🏵️🏵️🏵️
“Abang jangan bercanda.” Hana tidak percaya dengan pengakuan cinta yang keluar dari mulut Bara.
“Abang serius, Dek.”
“Apa kejadian malam itu membuat Abang harus merasa bertanggung jawab hingga putus dengan Kak Yuni? Aku nggak setuju, Bang.” Hana tidak ingin terikat dengan Bara.
“Bukan karena itu. Beberapa bulan sebelumnya, Abang udah punya perasaan yang berbeda padamu.” Bara mengatakan apa yang dia rasakan dalam beberapa bulan terakhir ini.
“Abang bohong.” Hana tetap tidak percaya.
“Untuk apa Abang bohong? Kamu ingat waktu malam sebelum kejadian? Abang memandangi kamu walaupun saat itu, Abang sedang dansa dengan Yuni. Itu karena kamu udah istimewa di hati Abang.”
Bara menggali ingatan Hana ketika acara perayaan ulang tahun ayahnya malam itu. Hana juga sangat sadar dengan keanehan tatapan Bara saat itu. Namun, dia membuang pikiran yang dia anggap tidak mungkin. Dia tidak percaya kalau Bara menyukai dirinya.
“Maaf, aku mau istirahat. Abang pulang aja.” Hana mengalihkan topik pembicaraan. Dia tidak ingin melanjutkan apa yang Bara ucapkan tadi.
“Apa kamu nolak Abang?” tanya Bara dengan tatapan sendu.
“Kita nggak perlu bahas ini lagi. Abang fokus aja dengan keseharian Abang. Aku nggak minta Abang untuk tetap menemuiku setelah kejadian itu.”
“Kenapa kamu setega ini sama Abang, Dek?” Bara tetap berusaha agar Hana membuka diri untuknya.
“Apa Abang bersikap seperti ini sama semua mantan-mantan Abang supaya mereka luluh? Maaf, jangan samakan aku dengan mereka.”
Hana kembali mengingat Bara beberapa kali memasuki hotel kala itu. Dia merasa yakin kalau kakak sepupunya tersebut telah melakukan hal yang belum pantas. Hana berpikir seperti itu bukan tanpa alasan. Itu karena dia tahu kisah percintaan Bara dengan banyak wanita.
Hana bahkan jijik membayangkan Bara telah menyentuh tubuhnya. Dia sering berpikir, apakah kejadian malam itu akan menularkan penyakit karena mengingat Bara yang sering gonta-ganti pasangan. Dia bingung harus bertanya kepada siapa.
“Kalau kamu hamil, apa kamu akan tetap nolak Abang?” Bara kembali membuka suara.
Mendengar pertanyaan Bara, Hana langsung marah. “Apa Abang ingin lihat aku lebih menderita lagi? Ternyata pikiran kotor udah melekat dalam diri Abang. Pantas aja Abang santai keluar masuk hotel dengan cewek yang berbeda.” Dia tidak sanggup lagi menyimpan apa yang dia pendam selama ini.
“Keluar masuk hotel? Abang berani sumpah kalau Abang nggak pernah melakukan yang aneh-aneh walaupun sering gonta-ganti pacar. Abang melakukannya hanya sama kamu, Dek. Itu yang pertama.” Bara sedih mendengar penilaian yang Hana tujukan untuknya.
“Aku nggak mau bahas ini lagi!” Hana menaikkan suara lalu beranjak meninggalkan Bara di taman belakang rumahnya.
🏵️🏵️🏵️
“Apa yang istimewa dari Hana, Rey?” tanya Amira kepada pemuda yang dia cintai itu.
“Banyak. Kamu pasti lebih tahu karena dia sepupumu.” Rey memberikan jawaban yang membuat Amira kesal.
Saat ini, sepasang mahasiswa dan mahasiswi tersebut sedang duduk di taman untuk menunggu pergantian mata kuliah. Sebelumnya, ketua tingkat telah memberikan informasi kalau dosen yang akan masuk ke kelas mereka datang terlambat.
“Kalau kamu benar-benar mencintainya, kamu pasti akan tahu kelebihannya secara spesifik.” Amira tetap ingin mendengar jawaban pasti dari Rey.
“Kenapa kamu terlalu mencampuri urusanku, Mir? Kita itu hanya teman biasa. Harusnya kamu bersikap biasa aja di depanku.” Rey tidak mengerti kenapa Amira selalu ingin tahu tentang dirinya sejak mereka saling kenal.
“Ya udah kalau kamu nggak mau kasih tahu. Aku minta maaf.” Amira tidak ingin Rey mengetahui perasaannya yang sebenarnya.
Sementara itu, Amel memperhatikan Rey dan Amira dari kejauhan. Selama ini, dia telah menaruh curiga atas sikap Amira terhadap pemuda yang duduk bersamanya itu. Namun, dia tidak berani menyimpulkan sesuatu yang masih belum jelas kebenarannya.
Sejak masuk kuliah, Amel sering melihat Amira menghampiri Rey jika sedang sendirian. Namun, dia heran kenapa Rey justru lebih dekat dan memilih pulang bersama Hana saat perkuliahan telah selesai. Amel pernah menebak kalau Rey memiliki perasaan lebih terhadap Hana, tetapi sahabatnya itu tidak memberikan respons yang serius.
“Apa kamu nggak merasa kalau Rey suka sama kamu?” tanya Amel kala itu kepada Hana.
“Namanya juga teman, pasti suka, dong.” Hana memberikan jawaban dengan polos walaupun dia merasa curiga dengan kebaikan Rey kepada dirinya.
“Serius kamu sepolos itu, Han?”
“Udah, ah … nggak perlu bahas tentang itu lagi.” Hana mengelak dari pertanyaan Amel.
Sejak saat itu, Amel tidak pernah bertanya lagi kepada Hana, tetapi dia masih tetap penasaran hingga saat ini. Setelah Hana memutuskan untuk istirahat dari kuliahnya, Amel lupa untuk menanyakan tentang Rey kepada sahabatnya itu.
🏵️🏵️🏵️
Waktu terus berlalu, sebulan lamanya, Hana menjauhi Bara. Dia sengaja melakukan itu agar kakak sepupunya tersebut tidak menemui dirinya lagi. Setiap Bara datang berkunjung, Hana lebih memilih mengurung diri di kamar.
Seperti saat ini, Bara bersikeras ingin berjumpa dengan Hana. Dia merasa tersiksa ketika tidak mendengar suara wanita yang dia cintai itu. Namun, sejak Bara mengungkapkan perasaannya kepada Hana sebulan yang lalu, dia justru makin dijauhi wanita itu.
Hana tidak pernah mengangkat telepon dari Bara dan pesan juga hanya dibaca. Bara tidak tahu lagi harus bagaimana memberikan penjelasan agar Hana percaya dengan cinta tulus yang dia miliki. Sementara Hana tetap menganggap Bara tidak serius.
“Kamu kenapa, Sayang?” tanya Maya sambil mengetuk pintu kamar Hana. Dia mendengar suara sedang muntah.
“Hana kenapa, Tante?” Maya dikagetkan suara Bara yang tiba-tiba telah berdiri di belakangnya. Sejak tadi, pemuda itu memilih duduk di ruang TV.
“Hana sepertinya muntah. Tante udah panggil, tapi dia belum nyahut.”
“Hana baik-baik aja, ‘kan, Tante?” tanya Bara dengan perasaan tidak keruan.
“Iya, dia baik-baik saja. Tapi dalam beberapa hari ini, dia tampak pucat. Tante tanya kenapa, dia jawab kurang tidur.” Maya memberikan penjelasan.
Hana kembali mengeluarkan suara hingga membuat Maya dan Bara panik. Mereka beberapa kali memanggil Hana, tetapi tidak ada respons. Bara pun meraih ponsel dari saku kemejanya lalu menghubungi Hana, tetapi tidak diangkat.
“Dek, buka pintunya! Kamu baik-baik aja, ‘kan?” Bara menaikkan suara sambil mengetuk pintu kamar Hana.
“Iya, tunggu sebentar.” Maya dan Bara sangat lega setelah mendengar balasan dari Hana.
“Kamu kenapa, Sayang?” tanya Maya setelah pintu terbuka.
“Hana sering mual akhir-akhir ini, Mah. Tapi kali ini, lebih parah.” Hana bertumpu pada dinding karena merasa sangat lemas.
“Kita ke rumah sakit, ya, Dek.” Bara pun membuka suara lalu memberikan saran kepada Hana.
“Abang ngapain di sini?” Hana kesal melihat Bara. Dia lupa kalau dirinya tadi memberikan sahutan dari kamar kepada pemuda itu.
“Bukannya tiap hari, Abang ke sini untuk jumpain kamu? Tapi kamu selalu nolak untuk ketemu Abang selama sebulan ini. Kamu nggak tahu gimana rasanya Abang menahan rasa rindu.” Bara lupa kalau saat ini, dia tidak hanya bersama Hana, tetapi juga Maya.
“Ehem!” Maya pun berdeham.
“Ponakan Mama ngomongnya ngelantur, nih.” Hana memegang kepalanya yang tiba-tiba pusing. “Auh!” Dia merintih.
“Kamu kenapa, Dek?” Bara langsung meraih tubuh Hana lalu mengangkatnya ke tempat tidur.
“Aku mau duduk, aku mual banget.” Hana pun meminta Bara membantu dirinya bangun dari rebahan.
“Apa kamu hamil, Sayang?” tebak Maya tiba-tiba. Dia heran melihat keadaan anaknya tersebut.
==========
Apakah tebakan Maya benar?
🏵️🏵️🏵️Hana sangat terkejut mendengar ucapan ibunya. Selama ini, dia selalu berdoa dan berharap supaya kejadian malam itu tidak membuahkan hasil. Dia tidak rela mengandung anak dari laki-laki yang dia anggap selalu mengumbar cinta kepada banyak wanita, apalagi kehamilan itu berawal dari perbuatan menjijikan.“Itu nggak mungkin, Mah. Hana nggak mau hamil.” Hana tidak kuasa membendung air matanya agar tidak jatuh. Dia pun memukul-mukul perutnya.“Apa yang kamu lakukan, Dek? Kenapa kamu nggak terima jika kamu hamil? Anak itu punya ayah. Kamu tahu sendiri siapa papanya.” Bara meraih tangan Hana lalu menggenggamnya.“Justru karena itu, makanya aku nggak mau hamil.” Hana menatap Bara dengan tajam.“Apa maksud kamu, Sayang?” Maya tidak mengerti dengan ucapan anaknya itu.“Kalau Mama tahu apa yang Bang Bara lakukan di luar sana, Mama pasti akan meminta Hana untuk menjauhinya.” Hana tidak sanggup lagi menyimpan apa yang dia saksikan selama ini.“Apa yang Bara lakukan?” Maya memegang lengan H
🏵️🏵️🏵️Setelah melihat foto yang Yuni kirim, Hana mengurungkan niatnya untuk menghubungi Bara. Dia tidak ingin dianggap sebagai wanita tidak mandiri. Dia pun memilih istirahat sambil mengusap-usap perutnya. Beberapa menit kemudian, rasa sakit itu pun hilang dengan sendirinya.“Kenapa kamu nggak ngundang aku di hari pernikahanmu?” tanya Yuni kepada Bara. Dia sengaja berkunjung ke kantor laki-laki itu untuk kembali mendekatinya. Namun, dia sangat kesal karena tidak mendapatkan respons atas foto yang dia kirim kepada Hana.“Hanya nikah secara agama saja karena istriku masih di bawah umur.” Bara memberikan jawaban.“Ternyata dia yang membuat kamu mutusin aku waktu itu? Tanpa alasan yang pasti, kamu tiba-tiba mengakhiri hubungan kita.” Yuni tetap tidak terima dengan keputusan Bara yang telah menikahi Hana.“Maaf, aku mutusin kamu karena hubungan kita udah nggak bisa dipertahankan lagi.”“Semoga pilihanmu yang terbaik.” Yuni tetap bersikap lembut di depan Bara supaya tidak curiga dengan r
🏵️🏵️🏵️“Abang serius banget, sih. Aku asal nebak aja karena dengar gombalan Abang.” Hana tetap menyembunyikan apa yang Yuni lakukan kepadanya.“Abang nggak pernah gombal kamu. Kalau Abang mau seperti itu, dari dulu juga bisa. Dari kamu masih kecil.” Bara bingung kenapa Hana tidak pernah menganggapnya serius.“Ya udah, lupain aja. Sekarang Abang fokus nyuapin aku aja.” Hana berharap agar Bara tidak bertanya lagi tentang Yuni.“Pokoknya Abang nggak mau kalau kamu main rahasia-rahasiaan. Kamu itu istri Abang, Sayang. Jadi, harus terbuka.” Bara ingin membuktikan kalau dirinya mampu menjadi suami yang selalu peduli terhadap istri.Hana kembali terharu melihat sikap yang Bara tunjukkan. Namun hingga saat ini, dia belum memiliki perasaan lebih terhadap pria itu. Baginya, pernikahan yang mereka jalani saat ini, semata-mata hanya untuk menjaga kehamilannya.Hana tidak ingin melihat orang tuanya malu karena memiliki anak semata wayang hamil tanpa suami. Hana berjanji akan melakukan apa pun un
🏵️🏵️🏵️Pagi ini, Bara dan Hana telah tiba di rumah Haris dan Maya. Kedua orang tua itu menyambut hangat kedatangan anak dan menantu mereka. Maya mengaku sangat merindukan Hana, begitu juga dengan Haris.“Gimana kandungan kamu, Sayang?” tanya Maya setelah mereka duduk di ruang makan. Wanita itu memilih duduk di samping putrinya.“Baik-baik aja, Mah.” Hana tidak memberitahukan kalau dia beberapa kali merasakan kram di perutnya.“Yuk, kita sarapan.” Haris membuka suara.Dua pasang suami istri itu pun menikmati sarapan bersama di meja makan. Mereka berbincang sesekali untuk menghangatkan suasana. Haris dan Bara berbicara tentang bisnis, sedangkan Maya dan Hana menbicarakan kehamilan.Melihat keceriaan yang terpancar dari wajah Hana, Bara mengingat pesan yang Rey kirim tadi malam. Bara tidak ingin percaya kenapa istri yang sangat dia cintai itu menyembunyikan pertemuannya dengan laki-laki lain.Akan tetapi, hingga pagi ini, Bara tetap tidak mampu untuk bersikap tegas terhadap Hana. Dia t
🏵️🏵️🏵️“Loh, katanya tadi mau ke rumah Papa dan Mama sampai sore. Kok, udah pulang?” Anita heran melihat Bara dan Hana yang kini telah tiba di rumah.“Perut Hana kram, Mih. Ini baru pulang dari rumah sakit.” Bara memberikan balasan.“Kok, bisa? Kenapa tiba-tiba sakit?” Anita sedikit panik mendengar keadaan menantunya itu.“Bukan tiba-tiba, Mih, tapi kata Hana udah beberapa kali seperti itu. Dia sengaja nggak mau bilang ke kita.” Bara masih kesal dengan keputusan Hana yang mengaku tidak ingin menyusahkan dirinya.“Kenapa kamu nggak cerita sama Mami, Sayang? Atau paling nggak sama suamimu sendiri.” Anita mendekati Hana lalu mengusap kepalanya.“Hana minta maaf, Mih. Hana hanya tidak ingin nyusahin keluarga.”“Nggak ada yang namanya nyusahin untuk keluarga. Lagi pun, kamu hamil keturunan keluarga ini. Jadi, semua bertanggung jawab atas kamu, Sayang.” Anita ingin agar Hana lebih terbuka ke depannya kepada dirinya dan anggota keluarga lainnya.“Ya udah, kami ke kamar dulu, Mih. Hana haru
🏵️🏵️🏵️Hana terdiam mendengar jawaban Bara. Dia tidak ingin menunjukkan apa yang dia rasakan akhir-akhir ini terhadap suaminya itu. Di samping itu, dia juga masih terus memikirkan Yuni yang hampir setiap hari menghubunginya.“Ya udah, aku mau tidur.” Hana pun memunggungi Bara.“Sayang, kamu nggak ingin lihat chat mereka?” Bara kecewa dengan reaksi Hana.“Untuk apa? Nggak perlu.” Hana berusaha bersikap tidak peduli dengan ucapan Bara.“Ya udah kalau kamu nggak mau lihat.”Bara ingin menunjukkan pesan yang dikirim oleh wanita-wanita yang pernah menjalin hubungan dengannya kepada Hana. Namun, Hana bersikap tidak ingin tahu hingga membuat Bara kecewa. Padahal, dia sangat berharap agar istrinya itu cemburu.Bara sering bingung melihat sikap Hana yang tidak ingin tahu tentang apa pun yang dia lakukan. Dia kadang berpikir apakah Hana tidak memiliki perasaan lebih untuknya. Namun, dia tidak yakin karena istrinya itu tidak menolak kemesraan yang dia berikan akhir-akhir ini.Satu hal yang mem
🏵️🏵️🏵️Hana bingung mendapati dirinya kini berada di salah satu ruangan rumah sakit. Ketika kram di perutnya jauh lebih sakit dari sebelumnya dan terjadi dalam waktu lama, membuat Hana tidak sadarkan diri. Sementara ibu mertuanya yang sedang tertidur di ruang TV, tidak mendengar teriakannya.Hana tidak mengerti kenapa wajah kedua mertua, suami, juga adik iparnya menunjukkan kesedihan. Tiba-tiba ayah dan ibunya memasuki ruangan lalu menghampirinya. Dia makin bingung dan heran.“Kamu yang sabar, ya, Sayang.” Maya langsung memeluk Hana. Dia mendapatkan informasi tentang keadaan anaknya itu dari Bara melalui telepon.“Ada apa, Mah?” Hana tidak mengerti apa maksud ibunya.“Kamu belum tahu tentang kehamilanmu?” Maya pun melepas pelukan.Hana langsung meraba perutnya. Dia sangat terkejut karena tidak merasakan anaknya. “Bayi Hana kenapa, Mah?”Bara tidak sanggup melihat air mata Hana yang kini telah membasahi pipinya. Dia yang sejak tadi duduk di samping Hana, langsung berdiri meninggalkan
🏵️🏵️🏵️[Kasihan, ya, hasil jebakannya nggak ada lagi. Gimana rasanya? Sakit? Itu yang kurasakan saat kamu merebut Bara dariku.] Isi pesan dari Yuni.[Apa maksud Kakak?] Hana pun mengirimkan balasan.[Kamu keguguran, ‘kan? Kamu pasti tahu dari mana aku dapat infonya. Dari suami kamu.]Hana tidak mengerti kenapa Bara tega mempermainkan perasaannya. Selama ini, dia percaya atas cinta suaminya itu. Namun, kenyataan yang dia hadapi, justru Bara yang dia anggap sebagai penyebab dirinya kehilangan janin dalam rahimnya.“Kamu jangan percaya. Nggak mungkin Bang Bara seperti itu.” Amira yang turut membaca pesan di ponsel Hana, langsung membuka suara.“Dari mana dia tahu aku keguguran kalau bukan dari Bang Bara?” Hana tidak kuasa membendung air matanya.“Bisa saja dia ngikutin kamu ke rumah sakit. Jangan terlalu polos, Han. Aku jadi curiga, jangan-jangan kamu keguguran, ada hubungannya dengan dia.”“Memang kamu tahu siapa dia? Aku nggak simpan nomornya.” Hana heran mendengar penjelasan Amira.
🏵️🏵️🏵️Bara sangat senang mendengar kabar baik dari dokter yang memeriksa kondisi Hana. Saat ini, benihnya sedang tumbuh di rahim Hana. Dia ingin segera memberitahukan berita bahagia itu kepada istrinya yang masih menutup mata.Dia ingin tertawa mengingat sikap Hana tadi yang membuatnya bingung. Ternyata wanita yang dia cintai itu sedang mengandung anaknya. Dia pun memegang jemari Hana lalu menciumnya. Dia sangat terkejut, tetapi bahagia karena istrinya tersebut terbangun dari pingsannya.“Aku mual, Bang.” Hana berusaha bangun dari rebahan. Bara pun membantunya. “Aku mau muntah. Jangan dekat-dekat.” Dia mendorong tubuh suaminya itu.“Apa anak kita sangat membenci papanya?” Bara melontarkan pertanyaan itu.Hana bingung mendengar pertanyaan Bara. “Apa maksud Abang?” “Kamu hamil, Sayang.” Bara pun langsung memeluk Hana.“Apa? Abang serius?” Mata Hana berkaca-kaca. Dia sangat terharu karena kembali merasakan nikmat hamil setelah mengalami keguguran beberapa bulan yang lalu.“Iya, Sayan
🏵️🏵️🏵️Amira sangat kesal membaca pesan masuk di ponselnya, dia pun tidak kuasa untuk tidak menangis. Dia tidak pernah menyangka kalau Rey kembali muncul setelah beberapa bulan menghilang. Apalagi sampai mengetahui kehamilannya. “Dasar laki-laki tidak punya hati!” Amira menaikkan suara hingga membuat Arga heran.“Kamu kenapa, Dek?” tanya Arga lalu memilih duduk di samping Amira.“Dia berani chat aku, Bang.” Amira memberikan balasan.“Dia siapa?” Arga tidak tahu siapa yang Amira maksud.“Dia yang menghancurkan hidupku.” Amira memberikan ponselnya kepada suaminya itu.Beberapa minggu terakhir ini, Amira tidak pernah memikirkan Rey lagi. Dia telah menata hati dan membuka diri menerima Arga hingga berhasil membalas cinta laki-laki tersebut. Dia tidak ingin dibayang-bayangi masa lalunya.Akan tetapi, setelah Amira berhasil mengeluarkan Rey dari lubuk hatinya yang paling dalam, justru kenyataan pahit yang tiba-tiba muncul. Amira sama sekali tidak berharap akan kembali berkomunikasi denga
🏵️🏵️🏵️Hana tidak tinggal diam, dia pun mengetik balasan yang akan dia kirim kepada wanita tersebut. Dia tidak ingin menjadi istri lemah saat situasi seperti ini. Dia bahkan ingin menunjukkan kalau dirinya kuat.[Cie, yang belum move on dari suami orang. Belum laku, ya?] Isi balasan dari Hana.Beberapa menit berlalu, tidak ada respons dari wanita yang mengirim pesan ke ponsel Bara. Dia hanya membaca balasan dari Hana. Dia yakin kalau yang membalas pesannya bukan Bara. Akhirnya, dia pun memilih untuk berhenti menghubungi laki-laki tersebut.Sementara Hana merasa puas dengan apa yang dia lakukan. Namun, hatinya tetap sangat kesal karena wanita di luar sana masih menghubungi Bara dengan mengirimkan pesan mesra. Dia pun menyesal karena tidak mengundang para mantan kekasih Bara saat acara resepsi pernikahan mereka.“Coba aku undang mereka, pasti seru. Aku ingin buktikan kalau akulah pemenangnya. Mereka hanya masa lalu.” Hana kembali bermonolog.“Ini semua karena Bang Bara. Seandainya dia
🏵️🏵️🏵️“Abang udah sadar?” Hana sangat terkejut mendengar suara Bara.“Dari tadi Abang sadar, kok.” Bara memberikan jawaban dengan santai.“Maksud Abang apa?” Hana tidak mengerti maksud Bara. Dia pun mengangkat kepalanya dari dada suaminya itu.“Abang hanya ingin mendengar pengakuan cinta dari bibir kamu walaupun Abang udah tahu kalau cinta itu udah tumbuh di hati kamu untuk Abang.” Bara menyampaikan maksud dan tujuannya.“Jadi, Abang ngerjain aku?” Hana kesal mendengar pengakuan Bara. Dia pun ingin beranjak, tetapi Bara langsung meraih tangannya.“Abang nggak bermaksud ngerjain kamu. Abang hanya ingin kamu jujur.” Bara pun bangkit dari rebahan dan memilih duduk.Hana tidak tahu harus bersikap bagaimana sekarang. Di satu sisi, dia ingin menyalahkan Bara karena telah membuat dirinya panik. Namun di sisi lain, dia merasa lega karena telah mengutarakan cinta dan perasaan yang dipendam selama ini.Akan tetapi, sekarang dia sangat malu memandang wajah Bara. Dia ingin menghindar, tetapi t
🏵️🏵️🏵️“Arga?” Sandra terkejut melihat asisten kakaknya tersebut.“Iya, Bu. Saya bersedia bertanggung jawab atas Amira.” Arga memberikan jawaban yang membuat keluarga Bara terkejut.“Kamu tahu apa tentang Amira?” Bara heran melihat kehadiran Arga di rumahnya.Arga akhirnya menceritakan apa yang dia ketahui tentang Amira. Dia mendapatkan informasi dari salah satu teman Amira di kampus, tetapi dia tidak menyebutkan namanya. Sandra kembali terkejut karena dia sangat tahu kalau orang yang tahu masalah Amira hanya Amel.Sandra tidak yakin kalau Amel yang menceritakan apa yang terjadi terhadap Amira kepada Arga. Dia sangat tahu sifat adik dari kekasihnya tersebut. Amel sangat dapat dipercaya untuk menyimpan rahasia. Hana juga mengakui itu.“Siapa yang cerita ke kamu, Ga?” tanya Sandra kepada Arga.“Maaf, Bu … saya udah janji untuk tidak menyebutkan namanya. Saya hanya ingin bertanggung jawab terhadap Amira.” Arga tetap pada tujuan awalnya.Amira bingung mendengar keinginan Arga. Selama in
🏵️🏵️🏵️“Abang bisa mikir, nggak? Gimana perasaan Abang kasih tuduhan seperti itu? Apa Abang lupa dengan orang yang menodai Amira? Apa aku sehina itu di mata Abang? Apa Abang pikir aku akan mencintai cowok seperti dia?”Hana sangat kecewa terhadap Bara. Ini untuk pertama kali, dirinya melihat laki-laki itu menyakiti hati dan perasaannya. Dia pun memilih bangkit dari rebahan lalu beranjak menuju sofa. Dia ingin menjaga jara dari suaminya tersebut.Bara menarik rambutnya sambil mengembuskan napas berat. Dia pun langsung bangun lalu menghampiri Hana. Dia tidak kuasa melihat Hana yang kini menangis karena ucapannya. Dia akhirnya meminta maaf.“Sayang, Abang minta maaf.” Bara berlutut di depan Hana lalu meraih tangannya.“Kenapa Abang sejahat itu? Kenapa Abang melampiaskan kekesalan padaku? Apa Abang pikir aku bahagia atas apa yang Amira alami? Nggak, Bang. Aku nggak sekejam itu.” Hana tidak kuasa menghentikan tangisannya.“Abang nggak pernah berpikiran seperti itu.” Bara membenamkan waja
🏵️🏵️🏵️Hana tidak ingin percaya mendengar nama yang Bara sebutkan. Dia tidak pernah menyangka kalau laki-laki yang dulu dia cintai tega melakukan perbuatan tidak berperikemanusiaan. Dia pun langsung menutup telepon.Sementara Bara sangat bingung dan heran karena Hana mengakhiri panggilan masuk di ponselnya. Bara tidak tahu apa yang Hana pikirkan saat ini. Namun, satu hal yang membuatnya lega, dia telah mengatakan yang sebenarnya kepada istrinya itu.Bara mencoba untuk menelepon Hana, tetapi tidak diangkat. Dia pun menghubungi Sandra agar membatalkan pertemuannya dengan klien hari ini. Dia ingin segera pulang untuk bertemu Hana. Dia ingin mengetahui apa alasan wanita pujaan hatinya itu mematikan telepon.“Kamu kenapa, Sayang?” Bara langsung menemui Hana di kamar mereka setelah tiba di rumah.“Abang kenapa pulang? Ini baru jam berapa.” Hana terkejut melihat Bara yang tiba-tiba masuk kamar.“Abang kepikiran kamu yang tiba-tiba ma
🏵️🏵️🏵️Bara tersenyum mengingat tingkah Hana saat tidur tadi malam. Dia sangat puas dan bahagia mendengar pengakuan cinta Hana ketika mengigau. Akhir-akhir ini, Bara juga merasakan sesuatu yang berbeda dari sikap Hana.“Kenapa Abang senyum-senyum?” Hana tidak mengerti kenapa Bara senyum-senyum sendiri.“Lucu aja lihat kamu, Sayang.”“Apa yang lucu? Kan, wajar aku nanya. Kenapa Abang yakin banget kalau aku akan terima nikah lagi sama Abang?” Hana masih tetap ingin tahu lebih dalam perasaan Bara terhadap dirinya.“Harus yakin, dong. Lagi pun, kalau seandainya kamu nolak, Abang akan tetap kejar.” Hana tersenyum mendengar jawaban Bara.“Udah, ah … Abang mandi dulu.” Hana takut kalau Bara sampai menyadari detakan jantungnya yang makin tidak beraturan.Bara tahu kalau saat ini, Hana salah tingkah. Dia tidak mengerti kenapa istrinya itu tidak jujur dengan perasaannya. Namun, Bara tidak mempermasalahkan itu sekarang. Dia justru bahagia karena Hana telah mengeluarkan Rey dari hatinya.Bara i
🏵️🏵️🏵️Hari ini, Bara kembali melakukan rutinitasnya di kantor, tetapi pikirannya tetap tertuju pada kenyataan yang Sandra sampaikan kemarin. Orang yang bertanggung jawab atas apa yang terjadi terhadap Amira adalah Rey.Bara sangat terkejut mendengar penjelasan Sandra. Rey dengan tega telah menghancurkan kehormatan Amira karena ingin balas dendam. Sebelum kejadian itu, Amira dengan sengaja mengaku telah menjebak Hana agar tidak dapat bersatu dengan Rey.“Jadi, kamu yang menghancurkan hidup Hana?” Rey sangat terkejut mendengar pengakuan Amira.“Aku terpaksa melakukan itu agar kamu jauhin dia. Aku nggak terima dengan cintamu padanya.” Amira akhirnya mengutarakan apa yang dia pendam selama ini.“Aku nggak nyangka, ternyata kamu tega berbuat seperti itu pada sepupumu sendiri.” Rey menggeleng melihat Amira.“Itu karena aku nggak ingin lihat kalian bersama. Aku mencintaimu. Selama ini, kamu nggak pernah peka.” Amira pun menyampaikan alasannya.“Tapi aku nggak pernah punya perasaan lebih u