🏵️🏵️🏵️
Bara dikagetkan panggilan masuk dari ponselnya. Dia pun meraih benda itu lalu melihat layar. Dia sangat heran memandang nama yang menghubunginya. Selama ini, orang tersebut hampir tidak pernah meneleponnya.
“Halo, Tante.” Bara pun mengangkat telepon dari istri pamannya itu.
“Tolongin Tante, Bar.” Suara Maya sangat panik dari seberang.
“Ada apa, Tante?” Bara terkejut mendengar suara Maya.
“Hana ….”
“Hana kenapa?” Perasaan Bara makin tidak keruan setelah mendengar nama Hana.
“Hana pingsan.”
“Apa? Saya ke rumah Tante sekarang.” Bara pun segera keluar kamar lalu menuruni anak tangga menuju garasi. Dia tidak menghiraukan Amira yang sedang memandang layar ponselnya sambil tersenyum.
Bara segera menaiki kendaraan roda empat miliknya lalu bergerak membelah jalanan. Dia mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tidak seperti biasanya agar segera tiba di rumah Hana. Dia sangat khawatir terhadap wanita itu.
Di samping itu, Bara juga merindukan Hana karena sejak dirinya diusir kala itu, mereka belum pernah bertemu lagi. Setiap Bara ingin berkunjung ke rumah Hana, selalu penolakan yang dia dapatkan. Bara tidak tahu kalau Hana berusaha menjaga jarak dengannya atas permintaan Yuni.
Sementara di tempat lain, Maya berusaha menyadarkan Hana dengan menggoyang-goyang tubuhnya. Namun, Hana tetap saja tidak memberikan respons. Maya tidak mengerti kenapa anak semata wayangnya itu nekat menyayat pergelangan tangannya dengan benda tajam.
“Hana kenapa, Tante?” Bara kini telah tiba di rumah Hana dan langsung menuju kamar adik sepupunya itu.
“Hana terluka, Bar.” Maya mengusap air matanya yang sejak tadi jatuh membasahi pipi.
Tanpa pikir panjang, Bara langsung membopong Hana memasuki mobilnya lalu diikuti Maya. Mereka segera meluncur ke rumah sakit terdekat. Bara makin khawatir setelah melihat langsung kondisi wanita yang kini telah memasuki relung hatinya.
“Kenapa Hana sampai melakukan perbuatan konyol ini, Tante?” tanya Bara sambil tetap fokus mengendalikan kemudi.
“Tante tadi cek HP-nya. Ada pesan masuk yang ngancam Hana, tapi nggak tahu siapa pengirimnya.” Maya menceritakan apa yang dia lihat tadi di ponsel Hana.
Bara sangat kesal dan ingin marah, tetapi dia tidak tahu harus melampiaskannya kepada siapa. Dia makin yakin agar segera menikahi Hana supaya dapat menjaga dan melindunginya. Dia akan memberikan pengertian tegas kepada Hana nanti setelah siuman supaya bersedia menjadi pendamping hidupnya.
🏵️🏵️🏵️
“Dari mana, Bar?” tanya Anita kepada putranya.
“Dari rumah sakit, Mih,” jawab Bara lalu duduk di samping ibunya yang sedang bersantai di ruang TV.
“Siapa yang sakit?” Anita penasaran.
“Hana, Mih.”
“Apa? Hana sakit apa?” Wanita itu sangat terkejut.
Bara akhirnya menceritakan apa yang terjadi terhadap Hana. Dia mengaku kesal dan marah setelah membaca pesan yang dikirim seseorang ke ponsel Hana. Orang itu mengancam akan menyebarkan foto kejadian malam itu jika Hana tidak segera menikah dengan Bara.
Sandra yang baru muncul di ruang TV, sangat terkejut mendengar penuturan Bara. Walaupun dia sangat ingin melihat Bara dan Hana menikah, tetapi dia tidak terima jika adik sepupunya itu merasa terpaksa. Dia tetap memberikan keputusan kepada Hana.
“Hana baik-baik aja, ‘kan, Bang?” tanya Sandra lalu duduk di samping kakaknya itu.
“Alhamdulillah udah mulai membaik, tapi masih tetap dalam perawatan di rumah sakit. Ini Abang pulang sebentar aja untuk mandi, nanti ke sana lagi.” Bara memberikan penjelasan.
“Aku ikut, ya, Bang.” Sandra sangat antusias ingin melihat keadaan Hana.
“Mami juga ikut.” Anita turut membuka suara.
“Oke. Tapi, nanti sopir yang jemput Mami sama kamu pas pulang,” ucap Bara kepada Sandra. Dia menuruti keinginan ibu dan adiknya itu. “Aku nginap di sana, Mih. Aku mau jagain Hana. Aku khawatir sama dia.” Bara melihat Anita.
“Hm! Iya, deh, yang lagi kasmaran.” Sandra berdeham lalu tersenyum mendengar ucapan Bara. Dia sangat bahagia melihat perubahan laki-laki itu. Sementara Anita menggeleng sambil mengembangkan senyumnya.
Mereka tidak tahu kalau apa yang terjadi terhadap Hana karena perbuatan Amira. Gadis itu telah mengirimkan pesan kepada Hana dengan sebuah ancaman. Tujuannya melakukan itu agar Hana setuju menikah dengan Bara. Dia menganggap kalau pernikahan kakak dan sepupunya itu akan membuka peluang besar baginya untuk memiliki Rey.
🏵️🏵️🏵️
Sebulan berlalu, akhirnya Hana memilih tidak kuliah lagi di kampus favoritnya. Dia ingin menata hati untuk kembali melanjutkan pendidikannya nanti. Namun sebelumnya, pihak kampus telah memanggilnya untuk memberikan penjelasan tentang foto dirinya yang telah tersebar.
Hana mengaku kalau wanita di foto itu adalah dirinya sendiri, tetapi dia tidak pernah berpikir untuk melakukan perbuatan memalukan itu dengan sengaja. Dia mengaku dijebak oleh seseorang. Dia mengatakan kalau dirinya masih mencari tahu siapa dalang dari kejadian itu.
Hana meminta maaf kepada pihak kampus atas apa yang terjadi terhadap dirinya. Pihak kampus pun akhirnya meminta semua dosen, mahasiswa, dan mahasiswi untuk menghapus foto Hana yang masuk ke ponsel mereka. Rektor mengingatkan agar foto itu tidak tersebar luas ke luar kampus.
Pemimpin kampus itu berjanji akan memberikan sanksi kepada siapa pun yang berani menyebarkan foto tersebut, terutama kepada orang yang pertama kali memiliki foto itu. Sanksinya tidak main-main. Orang itu akan diadili melalui jalur hukum.
Mendengar ketegasan rektor tersebut, Amira sangat takut. Dia tidak menyangka kalau perbuatannya akan seserius ini. Padahal tujuannya menyebarkan foto itu hanya untuk menjebak Hana agar segera menikah dengan Bara.
“Muka kamu, kok, pucat gitu, Mir?” tanya Amel kepada Amira. Amel sangat ingat kalau Hana menaruh curiga kepada gadis itu.
“Itu perasaan kamu aja.” Amira berusaha mengelak.
“Kasihan Hana harus berhenti kuliah karena kejahatan orang lain. Semoga orang jahat itu mendapatkan balasan atas perbuatannya.” Amel sengaja mengatakan hal itu di depan Amira.
Uhuk!
Amira tiba-tiba terbatuk. Melihat sikap gadis itu, Amel makin yakin dengan kecurigaan Hana. Dia berjanji pada diri sendiri akan membantu Hana mencari tahu orang yang telah mempermalukan sahabatnya tersebut. Dia sangat sedih karena harus berpisah dengan Hana karena foto yang tersebar itu.
Sementara di tempat lain, Bara berusaha menguatkan Hana yang telah berani mengambil keputusan besar. Dia sangat tahu bagaimana perasaan Hana saat ini, harus berhenti kuliah karena perbuatan orang lain. Sejak dulu, Bara sangat tahu bagaimana prestasi Hana di bidang pendidikan.
“Tahun depan, kamu bisa kuliah lagi, Dek,” ucap Bara kepada Hana.
“Lihat nanti aja, Bang. Aku belum berpikir ke sana.” Hana mengembuskan napas berat.
“Kenapa? Mana Hana yang Abang kenal? Hana yang selalu semangat dan periang apalagi dalam hal belajar.” Bara tidak ingin melihat Hana berputus asa.
“Hana yang dulu udah nggak ada, Bang.” Hana tidak kuasa menahan air matanya agar tidak jatuh.
“Loh … kok, nangis? Kamu harus tetap semangat, Dek. Abang akan selalu ada untuk kamu.”
“Itu nggak mungkin, Bang.”
“Kenapa nggak mungkin?”
“Karena Abang punya Kak Yuni.”
“Itu nggak benar, Dek.”
“Tapi status Abang dan dia, kan, pacaran.”
“Kan, hanya pacaran. Itu juga udah berakhir. Abang udah sebulan putus sama dia.”
“Tapi kenapa dia selalu ngingatin aku untuk jauhin Abang?” Hana tidak sanggup lagi menyembunyikan apa yang dia pendam selama ini.
“Apa? Dia hubungin kamu?” Bara sangat terkejut mendengar penuturan Hana.
“Iya. Makanya dari sekarang, Abang jauhin aku. Aku nggak mau dianggap sebagai pengganggu.”
“Abang nggak bisa jauh dari kamu, Dek.”
“Kenapa, Bang?”
“Karena Abang cinta sama kamu.”
==========
Bagaimana reaksi Hana setelah mendengar pengakuan Bara?
🏵️🏵️🏵️“Abang jangan bercanda.” Hana tidak percaya dengan pengakuan cinta yang keluar dari mulut Bara.“Abang serius, Dek.”“Apa kejadian malam itu membuat Abang harus merasa bertanggung jawab hingga putus dengan Kak Yuni? Aku nggak setuju, Bang.” Hana tidak ingin terikat dengan Bara.“Bukan karena itu. Beberapa bulan sebelumnya, Abang udah punya perasaan yang berbeda padamu.” Bara mengatakan apa yang dia rasakan dalam beberapa bulan terakhir ini.“Abang bohong.” Hana tetap tidak percaya.“Untuk apa Abang bohong? Kamu ingat waktu malam sebelum kejadian? Abang memandangi kamu walaupun saat itu, Abang sedang dansa dengan Yuni. Itu karena kamu udah istimewa di hati Abang.”Bara menggali ingatan Hana ketika acara perayaan ulang tahun ayahnya malam itu. Hana juga sangat sadar dengan keanehan tatapan Bara saat itu. Namun, dia membuang pikiran yang dia anggap tidak mungkin. Dia tidak percaya kalau Bara menyukai dirinya.“Maaf, aku mau istirahat. Abang pulang aja.” Hana mengalihkan topik pe
🏵️🏵️🏵️Hana sangat terkejut mendengar ucapan ibunya. Selama ini, dia selalu berdoa dan berharap supaya kejadian malam itu tidak membuahkan hasil. Dia tidak rela mengandung anak dari laki-laki yang dia anggap selalu mengumbar cinta kepada banyak wanita, apalagi kehamilan itu berawal dari perbuatan menjijikan.“Itu nggak mungkin, Mah. Hana nggak mau hamil.” Hana tidak kuasa membendung air matanya agar tidak jatuh. Dia pun memukul-mukul perutnya.“Apa yang kamu lakukan, Dek? Kenapa kamu nggak terima jika kamu hamil? Anak itu punya ayah. Kamu tahu sendiri siapa papanya.” Bara meraih tangan Hana lalu menggenggamnya.“Justru karena itu, makanya aku nggak mau hamil.” Hana menatap Bara dengan tajam.“Apa maksud kamu, Sayang?” Maya tidak mengerti dengan ucapan anaknya itu.“Kalau Mama tahu apa yang Bang Bara lakukan di luar sana, Mama pasti akan meminta Hana untuk menjauhinya.” Hana tidak sanggup lagi menyimpan apa yang dia saksikan selama ini.“Apa yang Bara lakukan?” Maya memegang lengan H
🏵️🏵️🏵️Setelah melihat foto yang Yuni kirim, Hana mengurungkan niatnya untuk menghubungi Bara. Dia tidak ingin dianggap sebagai wanita tidak mandiri. Dia pun memilih istirahat sambil mengusap-usap perutnya. Beberapa menit kemudian, rasa sakit itu pun hilang dengan sendirinya.“Kenapa kamu nggak ngundang aku di hari pernikahanmu?” tanya Yuni kepada Bara. Dia sengaja berkunjung ke kantor laki-laki itu untuk kembali mendekatinya. Namun, dia sangat kesal karena tidak mendapatkan respons atas foto yang dia kirim kepada Hana.“Hanya nikah secara agama saja karena istriku masih di bawah umur.” Bara memberikan jawaban.“Ternyata dia yang membuat kamu mutusin aku waktu itu? Tanpa alasan yang pasti, kamu tiba-tiba mengakhiri hubungan kita.” Yuni tetap tidak terima dengan keputusan Bara yang telah menikahi Hana.“Maaf, aku mutusin kamu karena hubungan kita udah nggak bisa dipertahankan lagi.”“Semoga pilihanmu yang terbaik.” Yuni tetap bersikap lembut di depan Bara supaya tidak curiga dengan r
🏵️🏵️🏵️“Abang serius banget, sih. Aku asal nebak aja karena dengar gombalan Abang.” Hana tetap menyembunyikan apa yang Yuni lakukan kepadanya.“Abang nggak pernah gombal kamu. Kalau Abang mau seperti itu, dari dulu juga bisa. Dari kamu masih kecil.” Bara bingung kenapa Hana tidak pernah menganggapnya serius.“Ya udah, lupain aja. Sekarang Abang fokus nyuapin aku aja.” Hana berharap agar Bara tidak bertanya lagi tentang Yuni.“Pokoknya Abang nggak mau kalau kamu main rahasia-rahasiaan. Kamu itu istri Abang, Sayang. Jadi, harus terbuka.” Bara ingin membuktikan kalau dirinya mampu menjadi suami yang selalu peduli terhadap istri.Hana kembali terharu melihat sikap yang Bara tunjukkan. Namun hingga saat ini, dia belum memiliki perasaan lebih terhadap pria itu. Baginya, pernikahan yang mereka jalani saat ini, semata-mata hanya untuk menjaga kehamilannya.Hana tidak ingin melihat orang tuanya malu karena memiliki anak semata wayang hamil tanpa suami. Hana berjanji akan melakukan apa pun un
🏵️🏵️🏵️Pagi ini, Bara dan Hana telah tiba di rumah Haris dan Maya. Kedua orang tua itu menyambut hangat kedatangan anak dan menantu mereka. Maya mengaku sangat merindukan Hana, begitu juga dengan Haris.“Gimana kandungan kamu, Sayang?” tanya Maya setelah mereka duduk di ruang makan. Wanita itu memilih duduk di samping putrinya.“Baik-baik aja, Mah.” Hana tidak memberitahukan kalau dia beberapa kali merasakan kram di perutnya.“Yuk, kita sarapan.” Haris membuka suara.Dua pasang suami istri itu pun menikmati sarapan bersama di meja makan. Mereka berbincang sesekali untuk menghangatkan suasana. Haris dan Bara berbicara tentang bisnis, sedangkan Maya dan Hana menbicarakan kehamilan.Melihat keceriaan yang terpancar dari wajah Hana, Bara mengingat pesan yang Rey kirim tadi malam. Bara tidak ingin percaya kenapa istri yang sangat dia cintai itu menyembunyikan pertemuannya dengan laki-laki lain.Akan tetapi, hingga pagi ini, Bara tetap tidak mampu untuk bersikap tegas terhadap Hana. Dia t
🏵️🏵️🏵️“Loh, katanya tadi mau ke rumah Papa dan Mama sampai sore. Kok, udah pulang?” Anita heran melihat Bara dan Hana yang kini telah tiba di rumah.“Perut Hana kram, Mih. Ini baru pulang dari rumah sakit.” Bara memberikan balasan.“Kok, bisa? Kenapa tiba-tiba sakit?” Anita sedikit panik mendengar keadaan menantunya itu.“Bukan tiba-tiba, Mih, tapi kata Hana udah beberapa kali seperti itu. Dia sengaja nggak mau bilang ke kita.” Bara masih kesal dengan keputusan Hana yang mengaku tidak ingin menyusahkan dirinya.“Kenapa kamu nggak cerita sama Mami, Sayang? Atau paling nggak sama suamimu sendiri.” Anita mendekati Hana lalu mengusap kepalanya.“Hana minta maaf, Mih. Hana hanya tidak ingin nyusahin keluarga.”“Nggak ada yang namanya nyusahin untuk keluarga. Lagi pun, kamu hamil keturunan keluarga ini. Jadi, semua bertanggung jawab atas kamu, Sayang.” Anita ingin agar Hana lebih terbuka ke depannya kepada dirinya dan anggota keluarga lainnya.“Ya udah, kami ke kamar dulu, Mih. Hana haru
🏵️🏵️🏵️Hana terdiam mendengar jawaban Bara. Dia tidak ingin menunjukkan apa yang dia rasakan akhir-akhir ini terhadap suaminya itu. Di samping itu, dia juga masih terus memikirkan Yuni yang hampir setiap hari menghubunginya.“Ya udah, aku mau tidur.” Hana pun memunggungi Bara.“Sayang, kamu nggak ingin lihat chat mereka?” Bara kecewa dengan reaksi Hana.“Untuk apa? Nggak perlu.” Hana berusaha bersikap tidak peduli dengan ucapan Bara.“Ya udah kalau kamu nggak mau lihat.”Bara ingin menunjukkan pesan yang dikirim oleh wanita-wanita yang pernah menjalin hubungan dengannya kepada Hana. Namun, Hana bersikap tidak ingin tahu hingga membuat Bara kecewa. Padahal, dia sangat berharap agar istrinya itu cemburu.Bara sering bingung melihat sikap Hana yang tidak ingin tahu tentang apa pun yang dia lakukan. Dia kadang berpikir apakah Hana tidak memiliki perasaan lebih untuknya. Namun, dia tidak yakin karena istrinya itu tidak menolak kemesraan yang dia berikan akhir-akhir ini.Satu hal yang mem
🏵️🏵️🏵️Hana bingung mendapati dirinya kini berada di salah satu ruangan rumah sakit. Ketika kram di perutnya jauh lebih sakit dari sebelumnya dan terjadi dalam waktu lama, membuat Hana tidak sadarkan diri. Sementara ibu mertuanya yang sedang tertidur di ruang TV, tidak mendengar teriakannya.Hana tidak mengerti kenapa wajah kedua mertua, suami, juga adik iparnya menunjukkan kesedihan. Tiba-tiba ayah dan ibunya memasuki ruangan lalu menghampirinya. Dia makin bingung dan heran.“Kamu yang sabar, ya, Sayang.” Maya langsung memeluk Hana. Dia mendapatkan informasi tentang keadaan anaknya itu dari Bara melalui telepon.“Ada apa, Mah?” Hana tidak mengerti apa maksud ibunya.“Kamu belum tahu tentang kehamilanmu?” Maya pun melepas pelukan.Hana langsung meraba perutnya. Dia sangat terkejut karena tidak merasakan anaknya. “Bayi Hana kenapa, Mah?”Bara tidak sanggup melihat air mata Hana yang kini telah membasahi pipinya. Dia yang sejak tadi duduk di samping Hana, langsung berdiri meninggalkan
🏵️🏵️🏵️Bara sangat senang mendengar kabar baik dari dokter yang memeriksa kondisi Hana. Saat ini, benihnya sedang tumbuh di rahim Hana. Dia ingin segera memberitahukan berita bahagia itu kepada istrinya yang masih menutup mata.Dia ingin tertawa mengingat sikap Hana tadi yang membuatnya bingung. Ternyata wanita yang dia cintai itu sedang mengandung anaknya. Dia pun memegang jemari Hana lalu menciumnya. Dia sangat terkejut, tetapi bahagia karena istrinya tersebut terbangun dari pingsannya.“Aku mual, Bang.” Hana berusaha bangun dari rebahan. Bara pun membantunya. “Aku mau muntah. Jangan dekat-dekat.” Dia mendorong tubuh suaminya itu.“Apa anak kita sangat membenci papanya?” Bara melontarkan pertanyaan itu.Hana bingung mendengar pertanyaan Bara. “Apa maksud Abang?” “Kamu hamil, Sayang.” Bara pun langsung memeluk Hana.“Apa? Abang serius?” Mata Hana berkaca-kaca. Dia sangat terharu karena kembali merasakan nikmat hamil setelah mengalami keguguran beberapa bulan yang lalu.“Iya, Sayan
🏵️🏵️🏵️Amira sangat kesal membaca pesan masuk di ponselnya, dia pun tidak kuasa untuk tidak menangis. Dia tidak pernah menyangka kalau Rey kembali muncul setelah beberapa bulan menghilang. Apalagi sampai mengetahui kehamilannya. “Dasar laki-laki tidak punya hati!” Amira menaikkan suara hingga membuat Arga heran.“Kamu kenapa, Dek?” tanya Arga lalu memilih duduk di samping Amira.“Dia berani chat aku, Bang.” Amira memberikan balasan.“Dia siapa?” Arga tidak tahu siapa yang Amira maksud.“Dia yang menghancurkan hidupku.” Amira memberikan ponselnya kepada suaminya itu.Beberapa minggu terakhir ini, Amira tidak pernah memikirkan Rey lagi. Dia telah menata hati dan membuka diri menerima Arga hingga berhasil membalas cinta laki-laki tersebut. Dia tidak ingin dibayang-bayangi masa lalunya.Akan tetapi, setelah Amira berhasil mengeluarkan Rey dari lubuk hatinya yang paling dalam, justru kenyataan pahit yang tiba-tiba muncul. Amira sama sekali tidak berharap akan kembali berkomunikasi denga
🏵️🏵️🏵️Hana tidak tinggal diam, dia pun mengetik balasan yang akan dia kirim kepada wanita tersebut. Dia tidak ingin menjadi istri lemah saat situasi seperti ini. Dia bahkan ingin menunjukkan kalau dirinya kuat.[Cie, yang belum move on dari suami orang. Belum laku, ya?] Isi balasan dari Hana.Beberapa menit berlalu, tidak ada respons dari wanita yang mengirim pesan ke ponsel Bara. Dia hanya membaca balasan dari Hana. Dia yakin kalau yang membalas pesannya bukan Bara. Akhirnya, dia pun memilih untuk berhenti menghubungi laki-laki tersebut.Sementara Hana merasa puas dengan apa yang dia lakukan. Namun, hatinya tetap sangat kesal karena wanita di luar sana masih menghubungi Bara dengan mengirimkan pesan mesra. Dia pun menyesal karena tidak mengundang para mantan kekasih Bara saat acara resepsi pernikahan mereka.“Coba aku undang mereka, pasti seru. Aku ingin buktikan kalau akulah pemenangnya. Mereka hanya masa lalu.” Hana kembali bermonolog.“Ini semua karena Bang Bara. Seandainya dia
🏵️🏵️🏵️“Abang udah sadar?” Hana sangat terkejut mendengar suara Bara.“Dari tadi Abang sadar, kok.” Bara memberikan jawaban dengan santai.“Maksud Abang apa?” Hana tidak mengerti maksud Bara. Dia pun mengangkat kepalanya dari dada suaminya itu.“Abang hanya ingin mendengar pengakuan cinta dari bibir kamu walaupun Abang udah tahu kalau cinta itu udah tumbuh di hati kamu untuk Abang.” Bara menyampaikan maksud dan tujuannya.“Jadi, Abang ngerjain aku?” Hana kesal mendengar pengakuan Bara. Dia pun ingin beranjak, tetapi Bara langsung meraih tangannya.“Abang nggak bermaksud ngerjain kamu. Abang hanya ingin kamu jujur.” Bara pun bangkit dari rebahan dan memilih duduk.Hana tidak tahu harus bersikap bagaimana sekarang. Di satu sisi, dia ingin menyalahkan Bara karena telah membuat dirinya panik. Namun di sisi lain, dia merasa lega karena telah mengutarakan cinta dan perasaan yang dipendam selama ini.Akan tetapi, sekarang dia sangat malu memandang wajah Bara. Dia ingin menghindar, tetapi t
🏵️🏵️🏵️“Arga?” Sandra terkejut melihat asisten kakaknya tersebut.“Iya, Bu. Saya bersedia bertanggung jawab atas Amira.” Arga memberikan jawaban yang membuat keluarga Bara terkejut.“Kamu tahu apa tentang Amira?” Bara heran melihat kehadiran Arga di rumahnya.Arga akhirnya menceritakan apa yang dia ketahui tentang Amira. Dia mendapatkan informasi dari salah satu teman Amira di kampus, tetapi dia tidak menyebutkan namanya. Sandra kembali terkejut karena dia sangat tahu kalau orang yang tahu masalah Amira hanya Amel.Sandra tidak yakin kalau Amel yang menceritakan apa yang terjadi terhadap Amira kepada Arga. Dia sangat tahu sifat adik dari kekasihnya tersebut. Amel sangat dapat dipercaya untuk menyimpan rahasia. Hana juga mengakui itu.“Siapa yang cerita ke kamu, Ga?” tanya Sandra kepada Arga.“Maaf, Bu … saya udah janji untuk tidak menyebutkan namanya. Saya hanya ingin bertanggung jawab terhadap Amira.” Arga tetap pada tujuan awalnya.Amira bingung mendengar keinginan Arga. Selama in
🏵️🏵️🏵️“Abang bisa mikir, nggak? Gimana perasaan Abang kasih tuduhan seperti itu? Apa Abang lupa dengan orang yang menodai Amira? Apa aku sehina itu di mata Abang? Apa Abang pikir aku akan mencintai cowok seperti dia?”Hana sangat kecewa terhadap Bara. Ini untuk pertama kali, dirinya melihat laki-laki itu menyakiti hati dan perasaannya. Dia pun memilih bangkit dari rebahan lalu beranjak menuju sofa. Dia ingin menjaga jara dari suaminya tersebut.Bara menarik rambutnya sambil mengembuskan napas berat. Dia pun langsung bangun lalu menghampiri Hana. Dia tidak kuasa melihat Hana yang kini menangis karena ucapannya. Dia akhirnya meminta maaf.“Sayang, Abang minta maaf.” Bara berlutut di depan Hana lalu meraih tangannya.“Kenapa Abang sejahat itu? Kenapa Abang melampiaskan kekesalan padaku? Apa Abang pikir aku bahagia atas apa yang Amira alami? Nggak, Bang. Aku nggak sekejam itu.” Hana tidak kuasa menghentikan tangisannya.“Abang nggak pernah berpikiran seperti itu.” Bara membenamkan waja
🏵️🏵️🏵️Hana tidak ingin percaya mendengar nama yang Bara sebutkan. Dia tidak pernah menyangka kalau laki-laki yang dulu dia cintai tega melakukan perbuatan tidak berperikemanusiaan. Dia pun langsung menutup telepon.Sementara Bara sangat bingung dan heran karena Hana mengakhiri panggilan masuk di ponselnya. Bara tidak tahu apa yang Hana pikirkan saat ini. Namun, satu hal yang membuatnya lega, dia telah mengatakan yang sebenarnya kepada istrinya itu.Bara mencoba untuk menelepon Hana, tetapi tidak diangkat. Dia pun menghubungi Sandra agar membatalkan pertemuannya dengan klien hari ini. Dia ingin segera pulang untuk bertemu Hana. Dia ingin mengetahui apa alasan wanita pujaan hatinya itu mematikan telepon.“Kamu kenapa, Sayang?” Bara langsung menemui Hana di kamar mereka setelah tiba di rumah.“Abang kenapa pulang? Ini baru jam berapa.” Hana terkejut melihat Bara yang tiba-tiba masuk kamar.“Abang kepikiran kamu yang tiba-tiba ma
🏵️🏵️🏵️Bara tersenyum mengingat tingkah Hana saat tidur tadi malam. Dia sangat puas dan bahagia mendengar pengakuan cinta Hana ketika mengigau. Akhir-akhir ini, Bara juga merasakan sesuatu yang berbeda dari sikap Hana.“Kenapa Abang senyum-senyum?” Hana tidak mengerti kenapa Bara senyum-senyum sendiri.“Lucu aja lihat kamu, Sayang.”“Apa yang lucu? Kan, wajar aku nanya. Kenapa Abang yakin banget kalau aku akan terima nikah lagi sama Abang?” Hana masih tetap ingin tahu lebih dalam perasaan Bara terhadap dirinya.“Harus yakin, dong. Lagi pun, kalau seandainya kamu nolak, Abang akan tetap kejar.” Hana tersenyum mendengar jawaban Bara.“Udah, ah … Abang mandi dulu.” Hana takut kalau Bara sampai menyadari detakan jantungnya yang makin tidak beraturan.Bara tahu kalau saat ini, Hana salah tingkah. Dia tidak mengerti kenapa istrinya itu tidak jujur dengan perasaannya. Namun, Bara tidak mempermasalahkan itu sekarang. Dia justru bahagia karena Hana telah mengeluarkan Rey dari hatinya.Bara i
🏵️🏵️🏵️Hari ini, Bara kembali melakukan rutinitasnya di kantor, tetapi pikirannya tetap tertuju pada kenyataan yang Sandra sampaikan kemarin. Orang yang bertanggung jawab atas apa yang terjadi terhadap Amira adalah Rey.Bara sangat terkejut mendengar penjelasan Sandra. Rey dengan tega telah menghancurkan kehormatan Amira karena ingin balas dendam. Sebelum kejadian itu, Amira dengan sengaja mengaku telah menjebak Hana agar tidak dapat bersatu dengan Rey.“Jadi, kamu yang menghancurkan hidup Hana?” Rey sangat terkejut mendengar pengakuan Amira.“Aku terpaksa melakukan itu agar kamu jauhin dia. Aku nggak terima dengan cintamu padanya.” Amira akhirnya mengutarakan apa yang dia pendam selama ini.“Aku nggak nyangka, ternyata kamu tega berbuat seperti itu pada sepupumu sendiri.” Rey menggeleng melihat Amira.“Itu karena aku nggak ingin lihat kalian bersama. Aku mencintaimu. Selama ini, kamu nggak pernah peka.” Amira pun menyampaikan alasannya.“Tapi aku nggak pernah punya perasaan lebih u