Home / Rumah Tangga / DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU / Lebih Menyakitkan Dari Apapun

Share

Lebih Menyakitkan Dari Apapun

Author: Sity Mariah
last update Last Updated: 2024-12-22 17:40:08

Tidak tinggal diam, aku berjalan cepat keluar dari ruangan depan rumah Mama. Menyusul Bang Fahad yang melangkah begitu lebar dan sudah sampai di halaman. Aku berlari menuruni teras seraya meneriakkan namanya. Langkahnya tampak melambat, sedangkan aku mempercepat langkah kaki.

Sampai aku berhasil memeluknya dari belakang. Kepalaku rebah di punggung lebarnya. "Bang, jangan seperti ini. Kenapa Abang gak percaya sama aku?" tanyaku dengan suara lirih. Jujur saja, sebenarnya aku tidak begitu bertenaga. Tubuhku rasanya lelah sekali, tapi aku tidak mungkin membiarkan Bang Fahad pergi begitu saja.

Laki-laki yang tengah kupeluk ini hanya bergeming tanpa reaksi. Tidak ada pula yang keluar dari mulutnya.

Air mataku sudah tidak bisa dibendung. Hingga kubiarkan jebol dan membasahi pipi. "Aku hanya mencintai Abang. Sedikitpun aku gak pernah terpikirkan untuk kembali pada Raka apalagi sampai berselingkuh dengan dia. Tolong, percaya padaku, Bang," ucapku coba menjelaskan kembali. Kuharap, dia mau mend
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Rahman Nita
lagian dr awal ga nyeritain si chiara, kan bang fahad dah blg suruh ceritain apapun itu. Tp bang fahad jg keterlaluan masa iya lupa udh diblg kemarin raka ngancam, ga kepikiran gitu kah klo ancaman itu udh berjalan dgn cara buat salah paham?
goodnovel comment avatar
Adilah Ismail
cinta bang fahad blm kuat utk chiara...pergilah sejauhnya bwa bayi dlm kandungan mu chi
goodnovel comment avatar
Nuriati Mohd Nordin
fahad tiada keyakinan terhadap chi..manakala adiknya menjadi duri ..utk apa terkejar kejar dan berada dlm kesakitan dan kerisauan..tinggalkan dan keluar dlm situ...letih..klu cerai ya cerai .
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Bukti

    Aku membuka mata. Rasanya tubuhku makin tidak karuan saja. Aku mengedarkan pandangan, dan ternyata aku berada dalam kamarku di lantai atas. Mungkin Papa yang sudah membawaku, karena usai Bang Fahad pergi, tubuhku limbung tak terkendali.Aku meraba dahi, mendapati kompres instan yang menempel. Menyentuh leher dan tubuhku memang lebih hangat dari biasanya."Mba sudah sadar?" tanya pembantu rumah yang duduk di sampingku terbaring.Aku mengangguk lemah sebagai jawaban. "Sekarang jam berapa?""Jam delapan malam, Mba.""Mama sama Papa mana?""Bapak sama Ibu pergi dulu katanya.""Ke mana?""Tidak bilang, Mba. Bapak sama Ibu berpesan, kalau Mba sudah sadar, Mba harus makan. Tadi sudah diperiksa dokter yang datang, Mba Chia demam, makanya dipasang kompres instan."Aku pun hanya mengangguk. Kondisi tubuhku rasanya naik turun dan tidak juga membaik. Aku lantas meminta pembantu rumah untuk membuatku bangkit sampai akhirnya duduk bersandar. Ketika duduk, pusing di kepalaku kembali terasa. Rasanya

    Last Updated : 2024-12-23
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Tidak Sudi

    Entah berapa lama aku tertidur, demam di tubuhku sudah mulai turun. Badanku terasa lebih ringan saat membuka mata. Namun, hawa di sekitarku terasa jauh lebih dingin. Pun dengan keadaan yang begitu hening dan senyap. Hanya deru napasku yang terdengar memenuhi kamar saat ini.Aku membawa tubuh terlentang. Mengecek ponsel dan ternyata baru jam dua malam. Aku kembali berbaring miring dan memeluk guling. Menatap dinding kamar dengan perasaan tak menentu.Kamar ini pernah menjadi tempat di mana aku sangat ingin kembali sebelumnya, karena awal-awal pernikahan yang sulit diterima. Sekarang, setelah aku mantap melabuhkan hati dan segenap perasaanku terhadapnya, ia malah meragukanku tanpa mau percaya sedikit pun. Dia malah membiarkanku di sini tanpa ingin membicarakan masalah ini berdua. Membiarkanku berkubang dalam kesedihan atas kejadian yang aku sendiri tidak merasa melakukannya.***Tiga hari sudah aku di rumah Mama. Kedua orang tuaku ser

    Last Updated : 2024-12-24
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Gejalanya ....

    Malam hari hujan turun cukup deras. Aku duduk di sofa ruang santai tepat di balik jendela dengan gorden yang dibiarkan terbuka. Menatap tiap tetesan air hujan yang berjatuhan dan mengenai kaca jendela dari luar.Cuaca malam ini begitu syahdu, menggali lubang rindu dalam hatiku akan sosok Bang Fahad yang kini membentangkan jaraknya. Aku sangat berharap dia akan datang ke rumah ini lagi lalu mengajakku untuk pulang. Kembali merenda mahligai rumah tangga kami yang membuat hidupku menjadi lebih indah.Namun, tiga hari aku di sini pun, dia tidak menampakkan batang hidungnya sama sekali. Dia pun sepertinya tidak peduli dengan keadaanku yang tengah sakit kemarin-kemarin.Jujur saja, aku begitu merindukannya. Bau keringatnya sepulang bekerja, wangi tubuhnya saat bangun tidur, dekapan hangatnya, wangi napasnya, semua tentangnya yang kini menjadi candu buatku namun tak bisa kurasakan. Hanya meninggalkan sesak yang menggerogoti hati."Chi

    Last Updated : 2024-12-24
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Benarkah Aku ...?

    "Dokter Arya sedang di luar kota. Tidak bisa ke sini, tapi di rumah sakit ada anaknya yang juga bekerja. Kita ke rumah sakit saja, bagaimana?" tanya Papa setelah selesai menelpon lalu menghampiriku dan Mama. "Gimana, Chi? Mau ya? Biar kita tahu kamu sakit apa," ujar Mama terdengar membujuk. Aku pun hanya mengangguk tanda setuju. Tidak bisa diam saja, aku memang harus tahu apa yang terjadi sebenarnya pada tubuhku. Benarkah aku ... hamil muda? Atau hanya sedang tidak sehat saja. "Ya sudah, papa siapkan mobil dulu. Mama bantu Chiara ya," tukas Papa kemudian segera berjalan keluar dari rumah. Sementara Mama membantuku untuk bangkit, kemudian duduk dan akhirnya memapahku berjalan keluar dari rumah sampai masuk ke dalam mobil. Duduk di jok belakang dengannya dan aku segera menyandarkan kepala di pundaknya. Kepalaku terasa pusing kembali dengan kunang-kunang yang menyerbu. Mobil mulai melaju, meninggalkan halaman rumah Mama dan meluncur di jalan besar. Selama perjalanan, rasanya tubuhku

    Last Updated : 2025-01-01
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Aku Rindu

    "Abang di mana? Apa Abang gak mau tahu keadaanku? Apa Abang gak mau mendengar kabar bahagia ini?" Aku bergumam sambil menatap layar ponsel. Kuhirup napas panjang lalu menghubunginya sekali lagi. Namun hasilnya tetap sama. Putus asa, kusimpan ponsel di atas meja nakas. Pandanganku lurus pada langit-langit kamar. Mengembus napas kasar merasakan sesak dalam dada. Ingin sekali aku mengabarkan hal bahagia ini pada Bang Fahad. Bayi kecil yang begitu dia inginkan hadir dalam pernikahan kami akan segera terwujud. Tapi Bang Fahad justru benar-benar menghindar dariku. Meski hati dan pikiranku menjadi bercabang, aku mencoba untuk beristirahat. Berharap kondisi tubuhku akan membaik setelahnya. Berselang satu jam, nyatanya aku malah terus terjaga. Perutku juga mulai terasa lapar. Beruntung pembantu rumah datang dan mengantarkan bubur ayam ke kamar. "Mba, biar bibi bantu makannya ya? Ibu sama Bapak ada pekerjaan dulu katanya," ujar pembantu rumah yang sudah mengabdikan dirinya bertahun-tahun i

    Last Updated : 2025-01-01
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Anak Kita!

    Pagi-pagi sekali aku sudah berdiri di depan gerbang pagar rumah Bang Fahad. Menatap pagar tinggi menjulang itu dengan penuh tekad. Bersama surat hasil pemeriksaan di tangan, aku pun mulai melangkah menuju pos jaga."Bang Fahad ada, 'kan?" tanyaku pada si penjaga rumah.Tampak laki-laki berseragam khas seorang security itu mengangguk. "Ada, Mba," jawabnya tapi terdengar ragu."Saya mau bertemu.""Tuan ... tidak bisa diganggu."Aku mengembus napas kasar. Apa sesusah ini untuk bertemu suami sendiri?"Kenapa? Saya istrinya. Apa suami bertemu istrinya adalah gangguan?" tanyaku dengan nada mendesak.Terlihat si penjaga rumah itu tampak gelisah sambil menggosok telapak tangan. Seolah-olah mengizinkanku masuk adalah larangan yang sudah diberikan Bang Fahad padanya.Akhirnya ia mau membukakan gerbang. Namun yang menyayat hati ialah, ia memintaku menunggu di teras sementara dirinya memanggil Bang Fahad ke dalam rumah. Aku istrinya, kenapa sampai begininya ingin bertemu dengan suami sendiri? Ap

    Last Updated : 2025-01-02
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Hampir Gila

    Aku mundur beberapa langkah, terpaku mendengar ucapan Rakana yang terdengar seperti ledakan."Enggak mungkin! Jangan asal bicara kamu, Raka! Aku hanya tidur dengan Bang Fahad. Tidak terjadi apapun di antara kita dan Bang Fahad tidak seperti yang kamu tuduhkan!" teriakku sambil mendorong bahunya. Namun tidak berarti apa-apa, tubuh Rakana tak bergeming sedikit pun.Rakana merangsek maju, sampai jaraknya mungkin hanya sejengkal denganku."Aku gak bohong, Chi," balasnya dengan nada penuh keyakinan. "Kita memang sudah melakukannya. Mungkin kamu lupa dan tidak sadar, tapi aku mengingatnya. Lalu Bang Fahad, selama ini dia menyembunyikan kenyataan itu dari kamu. Dia gak mau terlihat lemah, jadi dia memilih untuk diam. Tapi aku tahu semuanya dan sekarang, kamu juga harus tahu."Aku menggeleng cepat, berusaha menepis semua yang dikatakannya. "Kamu pikir aku akan percaya omong kosong ini? Kamu hanya ingin menghancurkan semuanya! Kamu sengaja membuat kekacauan!"Rakana mendekat lagi, tatapannya s

    Last Updated : 2025-01-02
  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Jangan Mempersulit Semuanya

    Aku menegakkan punggung, rasa gugup langsung menguasai diri. Bang Fahad masuk bersama Mama, lalu ia mengisi sofa single di sebelah kanan sofa yang kutempati. Wajahnya serius, tanpa senyuman atau tanda-tanda kehangatan seperti yang biasa kulihat.Aku mencoba menetralkan rasa gugup yang menyerang. Berusaha agar bersikap sesantai mungkin. Entah kenapa, bertemu dengannya setelah pertemuan menyakitkan kemarin, seolah membangkitkan rasa sakitnya lagi."Om Ruslan ada, Tan?" tanya Bang Fahad kemudian. Suaranya terdengar begitu dingin. Dia bahkan tidak lagi memanggil Mama pada mertuanya."Ada di taman belakang. Apa kita akan berbicara bersama-sama?" jawab serta tanya Mama.Bang Fahad tampak hanya mengangguk. Mama lantas bangkit untuk memanggil Papa. Meninggalkanku berdua bersama Bang Fahad.Aku menatapnya yang selalu tampil dengan rapi. Ingin sekali aku memeluknya, tenggelam dalam dadanya yang kokoh, mencium wangi tubuhnya dan bermanja-manja seperti biasanya. Namun, jangankan balas menatapku,

    Last Updated : 2025-01-03

Latest chapter

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Mereka Itu ....

    Seharian kami menghabiskan waktu di luar vila. Hingga tiba malam hari dan rupanya aku sempat tertidur. Aku terbangun karena suara gaduh dari dapur.Begitu keluar dari kamar, aku menemukan Bang Fahad berdiri dengan celemek bunga-bunga dan di tangannya ada mixer yang sedang menyala.“Abang ngapain?” tanyaku sambil menahan tawa.Dia menoleh dengan ekspresi penuh percaya diri, walau sedikit tepung menempel di pipinya. “Saya lagi bikin kue buat istri tercinta.”Mataku menyipit. “Bikin kue? Emang bisa?”“Bisa dong. Bisa gagal juga sih, tapi ... niatnya aja udah manis kan?”Aku tertawa sambil berjalan mendekat. “Tepungnya aja nempel di hidung. Udah kayak badut ulang tahun.”Dia nyengir, lalu tiba-tiba mencolekkan sedikit adonan dalam wadah ke ujung hidungku. “Nah, sekarang kita kembar.”“Bang! Ini lengket tau!” Aku coba membersihkannya, tapi dia malah kabur ke ruang tengah setelah menyemburkan lagi tepung ke arahku, membuatku harus mengejarnya sambil tertawa-tawa.“Kalau kamu bisa nangkep sa

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Apapun Terasa Indah

    Usai sarapan dan sedikit bersantai di teras vila, Bang Fahad menggandeng tanganku menuju dermaga kecil di belakang vila. Terdapat sebuah perahu kayu mungil sudah terikat di sana, mengapung tenang di atas danau yang berkilau di bawah sinar matahari siang.“Mau keliling danau pakai perahunya?” tanyanya sambil menatapku penuh semangat.Aku menatapnya ragu. "Abang yakin bisa mendayung? Jangan-jangan baru mulai udah nyangkut di tengah.”Dia tertawa renyah, lalu meraih pelampung untukku. “Kalau bersama kamu, saya mendadak seperti petugas damkar, apapun pasti bisa saya lakukan."Kami lantas naik ke perahu pelan-pelan. Perahu mulai bergerak perlahan, menyisakan riak kecil yang tenang di permukaan air.Aku duduk di ujung yang berhadapan langsung dengan Bang Fahad, sementara dia mulai mengayuh dengan tenang dan teratur.Angin menerpa wajah kami, lembut dan menenangkan. Pemandangan sekeliling terasa seperti lukisan hidup, pepohonan rindang, suara burung dari kejauhan, dan sinar matahari yang men

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Siap Mencintai

    Satu bulan usai malam paling romantis itu, kami akhirnya berangkat. Keadaanku tiap harinya kian membaik. Aku sudah mampu berjalan dengan normal lagi, meski sesekali masih ada sakit yang terasa.Hari ini kamu pergi. Bukan ke luar negeri, bukan pula ke kota besar yang ramai dan gemerlap. Hanya ke sebuah vila tersembunyi di daerah perbukitan, tempat di mana suara alam jauh lebih lantang daripada deru kendaraan. Tempat yang dipilih Bang Fahad sendiri, tempat yang katanya sudah lama ingin ia kunjungi bersamaku.Perjalanan kami ditemani udara sejuk dan senyum yang tak pernah lepas dari wajah kami. Aku duduk di kursi penumpang sambil sesekali meliriknya, dan setiap kali itu terjadi, Bang Fahad selalu sempat menangkap pandanganku.“Kamu ngelihatin saya terus, kenapa?” tanyanya sambil nyengir, matanya masih fokus ke jalan.Aku mengangkat bahu dengan wajah sok polos. “Salah, ya? Ngelihatin suami sendiri?”Dia tertawa kecil. “Enggak. Cuma takut kamu gak kuat nahan rasa cinta aja, nanti meledak d

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Menulis Cerita Baru

    Waktu terasa lambat saat aku harus hidup bergantung di kursi roda. Tidak ada hari yang terlewat tanpa obat dan terapi. Tidak ada waktu yang berlalu tanpa bantuan dari Bang Fahad padaku. Hingga detik ini, terhitung sudah lima bulan aku menjalani semuanya. Dukungan dan kesetiaan Bang Fahad tidak perlu diragukan. Dia ada di setiap saat aku membutuhkannya.Tidak ada usaha yang mengkhianati hasil. Pelan tapi pasti, aku sudah mulai bisa berjalan meski hanya baru di dalam rumah. Keadaanku berangsur membaik dan semua ini tidak lepas dari dukungan penuh Bang Fahad selama aku menjalani terapi."Saya senang, akhirnya kamu bisa jalan lagi, meski masih pelan-pelan," ucap Bang Fahad saat kami duduk bersama di sofa ruang televisi pagi hari setelah selesai sarapan."Semua karena bantuan Abang juga. Kalau tanpa Abang, aku gak yakin bisa membaik seperti ini," jawabku apa adanya.Bang Fahad tampak menggeleng. "Enggak, Chi. Semua karena usaha dan kegigihan kamu juga.

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Tidak Harus Sempurna

    Hari demi hari berlalu.Aku belum juga mampu berjalan. Hidupku masih terus bergantung pada kursi roda, tetapi gips yang semula membungkus kakiku sudah dilepaskan. Pergelangan kakiku tidak sempurna bentuknya. Aku masih harus menjalani terapi dan Bang Fahad merawatku dengan sangat telaten selama ini.Seperti pagi ini, dia sudah membawa semangkuk bubur hangat ke kamar dan bersiap menyuapiku. Namun, aku menundanya."Kamu belum laper?" tanya Bang Fahad yang duduk di sisi tempat tidur.Aku menggeleng pelan. "Belum. Tapi ... aku ngerasa gerah banget. Boleh gak minta tolong?"Dia menatapku penuh perhatian. "Boleh, dong. Kamu mau apa?""Aku pengen mandi dulu, mau keramas."Dia mengangguk mantap. "Oke. Ayo, saya bantu."Bang Fahad bergerak cepat menggulung lengan kausnya, mengambil baskom dari lemari kecil, handuk bersih, dan sampo favoritku yang disimpan di rak pojok."Emm, saya gendong aja ya?" tanyanya setelah

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Senja yang Indah

    Pelukan itu masih bertahan.Lama.Seakan tidak ada kata yang lebih tepat selain diam yang saling menyampaikan isi hati. Aku bisa mendengar detak jantungnya yang tenang, ritmenya menyatu dengan napasku yang perlahan mulai normal kembali. Tak ada luka yang benar-benar hilang, tapi pagi ini aku merasa luka itu mulai sembuh lewat cara yang tak pernah kusangka.Setelah beberapa menit, Bang Fahad melepaskan pelukan. Ia menatapku, dan masih dengan sorot rasa bersalah. "Chi?"Aku mengangkat dagu, menatapnya balik.“Boleh saya mulai dari awal?” tanyanya. “Tidak harus langsung. Tidak perlu buru-buru. Tapi ... boleh saya temani kamu dari awal lagi? Belajar ulang tentang kamu, tentang kita?”Jantungku berdetak lebih cepat. Bukan karena gugup, tapi karena pertanyaan itu seperti angin sejuk yang datang setelah badai panjang di musim penghujan.Aku tersenyum kecil. “Mulai dari awal sekali?”D

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Lari ke Pelukanmu

    Malam ini seakan menjadi saksi bisu dari dua hati yang pernah patah dan kini saling menopang. Tidak sempurna, tidak juga langsung sembuh. Tapi setidaknya, kami sepakat untuk saling menggenggam.Bang Fahad mengantarku kembali ke kamar. Sesampainya di ranjang, dia membantu dengan lembut saat aku berpindah dari kursi roda. Tak banyak kata, hanya gerakan-gerakan penuh kehati-hatian yang membuat dadaku hangat.Saat aku sudah rebah dan selimut menutupi tubuh, Bang Fahad duduk di sisi ranjang, tak langsung pergi. Tangannya masih menggenggam jemariku erat, seolah enggan melepas."Kalau kamu butuh apa-apa, panggil saya ya," ucapnya pelan.Aku hanya mengangguk. Suaraku seolah tertinggal di ruang doa tadi. Dia kemudian berdiri, tapi sebelum melangkah ke luar, aku menahannya dengan satu kalimat sederhana."Bang ... boleh duduk di sini sebentar lagi?"Dia menoleh. Wajahnya menegang sesaat, sebelum melunak dan kembali duduk di kursi samping tempat tidurku."Sebentar aja, ya?" Aku menatapnya ragu.B

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Sembuh Bersama

    Aku merasa ada yang runtuh dari dalam diriku. Tembok tinggi yang aku bangun perlahan mulai retak-retak oleh ucapannya yang penuh harap dan doa yang lirih.Air mataku jatuh begitu saja tanpa bisa dicegah. Mungkin ini bukan karena kasihan. Tapi lebih pada ... aku tak pernah menyangka ada seseorang yang begitu bersungguh-sungguh meminta kesempatan kedua, bahkan ketika dia tahu tak ada jaminan untuk diterima.Tanganku gemetar saat menyentuh pegangan kursi roda. Ingin rasanya aku putar balik, kembali ke kamar dan pura-pura tak pernah mendengar apa pun tadi. Tapi langkahnya yang kini berdiri, menoleh, dan langsung terpaku melihatku di sana membuat semuanya terlambat."Chi?" ucapnya sambil buru-buru mengusap wajah, seolah tak ingin aku melihat bekas air matanya. Dia melipat sajadah dengan cepat, lalu menyalakan lampu ruangan hingga terang benderang. Dia berlari, sampai berjongkok di depan kursi rodaku."Ada apa? Kenapa kamu ke luar kamar? Kamu perlu apa? Air minum kamu habis?" Dia mencecar d

  • DINIKAHI CALON KAKAK IPARKU   Aku Kalah

    "Selamat datang di rumah."Bang Fahad berucap dengan begitu lembut ketika baru saja sampai di ruang tamu. Setelah satu Minggu dirawat di rumah sakit, pagi ini aku sudah kembali ke rumah."Kamu mau langsung istirahat dulu di kamar atau makan dulu?" tawar Bang Fahad lagi. Namun, aku belum bereaksi. Aku yang duduk di kursi roda, hanya menatap lurus ke depan. Jujur saja aku merasa kesal karena harus bergantung padanya. "Gak usah sok baik, Bang!" ucapku akhirnya dengan pandangan masih lurus ke arah depan. Kejadian perampokan malam itu, masih sering berkelebat dalam pikiranku. Karena kejadian itu, aku kehilangan mobil, ponsel dan dompet dalam tas. Papa yang sudah mencoba mengusutnya di pihak berwajib, tapi belum menemukan titik terang.Bang Fahad tiba-tiba berjongkok di depan kursi rodaku. Sempat pandangan mata kami bertemu, sebelum kemudian aku memalingkan wajah. Namun saat itu pula, aku malah teringat bagaimana dia menjagaku selam

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status