Share

BAB 27B

Penulis: NawankWulan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-22 23:51:16

"Itu babysitter Dee kan?" tunjuk Wicaksono saat melihat Meira melangkah perlahan menaiki tangga sambil menggendong anak asuhnya.

"Iya, Pa. Itu babysitter Dee. Dia itu janda beranak satu. Papa tahu nggak, kalau anaknya juga tinggal di sini dan dia kerja sambil momong anaknya itu?" Vonny sengaja memperkeras suaranya agar terdengar jelas oleh Meira yang baru menaiki beberapa anak tangga menuju lantai dua.

Meira menghentikan langkah sejenak. Dia ingin mendengar hasutan seperti apa yang akan dilontarkan Vonny pada papanya.

"Maksudnya gimana, Sayang? Papa nggak paham." Wicaksono kembali menoleh ke arah Meira lalu menatap lekat anak perempuannya.

"Iya, Papa. Meira itu memang jagain Dee, tapi dia juga jagain anaknya yang baru kelas tiga sekolah dasar itu. Anaknya bandel banget pula. Tadi aja mecahin piring. Aku takut kalau Dee kenapa-kenapa, apalagi kena pecahan kaca. Duh, ngeri tahu, Pa." Vonny menyeruput jus alpukat yang dihidangkan Sumi di meja lalu mulai menikmati spaghettinya.

"Kok
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (7)
goodnovel comment avatar
Ummul Mustamin
bagus Vonny kena batunYa sifatz sama dgn mamax baik preeett lelaki goblok
goodnovel comment avatar
Uli arta
author sayang sekali novelnya,klo gak sampai endingnya.
goodnovel comment avatar
Zikry Ahyar
lanjut thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 28A

    "Biarkan Meira bekerja di sini. Aku yang pilih dia dan aku pula yang akan memberinya gaji. Jadi, kamu tak perlu ikut campur soal anakku." Suara bariton itu tiba-tiba terdengar dari arah pintu. Ketiga orang yang berada di ruang keluarga itu menoleh bersamaan ke sumber suara. Vonny terkejut seketika. Begitupula dengan Meira. "Mas Raka?" pekik Vonny saat menatap laki-laki yang muncul dari pintu utama itu. "Kenapa? Kaget?" tanyanya santai. "Raka ... adikmu baru pulang. Jangan bikin keributan lagi, papa pusing lihat kalian nggak pernah akur." Wicaksono berusaha melerai. Dia tak ingin kedua anaknya kembali berdebat seperti biasanya. "Aku nggak pernah cari ribut. Dia yang mulai bikin masalah." "Papa ...." Vonny kembali merajuk sembari bergelayut manja di lengan papanya. "Naik ke kamar Dee," perintah Raka pada Meira yang masih mematung di tempatnya. Tak membantah, Meira gegas ke lantai atas sembari menggendong Dee. Meira sangat berharap jika majikannya tetap membiarkan dia bekerja seba

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-12
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 28B

    "Mas ...." Vonny kembali merajuk. Dia mengalihkan pandangan pada Meira yang mendadak menunduk, sengaja tak menatap Vonny yang penuh kekesalan.Raka membuka pintu kamar lebar dan mempersilakan adiknya keluar. Sejak awal Vonny tinggal di rumah itu, Raka memang tak menyukai kehadirannya. Bukan karena dia anak dari istri kedua papanya, tapi sikapnya yang manja, kekanak-kanakan dan sengaja membuat mama sakit kepala itulah yang membuat Raka begitu kesal. Apalagi saat papa selalu membela dan menuruti semua permintaannya, tak hanya Raka, tapi Keanu adiknya pun memiliki perasaan yang sama. Kesal. "Aku adukan sama papa ya, Mas." "Silakan!" sentak Raka tak peduli saat Vonny menghentakkan kakinya sebelum pergi. Meira masih sibuk membereskan mainan Dee saat kakak beradik itu berdebat di ambang pintu. Dia tak ingin sengaja menguping meski obrolan mereka terdengar jelas di telinga. Meira lebih memilih pura-pura tak mendengar dan sibuk dengan pekerjaannya sendiri. "Jangan senang dulu karena aku m

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-12
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 29

    "Mei! Dee bangun." Ketukan kembali terdengar. Mau tak mau Meira segera membuka pintu kamarnya sembari menggenggam tangan Aldo. Apapun resikonya akan dia hadapi. Pintu terbuka lebar. Meira sedikit tersenyum lalu mengangguk pelan melihat majikannya sudah berada di depan pintu kamarnya. Saat Meira tersenyum, Raka justru terkejut melihat anak kecil yang berada di samping babysitter anaknya itu. Kedua alisnya mengerut seketika seolah bertanya," Siapa kamu?" "Maaf, Pak. Ini anak saya, Aldo. Sebelumnya saya sudah jujur sama ibu kalau punya anak dan ibu mengizinkan saya membawa Aldo ke sini. Makanya saya mau menjadi babysitter Non Dee," ucap Meira sedikit gemetar. Aldo menatap Meira beberapa saat lalu mengalihkan pandangannya pada lelaki dewasa di hadapannya. Dia tahu jika saat ini bundanya takut menghadapi majikannya. Takut jika tiba-tiba diberhentikan karena membawanya bekerja. "Kamu kerja sambil bawa anak?" tanya Raka dengan tatapan tajam. Meira menunduk lalu mengangguk pelan. Tak tega

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-13
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 29B

    Perempuan yang selalu memberi ancaman untuknya bahkan sengaja mencari gara-gara agar dia tak betah bekerja di rumah itu. Namun, Meira sudah bertekad akan mematahkan rencananya dan tetap bertahan bekerja di sana sekalipun banyak drama yang harus diterimanya. "Iya, Sayang. Dia memang teman kantor papa. Kalau sekarang dia pura-pura tak mengenal kita, biar saja ya? Mungkin teman Tante Vonny banyak makanya lupa dengan kita. Lagipula Aldo baru sekali bertemu dengannya kan? Bunda malah belum pernah, cuma lewat foto saja tahunya. Jadi, wajar kalau Tante Vonny lupa." Meira mencoba untuk netral agar anaknya tak menyimpan kebencian apalagi dendam. Dia tak ingin Aldo memandang buruk orang lain sekalipun sikapnya memang minim dan tak ada sopan santun. "Bunda benar. Jadi, Aldo nggak perlu berkenalan atau mengingatkan Tante itu ya, Bun?" tanyanya polos."Nggak usah, Sayang. Yang penting Aldo tetap menghormati Tante Vonny dan jangan membuatnya kesal ya? Dia itu adiknya Om Raka." Aldo manggut-manggu

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-23
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 30

    "Aaawww! Siti! Kamu gimana sih, kerja nggak becus!" Vonny yang ikut terpeleset karena tangga licin itu meringis kesakitan karena keningnya terbentur lantai. Dia guling-guling dari tengah tangga sampai lantai dasar. Meira sedikit tersenyum melihat perempuan itu kesakitan. Sumi masih membantu Meira mengoles minyak tawon ke beberapa bagian tubuhnya yang memar, sementara Yuni perlahan menyuapi Dee dengan menu yang sudah disiapkan Meira. "Maaf, Non. Seharusnya Non Vonny jangan turun dulu. Kan masih saya bersihkan biar nggak licin." Siti mendadak pias saat membantu majikan perempuannya itu duduk di sofa. Bukannya berterima kasih sudah dibantu, Vonny justru mendorong kasar asistennya itu sampai terjengkang. "Kalau nggak becus kerja bilang! Aku bisa mempekerjakan seribu orang seperti kamu di rumah ini. Paham?!" sentaknya lagi begitu jumawa. Takut dipecat, Siti kembali meminta maaf. Namun, balasan Vonny tetap sama bahkan dia akan melaporkan kejadian ini pada papanya. Selalu begitu tiap kal

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-07
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 30B

    "Kamu kenapa, Von? Kakimu terkilir?" tanya Wicaksono saat makan malam bersama. Raka hanya meliriknya sekilas lalu kembali menikmati makan malamnya. Dia tak peduli dengan kehadiran adik perempuannya itu. Biang masalah yang sering membuatnya sakit kepala. "Iya, Pa. Sakit banget. Tadi siang jatuh dari tangga," ujar Vonny mulai manja di depan papanya. Wicaksono panik. Dia memeriksa kening dan lengan anaknya yang sengaja diberi plester agar terlihat benar-benar sakit. "Kok bisa jatuh? Harusnya kamu hati-hati, Von. Jangan lari di tangga. Papa sudah ingatkan berulang kali." "Gimana nggak jatuh. Si Siti itu malas bersih-bersih. Tangga licin begitu kok dibilang sudah dipel sampai tiga empat kali. Baiknya memang dipecat saja dia," gerutu Vonny. "Siti biasanya memang profesional kalau bekerja kok. Selama dua tahun ini dia oke saja. Bahkan mama salut dan cocok dengan kinerjanya." Sundari menimpali lalu meneguk segelas air putihnya. Vonny kembali merengut dan tak terima. "Mama kan nggak lih

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-07
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 31

    Tak peduli dengan pertanyaan berulang dari Vonny, Raka tetap melangkah ke kamarnya. Dia mengambil laptop lalu membawanya kembali ke ruang makan. Sundari dan Wicaksono ikut fokus melihat apa yang dilakukan anak lelaki mereka. Sementara Vonny tampak begitu gelisah. Dia menggoyang-goyangkan kakinya perlahan untuk mengurangi gundah. "Papa nggak percaya sama ceritaku?" tanya Vonny sembari bergelayut manja di lengan papanya. "Papa percaya sama kamu, Vonny. Tapi, tahu sendiri kakakmu seperti apa. Jadi, biarkan dia melakukan sesuatu seperti yang dia inginkan." Wicaksono mengusap pelan lengan anak perempuannya. Melihat Raka cukup serius melihat layar laptop, Sundari beranjak dari tempat duduknya lalu menarik kursi di samping Raka. Dia juga ingin melihat apa yang sebenarnya terjadi. Vonny menoleh, menatap tajam Meira yang kini mulai mendongakkan wajahnya. Keduanya bersitatap beberapa saat, tapi Meira terlihat datar tanpa ekspresi. Meski dalam hati berbunga karena yakin jika kecelakaan itu me

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-07
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 31B

    "Mei, maafkan kami sudah menuduhmu macam-macam. Makasih sudah berusaha menjaga Dee dengan baik. Ohya, kondisi badanmu gimana? Masih sakit semua?" tanya Sundari sembari melangkah pelan mendekati baby sitter cucunya itu. Meira sedikit kaget saat Sundari memeriksa keningnya yang sengaja ditutupi dengan ciput hijab agar tak ketara memarnya. Beberapa lengan dan kakinya juga memar, tapi jelas tak terlihat karena pakaian panjangnya. "Astaghfirullah, ini kena tepian tangga kayanya, Mei. Sakit banget pasti. Kita ke dokter saja gimana? Sekalian periksa di lengan dan kakimu." Sundari menunjuk lengan dan kaki Meira yang tertutup rapat. "Nggak apa-apa kok ini, Bu. Tadi sudah dioles minyak tawon sama Bi Sumi. InsyaAllah lekas hilang memar dan nyerinya." Meira berusaha meyakinkan. Dari ekor matanya, Meira tahu jika saat ini dua lelaki di kursi makan itu sedang memperhatikannya. Mungkin mereka juga cemas melihat keadaan Meira, sama seperti Sundari saat ini. "Yakin nggak apa-apa? Jalanmu juga sed

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-07

Bab terbaru

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 167

    "Apa-apaan ini, Ken? Kamu pikir bisa lunasi hutang keluarga Hanum dengan uang palsu? Jangan kira saya nggak bisa membedakan uang asli sama uang palsu!" bentak Galih sembari berdiri dengan berkacak pinggang di depan Ken. Ken menatap Juragan Gino dan anak lelakinya bergantian. Dia masih berusaha tenang, meskipun sorot matanya mulai tajam. "Kalau kalian ragu, kita bisa cek keaslian uang ini sekarang juga. Saya siap. Atau kalau perlu panggil polisi jika memang kalian mengira saya sebagai pengedar uang palsu," balas Ken mantap. Tetangga semakin ramai bergosip. Mereka yang sebelumnya nongkrong di rumah Bu Nur, makin penasaran lalu mulai mendekat sampai teras rumah Rudy. Ada empat orang yang menguping obrolan mereka di sana. "Sebenarnya Ken kerja apa, sih? Kok tiba-tiba banyak uang?" bisik seorang ibu paruh baya."Mobil mewah itu juga punya siapa? Apa benar kalau dia cuma nyamar miskin dan kuli bangunan, padahal sebenarnya pengusaha muda yang sukses?" sahut yang lain. "Jangan-jangan Ken

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 166

    Hanum masih terpaku di tempatnya, menatap tas hitam dari Ken yang terasa agak berat di tangan. Perlahan, Hanum membuka resleting tas hitam itu. Isinya membuat napasnya tercekat. Detik ini dia melihat tumpukan uang seratus ribuan yang terbungkus rapi. Ken berdiri di sebelahnya, wajahnya tenang meski tubuhnya jelas menunjukkan kelelahan. Ia baru saja pulang membawa tas itu, tanpa banyak bicara, langsung menyerahkannya pada Hanum. "Mas, uang sebanyak ini milikmu?" Suara Hanum lirih, penuh kebingungan. Dia masih shock karena baru pertama kali melihat uang sebanyak itu. "Iya, Sayang. InsyaAllah uang itu cukup untuk melunasi hutang keluarga," jawab Ken singkat, suaranya datar, tanpa ekspresi berlebihan. "Uang sebanyak ini, Mas?" Hanum masih tak percaya dan kaget suaminya memiliki uang sebanyak itu. Hanum melangkah mundur lalu duduk di sofa ruang tamu seperti sebelumnya. Dari ruang tengah, Mawar dan Rena masih ikut shock melihat kedatangan Ken. Keterkejutan mereka belum usai karena

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 165

    "Mas Ken pulang kenapa nggak kasih kabar dulu." Suara lirih Hanum hampir tak terdengar, tubuhnya menegang melihat laki-laki itu turun dari mobil mewah lalu melangkah tergesa menghampirinya. Tetangga mulai berbisik. Kasak-kusuk terdengar cukup jelas di telinga Hanum saat dia menyambut uluran tangan suaminya. "Itu suaminya Hanum? Kok bisa pakai mobil mewah begitu? Katanya cuma kuli bangunan." "Katanya begitu, tapi kurasa dia bukan sekadar kuli. Mana ada kuli bangunan bawa mobil sebagus itu. Harganya pasti ratusan juta." Yang lain ikut menyahut. "Mungkin sebenarnya dia bos, bukan kulinya.""Kalau bos dan orang kaya, mana mungkin sembarangan cari istri. Pasti dipikir juga bibit, bebet dan bobotnya. Apalagi keluarga besarnya bisa jadi sudah menyiapkan calon yang sepadan.""Hanum juga bibit, bebet dan bobotnya bagus. Dia anak yang baik, tak neko-neko, penyayang dan berbakti. Wajar kalau Mas Ken jatuh cinta sama Hanum. Lagipula dia juga cantik." "Kalau orang kaya yang dipikir bukan seka

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 164

    "Maaf, Juragan. Saya sudah menikah dan nggak mungkin bercerai begitu saja. Kalau memang Juragan minta dua puluh juta, nggak apa-apa. Tunggu suami saya pulang, biar dia yang melunasinya saja," balas Hanum memberanikan diri. Rudy menoleh, menatap Hanum yang kini menitikkan air mata. "Num ... maafkan bapak." Rudy berujar dengan suara parau menahan sesak yang menghimpit dadanya. "Nggak apa-apa, Pak. Hanum tahu bapak sudah berjuang sekuat tenaga. Bapak tenang saja, InsyaAllah Mas Ken bisa membereskan masalah ini," balas Hanum begitu meyakinkan. Namun, balasan itu justru membuat Galih terkekeh meremehkan. Dia tak yakin jika suami Hanum bisa melunasi hutang itu, bahkan dia juga tak percaya jika Ken kembali ke rumah itu. "Lunasi sekarang atau terima tawaran saya, Pak. Saya nggak punya banyak waktu untuk menunggu sesuatu yang tak pasti," ujar Juragan Gino semakin menyudutkan Rudy dan Hanum. "Tolong tunggu sampai besok, Juragan. Suami saya akan pulang besok sore," balas Hanum lagi. "Ngga

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 163

    Hanya ada Hanum dan bapaknya di meja makan, sementara Mawar, Rena dan Azziz duduk di sofa ruang tengah. Entah apa yang dijanjikan Azziz sampai akhirnya membuat emosi Rena mereda. Keduanya akur kembali seolah tak terjadi apa-apa. "Kalau ada masalah, diselesaikan baik-baik, Ren. Jangan asal marah-marah saja." Mawar memberi nasehat, sementara Rena seolah tak peduli. Bibirnya manyun beberapa centi saking kesalnya. Dia memang selalu menolak nasehat siapapun, termasuk ibunya sendiri. Maunya selalu didukung apapun yang dia inginkan sekalipun itu salah. "Benar kata ibu, Sayang. Kita bukan mas pacaran lagi yang bisa putus nyambung seenak hati. Pernikahan ini hal yang sakral, nggak boleh dibuat mainan." Azziz menimpali, seolah punya kesempatan untuk mendidik istrinya yang manja itu. "Iya, iya, Mas. Lagian kamu sih-- Belum selesai bicara, terdengar ucapan salam dari luar. Hanum tercekat, menatap bapaknya yang baru saja selesai makan malam. Rudy pun menatap anak perempuannya itu lalu mengang

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 162

    Sejak pulang dari pasar pagi tadi, Hanum benar-benar tak tenang. Bakda ashar sampai menjelang maghrib ini selalu gelisah. Hanum ingin mengabari suaminya tentang kejadian tadi, tapi takut menganggu kesibukannya di Jogja. Dia tahu, urusan Ken pasti belum kelar sebab dia sudah bilang akan pulang besok sore. "Gimana ini? Bapak juga belum pulang. Mungkin juga kebingungan cari pinjaman segitu banyak untuk menutup hutang pada Juragan Gino." Lagi-lagi Hanum menggumam. Baru saja membuka pintu kamar, terdengar keributan di teras. Hanum menajamkan pendengarannya lalu kembali menutup pintu setelah tahu siapa yang datang. "Kenapa Mbak Rena dan Mas Aziz pulang secepat ini? Padahal kemarin bilang mereka akan honeymoon di Bali selama lima hari," gumam Hanum lagi lalu kembali duduk di tepi ranjang. Mawar yang baru saja keluar kamar cukup shock melihat kedatangan anak dan menantunya itu. Tak ingin menduga-duga, dia pun menanyakan perihal kepulangan mereka. "Kalian sudah pulang? Cepet banget katany

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 161

    [Mas, laki-laki itu tiba-tiba ingin datang melamar Mbak Hanum. Dia bahkan baku hantam dengan Ridho saat kami mengantar Mbak Hanum ke pasar. Sepertinya ada satu kunci yang digenggam keluarga laki-laki itu tentang keluarga Mbak Hanum, tapi kami tak tahu itu apa. Barangkali menyangkut utang piutang, masalahnya nanti malam mereka akan menemui mertua Mas Ken di rumah untuk membahas hal ini. Sekarang saya dan Ridho ada di klinik. Laki-laki itu melayangkan sebuah pukulan pada Ridho saat dia lengah. Mbak Hanum panik, makanya membawa Ridho ke klinik tak jauh dari pasar]Pesan panjang dari Bagas beserta beberapa foto dan video saat huru-hara di pasar itu pun terkirim di WhatsApp nya. Ken memperhatikan wajah laki-laki itu dan dia merasa cukup asing. Artinya belum pernah bertemu dengan sosok itu sebelumnya. "Hutang piutang. Apa ini yang dimaksud Hanum kemarin? Bapaknya memiliki hutang sekian puluh juta, makanya selama ini dia bekerja keras untuk membayar cicilannya?" lirih Ken sembari mengamati

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 160

    "Kenapa kamu nikah mendadak, Ken? Selama ini kamu nggak pernah cerita soal perempuan pada mama dan papa. Tiba-tiba kamu kasih kabar akan menikah dan kami dilarang datang. Sebenarnya kejadiannya gimana sampai kamu senekat itu?" Wicaksono menatap lekat Ken yang duduk di depannya itu.Keluarga Ken sedang menikmati makan siang bersama, termasuk Raka dan Meira. Mereka sengaja mencari waktu agar bisa duduk bersama membahas pernikahan Ken ya g dadakan itu. "Papa tahu kamu sudah menjelaskannya waktu itu, tapi berhari-hari papa masih nggak habis pikir kenapa kamu senekat itu, Ken. Apalagi pada gadis yang baru kamu lihat pertama kali," sambung Wicaksono lagi. "Papamu benar, Ken. Bukan maksud mama menyalahkanmu atau menyudutkan istrimu, hanya saja papa dan mama masih belum mengerti kenapa tiba-tiba kamu ingin menjadi pengantin penggantinya. Suatu hal yang benar-benar di luar nalar. Kalau kalian sudah kenal lama, mungkin mama nggak akan sekaget ini, tapi kamu sendiri bilang kalau kalian baru be

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 159

    "Ya Allah, Mas. Kita ke klinik sekarang ya? Saya takut Mas Ridho kenapa-kenapa," ujar Hanum begitu panik saat melihat wajah bodyguard suaminya sedikit pucat setelah menerima bogem mentah itu. "Nggak apa-apa, Mbak Hanum. Sudah biasa begini. Tenang saja," balas Ridho berusaha tersenyum meski pipinya benar-benar nyut-nyutan tak karuan. Nyeri dan terasa sakit saat digerakkan. "Nggak apa-apa gimana, Mas? Ini cukup parah," tunjuk Hanum pada sudut bibir Ridho yang pecah. "Tenang saja, Mbak. Ridho sudah kebal," timpal Bagas dengan senyum tipis, berusaha menenangkan Hanum, tapi tetap saja dia merasa sangat bersalah sampai membuat laki-laki di sampingnya itu babak belur. "Siapa mereka, Num?" Pertanyaan Juragan Gino membuat Hanum menoleh seketika. "Mereka teman baik suami saya, Juragan. Maaf kalau sudah membuat keributan di sini." Hanum sedikit membungkuk lalu kembali menatap belanjaannya yang berantakan. "Kemana suamimu? Kenapa dia menyuruh orang lain untuk mengawasimu?" tanya Juragan Gin

DMCA.com Protection Status