Share

Beri Waktu

Author: Sity Mariah
last update Last Updated: 2024-12-21 20:17:41

"A—apa maksudnya?" Napasku rasanya tercekat di tenggorokan. Suaraku melemah. Tidak mengerti dan mencoba mencerna apa yang disampaikan penjaga rumah.

Mungkinkah Bang Fahad mengusirku? Atau ... dia ingin menyudahi mahligai rumah tangga kami?

"Saya tidak tahu, Mba. Tuan hanya berpesan sebelum pergi, untuk menyampaikan pada Mba Chiara, kalau Mba tidak diizinkan masuk ke dalam rumah. Dan menyampaikan kalau Tuan ada di rumah orang tuanya Mba," jawab si penjaga rumah menambah keresahan dalam hatiku.

Aku mengusap wajah dengan kedua tangan. Kakiku sebenarnya lemas sekali, tapi dipaksa kuat karena keadaan yang membingungkan dan harus kuhadapi.

Kutarik napas panjang, melirik pada koper-koper milikku yang sudah berada di luar pagar. "Pak, titip dulu kopernya. Aku ke rumah orang tuaku dulu pakai ojeg online," pintaku pada si penjaga rumah.

"Baik, Mba."

Aku menjauh dari depan pagar. Memesan ojeg online dengan cepat melalui ponsel. Menunggunya dengan perasaan tak menentu. Hingga berselang sepuluh me
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Qayla Malek
hati manusia kan rapuh..lebih percaya dgn bukti visual..jika pilih bercerai..tak percaya takpe,janji jgn menyesal nnt fahad sbb tidak mahu mempertahankan..
goodnovel comment avatar
Adilah Ismail
ya biar ja ceraiiii,nt fahad tahu rasa mcm mna..penyesalan biasa dtg terlambat
goodnovel comment avatar
Fariz Arifin
huuuaaaaa huaaa jngn smpai Chiara pisah sama Fahad tor ,pokoknya harus ketahuan kalo arka yg jebak Chiara
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Lebih Menyakitkan Dari Apapun

    Tidak tinggal diam, aku berjalan cepat keluar dari ruangan depan rumah Mama. Menyusul Bang Fahad yang melangkah begitu lebar dan sudah sampai di halaman. Aku berlari menuruni teras seraya meneriakkan namanya. Langkahnya tampak melambat, sedangkan aku mempercepat langkah kaki.Sampai aku berhasil memeluknya dari belakang. Kepalaku rebah di punggung lebarnya. "Bang, jangan seperti ini. Kenapa Abang gak percaya sama aku?" tanyaku dengan suara lirih. Jujur saja, sebenarnya aku tidak begitu bertenaga. Tubuhku rasanya lelah sekali, tapi aku tidak mungkin membiarkan Bang Fahad pergi begitu saja.Laki-laki yang tengah kupeluk ini hanya bergeming tanpa reaksi. Tidak ada pula yang keluar dari mulutnya.Air mataku sudah tidak bisa dibendung. Hingga kubiarkan jebol dan membasahi pipi. "Aku hanya mencintai Abang. Sedikitpun aku gak pernah terpikirkan untuk kembali pada Raka apalagi sampai berselingkuh dengan dia. Tolong, percaya padaku, Bang," ucapku coba menjelaskan kembali. Kuharap, dia mau mend

    Last Updated : 2024-12-22
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Bukti

    Aku membuka mata. Rasanya tubuhku makin tidak karuan saja. Aku mengedarkan pandangan, dan ternyata aku berada dalam kamarku di lantai atas. Mungkin Papa yang sudah membawaku, karena usai Bang Fahad pergi, tubuhku limbung tak terkendali.Aku meraba dahi, mendapati kompres instan yang menempel. Menyentuh leher dan tubuhku memang lebih hangat dari biasanya."Mba sudah sadar?" tanya pembantu rumah yang duduk di sampingku terbaring.Aku mengangguk lemah sebagai jawaban. "Sekarang jam berapa?""Jam delapan malam, Mba.""Mama sama Papa mana?""Bapak sama Ibu pergi dulu katanya.""Ke mana?""Tidak bilang, Mba. Bapak sama Ibu berpesan, kalau Mba sudah sadar, Mba harus makan. Tadi sudah diperiksa dokter yang datang, Mba Chia demam, makanya dipasang kompres instan."Aku pun hanya mengangguk. Kondisi tubuhku rasanya naik turun dan tidak juga membaik. Aku lantas meminta pembantu rumah untuk membuatku bangkit sampai akhirnya duduk bersandar. Ketika duduk, pusing di kepalaku kembali terasa. Rasanya

    Last Updated : 2024-12-23
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Tidak Sudi

    Entah berapa lama aku tertidur, demam di tubuhku sudah mulai turun. Badanku terasa lebih ringan saat membuka mata. Namun, hawa di sekitarku terasa jauh lebih dingin. Pun dengan keadaan yang begitu hening dan senyap. Hanya deru napasku yang terdengar memenuhi kamar saat ini.Aku membawa tubuh terlentang. Mengecek ponsel dan ternyata baru jam dua malam. Aku kembali berbaring miring dan memeluk guling. Menatap dinding kamar dengan perasaan tak menentu.Kamar ini pernah menjadi tempat di mana aku sangat ingin kembali sebelumnya, karena awal-awal pernikahan yang sulit diterima. Sekarang, setelah aku mantap melabuhkan hati dan segenap perasaanku terhadapnya, ia malah meragukanku tanpa mau percaya sedikit pun. Dia malah membiarkanku di sini tanpa ingin membicarakan masalah ini berdua. Membiarkanku berkubang dalam kesedihan atas kejadian yang aku sendiri tidak merasa melakukannya.***Tiga hari sudah aku di rumah Mama. Kedua orang tuaku ser

    Last Updated : 2024-12-24
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Gejalanya ....

    Malam hari hujan turun cukup deras. Aku duduk di sofa ruang santai tepat di balik jendela dengan gorden yang dibiarkan terbuka. Menatap tiap tetesan air hujan yang berjatuhan dan mengenai kaca jendela dari luar.Cuaca malam ini begitu syahdu, menggali lubang rindu dalam hatiku akan sosok Bang Fahad yang kini membentangkan jaraknya. Aku sangat berharap dia akan datang ke rumah ini lagi lalu mengajakku untuk pulang. Kembali merenda mahligai rumah tangga kami yang membuat hidupku menjadi lebih indah.Namun, tiga hari aku di sini pun, dia tidak menampakkan batang hidungnya sama sekali. Dia pun sepertinya tidak peduli dengan keadaanku yang tengah sakit kemarin-kemarin.Jujur saja, aku begitu merindukannya. Bau keringatnya sepulang bekerja, wangi tubuhnya saat bangun tidur, dekapan hangatnya, wangi napasnya, semua tentangnya yang kini menjadi candu buatku namun tak bisa kurasakan. Hanya meninggalkan sesak yang menggerogoti hati."Chi

    Last Updated : 2024-12-24
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Benarkah Aku ...?

    "Dokter Arya sedang di luar kota. Tidak bisa ke sini, tapi di rumah sakit ada anaknya yang juga bekerja. Kita ke rumah sakit saja, bagaimana?" tanya Papa setelah selesai menelpon lalu menghampiriku dan Mama. "Gimana, Chi? Mau ya? Biar kita tahu kamu sakit apa," ujar Mama terdengar membujuk. Aku pun hanya mengangguk tanda setuju. Tidak bisa diam saja, aku memang harus tahu apa yang terjadi sebenarnya pada tubuhku. Benarkah aku ... hamil muda? Atau hanya sedang tidak sehat saja. "Ya sudah, papa siapkan mobil dulu. Mama bantu Chiara ya," tukas Papa kemudian segera berjalan keluar dari rumah. Sementara Mama membantuku untuk bangkit, kemudian duduk dan akhirnya memapahku berjalan keluar dari rumah sampai masuk ke dalam mobil. Duduk di jok belakang dengannya dan aku segera menyandarkan kepala di pundaknya. Kepalaku terasa pusing kembali dengan kunang-kunang yang menyerbu. Mobil mulai melaju, meninggalkan halaman rumah Mama dan meluncur di jalan besar. Selama perjalanan, rasanya tubuhku

    Last Updated : 2025-01-01
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Aku Rindu

    "Abang di mana? Apa Abang gak mau tahu keadaanku? Apa Abang gak mau mendengar kabar bahagia ini?" Aku bergumam sambil menatap layar ponsel. Kuhirup napas panjang lalu menghubunginya sekali lagi. Namun hasilnya tetap sama. Putus asa, kusimpan ponsel di atas meja nakas. Pandanganku lurus pada langit-langit kamar. Mengembus napas kasar merasakan sesak dalam dada. Ingin sekali aku mengabarkan hal bahagia ini pada Bang Fahad. Bayi kecil yang begitu dia inginkan hadir dalam pernikahan kami akan segera terwujud. Tapi Bang Fahad justru benar-benar menghindar dariku. Meski hati dan pikiranku menjadi bercabang, aku mencoba untuk beristirahat. Berharap kondisi tubuhku akan membaik setelahnya. Berselang satu jam, nyatanya aku malah terus terjaga. Perutku juga mulai terasa lapar. Beruntung pembantu rumah datang dan mengantarkan bubur ayam ke kamar. "Mba, biar bibi bantu makannya ya? Ibu sama Bapak ada pekerjaan dulu katanya," ujar pembantu rumah yang sudah mengabdikan dirinya bertahun-tahun i

    Last Updated : 2025-01-01
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Anak Kita!

    Pagi-pagi sekali aku sudah berdiri di depan gerbang pagar rumah Bang Fahad. Menatap pagar tinggi menjulang itu dengan penuh tekad. Bersama surat hasil pemeriksaan di tangan, aku pun mulai melangkah menuju pos jaga."Bang Fahad ada, 'kan?" tanyaku pada si penjaga rumah.Tampak laki-laki berseragam khas seorang security itu mengangguk. "Ada, Mba," jawabnya tapi terdengar ragu."Saya mau bertemu.""Tuan ... tidak bisa diganggu."Aku mengembus napas kasar. Apa sesusah ini untuk bertemu suami sendiri?"Kenapa? Saya istrinya. Apa suami bertemu istrinya adalah gangguan?" tanyaku dengan nada mendesak.Terlihat si penjaga rumah itu tampak gelisah sambil menggosok telapak tangan. Seolah-olah mengizinkanku masuk adalah larangan yang sudah diberikan Bang Fahad padanya.Akhirnya ia mau membukakan gerbang. Namun yang menyayat hati ialah, ia memintaku menunggu di teras sementara dirinya memanggil Bang Fahad ke dalam rumah. Aku istrinya, kenapa sampai begininya ingin bertemu dengan suami sendiri? Ap

    Last Updated : 2025-01-02
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Hampir Gila

    Aku mundur beberapa langkah, terpaku mendengar ucapan Rakana yang terdengar seperti ledakan."Enggak mungkin! Jangan asal bicara kamu, Raka! Aku hanya tidur dengan Bang Fahad. Tidak terjadi apapun di antara kita dan Bang Fahad tidak seperti yang kamu tuduhkan!" teriakku sambil mendorong bahunya. Namun tidak berarti apa-apa, tubuh Rakana tak bergeming sedikit pun.Rakana merangsek maju, sampai jaraknya mungkin hanya sejengkal denganku."Aku gak bohong, Chi," balasnya dengan nada penuh keyakinan. "Kita memang sudah melakukannya. Mungkin kamu lupa dan tidak sadar, tapi aku mengingatnya. Lalu Bang Fahad, selama ini dia menyembunyikan kenyataan itu dari kamu. Dia gak mau terlihat lemah, jadi dia memilih untuk diam. Tapi aku tahu semuanya dan sekarang, kamu juga harus tahu."Aku menggeleng cepat, berusaha menepis semua yang dikatakannya. "Kamu pikir aku akan percaya omong kosong ini? Kamu hanya ingin menghancurkan semuanya! Kamu sengaja membuat kekacauan!"Rakana mendekat lagi, tatapannya s

    Last Updated : 2025-01-02

Latest chapter

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Entah Kebetulan atau Hanya Skenario

    Aku menggigit bibir, menahan kepanikan yang menggelegak dalam dada. Tanganku terus menekan sisi perut Bang Fahad, berusaha mengurangi pendarahan."Pa, cepat! Kita harus segera sampai!"Mobil melaju kencang membelah jalanan sepi dini hari. Mama menangis tertahan di sampingku, menggenggam tangan Bang Fahad yang kini dingin."Fahad, bertahanlah. Tolong bertahan!" isak Mama, seolah ketakutan akan kehilangan seseorang lagi setelah Mas Althaf pergi untuk selamanya.Aku menatap wajah Bang Fahad yang semakin pucat. Perasaan aneh berkecamuk dalam dadaku. Harusnya aku tidak peduli. Harusnya aku membiarkan dia mati karena kehabisan darah.Tapi saat ini, melihatnya dalam keadaan seperti ini, jujur saja aku merasa sesak. Aku kasihan padanya. Tidak tega. Apa kebencianku hanya setengah hati? Apa aku tidak benar-benar membencinya?Mobil akhirnya berhenti dengan rem mendadak di depan rumah sakit. Papa tampak buru-buru keluar untuk meminta bantuan. Dalam hitungan detik, beberapa petugas medis datang me

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Mimpi Buruk yang Kembali

    "Apa, Chi? Tinggal di luar negeri? Kenapa tiba-tiba kamu bicara begini?" tanya Mama dengan ekspresi terkejut."Iya, Chi. Tidak ada angin dan hujan, tiba-tiba sekali kamu ingin tinggal di luar negeri. Ada apa?" Papa menimpali dengan reaksi tak kalah terkejutnya.Aku menarik napas dalam-dalam lalu mengembusnya sekaligus. Kedua tangan terangkat meraup wajah, meremas kepala kemudian barulah menatap Mama dan Papa lagi."Mama dan Papa sudah tahu, kalau Bang Fahad ada di kota ini juga. Dia ... masih terus menemuiku, Ma, Pa. Dia masih terus saja muncul di hadapanku. Dia bersikap seolah-olah ingin menebus kesalahannya di masa lalu terhadap kita. Dan tentu saja aku marah terus-terusan bertemu dia. Mama dan Papa tahu, bagaimana aku membenci dia setengah mati. Makanya, aku ingin tinggal di luar negeri. Di tempat yang jauh dan gak akan pernah bertemu lagi dengan dia," jelasku akhirnya."Kita lebih dulu tinggal di kota ini, Chi. Kalaupun harus ada yang pergi, itu bukan kamu atau kita. Tapi, ya dia.

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Aku yang Pergi!

    Pagi ini udara terasa lebih segar dari biasanya. Entah mungkin hanya perasaanku saja setelah semalam aku bisa sedikit melupakan kesedihan karena kematian Mas Althaf. Meski caranya tidak dibenarkan, tapi aku rasa itu tidak merugikan siapapun.Dengan pakaian olahraga dan earphone terpasang di telinga, aku siap keluar dari rumah untuk melakukan jogging pagi ini. Tapi belum sempat melewati pagar, Mama lebih dulu datang dan menahan kepergianku."Chi, sebentar," ucapnya dengan lembut.Aku melepas satu sisi earphone. "Ada apa, Ma?"Mama menatapku lama, seakan mempertimbangkan kata-kata yang ingin diucapkan. "Kamu pulang larut tadi malam?"Aku menghembus napas kasar. "Iya, Ma. Maaf, aku keasyikan keliling mall terus nonton di bioskopnya, enggak sadar udah larut."Mama menghela napas. "Iya, Papa juga bilang kamu pulang kemalaman karena nonton bioskop, tapi mama rasa ada sesuatu yang kamu sembunyikan."

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Jangan Lakukan Ini Lagi

    Aku melangkah cepat menuju mobil, telapak tanganku masih terasa panas setelah dua kali menampar wajah Bang Fahad. Aku ingin pergi sejauh mungkin dari laki-laki itu, tak ingin mendengar suaranya, apalagi melihat wajahnya.Namun, baru saja meraih gagang pintu mobil, seseorang menarik pergelangan tanganku dari belakang. Seketika aku menoleh dan menemukan Bang Fahad yang melakukannya. Dia mencengkram pergelangan tanganku sambil menyudutkan pada badan mobil."Kamu berpikir saya merencanakan semua ini?" tanyanya dengan suara masih tenang, tapi sorot matanya menunjukkan tidak terima.Aku mendengkus, menepis tangannya dengan kasar. "Pergi dari sini! Pergi dari hadapanku!"Bang Fahad menghela napas panjang. "Chi, kamu enggak tahu betapa khawatirnya saya ketika melihat kamu tadi. Kenapa kamu berpikir kalau saya mengenal orang-orang itu?"Aku tertawa sinis. "Khawatir? Jangan pura-pura peduli, Bang! Jangan berlaku seolah-olah Abang adalah pahlawan yang sudah menyelamatkan aku malam ini. Aku tahu

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Cara-cara Murahan

    Aku kembali meronta di dalam gendongan Bang Fahad, tapi dia tetap berjalan tegap hingga keluar dari area taman tanpa mengindahkan protesku. Napasku tersengal, dada terasa sesak karena emosi yang memuncak."Turunin aku, Bang! Aku bisa pulang sendiri!" seruku sambil mencari-cari pegangan berharap bisa bertumpu pada sesuatu dan menghentikan langkahnya.Bang Fahad hanya menghela napas, lalu sedikit mengeratkan lengannya agar aku tidak banyak bergerak. "Jangan banyak gerak, Chi. Nanti kaki kamu makin sakit.""Aku gak peduli! Aku lebih baik ngesot pulang daripada harus digendong Abang!" Aku menggertakkan gigi, tapi laki-laki itu tetap tak menggubrisku.Dia terus berjalan menyusuri trotoar jalanan kian menjauh dari taman. Sementara aku terus meronta meski tenagaku tak seberapa besar dan kalah telak dengan tenaga Bang Fahad."Turunin aku, Bang! Apa Abang udah gak bisa denger?!" teriakku kembali. Namun Bang Fahad tidak jug

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Ingin Membunuhnya

    Namun sepertinya Bang Fahad terus saja mengikuti, hingga ia berhasil menyamai langkahku lagi dan berlari tepat di lintasan di sebelahku. Akhirnya aku berhenti berlari lalu beralih menatapnya dengan pandangan penuh kebencian."Mau apalagi, sih? Gak ada tempat lain yang bisa Anda datangi selain taman ini?!" tegasku dengan memasang wajah muak yang semoga bisa ia pahami.Terdengar laki-laki itu berdehem seraya memutar tubuh hingga tak lagi berhadapan denganku. "Ini tempat umum. Siapa saja boleh ke sini, termasuk saya.""Memang, tapi aku muak bertemu Abang lagi, Abang lagi. Ngapain sih, ngikutin aku terus? Mau apa? Kita sudah selesai sejak tiga tahun yang lalu. Apalagi yang membuat Abang selalu muncul di hadapanku?" cecarku kemudian.Tampak laki-laki itu menggeleng dengan pandangan yang masih lurus ke depan, sebelum detik berikutnya berubah hingga menghadapku. "Saya mau memastikan kamu baik-baik saja, Chi."Aku mendecih kesal. "Abang buta? Abang gak lihat? Aku sekarang di hadapan Abang seh

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Lagi-lagi Dia

    "Aakhhh!" Aku memukul setir kemudi berulang, meluapkan kekesalan yang memenuhi hati. Entah bagaimana, Bang Fahad bisa datang dan mengacaukan niatku.Aku tahu apa yang akan kulakukan memang tidak dibenarkan, tapi sekali lagi aku tekankan, aku hanya sedang membutuhkan pelarian agar tidak tertekan atas kematian Mas Althaf. Mungkin saja, satu atau dua gelas minuman di klub malam tadi bisa menenangkan pikiranku. Tapi sialnya, Bang Fahad datang dan berlagak seperti orang suci."Memuakkan. Kenapa dia masih di kota ini? Dia juga tahu kematian Mas Althaf. Apa dia benar mengawasiku? Kalau iya, buat apa? Buat apalagi dia datang dalam kehidupanku? Aarghhh! Menyebalkan!" Aku merutuk sambil mengemudi, teringat pertemuan di klub malam tadi dengan Bang Fahad.Laki-laki yang kubenci setengah mati, sekarang justru hadir kembali dalam kehidupanku. Aku benar-benar muak.Setelah tiga tahun sebelumnya dia menghempasku seperti seonggok sampah, sekara

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Jijik.

    "Chi ... kamu mau minum? Sadar, Chiara. Itu gak baik. Minuman yang ada di sini itu beralkohol dan kamu pasti tahu kalau itu haram."Aku menatap laki-laki itu dengan pandangan muak. Amarah seketika memenuhi dada melihat sosoknya yang tiba-tiba muncul dan menghalangi apa yang hendak aku lakukan."Apa peduli kamu? Dan, ngapain kamu di sini?" tanyaku dengan rahang mengeras. Aku memang sudah memaafkan Bang Fahad atas kesalahannya, tapi bukan berarti aku bisa menerima kehadirannya kembali."Tentu saya peduli, Chi. Saya sangat peduli. Saya tahu kamu sedih atas kematian dokter Althaf, tapi tidak seperti ini caranya, Chi," ucapnya membuat telingaku rasanya panas.Kedua tanganku mengepal di sisi tubuh. "Pergi," pintaku dengan jari telunjuk mengarah ke pintu masuk.Bang Fahad tampak menggeleng. "Saya tahu kamu sedang bersedih, Chi. Saya tahu keadaan kamu sekarang tidak baik-baik saja, tapi tidak seperti ini kamu mencari pelarian. Kalau kamu butuh seseorang untuk berbagi kesedihan, ada saya." Dia

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   POV CHIARA

    POV CHIARA #Waktu tujuh hari berjalan dengan begitu lambat. Di mana setiap malamnya aku harus menghadapi kenyataan dengan adanya acara tahlilan di rumahku. Rumah yang selama satu tahun ini aku tempati bersama Mas Althaf.Tempat yang setiap sudutnya menguarkan aroma tubuh dari laki-laki itu, membuat dadaku sesak dan rasanya aku ingin menyusulnya saja.Aku tidak sanggup lebih lama menempati rumah itu seorang diri, karena setiap jengkalnya membangkitkan kenangan bersama Mas Althaf.Laki-laki yang menikahiku satu tahun lalu. Laki-laki yang telah membawa pelangi serta semangat dalam hidupku yang semula gelap dan hancur usai kematian bayi yang sedang aku kandung karena kecelakaan.Setelah aku memutuskan untuk memulai hidup baru tanpa bayang-bayang Bang Fahad, setelah aku mengikhlaskan hubungan kami yang baru seumur jagung itu, aku masih baik-baik saja.Aku juga mampu menjaga kandunganku yang semula d

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status