Share

Bantal Dadakan

Penulis: Namiya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-01 08:37:16

“Hania! Berhenti! Hania!!!”

Hania yang berjalan setengah berlari bukannya tak mendengar teriakan Kenan, ia hanya pura-pura tak mendengar! Malu bukan main!

“Hania!”

Bagaimana ia tak malu? Baru saja dirinya kepergok mengumpati atasan sekaligus suaminya ini. Hania tentu tahu diri kalau tindakannya tadi begitu berisiko. Padahal tadinya ia pikir, dengan berada di tengah lautan dan mengumpati Kenan sebagai pelampiasan, itu akan cukup membantunya untuk tenang.

Setidaknya untuk menghadapi malam pertama dengan laki-laki yang sudah berstatus sebagai suaminya.

Kenan sebenarnya tak salah. Hania sendiri yang belum siap menerima kenyataan ini sepenuhnya.

Menjadi istri?

Melaksanakan hak dan kewajiban sesuai yang sudah disepakati?

Kenapa rasanya ini begitu cepat?

“Hania!”

Kenan tiba-tiba muncul sambil mencekal tangannya. Terkejut bukan main. Spontan menepis, namun cekalan Kenan begitu kuat hingga Hania hanya bisa mengerang kesakitan.

“Pak! Lepasin tangan saya!”

“Saya sudah berhak menyentuh kamu!”

Be
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • DIPAKSA JADI JODOH   Tukang Iseng

    Hania menggigit bibir bawahnya sambil melemparkan tatapan sengit pada Kenan. Tangannya ragu-ragu mengarahkan potongan daging ke mulut laki-laki itu yang membuka perlahan. Kenan langsung melahap potongan daging itu saat sudah di dekatnya.“Melon,” kata Kenan yang masih mengunyah makanannya.Wajah Hania langsung kusut mesut. Mau tak mau ia mengambil potongan melon yang tersaji dan kembali mengarahkannya ke mulut Kenan.“Tangan saya sakit karena dijadikan bantal oleh kamu. Sulit digerakkan. Kaku. Dan itu membuat saya kesulitan untuk makan. Kamu tentu tak mau membiarkan suami kamu ini kelaparan, bukan?”“Masih ada tangan kiri, Pak Kenan.”“Makan itu paling bagus pakai tangan kanan. Kamu sendiri yang bilang waktu itu kalau dalam agama kita sangat dianjurkan melakukan segala hal baik dengan tangan kanan. Ingat?”“Tapi, kalau darurat, gak masalah kok. Pak Kenan boleh pakai tangan kiri buat makan. Kalau udah sembuh, baru pake tangan kanan lagi. Allah itu Maha Memudahkan.”“Maka dari itu, tak

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-02
  • DIPAKSA JADI JODOH   Muak

    “Hari ini, kamu hampir membunuh saya sebanyak dua kali, Hania!” serbu Kenan yang sedang sambil mengacungkan dua jarinya ke depan wajah Hania.Perempuan itu langsung menarik mundur kepalanya. “Salah Pak Kenan sendiri. Saya cuma bela diri takut diapa-apain sama Pak Kenan!”“Saya ini sudah menjadi suami kamu! Mau saya apa-apakan, harusnya kamu tidak perlu bertindak berlebihan! Kita sudah membuat kesepakatan, kan?”“Kesepakatan sih kesepakatan. Biar Pak Kenan tahu, meskipun sudah menjadi suami saya, saya sebagai istri punya kewajiban juga untuk membela diri dari kelakuan suami yang merugikan.”“Merugikan katamu? Mengorbankan lengan saya jadi sandaran kepala kamu itu merugikan siapa? Kepala saya barusan kamu bentur keras juga merugikan siapa? Saya atau kamu?”“Daripada saya kena sial, mending saya bela diri dong. Apalagi barusan Pak Kenan lagi mabuk. Masa iya saya diem-diem aja kayak orang bego, kan? Saya bela diri lah! Kalau soal tangan Pak Kenan tadi yah … itu … yah ….”“Yah-itu-yah-itu

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-02
  • DIPAKSA JADI JODOH   Suka-suka

    “Hania, buat reservasi di Restoran A malam ini! Saya ada acara makan malam dengan pacar saya.”“Hania, belikan bunga dan kirimkan atas nama saya ke pacar saya.”“Hania, belikan sebuah tas merk Hermes dan kirimkan pada perempuan jalang itu. Jangan lupa buat catatan kecil yang isinya KITA PUTUS.”“Hania, pesankan tiket untuk pacar baru saya!”“Hania, pesankan kamar di Hotel B untuk pacar saya.”“Hania, carikan mobil merk A dan kirimkan ke pacar saya. Sekarang! Buatkan catatan kecil DASAR JALANG!”“Hania! Pesankan! Buatkan! Kirimkan! Belikan!”Hania menggelengkan kepalanya setelah beberapa ingatan itu hinggap di kepalanya. Ingatan kecil tentang segala perintah Kenan yang pernah ia lakukan untuk pacar-pacarnya. Mengosongkan sebuah Restoran seperti sekarang? Tentu saja hal biasa. Kalau mau, mungkin Kenan bisa mengosongkan Vila ini dan seluruh isinya. Untung saja tidak karena jika iya, maka saat itu mungkin Kenan sedang dalam keadaan gila!“Ayo makan! Jangan sampai perut kamu itu berbunyi

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-03
  • DIPAKSA JADI JODOH   Kesel

    “Pak Kenan gila?!”Hania segera melepaskan tangannya dari genggaman Kenan. Ia langsung mengambil langkah mundur, menjaga jarak dari laki-laki yang begitu berbahaya. Ada saja gebrakan aneh yang dibuat oleh laki-laki itu untuk membuat Hania mengumpatinya.Jangan salahkan Hania. Ini semua karena perilaku gila suaminya ini! Ya! Suami gila!Baru sehari menyandang jadi istri Kenan, Hania sudah merasa ingin segera bercerai saja.“Kamu tuh yah! Apa tidak bisa menghentikan kebiasaan buruk dengan mengatai saya gila? Huh! Sekarang ini saya sudah menjadi suami kamu. Harusnya kamu tahu cara memperlakukan suami kamu dengan benar itu seperti apa?”“Hah! Pak Kenan itu justru harusnya diperlakukan kayak gini. Apa Pak Kenan gak bisa bersikap kayak manusia normal gitu? Semenit aja. Atau kayaknya emang lebih enak kalau kita jaga jarak deh, Pak. Kayak tadi. Pak Kenan kemana, saya di mana. Jauhan gitu! Masing-masing aja. Biar pernikahan kontrak kita ini bisa bertahan agak lamaan. Soalnya baru sehari aja, s

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-03
  • DIPAKSA JADI JODOH   Ibu

    “Aaarrrggghhh!!!”Hania seketika berteriak mendapati Kenan tengah memelototinya sesaat setelah ia membuka mata. Terkejut bukan main!“Tidak perlu berteriak.” Kenan bicara dengan santai. “Lebih baik kamu segera bangun dan cepat lepaskan tangan saya sekarang juga.”Sejenak Hania tertegun setelah mendengar perkataan Kenan. Matanya mulai mengedar, spontan matanya membeliak ketika mendapati dua tangannya begitu erat menggenggam tangan laki-laki itu. Hania seketika bangkit sambil menepis tangan Kenan. “Pak Kenan mau ngapain lagi sih?!” ketus Hania. Kenan tak menggubris. Ia malah sibuk memijit tangannya yang baru saja ditepis Hania.“Saya baru saja membantu kamu agar bisa tidur dengan tenang semalaman. Tidak ada kata terima kasih?” sengit Kenan.“Maksudnya?”“Ah, benar. Saya tebak, mantan kamu pasti tidak tahu kebiasaan tidur kamu seperti apa?”“Apaan sih, Pak?”“Ah, benar juga. Kamu tak mungkin tidur dengannya.” Kenan beringsut merebahkan diri sambil menarik selimut. “Jadi, kalau kamu be

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-04
  • DIPAKSA JADI JODOH   Trauma

    Suara tangisan menggema di tengah rumahnya kala itu. Hania berjalan dikerumunan dengan tubuh kecilnya. Matanya mengedar ke sekeliling dengang raut bingung. Ada wajah-wajah yang dikenalnya tampak menangis, entah menangisi apa.Tubuh Hania pasrah ketika seseorang menariknya, menundukkan tubuhnya hingga terduduk di depan sesuatu yang tertutupi kain cokelat bercorak. Kerumunan menjadikannya pusat perhatian.“Wanti ….”“Mbak Wanti ….”Terdengar orang-orang memanggil nama Ibunya sambil melihat ke arah sesuatu yang tertutupi kain itu yang entah apa. Hania berusaha memaknai situasi. Matanya ikut tertuju di sana juga. Cukup lama.Sampai tiba-tiba tubuhnya bergerak tanpa ia sadari. Rasa penasaran yang bertumpuk menggerogoti sekujur tubuhnya. Tubuhnya perlahan mendekati sesuatu itu. Tangannya spontan menyingkap sebagian kain itu sampai muncullah wajah Ibunya yang wajahnya penuh dengan luka-luka tak berdarah. “I–ibu–” Kerongkongan Hania rasanya tercekat saat mengatakan kata itu. Tangannya perla

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-05
  • DIPAKSA JADI JODOH   Kecelakaan

    Kenan mengekori Hania yang tiba-tiba sibuk mengemasi kopernya. Caranya menjejalkan barang-barang ke dalam koper asal-asalan membuat Kenan keheranan sendiri. Perempuan itu bertingkah seperti orang yang sedang bersiap melarikan diri dari sebuah bencana.“Ada apa ini sebenarnya, Nia?”“Saya harus pulang, Pak!” tegas Hania. “Tapi kenapa? Ada masalah?”Hania tak menggubris. Ia melangkah cepat ke setiap sudut ruangan, mengambil barang-barangnya yang kemudian ia masukkan ke dalam tas.“Saya harus pulang. Saya harus ke Jakarta sekarang jua, Pak!”“Nia … kamu belum menjawab pertanyaan saya. Ada apa? Kenapa kita harus pulang sekarang? Ada masalah apa?”“Aku harus pulang.” Hania bergumam sendiri. “Tiket! Aku harus pesen tiket dulu!” Hania duduk di bibir ranjang, memegang ponselnya dengan tangan gemetaran. Kini ia memilih mengabaikan Kenan dengan sibuk berbicara sendiri. “Aku harus pulang. Aku harus pulang,” gumamnya tanpa henti.Kenan yang memperhatikan gelagat aneh Hania langsung menghampiri p

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-08
  • DIPAKSA JADI JODOH   Gila

    “Aaarrrggghhh!!!”Kenan batal berjalan ke arah pintu keluar Vila saat mendengar suara keras yang bersumber dari toilet. Ia hanya mampu berdiri tepat di depan pintu tanpa berani mengetuk apalagi memanggil nama Hania. Hanya isak tangis yang samar-samar terdengar. “Hania! Ada apa?”Tak ada tanggapan kecuali suara isak. Tangan Kenan siap mengetuk pintu, tapi berulang kali ia urungkan.“Nia, kamu tidak apa-apa, kan? Buka pintunya!” tanya Kenan dengan suara pelan. Takut mengusik Hania yang entah sedang melakukan apa. Tapi suara yang ditimbulkan perempuan itu cukup membuatnya khawatir.Masih tak ada jawaban, Kenan tentu tak bisa beranjak sejengkal pun dari tempatnya. Rasa gusarnya semakin merongrong seiring isak tangis yang tak kunjung berhenti terdengar.“Hania, saya dobrak pintunya!”Sepersekian detik kemudian, Kenan memutar gagang pintu toilet. Memastikan saja jika memang pintu itu terkunci rapat. Agar rencananya untuk mendobrak pintu ini tak gagal.Tapi, rupanya pintu itu tak terkunci!

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-08

Bab terbaru

  • DIPAKSA JADI JODOH   Berita Palsu

    Hania menggebrak pintu apartemen dengan wajah murka. Matanya dengan cepat menyelidik ke setiap sudut ruangan yang tampak kacau balau sebelum terakhir dia meninggalkan tempat ini karena terpaksa. “Maya! Di mana kamu?” teriak Hania lantang.Tujuannya kembali ke apartemen ini bukan untuk kembali tinggal di sini, melainkan untuk mencari Maya yang ia curigai sudah menyebarkan surat perjanjian nikah kontraknya dengan Kenan ke publik.Ya. Publik tiba-tiba gempar oleh selebaran surat perjanjian nikah kontraknya dengan Kenan yang sudah batal itu. Tersebar dengan cepat memenuhi berbagai media sosial. Bahkan sampai masuk berita gosip selebriti, padahal Kenan maupun Hania bukanlah publik figur!Nihil! Tak ada siapapun di tempat ini yang Hania duga sebagai tempat keberadaan Maya. Tersangka utama yang membuat kerusuhan seperti ini. Kalau bukan dia, memang siapa lagi yang berani membuat Hania selalu dalam kesulitan?Seolah apa yang selama ini Hania korbankan, tak cukup memuaskan Maya. Ada saja hal

  • DIPAKSA JADI JODOH   Sudah Selesai

    “Karena aku mencintaimu, Hania! Aku menyukaimu! Aku jatuh cinta padamu! Aku ingin kamu menjadi milikku!”Kenan berteriak lantang sekencang-kencangnya, meledakkan segala hal yang selama ini dipendamnya. Tak perlu ditanya lagi seperti apa berisiknya jantungnya sekarang.Tapi, melihat Hania yang diam saja, muncul perasaan khawatir. Ini bukan reaksi yang ia harapkan!Setidaknya, katakan sesuatu! Menampakkan raut wajah terkejut sekaligus bahagia misalnya.Tapi, ini?Ekspresi Hania begitu datar. Bibir terkatup rapat dengan tatapan setajam singa yang tengah berhadapan dengan rivalnya. Apakah ungkapan Kenan barusan seperti sebuah bom berbahaya sampai Hania harus bereaksi demikian?Kenan berdecak sebal. “Kamu ini benar-ben–”“Kalau perkataan Mas itu benar, untuk apa Mas menerima tawaran Putri?” Hania menarik salah satu sudut bibirnya. “Untuk membuat aku cemburu?” serangnya sengit.Melihat Kenan yang diam saja, Hania tahu jika tebakannya tak meleset. Apalagi hal ini sempat suaminya itu singgun

  • DIPAKSA JADI JODOH   Kamu Sungguh-sungguh?

    “Bagaimana pendapatmu?” tanya Kenan sesaat setelah Putri menghilang dari pandangannya. Diliriknya Hania yang tak banyak bicara sejak mereka tiba di tempat ini. Hania membuang nafas sebelum menjawab pertanyaan itu tanpa sedikitpun menoleh pada Kenan.“Pendapat apa?” balas Hania sambil melemparkan pandangan kembali ke arah lapangan golf. Baginya, pemandangan yang didominasi warna hijau itu lebih menyenangkan dipandang daripada bersitatap sedetik saja dengan Kenan.Entahlah. Rasanya Hania enggan sekali melihat Kenan sekarang.“Tentang pernikahan kontrak Mas dengan Putri. Kamu tidak akan berpendapat apapun? Atau bertanya apapun misalnya?”Sungguh! Jika boleh jujur, isi kepala Hania sekarang benar-benar kosong. Ia tak tahu harus berbuat apa selain ingin segera pergi atau menghilang dari hadapan Kenan. “Gak ada,” jawab Hania singkat sambil melepaskan genggaman tangan Kenan yang terasa melonggar. Ada sedikit perasaan kesal setelahnya. Hania tiba-tiba melangkah menuju beberapa anak tangga,

  • DIPAKSA JADI JODOH   Tawaran Main

    Genggaman tangan Kenan terasa tak nyaman. Ingin sekali Hania menepisnya kasar, namun berkali-kali perasaan itu ia enyahkan. “Kamu hanya istri kontraknya, Nia!” Kalimat itu terus bergulir di kepalanya sekarang. Seperti pengingat akan semua tindakan yang hendak Kenan lakukan setelah ini, bukanlah hal penting untuk ia pedulikan.Termasuk ketika keduanya harus menemui Putri di lapangan golf ini sekarang. Bermaksud untuk membahas kelanjutan dari tawaran Putri yang ingin menjadi istri kedua Kenan. Hania tak berhenti menyadarkan dirinya bahwa posisinya saat ini sama sekali tak penting bagi Kenan, apalagi jika sampai ikut campur urusannya terlalu dalam.“Kamu hanya perlu memberikan Kenan anak dan setelah itu bercerai, Nia. Jangan pedulikan dia memiliki istri satu atau bahkan lebih. Itu bukan urusanmu!” batin Hania berbisik tak henti.Sambil menikmati secangkir teh hangat, sesekali mengalihkan pandangan ke arah hamparan rumput hijau yang membentang sejauh mata memandang, Hania lekat memperha

  • DIPAKSA JADI JODOH   Gegabah

    Tahu begini, Hania tak perlu menerima tawaran Kenan.Cara pria itu memegang pisau saat memotong wortel mirip seperti bocah kecil yang baru pertama kali menyentuh alat-alat dapur. Teledor, ceroboh, dan menimbulkan kecemasan bagi siapa saja yang melihatnya. Belum lagi, potongan wortel itu melebihi ukuran yang Hania inginkan. “Mas, wortelnya potong dadu. Bukannya segede jempol orang dewasa. Susah mateng dan gak bisa ditelan sekaligus nantinya.” Keluh Hania. Kali saja Kenan mendengar usulannya ini dan segera memperbaiki kesalahannya karena ia benar-benar merasa gemas sekali ingin mengusir Kenan dari sini.“Yang penting kepotong, kan? Ada kok masakan yang pake wortel utuh tanpa dipotong.” Balas Kenan tampak tak terima. Ia sedikit pun tidak menoleh pada Hania yang sedang menatapnya tajam. Tetap fokus memotong sisa wortel yang ada.“Tapi, ukurannya gak sesuai masakan yang mau aku buat, Mas.”“Buat masakan sesuai ukuran yang Mas buat aja kalau gitu.”Hania memijit pelipis. Kepalanya menda

  • DIPAKSA JADI JODOH   Nyaris Saja

    “Kertas apa itu yang ada di tangan kamu?”Alif menelan salivanya dalam-dalam sambil meremas ujung-ujung kertas yang sangat ingin ia lenyapkan detik ini juga.“Ah! Ini–” Alif memutar otaknya untuk mencari jawaban. Ia tak ingin Maya melihat apa yang dilihatnya saat ini. “Aku butuh untuk mencatat sesuatu. Tadi ada beberapa kertas berserakan di lantai. Kupikir ini kertas yang tak Hania akan pakai. Isinya juga,” Alif mengacungkan sekilas kertas itu, “sudah aku baca dan bukan hal penting. Kamu tidur lagi saja, May.”Terburu-buru Alif keluar dari kamar. Lega karena Maya tak sampai melihat secara langsung isi kertas yang sekarang ada di tangannya.Tak mau melakukan keteledoran yang sama, Alif segera melipat beberapa lembar kertas itu dan menyembunyikannya di saku lagi. Ia terduduk di sofa sambil mengingat-ingat isi kertas yang berhasil ia baca sebagian.“Pernikahan kontrak? Apa mungkin Hania dan Pak Kenan menikah kontrak?” gumam hatinya.Berulang kali ia mencoba tak mempercayai isi kertas itu

  • DIPAKSA JADI JODOH   Surat Perjanjian

    “Kamu belum jawab pertanyaan Mas, Maya. Bagaimana bisa kamu tahu kalau Hania tinggal di sini?” tanya Alif sesaat setelah Hania pergi. Ia masih berdiri, enggan beranjak menuju sofa seperti apa yang Maya sedang lakukan sekarang.“Aku ini perempuan cerdas,” katanya sambil menjatuhkan dirinya di sofa perlahan, “jadi bukan hal sulit untuk menemukan dimana Hania tinggal selama ini. Yah … meskipun ini bukan sebuah kebetulan. Bersyukur banget dia dipanggil ke pengadilan. Jadinya, aku tahu harus memata-matai dia dari mana.”“Kamu memata-matai Hania?”“Ya ampun, Mas. Gak usah kaget gitu! Zaman sekarang ini bukan hal sulit kok buat mata-matai orang tanpa harus kita ikut capek ngikutin. Pake aja jasa ojol. Banyak tuh orang-orang pake jasa mereka buat mata-matai pacarnya yang selingkuh juga loh! Jadinya, siapapun gak bakalan ada yang curiga lagi diikutin karena emang kerjaan ojol mondar-mandir.”Entah harus bangga atau tidak akan apa yang dilakukan Maya. Tapi, Alif benar-benar bersyukur dapat mene

  • DIPAKSA JADI JODOH   Perketat Keamanan

    “Nia! Kamu mau ke mana?” tanya Maya yang tampak kaget ketika melihat Hania keluar dari sebuah kamar sambil menyeret koper.Hania menatap Maya dan Alif yang sedang duduk di sofa bergantian. “Menginaplah di sini kalau memang itu kemauan kalian.”Saat Hania mengiyakan keinginan Maya, bukan berarti ia tak memikirkan rencana lain. Mau bagaimana pun, akan terasa tak nyaman sekali jika harus menghabiskan malam bersama mantan sekaligus adik iparnya. Apa Maya tidak berpikir ke arah sana?Hah! Pasti tidak. Perempuan itu pasti hanya memikirkan kesenangan pribadinya saja. Tanpa memperdulikan kebaikan atau keburukan macam apa yang akan orang sekitarnya terima dari semua ulahnya.Alif juga tak kalah menyebalkannya. Ingin sekali Hania mengumpati pria yang berubah tak berdaya itu. Tapi, tidak! Hania tak mau membuang waktu hanya untuk melakukan hal tak penting. “Kamu mau biarin tamu kamu di sini? Gak sopan banget yah kamu, Mbak!” serbu Maya yang tampak tak terima. “Kalau emang kamu gak mau kita ngin

  • DIPAKSA JADI JODOH   Sembunyi

    Kenan dan Hania berjalan beriringan di depan gedung hitam-putih itu. Mengekori Bu Sinta yang duduk di kursi rodanya, didorong oleh seseorang. Tampak para wartawan di tahan beberapa keamanan yang berusaha mendekati mereka. Beberapa ada yang tetap nekat mengarahkan kamera meski sudah dicegah.Mereka terburu-buru menuju keluar area gedung. Takut jika keamanan tak cukup melindungi mereka dari sorotan media. Kenan, Hania, dan Bu Sinta kini berada di mobil van yang sama. Menjauh dari para wartawan yang mulai mengejar mereka.Bu Sinta tampak menyemai senyum seperti ada sesuatu yang lucu baru saja terjadi. Sikap tenangnya berbanding terbalik dengan keadaan sidang tadi yang berlangsung cukup panas. Hania saja sampai gemetaran hingga detik ini. Baru kali ini ia menjadi salah satu bagian penting dalam sebuah sidang yang berhasil mengguncang penjuru Negeri.“Kemungkinan besar, Papahmu tetap akan di penjara, Ken.” Bu Sinta tampak santai mengutarakan berita itu.Kenan membalaskan dengan anggukan ta

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status