Di hari Senin, Devan kembali ke kampus. Pernikahan yang dilakukan oleh Devan minggu lalu, hanya diketahui oleh Silvi, kekasih hatinya. Hal itu sengaja di rahasiakan oleh Devan dari teman-temannya, karena ia merasa malu jika teman-temannya tahu kalau ia menikahi istri muda papanya. Begitu juga dengan Silvi yang akan jadi omongan teman kampusnya perihal pernikahan Devan, lelaki tampan yang selama ini banyak yang menggandrungi wanita di universitas tersebut.Silvi yang mencintai Devan, ikhlas menerima keputusan kekasih hatinya untuk menjalankan amanah almarhum Reza dengan menikahi Luna. Devan sendiri sudah berjanji pada Silvi, kalau ia akan meninggalkan Luna, saat wanita cantik itu hamil. Karena itu, Silvi sangat yakin, kalau hati Devan tetap akan mencintainya.Namun, sejak kemarin kegusaran hati Devan mulai muncul saat lelaki tampan itu kembali ke rumahnya usai menghabiskan malam panjang bersama Luna dengan melakukan kewajibannya sebagai suami di malam pertama. Pikiran Devan kini telah t
Devan yang mendengar teman satu kampusnya memperhatikan Silvi saat melihat foto Luna yang dikirim pamannya ketika mereka makan bersama, membuat Devan meraih ponsel tersebut dan berkata pada temannya.“Bukan siapa-siapa. Ini foto adik misan dan pamanku,” jawab Devan kala wajah Diah mendekati ponsel yang di raihnya dari tangan Silvi.Namun Diah yang memandang ke arah Silvi menaruh curiga kala melihat sahabatnya, masih termenung dan tampak shock usai melihat foto di ponsel Devan.“Hey! Silvi ... Kenapa sih sampai bengong seperti itu? Emang apa sih yang kamu lihat dari ponselnya Devan?” tanya Diah menepuk tangan Silvi yang langsung menoleh ke arah sahabatnya dengan linangan air mata yang jatuh membasahi pipi Silvi dengan ke dua netra tampak memerah menahan tangisnya.Silvi yang tak sanggup melihat kenyataan atas kecantikan paripurna Luna, membuat hatinya begitu tercabik-cabik. Terlebih, saat dirinya teringat atas Devan yang telah melewati malam pertama dengan wanita cantik itu, hingga dir
Tanpa sepengetahuan Devan yang tengah mengambil penumpang demi mendapatkan uang dan ingin mengembalikan uang Luna serta ingin membiayai hidup wanita cantik yang kini telah jadi istrinya. membuat Devan lupa, kalau Luna tidak membutuhkan uang darinya. Karena Luna adalah seorang wanita yang telah kaya raya sejak lahir dan memiliki segalanya dibandingkan Devan. Namun, jiwa idealis Devan yang menikahi Luna, tetap ingin menafkahi wanita kaya raya itu, walaupun Devan tidak tahu, apakah uang yang akan diberikan ke Luna untuk menafkahi wanita itu diterima atau tidak.Disisi lain Silvi sang kekasih Devan, yang telah dipacari Devan selama dua tahun, akhirnya memutuskan untuk menceritakan seluruh kejadian yang sebenarnya telah disepakati bersama sebagai rahasia yang harus ditutup rapat-rapat. Namun, rasa sakit yang teramat sangat dalam hati Silvi usai melihat kecantikan paripurna Luna, membuat wanita muda itu berniat membuka rahasia tersebut pada kedua sahabatnya dengan mengusir kedua ke kasih ha
Pada hari kamis, setelah lima hari, sejak Luna memutuskan untuk pulang ke rumah karena dirinya menstruasi. Maka selama empat hari sudah mereka tak bertemu dan selama itu juga setiap pulang kampus Devan selalu mencari uang jadi tukang ojek Online pun, menghubungi Luna saat jam mendekati pukul lima sore. Kala itu, Devan baru saja mengantar dan menurunkan penumpang pada sebuah Mal besar yang berjarak 700 meter dari kantor Luna.“Sebaiknya aku hubungi Luna untuk mengembalikan uang dia. Untungnya selama 5 hari ini, aku dapat penumpang cukup banyak. Jadi, aku bisa menutupi uang yang digunakan waktu itu,” Devan bermonolog sembari menghubungi Luna dan masih bertengger di atas sepeda motornya.“Ya Dev...,” sapa Luna menjawab panggilan Devan.“Luna, apa bisa aku ke kantormu?” tanya Devan dalam sambungan telepon.“Uhm, untuk apa ke kantor? Bukannya kamu di hari Senen kamu akan ke rumahku?” Luna balik tanya.“Ada sedikit urusan,” ucap Devan yang tak ingin Luna tahu rencananya.“Ya udah, ke kantor
Tepat di hari Jumat, ketiga orang wanita muda yang tak lain adalah pacar dan dua orang sahabat Silvi pun, ke kantor Luna kala jam menunjukkan pukul dua siang. Ketika itu, mereka bertiga ke kantor Luna dengan menggunakan Taxi sepulang dari kampus. Tindakan Silvi dan kedua sahabatnya tanpa diketahui oleh Devan ataupun Rofik dan Irman.Ketiga wanita muda yang sama sekali tidak pernah magang atau kerja pada sebuah perusahaan mana pun itu terlihat agak grogi saat menginjakkan kaki masuk ke dalam Lobby pada sebuah gedung lantai 21. Dimana saat itu, banyak sekali orang yang lalu lalang keluar dan masuk ke dalam gedung tersebut. Beberapa dari mereka terlihat memasuki lift. Terdapat tiga lift pada bagian kiri dan tiga lift pada bagian kanan. Ketiga wanita muda itu pun, saling berbisik satu dan lainnya, kala melihat dua orang sekuriti yang berjaga di dekat lift dan berada pada sisi pintu kaca yang secara otomatis dapat terbuka sendiri.“Silvi, kita tanya sekuriti itu aja. Dimana cewek tua itu k
Silvi yang terbakar cemburu kala melihat kecantikan Luna yang paripurna dengan kulit mulus seputih salju. Berjalan menuju ke arah Luna yang berdiri di depan pintu ruang kerjanya. Sesaat kemudian, wanita muda itu melayangkan tangannya ke arah wajah Luna. Namun, secepat kilat sekuriti yang tadi di panggil Luna menangkap tangan Silvi.“Kurang ajar kamu!” sentak Sutikno yang sangat terkejut dengan tindakan wanita muda tersebut.Sutikno menarik tangan Silvi dan meletakkannya ke belakang tubuh mungilnya. Adegan tersebut hampir mirip seperti seorang polisi tengah meringkus seorang maling.“Aduh! Sakit...! Lepas...!” pekik Silvi kala tangannya dibawa ke belakang tubuhnya.“Siapa kamu sebenarnya? Jawab! Berani-beraninya kamu berbohong dengan ngomong keponakan dari almarhum pak Reza. Pasti kamu punya tujuan jahat bertemu dengan bos kami! Sekarang kamu ngomong sejujurnya! Siapa yang suruh kamu celakai bos kami! Kalau tidak, sekarang juga saya bawa kamu ke kantor polisi!” murka Sutikno meledak ka
Selama dalam perjalanan pulang ke rumah itu, Luna yang masih merasa kesal dengan ulah Silvi, pacar Devan pun berbicara dalam hatinya.“Berani sekali wanita itu melabrak aku ke kantorku. Pasti Devan udah terbiasa tidur dengan wanita itu, makanya wanita itu mengatakan aku pelakor. Sialan! Sekarang aku harus bagaimana?’Terdengar beberapa kali panggilan telepon dari Devan yang dilihat dari layar ponselnya. Namun, tidak sekali pun Luna mau menjawabnya.‘Ngapaen juga si Devan telepon berkali-kali. Dia pikir, siapa dia? Kalau bukan karena keinginan Papa, malas aku berurusan sama dia. Nggak banget lelaki itu,’ gumamnya masih sangat kesal. Hingga Luna pun mematikan ponselnya dalam sisa waktu perjalanan ke rumahnya.Usai mematikan ponselnya, Luna pun memejamkan matanya dan akhirnya wanita cantik itu pun terlelap dalam tidurnya di tengah kemacetan yang kian merapat. Sedangkan Devan yang memutuskan ke rumah Luna, memacu motornya dengan kencang dan menaiki beberapa trotoar saat terjebak macet. Lel
Devan berpamitan pada Subroto, saat pelayan yang diminta oleh Luna menyampaikan pesan pada lelaki tampan tersebut. Dengan langkah panjang Devan menuju kamar Luna. Sesampai di depan kamar Luna, lelaki tampan itu mengetuk pintu kamar istrinya sendiri.Tok ... Tok ... Tok ...“Luna...,” panggilnya lembut.“Ya masuk,” jawab Luna dari dalam kamarnya.Ceklek!Devan berjalan masuk ke dalam kamar dengan perasaan tak karuan, dilihatnya Luna duduk di sofa panjang memandang suaminya. Devan yang di pandangi oleh Luna, menunduk dan memilih duduk pada sofa tunggal. Luna yang memandang Devan duduk di sofa tunggal terus menatapnya tanpa bicara.Ada rasa sesal kala teringat peristiwa yang terjadi di kantor tadi sore atas ulah pacar Devan. Apalagi dilihat Devan memilih duduk tidak di sofa yang sama dengannya. Bagi Luna, hal itu menandakan kalau Devan sama sekali tidak tertarik padanya dan dengan sengaja memberikan alamat kantornya.Melihat Devan hanya menunduk dan tak berbicara sepatah kata pun, Luna m