Share

BAB 31

Penulis: NawankWulan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-07 14:51:43

Tak peduli dengan pertanyaan berulang dari Vonny, Raka tetap melangkah ke kamarnya. Dia mengambil laptop lalu membawanya kembali ke ruang makan. Sundari dan Wicaksono ikut fokus melihat apa yang dilakukan anak lelaki mereka. Sementara Vonny tampak begitu gelisah. Dia menggoyang-goyangkan kakinya perlahan untuk mengurangi gundah.

"Papa nggak percaya sama ceritaku?" tanya Vonny sembari bergelayut manja di lengan papanya.

"Papa percaya sama kamu, Vonny. Tapi, tahu sendiri kakakmu seperti apa. Jadi, biarkan dia melakukan sesuatu seperti yang dia inginkan." Wicaksono mengusap pelan lengan anak perempuannya.

Melihat Raka cukup serius melihat layar laptop, Sundari beranjak dari tempat duduknya lalu menarik kursi di samping Raka. Dia juga ingin melihat apa yang sebenarnya terjadi. Vonny menoleh, menatap tajam Meira yang kini mulai mendongakkan wajahnya. Keduanya bersitatap beberapa saat, tapi Meira terlihat datar tanpa ekspresi. Meski dalam hati berbunga karena yakin jika kecelakaan itu me
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Tiraya
bagaimana klo mereka tahu Elu ngerebut suaminya Meiraaa Vooon....
goodnovel comment avatar
fly
nggak pernah update
goodnovel comment avatar
Ayue Sekartaji
lanjuutt thoorr,,,
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 31B

    "Mei, maafkan kami sudah menuduhmu macam-macam. Makasih sudah berusaha menjaga Dee dengan baik. Ohya, kondisi badanmu gimana? Masih sakit semua?" tanya Sundari sembari melangkah pelan mendekati baby sitter cucunya itu. Meira sedikit kaget saat Sundari memeriksa keningnya yang sengaja ditutupi dengan ciput hijab agar tak ketara memarnya. Beberapa lengan dan kakinya juga memar, tapi jelas tak terlihat karena pakaian panjangnya. "Astaghfirullah, ini kena tepian tangga kayanya, Mei. Sakit banget pasti. Kita ke dokter saja gimana? Sekalian periksa di lengan dan kakimu." Sundari menunjuk lengan dan kaki Meira yang tertutup rapat. "Nggak apa-apa kok ini, Bu. Tadi sudah dioles minyak tawon sama Bi Sumi. InsyaAllah lekas hilang memar dan nyerinya." Meira berusaha meyakinkan. Dari ekor matanya, Meira tahu jika saat ini dua lelaki di kursi makan itu sedang memperhatikannya. Mungkin mereka juga cemas melihat keadaan Meira, sama seperti Sundari saat ini. "Yakin nggak apa-apa? Jalanmu juga sed

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-07
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 32

    Pagi-pagi Meira sudah bangun untuk mandi dan shalat subuh. Seperti biasanya, dia mencuci pakaian Dee dan menjemurnya. Setelah itu masak menu sarapan dan memeriksa stok bahan-bahan masak, susu dan camilan anak asuhnya. "Bagaimana keadaanmu, Mei? Sudah membaik?" Sumi yang mulai membuat nasi goreng seafood menoleh sekilas saat Meira mengambil beberapa bahan di kulkas khusus Dee untuk menu masakannya pagi ini. "Alhamdulillah, Bi." Meira membalas singkat lalu mengambil beberapa bahan untuk membuat soto ayam. "Alhamdulillah sehat apa Alhamdulillah nyeri semua?" gurau Sumi sembari menepuk pelan pundak Meira. "Itu dia, Bi. Alhamdulillah sakit semua." Keduanya terkekeh bersama. Meira cukup betah bekerja di rumah itu meski baru beberapa hari. Tak hanya karena majikannya yang baik dan pengertian, tapi dia juga senang memiliki banyak teman yang selalu support dan saling membantu satu sama lain. Banyaknya asisten di rumah itu membuat Meira merasa lebih nyaman, apalagi mereka tak segan membant

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-08
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 32B

    "Berangkat dulu ya, Ma. Mau pamit sama Dee dulu di atas." Raka beranjak dari kursi setelah mengakhiri sarapannya. "Lupa sama pesan mama?" Mendengar pertanyaan mamanya, Raka menghentikan langkah lalu membalikkan badan. Dia menaikkan kedua alisnya seolah bertanya," Pesan apa sih, Ma?""Antar Meira ke rumah sakit. Nanti sama Yuni biar gantian jagain Dee saat Meira diperiksa." "Ada Pak Joko, Ma." "Anggap saja itu secuil tanda terima kasihmu padanya karena sudah melindungi Dee, Raka. Coba kalau Meira tak berinisiatif memeluk Dee, boleh jadi malah Dee yang lebih parah. Iya kan?" "Tapi, Ma ...." Sundari menggeleng pelan, pertanda tak mau mendengar alasan apapun yang akan dikatakan anak sulungnya itu. Tak ingin membantah perintah mamanya, Raka pun mau nggak mau mengiyakan. Dia melanjutkan langkahnya ke lantai atas lalu meminta Meira untuk mengajak Dee ke kamarnya. Dia ingin bermain dengan anak perempuannya itu sesekali, mumpung ada waktu di rumah. Biasanya, Raka selalu sibuk bekerja bahk

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-08
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 33

    "Kam-- kamu!" pekik Baim terkejut. Dia menatap Vonny beberapa saat lalu mengalihkan pandangannya pada Raka yang masih berdiri dan menyandarkan tubuhnya di mobil. "Kenapa? Mau menghajarku lagi?" sindir Baim yang semakin pias dan tak berkutik. "Kenapa sih, Mas? Kalian pernah bertemu sebelumnya?" tanya Vonny curiga. Dia kembali mengingat-ingat kejadian sebelumnya. Kedua matanya membulat seketika saat teringat kejadian kemarin. 'Jangan-jangan Mas Raka memang sempat bertemu Mas Baim sama Meira kemarin? Apa benar yang Mas Raka bilang jika dia dihajar oleh Mas Baim? Tapi kenapa? Atau jangan-jangan dia cemburu melihat Meira disusul Mas Raka ke sana?' batin Vonny mulai berkecamuk. Dia begitu kesal saat menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi antara Baim dan kakaknya. "Ajari calon suamimu sopan santun. Satu lagi, saranku, cari lelaki lain jauh lebih baik." Hanya itu yang Raka ucapkan. Sebelum Vonny ataupun Baim membalas ucapannya, Raka sudah masuk mobil lalu kembali melajukan mobilnya m

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-08
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 33B

    Meira masih sibuk membuatkan susu untuk Dee saat Raka datang dengan obat di tangannya. Dia menyaksikan Meira yang begitu luwes dan telaten mengurus anak kesayangannya. Mendadak teringat pada mantan istrinya yang nyaris menggugurkan anak itu karena belum siap memiliki buah hati. Mantan istri yang masih sibuk mengejar karirnya sebagai model di ibukota dan terpaksa ditalak Raka karena kepergok berhubungan gelap dengan mitra bisnisnya. Jakarta. Tempat di mana Raka dan Dahlia pernah berjumpa dan menjalin kasih sampai akhirnya berpisah dengan cara tak terduga. "Maaf, Pak. Sudah selesai?" Pertanyaan itu membuyarkan lamunan Raka. Sedikit terkejut, dia mengangguk lalu beranjak dari kursi dan melangkah perlahan ke area parkir. Baru selesai memasang sabuk pengaman, handphone di saku celananya berdering. Raka yakin jika panggilan itu pasti dari mamanya. Benar saja. Nama mama muncul di layar handphonenya. "Iya, Ma. Sudah selesai dan mau pulang," ujarnya tanpa salam dan tanpa basa-basi. Raka cu

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-08
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 34

    "Jangan banyak drama. Bukankah ibumu tukang selingkuh? Bisa jadi kamu bukan anak kandung ayahmu. Iya kan, Mas?" Vonny menoleh, minta jawaban Baim yang duduk di sampingnya. Baim membeku, tak tahu harus menjawab apa dan bagaimana.Aldo menghentikan langkah dan tak lagi mendekati ayahnya. Dia memilih mundur, kembali berdiri di samping Raka yang masih menyaksikan sikap Aldo setelah mendengar tuduhan Vonny barusan. "Jadi, Baim ini mantan suaminya Meira?" tanya Sundari kemudian. Wicaksono pun masih terkejut saat melihat pemandangan di depan matanya. Dia tak menyangka jika anak perempuan kesayangannya justru berhubungan dengan duda. "Betul, Ma. Calon suami Vonny itu adalah mantan suami Meira. Mama tahu kenapa wajahku memar kemarin? Dia pelakunya. Laki-laki temperamental yang main tonjok saja tanpa mencari tahu lebih dulu duduk permasalahannya. Yakin itu yang akan menjadi menantu papa dan mama?" Raka tersenyum tipis. Dia sengaja menguliti lelaki itu di hadapan orang tuanya agar mereka tahu

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-09
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 34B

    "Papa mengizinkanku menikah kan?" ulang Vonny karena papanya belum juga menjawab. "Belum. Sampai kamu sudah dewasa dan bisa lebih bijak menyelesaikan suatu masalah." Wicaksono tersenyum tipis lalu mengusap puncak kepala anaknya. "Papa ...." Lagi-lagi Vonny merajuk. Perempuan itu kembali mengerucutkan bibirnya. Melihat sikap manja adik senasabnya yang keterlaluan itu, Raka benar-benar muak. Apalagi saat Vonny meremehkan Sundari dan selalu merasa menjadi anak tiri yang didzalimi, Raka ingin sekali menyumpal mulut itu agar diam seketika. Nggak ada seorang anak pun yang rela ibunya disakiti bukan? "Meira, tolong ceritakan tentang kamu dan Aldo pada kami," ujar Wicaksono kemudian. Vonny dan Baim sama-sama tercekat mendengar permintaan itu. Mereka saling pandang beberapa saat lalu mengalihkan pandangan pada Meira yang duduk di samping Raka. Perempuan itu masih menunduk sembari meremas jemarinya karena bingung dan takut harus bicara apa. "Jujur jauh lebih baik." Hanya itu ucapan lirih

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-09
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 35

    Meira masih menyiapkan baju Aldo saat terdengar ketukan keras di pintu kamarnya. Meira buru-buru membuka pintu setelah mendengar panggilan seseorang yang begitu keras dari luar. "Lama banget sih!" sentak perempuan itu saat melihat Meira muncul di ambang pintu. "Maaf, Non. Ada apa ya?" Vonny tiba-tiba menyeruduk masuk lalu menutup pintu rapat. Meira sedikit berdebar melihat ekspresi perempuan di hadapannya yang begitu menyebalkan itu. "Nggak usah sok polos dan sok nggak tahu apa-apa deh!" Vonny mendorong kasar bahu Meira sampai terbentur lemari pakaiannya. "Kamu mau ngapain ya, Non Vonny. Sudah kubilang nggak akan pernah mengusik hubunganmu dengan ayahnya Aldo. Apa belum puas?" Meira berdiri tegak. Dia nggak mau terus diinjak-injak oleh perempuan tak tahu diri itu. Sekarang, dia mulai berani karena punya senjata ampuh untuk membuat Vonny mati kutu. Meira sudah menggenggam kartu merahnya. Meira tahu jika Vonny begitu mencintai Baim, entah di mana titik pesona lelaki itu sampai memb

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-09

Bab terbaru

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 167

    "Apa-apaan ini, Ken? Kamu pikir bisa lunasi hutang keluarga Hanum dengan uang palsu? Jangan kira saya nggak bisa membedakan uang asli sama uang palsu!" bentak Galih sembari berdiri dengan berkacak pinggang di depan Ken. Ken menatap Juragan Gino dan anak lelakinya bergantian. Dia masih berusaha tenang, meskipun sorot matanya mulai tajam. "Kalau kalian ragu, kita bisa cek keaslian uang ini sekarang juga. Saya siap. Atau kalau perlu panggil polisi jika memang kalian mengira saya sebagai pengedar uang palsu," balas Ken mantap. Tetangga semakin ramai bergosip. Mereka yang sebelumnya nongkrong di rumah Bu Nur, makin penasaran lalu mulai mendekat sampai teras rumah Rudy. Ada empat orang yang menguping obrolan mereka di sana. "Sebenarnya Ken kerja apa, sih? Kok tiba-tiba banyak uang?" bisik seorang ibu paruh baya."Mobil mewah itu juga punya siapa? Apa benar kalau dia cuma nyamar miskin dan kuli bangunan, padahal sebenarnya pengusaha muda yang sukses?" sahut yang lain. "Jangan-jangan Ken

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 166

    Hanum masih terpaku di tempatnya, menatap tas hitam dari Ken yang terasa agak berat di tangan. Perlahan, Hanum membuka resleting tas hitam itu. Isinya membuat napasnya tercekat. Detik ini dia melihat tumpukan uang seratus ribuan yang terbungkus rapi. Ken berdiri di sebelahnya, wajahnya tenang meski tubuhnya jelas menunjukkan kelelahan. Ia baru saja pulang membawa tas itu, tanpa banyak bicara, langsung menyerahkannya pada Hanum. "Mas, uang sebanyak ini milikmu?" Suara Hanum lirih, penuh kebingungan. Dia masih shock karena baru pertama kali melihat uang sebanyak itu. "Iya, Sayang. InsyaAllah uang itu cukup untuk melunasi hutang keluarga," jawab Ken singkat, suaranya datar, tanpa ekspresi berlebihan. "Uang sebanyak ini, Mas?" Hanum masih tak percaya dan kaget suaminya memiliki uang sebanyak itu. Hanum melangkah mundur lalu duduk di sofa ruang tamu seperti sebelumnya. Dari ruang tengah, Mawar dan Rena masih ikut shock melihat kedatangan Ken. Keterkejutan mereka belum usai karena

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 165

    "Mas Ken pulang kenapa nggak kasih kabar dulu." Suara lirih Hanum hampir tak terdengar, tubuhnya menegang melihat laki-laki itu turun dari mobil mewah lalu melangkah tergesa menghampirinya. Tetangga mulai berbisik. Kasak-kusuk terdengar cukup jelas di telinga Hanum saat dia menyambut uluran tangan suaminya. "Itu suaminya Hanum? Kok bisa pakai mobil mewah begitu? Katanya cuma kuli bangunan." "Katanya begitu, tapi kurasa dia bukan sekadar kuli. Mana ada kuli bangunan bawa mobil sebagus itu. Harganya pasti ratusan juta." Yang lain ikut menyahut. "Mungkin sebenarnya dia bos, bukan kulinya.""Kalau bos dan orang kaya, mana mungkin sembarangan cari istri. Pasti dipikir juga bibit, bebet dan bobotnya. Apalagi keluarga besarnya bisa jadi sudah menyiapkan calon yang sepadan.""Hanum juga bibit, bebet dan bobotnya bagus. Dia anak yang baik, tak neko-neko, penyayang dan berbakti. Wajar kalau Mas Ken jatuh cinta sama Hanum. Lagipula dia juga cantik." "Kalau orang kaya yang dipikir bukan seka

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 164

    "Maaf, Juragan. Saya sudah menikah dan nggak mungkin bercerai begitu saja. Kalau memang Juragan minta dua puluh juta, nggak apa-apa. Tunggu suami saya pulang, biar dia yang melunasinya saja," balas Hanum memberanikan diri. Rudy menoleh, menatap Hanum yang kini menitikkan air mata. "Num ... maafkan bapak." Rudy berujar dengan suara parau menahan sesak yang menghimpit dadanya. "Nggak apa-apa, Pak. Hanum tahu bapak sudah berjuang sekuat tenaga. Bapak tenang saja, InsyaAllah Mas Ken bisa membereskan masalah ini," balas Hanum begitu meyakinkan. Namun, balasan itu justru membuat Galih terkekeh meremehkan. Dia tak yakin jika suami Hanum bisa melunasi hutang itu, bahkan dia juga tak percaya jika Ken kembali ke rumah itu. "Lunasi sekarang atau terima tawaran saya, Pak. Saya nggak punya banyak waktu untuk menunggu sesuatu yang tak pasti," ujar Juragan Gino semakin menyudutkan Rudy dan Hanum. "Tolong tunggu sampai besok, Juragan. Suami saya akan pulang besok sore," balas Hanum lagi. "Ngga

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 163

    Hanya ada Hanum dan bapaknya di meja makan, sementara Mawar, Rena dan Azziz duduk di sofa ruang tengah. Entah apa yang dijanjikan Azziz sampai akhirnya membuat emosi Rena mereda. Keduanya akur kembali seolah tak terjadi apa-apa. "Kalau ada masalah, diselesaikan baik-baik, Ren. Jangan asal marah-marah saja." Mawar memberi nasehat, sementara Rena seolah tak peduli. Bibirnya manyun beberapa centi saking kesalnya. Dia memang selalu menolak nasehat siapapun, termasuk ibunya sendiri. Maunya selalu didukung apapun yang dia inginkan sekalipun itu salah. "Benar kata ibu, Sayang. Kita bukan mas pacaran lagi yang bisa putus nyambung seenak hati. Pernikahan ini hal yang sakral, nggak boleh dibuat mainan." Azziz menimpali, seolah punya kesempatan untuk mendidik istrinya yang manja itu. "Iya, iya, Mas. Lagian kamu sih-- Belum selesai bicara, terdengar ucapan salam dari luar. Hanum tercekat, menatap bapaknya yang baru saja selesai makan malam. Rudy pun menatap anak perempuannya itu lalu mengang

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 162

    Sejak pulang dari pasar pagi tadi, Hanum benar-benar tak tenang. Bakda ashar sampai menjelang maghrib ini selalu gelisah. Hanum ingin mengabari suaminya tentang kejadian tadi, tapi takut menganggu kesibukannya di Jogja. Dia tahu, urusan Ken pasti belum kelar sebab dia sudah bilang akan pulang besok sore. "Gimana ini? Bapak juga belum pulang. Mungkin juga kebingungan cari pinjaman segitu banyak untuk menutup hutang pada Juragan Gino." Lagi-lagi Hanum menggumam. Baru saja membuka pintu kamar, terdengar keributan di teras. Hanum menajamkan pendengarannya lalu kembali menutup pintu setelah tahu siapa yang datang. "Kenapa Mbak Rena dan Mas Aziz pulang secepat ini? Padahal kemarin bilang mereka akan honeymoon di Bali selama lima hari," gumam Hanum lagi lalu kembali duduk di tepi ranjang. Mawar yang baru saja keluar kamar cukup shock melihat kedatangan anak dan menantunya itu. Tak ingin menduga-duga, dia pun menanyakan perihal kepulangan mereka. "Kalian sudah pulang? Cepet banget katany

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 161

    [Mas, laki-laki itu tiba-tiba ingin datang melamar Mbak Hanum. Dia bahkan baku hantam dengan Ridho saat kami mengantar Mbak Hanum ke pasar. Sepertinya ada satu kunci yang digenggam keluarga laki-laki itu tentang keluarga Mbak Hanum, tapi kami tak tahu itu apa. Barangkali menyangkut utang piutang, masalahnya nanti malam mereka akan menemui mertua Mas Ken di rumah untuk membahas hal ini. Sekarang saya dan Ridho ada di klinik. Laki-laki itu melayangkan sebuah pukulan pada Ridho saat dia lengah. Mbak Hanum panik, makanya membawa Ridho ke klinik tak jauh dari pasar]Pesan panjang dari Bagas beserta beberapa foto dan video saat huru-hara di pasar itu pun terkirim di WhatsApp nya. Ken memperhatikan wajah laki-laki itu dan dia merasa cukup asing. Artinya belum pernah bertemu dengan sosok itu sebelumnya. "Hutang piutang. Apa ini yang dimaksud Hanum kemarin? Bapaknya memiliki hutang sekian puluh juta, makanya selama ini dia bekerja keras untuk membayar cicilannya?" lirih Ken sembari mengamati

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 160

    "Kenapa kamu nikah mendadak, Ken? Selama ini kamu nggak pernah cerita soal perempuan pada mama dan papa. Tiba-tiba kamu kasih kabar akan menikah dan kami dilarang datang. Sebenarnya kejadiannya gimana sampai kamu senekat itu?" Wicaksono menatap lekat Ken yang duduk di depannya itu.Keluarga Ken sedang menikmati makan siang bersama, termasuk Raka dan Meira. Mereka sengaja mencari waktu agar bisa duduk bersama membahas pernikahan Ken ya g dadakan itu. "Papa tahu kamu sudah menjelaskannya waktu itu, tapi berhari-hari papa masih nggak habis pikir kenapa kamu senekat itu, Ken. Apalagi pada gadis yang baru kamu lihat pertama kali," sambung Wicaksono lagi. "Papamu benar, Ken. Bukan maksud mama menyalahkanmu atau menyudutkan istrimu, hanya saja papa dan mama masih belum mengerti kenapa tiba-tiba kamu ingin menjadi pengantin penggantinya. Suatu hal yang benar-benar di luar nalar. Kalau kalian sudah kenal lama, mungkin mama nggak akan sekaget ini, tapi kamu sendiri bilang kalau kalian baru be

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 159

    "Ya Allah, Mas. Kita ke klinik sekarang ya? Saya takut Mas Ridho kenapa-kenapa," ujar Hanum begitu panik saat melihat wajah bodyguard suaminya sedikit pucat setelah menerima bogem mentah itu. "Nggak apa-apa, Mbak Hanum. Sudah biasa begini. Tenang saja," balas Ridho berusaha tersenyum meski pipinya benar-benar nyut-nyutan tak karuan. Nyeri dan terasa sakit saat digerakkan. "Nggak apa-apa gimana, Mas? Ini cukup parah," tunjuk Hanum pada sudut bibir Ridho yang pecah. "Tenang saja, Mbak. Ridho sudah kebal," timpal Bagas dengan senyum tipis, berusaha menenangkan Hanum, tapi tetap saja dia merasa sangat bersalah sampai membuat laki-laki di sampingnya itu babak belur. "Siapa mereka, Num?" Pertanyaan Juragan Gino membuat Hanum menoleh seketika. "Mereka teman baik suami saya, Juragan. Maaf kalau sudah membuat keributan di sini." Hanum sedikit membungkuk lalu kembali menatap belanjaannya yang berantakan. "Kemana suamimu? Kenapa dia menyuruh orang lain untuk mengawasimu?" tanya Juragan Gin

DMCA.com Protection Status