Share

BAB 189

Penulis: NawankWulan
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-25 23:30:38

Ken masih mematung dengan perasaan campur aduk, sementara Hanum kembali masuk ke kamar mandi dan menutup pintunya.

"Sayang, kamu cantik banget pakai itu. Ayo keluar," lirih Ken berusaha membuat Hanum lebih nyaman.

"Malu, Mas." Hanum membalas singkat. Dia membasuh wajahnya yang tadi merona dengan air kran.

"Ngapain malu sama suami sendiri? Malu itu kalau dilihat orang lain, Sayang."

"Tetap saja malu, Mas."

"Kalau begitu, ganti piyama biasa saja, Sayang. Jangan memaksakan diri kalau memang kamu belum siap. Tenang saja, aku juga nggak akan memaksamu kok." Ken kembali berujar lirih.

Mendengar ucapan Ken yang tulus itu, Hanum kembali menghela napas panjang. Sebenarnya dia ingin melayani suaminya dengan baik, tapi rasa malu itu ternyata lebih besar menyergap batinnya.

Setelah memejamkan kedua matanya, Hanum menghela napas panjang. Dia mengerjap pelan lalu membuka pintu perlahan. Tak ada Ken di sana. Sepertinya jauh lebih aman dan membuat Hanum melangkah perlahan menuju ranjang.

Kamar i
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Hazwani Umira Kasim
ah so sweet,sy suka.. semangat thorr lanjutnya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 190

    Matahari baru saja naik, memancarkan sinarnya yang hangat ke ruang makan keluarga ke rumah berlantai dua itu. Di meja makan, sarapan sudah tersaji rapi. Ada roti panggang, telur orak-arik, sosis bakar, dan sepiring kecil buah-buahan segar. Aroma kopi hitam yang mengepul mengiringi suasana pagi yang damai.Namun, pagi itu sedikit berbeda. Ken terlihat jauh lebih semangat dari biasanya. Biasanya, ia hanya duduk diam sambil menyeruput kopi. Kali ini, ia tak berhenti tersenyum. Bahkan, ia sudah lebih dulu selesai mengoleskan mentega di rotinya sebelum orang lain sempat menyentuh makanan mereka."Rajin amat." Raka menyipitkan mata, penuh curiga. Ia mengambil sepotong roti dengan gerakan malas, kemudian menambahkan selai stroberi di atasnya. "Tumben banget semangat begini. Jangan-jangan dapat vitamin semalam.""Vitamin apa?" balas Ken dengan nada geli."Nggak usah mengada-ada. Lagi mood bagus aja, nggak boleh?" sambung Ken lagi. "Masa? Biasanya pagi-pagi mukamu datar banget. Hari ini beda

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 191

    Mall sore itu ramai oleh pengunjung. Beberapa orang sibuk memilih barang, anak-anak berlarian dan suara musik lembut terdengar dari speaker toko-toko. Di antara keramaian itu, Rena melangkah percaya diri. Tas branded menggantung di lengannya dan kunci mobil terayun-ayun di jemarinya, seolah sengaja dipamerkan."Mas, tunggu aku di sini sebentar. Aku mau masuk ke toko sebelah," kata Rena pada suaminya yang terlihat sibuk dengan ponselnya."Ya, jangan lama-lama," jawab Aziz tanpa menoleh.Rena mendengkus kecil, tapi tak terlalu peduli. Ia masuk ke toko fashion, menatap deretan pakaian mahal dengan tatapan puas. Setelah beberapa saat memilih, ia keluar dengan dua tas belanja di tangan.Di lantai atas, Rena dan Aziz akhirnya duduk di food court. Mereka memesan makanan cepat saji. Sambil menunggu pesanannya tiba, Rena mengeluarkan ponselnya dan mulai memotret belanjaannya."Mas, senyum dong. Aku mau upload ini ke status WhatsApp," kata Rena sambil mengarahkan kameranya pada Aziz."Ah, nggak

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 192

    Halaman rumah Dina dipenuhi tenda putih dengan dekorasi bunga-bunga segar berwarna merah muda dan putih. Meja-meja persegi tertata rapi, sementara lampu gantung kecil-kecil menghiasi langit-langit tenda. Suasana hangat terpancar dari keramaian tamu yang saling bercengkerama sambil menikmati musik live yang mengalun lembut.Hanum dan Ken tiba di acara itu menjelang sore. Hanum mengenakan kebaya biru pastel dengan kain batik, sementara Ken mengenakan kemeja batik cokelat yang serasi dengan istrinya. Mereka berjalan masuk, diiringi pandangan beberapa tamu yang menyadari kehadiran mereka."Mas, Dina ini sahabat kamu, ya?" tanya Hanum sambil melirik sekitar, memperhatikan suasana. Ken mengangguk. "Iya, Sayang. Dulu kami sering bertukar cerita dan ide bisnis. Dia orangnya supel dan agak tomboy, makanya banyak teman terutama cowok."Saat mereka hampir sampai di pelaminan, Dina yang sedang berdiri di sana langsung melambai dengan senyum lebar. "Mas Ken! Astaghfirullah!" serunya begitu melih

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 1

    [Aku jatuhkan talak padamu, Meira Althafunnisa binti Rahmat Hidayat. Mulai saat ini, kamu bukan istriku dan kita tak memiliki hubungan suami istri lagi. Kamu boleh pergi dari rumah yang kamu tinggali saat ini dan aku membebaskanmu untuk tinggal di manapun kamu suka. Bawalah Aldo, hak asuhnya akan kuserahkan padamu] Meira, perempuan berhijab coklat pudar itu ternganga saat membaca pesan dari Ibrahim suaminya yang terkirim di layar handphonenya. Tangannya gemetar saat membaca ulang pesan itu. Rasa sesak dan sakit mulai terasa menyiksa. Air matanya pun luruh seketika. Meira terjatuh ke lantai karena tubuhnya terasa amat lemas seolah tulang-tulangnya dilolosi satu demi satu. Sakit, bingung, shock dan marah tercampur menjadi satu. Maira tak tahu mengapa suaminya yang baru tiga bulan bekerja di luar kota itu tiba-tiba menjatuhkan talak padanya. Dia yang sudah membersamai Ibrahim dari nol hingga kini memiliki jabatan penting di perusahaannya. Meira tak percaya apakah pesan itu benar-benar

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-01
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 2

    "Kapan kamu angkat kaki dari rumah ini, Mbak?" Pertanyaan Lina menghentikan langkah Meira yang fokus dengan handphonenya. Meira masih bertukar pesan dengan sahabatnya untuk meminjam uang. Setidaknya buat pegangan karena dia sudah ditalak dan diusir dari rumah itu tanpa boleh membawa barang apapun. "Kamu nggak tu li kan, Mbak? Atau mendadak tu li setelah dicampakkan kakakku?" Mulut pedas Lina kembali mencela. Sikap Lina berubah judes sama Meira sejak gadis itu memergoki Meira agar Ibrahim tak membelikan handphone mahal saat Lina duduk di bangku menengah pertama. Meira pikir belum waktunya anak seusia itu memiliki gadget dengan harga tiga jutaan. Namun, siapa sangka Lina justru mencak-mencak dan membenci kakak iparnya hingga kini. Gadis itu merasa jika Meira terlalu mengatur keuangan kakaknya, padahal selama ini Meira sudah berusaha bersikap adil saat mendapatkan jatah bulanan dari Ibrahim. "Kamu juga nggak bu ta kan, Lin? Mbak sudah siap-siap angkat kaki dari sini. Tinggal menungg

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-01
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 3

    "Kamu nggak ada hak mengurusi isi rekeningku, Lin. Karena apa? Nggak semua isinya dari kantong kakakmu. Paham?!" sentak Meira sengit. Lina kembali mencibir. "Nggak tahu malu. Sudah ditalak dan diminta tak membawa uang sepeserpun masih saja-- "Bicara saja terus, sepuasmu. Sampai mulutmu berbusa. Aku nggak peduli. Maaf, aku bukan tipe perempuan yang doyan ngemis dan mengiba seperti kamu demi mendapatkan barang yang kusuka. Kita beda level, Lina. Jadi, jangan samakan aku dengan kamu! Sorry!" Meira tersenyum miring melihat ekspresi Lina yang begitu shock. Perempuan itu pasti tak mengira jika Meira yang lembut dan kalem itu bisa mengucapkan kalimat-kalimat menohok untuknya. Wajahnya mendadak merah padam antara malu, marah dan kesal. Campur aduk, tapi mendadak kehabisan kata untuk membalas hinaan kakak iparnya. Meira keluar rumah. Tak peduli suara Lina yang mulai memaki-maki dirinya dan menyebutnya perempuan tak tahu diuntung. Meira tak peduli. Dia melangkahkan kaki menuju sekolah Aldo

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-01
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 4

    "Apa perpisahan ayah dan bunda karena Tante Vonny?" Sedikit ragu Aldo mengatakannya. Namun, pertanyaan polos anak lelakinya itu justru membuat Meira shock seketika. "Tante Vonny?" ulangnya lirih. Aldo mengangguk pelan. "Iya, Bun. Ayah pernah memperkenalkan tante itu pada Aldo saat ngobrol di handphone nenek. Ayah bilang itu teman kantornya kok, Bun. Bukan siapa-siapa. Aldo harap bunda dan ayah tak marahan lagi. Jadi, Aldo tetap bisa sekolah di sini." Wajah polos Aldo tak kuasa membuat Meira menitikkan air mata. Dia bisa memendam rasa sakitnya sndiri, tapi melihat Aldo seperti saat ini membuat batin Meira semakin tersiksa. 'Apakah Mas Baim benar-benar memiliki wanita idaman lain sampai menjatuhkan talaknya begitu saja padaku? Apakah Tante Vonny yang dia perkenalkan pada Aldo itu adalah wanita idamannya? Jika memang iya, kepergianku rasanya bukanlah keputusan yang salah.' Berbagai pertanyaan dan pernyataan lalu lalang di benak Meira. Meira menghela napas panjang. Dia berusaha meyaki

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-01
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 5

    Meira mengajak Aldo segera pergi dari rumah itu. Tak ada gunanya tinggal di sana. Yang ada semakin menyesakkan dada karena terus disakiti batinnya. Bocah berusia sembilan tahun itu cukup mengerti bagaimana perasaan bundanya. Tak banyak tanya dan mengeluh, dia mengikuti langkah sang bunda keluar dari area perumahan itu. "Bunda jangan sedih. Aldo akan selalu menemani bunda," lirihnya dengan mata berkaca saat menunggu taksi datang. Tak kuasa menahan haru, Meira memeluk anak lelakinya lagi dan lagi. Dia merasa begitu beruntung memiliki Aldo yang pengertian terhadap masalah yang kini menimpanya. Tak menuntut untuk lekas dijelaskan ini dan itu. Aldo memilih diam dan mengikuti apapun keputusan bundanya. "Makasih, Sayang. Kamu memang anak terbaik dan terhebat bunda. Apa kamu takut tinggal bersama bunda saja?" tanya Meira sembari membingkai wajah Aldo. Mereka saling tatap, menekuri wajah masing-masing yang jelas terlihat sendu. Aldo tersenyum tipis lalu menggeleng pelan. "Nggak, Bun. Aldo

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-01

Bab terbaru

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 192

    Halaman rumah Dina dipenuhi tenda putih dengan dekorasi bunga-bunga segar berwarna merah muda dan putih. Meja-meja persegi tertata rapi, sementara lampu gantung kecil-kecil menghiasi langit-langit tenda. Suasana hangat terpancar dari keramaian tamu yang saling bercengkerama sambil menikmati musik live yang mengalun lembut.Hanum dan Ken tiba di acara itu menjelang sore. Hanum mengenakan kebaya biru pastel dengan kain batik, sementara Ken mengenakan kemeja batik cokelat yang serasi dengan istrinya. Mereka berjalan masuk, diiringi pandangan beberapa tamu yang menyadari kehadiran mereka."Mas, Dina ini sahabat kamu, ya?" tanya Hanum sambil melirik sekitar, memperhatikan suasana. Ken mengangguk. "Iya, Sayang. Dulu kami sering bertukar cerita dan ide bisnis. Dia orangnya supel dan agak tomboy, makanya banyak teman terutama cowok."Saat mereka hampir sampai di pelaminan, Dina yang sedang berdiri di sana langsung melambai dengan senyum lebar. "Mas Ken! Astaghfirullah!" serunya begitu melih

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 191

    Mall sore itu ramai oleh pengunjung. Beberapa orang sibuk memilih barang, anak-anak berlarian dan suara musik lembut terdengar dari speaker toko-toko. Di antara keramaian itu, Rena melangkah percaya diri. Tas branded menggantung di lengannya dan kunci mobil terayun-ayun di jemarinya, seolah sengaja dipamerkan."Mas, tunggu aku di sini sebentar. Aku mau masuk ke toko sebelah," kata Rena pada suaminya yang terlihat sibuk dengan ponselnya."Ya, jangan lama-lama," jawab Aziz tanpa menoleh.Rena mendengkus kecil, tapi tak terlalu peduli. Ia masuk ke toko fashion, menatap deretan pakaian mahal dengan tatapan puas. Setelah beberapa saat memilih, ia keluar dengan dua tas belanja di tangan.Di lantai atas, Rena dan Aziz akhirnya duduk di food court. Mereka memesan makanan cepat saji. Sambil menunggu pesanannya tiba, Rena mengeluarkan ponselnya dan mulai memotret belanjaannya."Mas, senyum dong. Aku mau upload ini ke status WhatsApp," kata Rena sambil mengarahkan kameranya pada Aziz."Ah, nggak

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 190

    Matahari baru saja naik, memancarkan sinarnya yang hangat ke ruang makan keluarga ke rumah berlantai dua itu. Di meja makan, sarapan sudah tersaji rapi. Ada roti panggang, telur orak-arik, sosis bakar, dan sepiring kecil buah-buahan segar. Aroma kopi hitam yang mengepul mengiringi suasana pagi yang damai.Namun, pagi itu sedikit berbeda. Ken terlihat jauh lebih semangat dari biasanya. Biasanya, ia hanya duduk diam sambil menyeruput kopi. Kali ini, ia tak berhenti tersenyum. Bahkan, ia sudah lebih dulu selesai mengoleskan mentega di rotinya sebelum orang lain sempat menyentuh makanan mereka."Rajin amat." Raka menyipitkan mata, penuh curiga. Ia mengambil sepotong roti dengan gerakan malas, kemudian menambahkan selai stroberi di atasnya. "Tumben banget semangat begini. Jangan-jangan dapat vitamin semalam.""Vitamin apa?" balas Ken dengan nada geli."Nggak usah mengada-ada. Lagi mood bagus aja, nggak boleh?" sambung Ken lagi. "Masa? Biasanya pagi-pagi mukamu datar banget. Hari ini beda

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 189

    Ken masih mematung dengan perasaan campur aduk, sementara Hanum kembali masuk ke kamar mandi dan menutup pintunya."Sayang, kamu cantik banget pakai itu. Ayo keluar," lirih Ken berusaha membuat Hanum lebih nyaman."Malu, Mas." Hanum membalas singkat. Dia membasuh wajahnya yang tadi merona dengan air kran. "Ngapain malu sama suami sendiri? Malu itu kalau dilihat orang lain, Sayang.""Tetap saja malu, Mas." "Kalau begitu, ganti piyama biasa saja, Sayang. Jangan memaksakan diri kalau memang kamu belum siap. Tenang saja, aku juga nggak akan memaksamu kok." Ken kembali berujar lirih. Mendengar ucapan Ken yang tulus itu, Hanum kembali menghela napas panjang. Sebenarnya dia ingin melayani suaminya dengan baik, tapi rasa malu itu ternyata lebih besar menyergap batinnya. Setelah memejamkan kedua matanya, Hanum menghela napas panjang. Dia mengerjap pelan lalu membuka pintu perlahan. Tak ada Ken di sana. Sepertinya jauh lebih aman dan membuat Hanum melangkah perlahan menuju ranjang. Kamar i

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 188

    "Mas, Ken. Maaf ganggu malam-malam. Saya benar-benar terdesak dan nggak tahu minta bantuan siapa lagi selain Mas Ken." Ken sengaja menyalakan speaker handphonenya agar Hanum juga bisa mendengar obrolannya dengan penelepon itu. Ken tak ingin Hanum kembali curiga tentangnya atau berpikir macam-macam seperti sebelumnya. Melihat sikap Ken itu, Hanum kembali terharu dan bersyukur memiliki suami seperti Ken. Dia yang berusaha menepis pikiran-pikiran buruk istrinya. "Nggak apa-apa, Mir. Mau minta tolong apa memangnya?" tanya Ken kemudian. Dari seberang, terdengar isak seseorang. Sepertinya penelepon itu sedang dilanda masalah berat, makanya berani menelepon Ken di jam yang tak wajar seperti itu. Jarum jam nyaris menunjuk angka sepuluh malam. Biasanya Ken tak akan menerima panggilan semalam itu. Hanya saja, dia penasaran kenapa tetangga yang tak terlalu jauh dari rumahnya itu tiba-tiba menelepon. "Adik saya kecelakaan, Mas. Sekarang masih di IGD. Saya butuh pegangan uang lebih untuk biaya

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 187

    Raka dan Meira sedang asyik menikmati malam indahnya. Di kamar lain, Ken pun ingin sekali menikmati malam pertamanya yang tertunda. Hanya saja, dia tak ingin memaksa Hanum untuk melayaninya. Dia ingin Hanum suka rela menyerahkan dirinya pada Ken. Meski sering menggoda, Ken tak pernah berniat untuk merampas apapun yang dimiliki Hanum. Sekalipun memberi nafkah batin untuk suami adalah kewajibannya, tapi Ken sangat memahami perasaan Hanum saat ini. Dia memilih menunggu, meski entah sampai kapan. "Mas, piyamanya sudah Hanum siapkan di sofa ya?" ujar Hanum saat Ken masih di kamar mandi. "Oke, Sayang. Makasih ya?" Hanum mengiyakan lalu kembali duduk di tepi ranjang. Dia mengambil handphone di tas lalu mengetikkan pesan untuk bapaknya. [Maaf Hanum baru kasih kabar, Pak. Hanum sama Mas Ken sudah sampai di Jogja. Alhamdulillah, keluarga Mas Ken menerima Hanum dengan baik, Pak. Mereka tak mempermasalahkan bagaimana pendidikan ataupun kehidupan Hanum di Jakarta. Mereka percaya pilihan Mas K

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 186

    "Ada apa, Sayang? Kenapa ekspresimu seperti itu? Ada yang salah?" tanya Raka saat keluar dari kamar mandi. Dia menangkap keanehan di wajah istrinya yang tengah bersandar di dinding ranjang kamarnya. "Ini, Mas. Tiba-tiba dapat chat dari Lina," balas Meira lirih. Dia menoleh sekilas lalu kembali menatap layar handphonenya. Meira membaca ulang pesan yang dikirimkan mantan adik iparnya itu. Tiap kali mengingat Lina, tiap itu pula hanya kenangan buruk yang didapatkannya. Lina yang selalu meremehkan dan memfitnahnya berulang kali saat masih berstatus sebagai iparnya dulu. Bahkan dia merendahkan harga diri Meira di depan banyak orang, menuduhnya selingkuh dan banyak hal yang membuatnya malu dan tertekan. Detik ini, Meira tak menyangka akan mendapatkan pesan seperti itu. Pesan yang benar-benar mengejutkan baginya. "Lina ... Lina siapa, Sayang?" tanya Raka kemudian. Dia tak ingat jika Baim memiliki adik bernama Lina. Maklum, mereka bertemu cuma dua atau tiga kali, salah satunya saat hari

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 185

    Hanum masih berdiri terpaku di depan lemari besar yang baru saja dibuka oleh Ken. Lemari itu terisi penuh dengan deretan pakaian yang semuanya terlihat mahal dan berkelas. Warna-warnanya lembut dan elegan, sesuai dengan seleranya. Hanum mengerutkan kening, merasa bingung dan kaget sekaligus."Mas ... ini semua apa?" tanyanya dengan suara nyaris berbisik.Ken tersenyum lebar, tampak puas melihat ekspresi istrinya. Ia bersandar di pintu lemari sambil melipat kedua tangannya di dada. "Ini untuk kamu, Sayang." Hanum menatap Ken tak percaya. "Pakaian sebanyak ini, Mas? Buat apa?" tanyanya lagi masih dengan keheranan yang sama. Ken berjalan mendekat, mengusap lembut bahu Hanum. "Hanum, kamu itu istriku. Aku ingin kamu merasa istimewa. Selama ini aku belum pernah memberikan pakaian yang benar-benar layak untukmu kan? Makanya, sekarang aku siapkan semuanya. Aku amati warna kesukaanmu dan inilah hasilnya." Ken tersenyum lebar. Hanum menggeleng pelan. "Tapi ini terlalu berlebihan, Mas. Lih

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 184

    Hanum menatap pintu besar di hadapannya dengan ragu. Tangannya terasa gemetar dan pikirannya dipenuhi berbagai dugaan. Ken, suaminya, berdiri di sebelahnya, memegang gagang pintu. Tanpa berkata apa-apa, Ken memutar kunci, lalu membuka pintu itu perlahan."Masuk, Sayang," katanya singkat.Hanum melangkah masuk dengan hati-hati. Begitu matanya menangkap isi ruangan, ia tertegun. Kamar itu besar, mungkin empat kali lipat kamarnya di Jakarta. Lantainya berlapis marmer mengilap dan dinding-dindingnya dihiasi aksen kayu dengan pencahayaan LED yang modern. Di sudut ruangan, sebuah tempat tidur king-size dengan seprai putih bersih berdiri megah, dikelilingi oleh lampu gantung minimalis.Ada sofa abu-abu lembut dengan meja kaca di depannya, rak dinding penuh buku dan ornamen mahal. Di sisi lain, ada lemari pakaian besar dengan pintu kaca buram yang menampilkan deretan pakaian rapi. Sebuah meja kerja dengan aksen emas tampak berdiri megah di dekat jendela besar yang menghadap taman luas, lengka

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status