirinya. Kram perut akibat bawaan dari menstruasi. Adita memegangi perutnya dengan erat. Tubuhnya berbaring meringkuk di atas kasur guna mengurangi nyeri yang ada. Keringat dingin pun tak henti-hentinya keluar dari dahi Adita. Wanita itu benar-benar menahan rasa nyerinya. Di tempat lain. Perusahaan Alexander's group tepatnya. Nicko menyenderkan tubuhnya di kursi jabatan nya. Dia merenggangkan otot lehernya yang sedikit pegal karena terus-menerus menatap layar laptop sejak pagi. Dia melihat jam tangannya. "Em, Pukul 12 siang." Dia bergumam. "Apa Adita sudah makan? Apa y
"Aaahhh …" Adita tidak sengaja mendesah kuat. Dia belum menyadari kalau Nicko sedang menatapnya dengan penuh tanda tanya akibat suara sensual nya yang dia keluarkan begitu saja. Nicko tersenyum. Dia sudah mengerti sekarang. Dengan gerakan yang dapat membangkitkan gairah Adita, Nicko mengusap paha Adita yang hanya memakai hot pants berwarna hitam. Lidahnya kembali menyapu perut Adita. Lagi-lagi Adita mendesah kuat tanpa sadar. *Disaat kau sedang kedatangan tamu bulanan seperti ini, kamu justru semakin menggoda Adita. Sialan!! Apa yang harus aku lakukan?!* Nicko memejamkan matanya. Sambil melakukan tugasnya meringankan sakit perut Adita, dia juga mendengarkan sahutan suara sensual Adita yang sedari tadi keluar masuk telinga nya. Sudah dipastikan telinga Nicko memerah sekarang. Tak henti-hentinya jakun Nicko naik dan turun. *Damn! Aku tidak bisa bertahan lebih lama lagi! Kau sungguh menggoda Adita!* Nicko beralih mengurung Adita di bawah kungkungan nya. Dia melihat mata Adita
"Kenapa tidak menginap saja di sini Nick? Lagipula ini sudah dini hari." "Benar yang mommy mu katakan. Kamu juga jarang sekali tidur di mansion. Sepertinya apartemen mu lebih nyaman?" *Memang sudah dini hari. Adita pasti sudah tidur.* Nicko menilik jam tangannya. Dia mengangguk pelan. Malam ini, pesta ulang tahun kecil-kecilan pun usai. Naila yang sudah terlelap di pangkuan sang daddy sedari tadi. Daddy Jonathan menggendong Naila sampai ke dalam kamarnya. Nicko masuk ke kamarnya yang jarang sekali disinggahi. Mereka beristirahat di kamar masing-masing. Di dalam kamar Nicko. Dia membolak-balikan tubuhnya. Memberikan sebuah pesan singkat pada Adita. Hingga beberapa saat tak ada balasan, Nicko memutuskan untuk benar-benar terlelap. "Kapan aku bisa membawa mu ke mansion utama Adita?" Nicko bergumam sambil memejamkan matanya. Berangan-angan akan masa depan yang indah bersama Adita. Sempat terlintas di benak Nicko bahwa sepertinya dirinya memang hanya terobsesi semata. Namun, lang
Roda mobil Nicko memasuki halaman mansion utama keluarga Alexander's. Dengan langkah pasti di masuk ke dalam. Raganya memang di sini, akan tetapi pikirannya masih tertinggal di apartemen. Masih kemelut dengan kerinduan bersama Adita. Walaupun masih ada esok hari lagi, bagaimana pun juga mereka adalah dua sejoli yang sedang dimabuk asmara cinta. Sangat enggan untuk berjauhan. Hanya menginginkan waktu untuk berduaan. "Kak Nicko! Akhirnya datang juga!" Naila yang pertama menyaksikan kedatangan Nicko memekik girang. "Kakak tau? Aku tidak boleh makan makanan lezat ini jika kak Nicko belum datang!" Naila berbicara panjang lebar. Mengadu pada kakaknya. Nicko hanya bergumam sendiri. Tak lama mommy Dewi datang sambil membawa kue ulang tahun. Simple namun mewah dan elegan. "Selamat ulang tahun putra mommy…" Daddy Jonathan memantik api untuk menyalakan lilin di atas kue. Nicko berdiri di hadapan mommy Dewi beserta kue yang dibawanya. Meniup pelan api di lilin hingga padam. "Ayo kak,
"CK! Kenapa bentrok seperti ini!" Nicko mendengus kesal. Sepanjang perjalanan menuju apartemennya, dia sibuk memikirkan acara-acara mengenai hari lahirnya. Sebelumnya, mommy Dewi sudah memberi tahu Nicko melewati telepon bahwa malam ini, akan ada acara makan malam di mansion utama keluarga Alexander's. Tak ada alasan untuk Nicko menolak. Mommy Dewi memohon padanya. Nicko menjadi tidak tega untuk menolak. 'Hanya terakhir. Setelah ini mommy tidak akan merayakannya lagi. Hanya makan malam.' Itulah yang mommy Dewi ucapkan di dalam telepon. "Huffhh…" Nicko memijat pelipisnya. Di sisi lain ada keluarganya yang menunggu, di sisi lain pula ada Adita. Wanita tercintanya yang sama-sama sedang menunggu. "Apa aku bawa saja Adita ke mansion? Tapi, apa Adita mau? Bagaimana jika dia menolak untuk ikut?" "Hah!!" Nicko menggelengkan kepalanya. Sedikit mengendurkan dasi lalu tancap gas. Apartemen terlihat sepi. Lampu ruang tv sudah meredup. Mungkinkah Adita sudah tertidur? Nicko segera m
Sore ini Adita berada di sebuah mall. Dia memasuki toko berisi perlengkapan pria. Mengedarkan pandangannya. Meneliti satu persatu pakaian mahal yang berjejer rapi. Aksesoris pria juga. Dia bingung harus membeli apa. "Pantas saja Nicko ingin yang spesial nanti malam, ternyata dia akan berulang tahun besok." Adita bergumam sambil meneliti sebuah pakaian santai pria bermerk brand ternama. "Aku harus membeli apa?" Adita membuang napasnya kasar. Waktu terus berputar. Nicko hanya mengizinkan sampai pukul tujuh malam. Sekarang ini pukul lima sore waktu setempat. Adita tahu, ada konsekuensinya jika dia melanggar itu. Adita melirik seorang gadis di sebelahnya. Sama-sama sedang memilih pakaian pria. Gadis itu sendirian, mungkin dia ingin menyiapkan surprise sama seperti dirinya untuk orang tercinta. Adita melangkah mencari-cari pilihan yang pas. Dia pusing sendiri tatkala mengenai urusan beli membeli barang. Walaupun barang branded yang sudah pasti kualitas dan rate terbaik namun tetap
Kurun waktu Adita dan Nicko ber-honeymoon di raja Ampat sekitar dua Minggu. Kini mereka menjalani hari-hari lebih berbeda dari sebelumnya. Kali ini lebih harmonis, dan penuh kasih cinta. Nicko yang mengupayakan agar rumah tangganya bersama Adita bisa terhindar dari perceraian. Menginginkan pernikahan mereka baru seumur jagung. Seperti biasa, Nicko masih merahasiakan bahwa dirinya dan Adita sudah menikah. Satu bulan berlalu. "Hati-hati Nick, jangan mengebut." Adita mengadah menatap wajah Nicko yang berseri rupawan. Tangannya masih membuat simpul dasi. Setelah itu dia merapikan krah kemeja Nicko. "Tentu aku akan sangat berhati-hati. Apalagi ada bidadari cantik yang selalu menunggu kepulangan ku." "Nicko ihh…" Adita menahan dada Nicko. Laki-laki itu menggigit hidungnya dengan gemas. Aroma parfum khas yang Nicko pakai mengusak masuk ke dalam rongga hidung Adita. Perlahan, Adita mengecup bibir Nicko. Hanya kecupan tidak lebih. Karena lagi ini Nicko harus berangkat ke kantornya
"Engghh…" Adita mengusel pada ketiak Nicko. "My wife… oh my God!!" Nicko meluruskan tangannya ke samping. Memberikan akses pada Adita yang masih setengah sadar. Namun tak lama, mata indah itu terbuka. Bulu mata lentik itu berkibar-kibar. Tatapan pertama kali dilihat Adita, ialah wajah Nicko yang berantakan. Rambut kusut dan tak terlihat fresh. Adita mengangkat kepalanya. Menidurkannya di atas dada Nicko. Memeluk erat tubuh Nicko. "Peluk lagi yang kenceng!..." Nicko terkekeh. Matahari sudah meninggi dan mereka masih bergumul dengan selimut. Adita sendiri justru manja sekali dengan Nicko. Ingin ini, itu. Usap sana, usap sini. Membuat Nicko super gemas. "Usapin punggung aku Nick…" "Ehm sayang, bagaimana semalam? Apa… aku terlihat berbeda?" Nicko membelai rambut Adita. Kusut. Sama seperti dirinya. Mungkin akibat terlalu tergesek dengan tempat tidur. Pula belum di sisir pagi ini. Bukannya menjawab Adita justru mencubit perut Nicko. Namu sia-sia. Nicko tak merasakan sakit. "Ka
"Yeahh… lebih keras sayang. Ouhh… pertahankan…" Nicko berbaring telungkup. Sesekali mengerang nikmat atas apa yang Adita lakukan pada tubuhnya. "Uhh… iya di situ saja. Tekan lebih kuat! Ouh… aaahhh…" Adita menggelengkan kepalanya. Tangannya mengusap bulir keringat yang keluar dari keningnya. Memijat punggung Nicko lumayan memeras tenaganya. "Capek?" Nicko sedikit mengangkat tubuhnya, menoleh ke belakang melihat Adita yang terlihat dibanjiri oleh keringat. "Banget! Aku heran, ini punggung manusia atau punggung buaya?" Nicko berdecak. Dia kembali menelungkupkan wajahnya di bantal. "Buaya apa? Darat atau buntung?" Adita menarik napasnya dalam. Menekan lebih kuat pijatannya lalu menjawab, "Buaya darat! Buaya buntung itu seram!" "Ohh…" Nicko sedikit terkekeh kecil. "Sayang, bukannya aku sudah menawari kalah biar tukang pijat saja? Kenapa malah marah-marah? Suka rela dong…" Adita diam. Memang benar apa yang Nicko katakan. Nicko tidak menyuruh Adita untuk memijatnya, dia ju
Raja Ampat adalah sebuah kabupaten dan merupakan bagian dari Propinsi Papua Barat. Untuk mencapai Kepulauan ini, kita harus menginjakkan kaki di kota Sorong terlebih dahulu. Biasanya para wisatawan banyak menggunakan penerbangan untuk sampai ke kota ini. Setelah sampai kota Sorong, kita dapat menggunakan sejenis kapal cepat yang biasa berlayar dua kali sehari menuju Waisai, ibukota kabupaten Raja Ampat. Perjalanan hanya akan memakan waktu sekitar 2-3 jam saja dari pelabuhan Sorong, hingga sampai di pelabuhan Waisai Raja Ampat. Secara umum, Raja Ampat adalah kepulauan yang terdiri dari banyak sekali pulau karang dan tersebar luas di seluruh wilayahnya. Namun demikian, Raja Ampat memiliki 4 pulau utama yang paling besar, yaitu Pulau Waigeo, Pulau Batanta, Pulau Salawati, dan Pulau Misool. Empat pulau besar inilah yang menjadi titik awal penyebaran seluruh penduduk Raja Ampat yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan. Wilayah perairan adalah daya tarik utama Raja Ampat, mengingat pe
"Ini penginapan kita. Kalau kamu ingin memasak sesuatu, bahan-bahannya sudah tersedia di dalam kulkas." "Hem… aku tidak sabar untuk bermain air!" Nicko mendengus kesal. Mereka tiba di Papua barat itu sekitar pukul sepuluh malam. Sebelumnya, mereka transit terlebih dahulu karena cuaca yang buruk. "Istirahatlah… besok kamu bisa bermain air, sepuasnya!" Adita menjingkrak senang. Dia menggandeng Nicko mencari kamarnya. "Kita… satu kamar?" Adita menoleh setelah melihat kamar yang amat luas dengan pemandangan langsung ke arah lautan dan pepohonan. Nicko yang masih berdiri di ambang pintu, dia menjawab. "Ini honeymoon sayang, bukan study tour anak remaja!" "Ish!!" "Ya sudahlah. Aku ingin membersihkan tubuhku dahulu. Di mana kamar mandinya?" Nicko hanya menunjuk sudut dari kamar. Sebuah pintu transparan, dengan jendela kaca memanjang di sampingnya. Tanpa banyak bicara, Adita langsung masuk begitu saja tanpa mengambil pakaian ganti ataupun handuk. "Lihat saja nanti, malam ini a