Share

Cemburu

🏵️🏵️🏵️

“Kamu ngapain di sini, Rey?” Hana sangat terkejut melihat Rey di rumahnya. Selama ini, pemuda itu mengantarkannya saat pulang kuliah hanya di depan rumah.

“Aku kangen sama kamu. Aku juga ingin mengatakan nggak percaya dengan foto itu.” Rey berjalan ke arah Bara dan Hana.

“Kenapa kamu nggak percaya?”

“Kamu nggak mungkin melakukan perbuatan seperti itu. Walaupun kita baru kenal beberapa bulan, tapi aku tahu kalau kamu cewek baik-baik.” Rey dengan yakin mengatakan apa yang dia pikirkan kepada Hana.

Hana sangat terharu karena seseorang yang dekat dengannya di kampus, mengaku tidak percaya dengan apa dia lihat di foto. Di samping itu, Hana juga tidak menyangka kalau Rey menyatakan cinta kepadanya saat orang lain berpikiran buruk terhadap dirinya.

Amel telah menceritakan apa yang terjadi di kampus. Teman-teman sekelas Hana hampir semua memberikan penilaian menyakitkan setelah melihat foto dirinya. Mereka menganggap Hana sebagai wanita tidak punya harga diri.

“Aku ke sini untuk menyemangati kamu.” Rey makin mendekati Hana dan berniat akan meraih tangannya.

Akan tetapi, Bara tidak tinggal diam. Dia langsung mencegah pemuda itu. “Nggak perlu pegang tangan, cukup ngobrol aja.” Dia menatap Rey dengan sinis.

Sementara Hana sangat heran melihat sikap Bara. Dia berpikir, jika kejadian malam itu tidak pernah ada, dia akan mengatakan kalau dirinya juga memiliki perasaan yang sama dengan Rey. Namun untuk saat ini, Hana merasa tidak pantas lagi untuk pemuda yang baru menyatakan cinta kepadanya.

“Aku mencintai Hana.” Rey memberikan balasan kepada Bara. “Apa salah jika aku ingin menyemangatinya?” Dia kesal kepada laki-laki itu hingga mengingatkan dirinya tentang sikap Amira yang turut berpikiran buruk terhadap Hana.

“Ngomong aja, kan, bisa. Nggak perlu bersentuhan.” Bara tidak terima dengan cara Rey yang ingin memegang tangan Hana.

“Abanya Amira, ‘kan? Tolong bilang ke adik Abang supaya punya hati. Bisa-bisanya dia juga ikut jelek-jelekin Hana di kelas. Apa seperti itu yang disebut sebagai keluarga?” Rey merasa puas menyampaikan hal itu kepada Bara.

“Amira nggak mungkin seperti itu.” Bara tidak percaya dengan penuturan Rey.

“Wajar, sih, Abang bela adik sendiri. Tapi aku nggak habis pikir, kenapa orang sebaik Hana dibenci oleh sepupunya sendiri. Mungkin ada yang salah dengan hati Amira.” Rey makin kesal mengingat sikap Amira yang sering berbicara tidak baik tentang Hana.

“Jangan sembarangan ngomong tentang adik saya,” ucap Bara.

“Sejak masuk kampus, hampir tiap hari, Amira jelek-jelekin Hana ke saya, Bang. Padahal saya udah jujur ke dia kalau saya mencintai Hana.”

Rey pun dengan tegas mengatakan akan tetap membela dan menjaga Hana jika orang lain menyakitinya, termasuk Amira. Mendengar penuturan Rey, dada Bara tiba-tiba sesak. Dia tidak terima jika laki-laki lain bersikap manis atau peduli terhadap Hana.

🏵️🏵️🏵️

“Maaf, Rey … aku nggak bisa terima perasaan kamu.” Hana pun menolak ungkapan cinta Rey.

“Kenapa, Han? Apa kamu nggak menyadari sikapku selama ini?”

“Kamu pantas dapat cewek yang lebih baik dariku.”

“Maksud kamu apa? Kamu pikir aku akan mundur setelah melihat foto itu? Nggak sama sekali, Han.”

“Gimana kalau foto itu benar? Kalau ternyata aku udah kehilangan segalanya.”

“Itu nggak mungkin. Itu pasti perbuatan seseorang yang sengaja fotoin kamu dalam keadaan tidur.”

“Bagaimana dengan cowok di sampingnya?”

“Bisa aja dia diminta ngelakuin itu. Aku percaya kalau kamu baik-baik saja.”

Mendengar penuturan Rey, Hana makin yakin untuk menolak cintanya. Dia akhirnya sadar kalau Rey tidak mungkin menerima dirinya yang tidak suci lagi. Rey berani mengutarakan cintanya karena merasa yakin kalau Hana tidak mungkin melakukan sesuatu yang tidak pantas.

Hana dengan tegas mengatakan kalau dia tidak menerima cinta Rey. Dia mengaku kalau dirinya hanya menganggap Rey sebagai sahabat selama ini, walaupun kenyataannya dia telah membohongi hati dan perasaannya.

Sementara di tempat lain, Bara mondar-mandir di ruangan kerjanya. Dia tidak tahu harus bersikap seperti apa sekarang mengingat Hana yang masih berbincang dengan Rey tadi saat dia tinggalkan. Dia terpaksa pergi karena Hana mengusir dirinya.

“Semoga Hana nggak terima cinta Rey. Aku nggak ikhlas.” Bara sesak membayangkan tatapan mesra Rey terhadap Hana.

“Kenapa aku segila ini sekarang? Mana Bara yang dulu? Bara yang biasanya dikejar-kejar cewek. Bara yang biasanya tidak mengenal cinta yang sesungguhnya. Seorang Bara jika menjalin hubungan dengan cewek hanya sebagai teman untuk senang-senang.”

“Kenapa anak ingusan itu membuatku seperti orang takut kehilangan?”

“Hana, kamu membuatku gila.”

Bara memandangi foto Hana di ponselnya. Dia baru menyadari perasaannya dalam beberapa bulan ini terhadap adik sepupunya itu. Dia mengaku kalau Hana makin cantik dan memesona. Oleh karena itu, dia tidak berpikir panjang untuk mengatakan kalau dirinya akan bertanggung jawab atas kejadian malam itu.

“Bara! Apa yang kau lakukan pada Hana?” Bara dikagetkan suara Haris—ayah Hana.

🏵️🏵️🏵️

Haris sangat terpukul setelah mengetahui anak semata wayangnya dibicarakan banyak orang di kampus. Dia mengetahui hal itu dari Amira. Tanpa pikir panjang, dia pun segera meluncur ke kantor keluarga Bara.

“Kenapa kau tega menghancurkan hidup Hana?” Haris mendekati Bara lalu menarik kerah kemejanya menggunakan tangan kiri, sedangkan tangan kanannya langsung dia arahkan ke pipi kiri keponakannya itu.

“Tunggu, Om. Ini nggak seperti yang Om bayangkan. Saya tidak pernah bermaksud untuk menghancurkan hidup Hana.” Bara memberikan penjelasan kepada Haris.

“Kamu pikir Om bisa kamu bohongi? Om udah tahu semuanya dari Amira. Dia bahkan kirim fotonya ke Om.” Haris melepaskan kerah kemeja Bara lalu meraih ponselnya dari saku celananya, kemudian memberikannya kepada Bara.

Bara sangat terkejut melihat foto tersebut. Foto yang sama dengan yang dia lihat di ponsel Hana, tetapi wajah dirinya tidak ditutupi stiker. Dia heran, kenapa Amira memiliki foto itu. Dia kembali mengingat kecurigaan Hana terhadap adik bungsunya itu.

“Tapi saya dan Hana melakukannya nggak sengaja, Om. Kami juga kaget saat terbangun karena tidur di ranjang yang sama.” Bara tetap menjelaskan kejadian yang sebenarnya.

“Kenapa perbuatan terkutuk itu bisa terjadi? Kejadian itu membuat hidup Om benar-benar hancur sekarang.” Haris pun menghempaskan bobot tubuhnya ke sofa sambil memegang kening.

“Jangan ngomong seperti itu, Om. Saya akan tanggung jawab. Saya akan nikahin Hana.” Bara menenangkan Haris. Dia pun memilih duduk di samping pamannya itu.

“Kenapa Hana mengalami penderitaan sebesar ini? Usianya baru tujuh belas tahun, tapi udah harus menanggung beban seberat ini.” Mata Haris berkaca-kaca.

“Saya akan tetap berusaha mencari tahu orang yang telah membuat Hana seperti ini, Om. Ini benar-benar kejahatan besar.” Bara ingin membuktikan kalau dirinya tidak pernah memiliki niat untuk melakukan hubungan belum pantas itu dengan Hana.

Bara juga selalu berusaha meyakinkan Hana agar bersedia menikah dengannya. Dia akan membuktikan kalau dirinya pantas menjadi suami untuk adik sepupunya itu. Dia tahu kenapa Hana menolak niatnya karena selama ini, dia belum pernah menjalin hubungan serius dengan seseorang.

Hana selalu menganggap Bara sebagai lelaki tidak bertanggung jawab dan tidak memiliki pendirian. Dia selalu menggeleng setiap melihat pemuda itu gonta-ganti pasangan. Dia dengan yakin menilai Bara sebagai pria tidak punya perasaan. Apakah dia akan tetap menolak niat kakak sepupunya untuk mempertanggungjawabkan apa yang terjadi malam itu?

=========

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status